Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Follow Your Dreams

Bimabet
Sedikit catatan, skip aja yang gak suka adegan SS 😂😂😂✌️

°°

°°

-Part 4-




Neta



Sebuah HP berdering, tanda sebuah pesan telah di terima.

Seorang lelaki yang mendengar HP miliknya berdering, segera memencet layar touch screen HP-nya.

"Sore ini ada pertemuan, sebisa mungkin datanglah. Pertemuan ini akan membahas sesuatu yang berhubungan dengan tugasmu...."

Selesai membaca pesan, lelaki itu memencet layar HP-nya dan kini dia terlihat sedang menghubungi seseorang.

°°

°°

Pov Novan



"Maaf nih Van acara hari ini sepertinya gagal. Nih si Aziz tiba-tiba demam...."

"Iya bang, gak apa-apa. Lagian masih ada hari lain...."

"Gak enak nih gue Van, udah minta traktiran giliran di kasih eh guenya minta diundur...."

"Yaelah bang, kamu tuh kayak sama siapa aja. Gini deh bang, kapanpun bang Fahri dan keluarga ada waktu, kita jalan-jalan sekalian makan di luar...."

"Gila-gila, yang udah jadi ehem-ehemnya bu bos, udah banyak duit nih kayaknya...."

"Ehem-ehem apaan, aku mau keluar dulu kalo gitu...."

"Mau kemana, kan acara makan-makan kita gak jadi?...."

"Ada deh bang, mau tau saja sama urusan anak muda...."

"Kalau mau jalan sama bu bos jangan lupa bawa pengaman, siapa tau si bos ngajak lo gituan...."

"Gituan apaan, dasar otak selangkangan. Dah dulu bang, nanti malam atau besok, aku jenguk Aziz...." kataku mengakhiri telepon bang Fahri.

Baru juga aku taruh, HP jadulku kembali berbunyi. Bukan telepon, melainkan ada pesan masuk dari Neta.

"Feb gue udah di depan kosan lo...." pesan Neta padaku.

"Beberapa menit yang lalu nih orang mau berangkat dari rumah, sekarang udah nyampek saja...." batinku sambil membuka pintu kosan.

Seperti yang dia katakan semalam, hari ini Neta benar-benar datang ke kosanku.

"Masuk Ta...." kataku.

Bukannya masuk pelan-pelan, Neta justru berlari masuk ke dalam kosanku. Tiap ruangan di kosanku dia masuki, bahkan isi lemari bajuku juga dia cek. Aku yang gak tau apa tujuannya, hanya melihat tingkah anehnya sambil duduk di sofa kecil yang ada di kamar kosku.

Puas berkeliling, Neta duduk di sebelahku.

"Ngapain sih kamu barusan?...." tanyaku.

"Lo sembunyiin di mana tuh si Jesi?...."

"Bu Jesi, tadi aku anterin dia ke rumahnya...."

"Jangan bohong, mana mungkin Jesi di rumah, sedangkan mobilnya ada di sini...."

"Oh soal mobil, tadi bu Jesi nyuruh aku makei mobilnya. Besok juga aku kembalikan...."

"Lo gak bohong kan?...."

"Gak ada untungnya aku bohong...."

"Bagus kalo gitu, dan sekarang lo ikut gue!.... Gue lihat-lihat lo juga udah siap...."

"Mau kemana?...."

"Jalan-jalan, lo gak kangen apa jalan sama gue?...."

"Aku takut kangen sama kamu Ta. Kali aja tar di jalan ketemu pacar kamu, bisa bonyok lagi nih mukaku...."

"Masih saja lo ingat yang dulu, lagian tuh cowok dah gue bikin jera, dan gak mungkin juga dia muncul di kota ini...."

"Tapi dia dulu pacar kamu kan?...."

"Pacar dari mana, ihhhhh.... Gue dah sering jelasin, tuh cowok bukan pacar gue, dia cuma orang yang terobsesi jadi pacar gue...." ujar Neta sambil memanyunkan bibir.

"Kering amat tuh bibir, lama gak di basahin ya...." selesai aku berkata, Neta begitu lekat memandang ke arahku.

"Mau ngapain?...." tanyaku saat Neta semakin mendekatkan wajahnya ke arah wajahku.

"Lo benar bibir gue memang kering, dan ini mau gue bikin basah...." jawab Neta dan dia semakin mendekat.

Tercium bau harum parfum Neta saat jarak wajah kami sudah begitu dekat.

"Gue kangen!...." kata Neta begitu lirih, dan dia mulai memejamkan mata.

Bibir merah Neta semakin mendekat ke bibirku, dan "ehmmm...." bibir kami menyatu.

Untuk beberapa saat Neta cuma menempelkan bibirnya ke bibirku, akupun tak merespon ciuman Neta.

"Mau lanjut?...." tanya Neta saat dia menyudahi ciumannya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, melainkan aku menggerakkan tanganku dan menunjuk ke arah pintu kosanku yang terbuka lebar.

"Ups...." kata Neta yang kemudian bangkit dan berjalan menuju pintu kosanku.

Setelah melihat keadaan luar kosanku, Neta segera menutup pintu dan tak lupa dia menguncinya.

"Dulu kita hampir melakukannya, tapi gara-gar...."

"Gak usah bahas itu lagi, sekarang ya sekarang. Kalau kamu mau lakuin, ya silahkan di lakuin, asal...." aku sejenak terdiam, Neta juga terdiam ssmbil menatapku. "Ehm, kamu akan mendapatkan keinginanmu, asal kamu bisa membuatku ingin melakukannya...."

Neta tersenyum begitu aku selesai berkata. "Cowok tuh ada dua tipe, agresif sejak awal atau diberi rangsangan dulu baru agresif. Lo tau Van, gue suka tantangan. Sekali lo memberi gue tantangan, gue pastikan tantangan lo bakalan gue lakuin...." Neta tersenyum, tapi kini senyumannya lain dari biasanya. Senyuman itu mirip senyuman binatang buas yang siap menerkam mangsanya, dan tanpa adanya orang lain di tempat ini, akulah satu-satunya mangsa yang akan diterkam Neta.

"Gue sudah lama menginginkan ini...."

"Aku belum menginginkannya...."

"Sudah tugas gue untuk membuat lo menginginkan ini...."

"Kalau aku tetap menolak, apa yang mau kamu lakuin?...."

"Di mulut lo bisa bilang menolak, tapi dengan ini lo gak akan bisa menolaknya...." Neta meremas payudaranya sendiri.

"Kamu tuh selalu buru-buru, pantes saja perawan kamu hilang sebelum kamu punya KTP...." ungkapku sambil bangkit berdiri, dan berjalan menuju dapur kecil di kosanku.

Ada suara pelan langkah kaki di belakangku, artinya Neta berjalan mengikutiku.

Aku nyalahin kompor dan mulai merebus air, setidaknya aku ingin membuat minuman hangat untuknya. Entah masih musimnya atau memang kebetulan saja, beberapa saat yang lalu hujan turun dengan derasnya, dan hawa di kosanku terasa cukup dingin.

Sepasang tangan memeluk perutku dari belakang saat aku menuang gula ke caangkir. Sepasang benda yang begitu kenyal terasa mendorong punggungku saat pelukan di perutku semakin erat.

"Lo tuh satu-satunya cowok yang tau semua tentang gue. Apa mungkin karena itu lo gak pernah mau nglakuin itu ke gue?...." tanya Neta yang menyandarkan kepalanya ke bahuku.

Aku tersenyum tanpa sepengetahuan Neta, dan dengan tangan kiriku, aku menggenggam tangannya.

"Andai sedikit saja tangan kamu turun ke bawah, kamu akan tau betapa inginku untuk melakukan itu...." ujarku.

"Terus kenapa lo gak mau nglakuin?...."

"Aku nunggu izin...."

"Izin siapa yang lo tunggu?...."

"Selama ini kamu cuma nyuruh aku untuk nglakuin itu, kamu juga cuma bilang ingin nglakuin itu. Tapi pernah gak kamu kasih izin aku untuk ngelakuin apa yang ingin aku lakuin ke dirimu?...."

"Jadi lo slama ini nunggu izin gue?...."

"Emang izin siapa lagi yang aku tunggu?...."

"Kalau gue izinin, terus lo mau apa?...."

"Tek...." aku matiin kompor, dan setelah melepas pelukan Neta, aku bergerak membalikkan badan sehingga kini aku dan Neta saling berhadapan.

"Aku mau ini...." aku menunjuk dada Neta, dan seketika dia tersenyum.

"Jangan tubuh gue, jiwa gue kalo lo mau juga bakalan gue kasih...." Neta ngelihat ke arahku. "Gue tau gue udah gak suci lagi, bukan hanya ternoda, tapi gue udah kotor...."

"Aku gak peduli...."

"Apa lo yak...."

"Mmmmhhhh...." kusumpal bibir merona Neta dengan bibirku.

Aku sudah tau semua tentang dia, begituhalnya dia juga sudah tau semua tentang aku. Jadi bagiku sudah gak ada lagi yang perlu di bahas, karena bagiku semua sudah jelas.

"Mmmhhhmmm...." Neta mulai membalas ciumanku, bibir dan lidahnya bermain di bibirku. Dia meluapka semua perasaannya pada ciuman ini. Kedua tangan Neta yang semula diam, kini sudah melingkari tubuhku dan memelukku dengan eratnya.

Nafsuku semakin naik saat aku merasakan tubuh hangan Neta yang rapat dengan tubuhku. Hembusan nafas Neta yang menerpa wajahku, seketika memantik api birahiku.

Kedua tanganku kini tidak mau diam. Perlahan-lahan tanganku mulai meraba punggung Neta yang kini jatuh dalam pelukanku. Dari punggung, tanganku turun kebawah. Aku raba dan sedikit aku remas pantat Neta yang terasa begitu kenyal.

Aku benar-benar sudah gak tahan dengan nafsu birahiku sendiri.

Tanpa mengeluarkan kata-kata, aku begitu saja mengangkat tubuh Neta. Kugendong dia ke arah tempat tidur tanpa melepas ciuman kami. Perlahan aku membaringkan tubuh Neta di tempat tidur dengan posisi terlentang.

"Mmmhhmmm....mmhhmmm.....ahhmmmm...." bibir kami masih saling melumat, dan lidahku mulai menjelajahi rongga mulur Neta.

Sesekali lidah kami saling melilit, dan kami saling bertukar air liur.

Perlahan aku sudahi ciuman kami. Kulihat wajah Neta sedikit memelas, seperti dia tidak ikhlas ciuman kami berakhir.

"Mau lanjut?...." tanyaku.

Dengan senyum yang seketika menghiasi bibirnya, Neta mengangguk menjawab pertanyaanku.

Mendapat jawaban dari Neta, aku kembali menciumnya, tapi kali ini bukan bibirnya yang aku cium. Dengan perlahan dan lembut, aku mulai menciumi seluruh permukaan wajah Neta.

Tak hanya menciumi wajah Neta. Kini aku mulai meramas payudara besar Neta dari luar baju yang dia kenakan.

Merasakan sentuhan tangan dan kecupan bibirku, Neta terlihat memejamkan matanya, tapi aku bisa merasakan dia menikmati apa yang sedang aku lakukan.

Puas meremasi dari luar, aku mulai membuka satu persatu kancing baju Neta.

Tanpa kesusahan, semua kancing bajunya berhasil aku lepas, dan terpajanglah sepasang payudara besar yang masih terbungkus bra berwarna merah.

Melihat pengait bra Neta yang berada di bagian depan. Tanpa pikir panjang aku segera membuka pengait bra itu. Ketika pengait bra berhasil aku lepas, selesai sudah aku menelanjangi bagian atas tubuh Neta.

Meski ini bukan pertama kalinya aku melihat payudara Neta, tapi masih saja aku terpesona dengan keindahan payudara Neta.

Tanpa melewatkan banyak waktu, refleks kedua tanganku meremas payudara Neta. Kulit payudara Neta yang berwarna putih mulus tanpa cacat, terasa begitu halus saat bersentuhan dengan telapak tanganku.

Areola sebesar koin dan puting kecil di tengahnya yang berwarna coklat muda, semakin menambah kesempurnaan payudara Neta.

"Aaahhhhh.... remas Van, lebih keras!...." Erangan Neta penuh kenikmatan saat aku meremas payudaranya.

Selain bentuknya yang indah, tekstur payudara Neta juga terasa sempurna. Padat kenyal dan gak menggelambir, benar-benar menggantung kencang di dadanya.

Tidak cukup dengan meremasnya, aku ingin segera mencicipi payudara besar Neta.

"Mmmmhhhhmmmmm....."

"Aaahhhhh....Vann....aaaahhhhh....teruuss...." desahan terdengar dari mulut Neta saat lidahku mulai menjilati bagian areola payudaranya sambil sesekali lidahku menyenggol putingnya.

Tangan kananku yang terlepas dari payudara Neta, segera beralih ke selangkangan Neta.

Dengan begitu mudah aku membuka kancing celana hot pant yang Neta gunakan, dan tak ketinggalan aku juga membuka resleting celananya. Neta sedikit mengangkat pantatnya saat aku menarik turun celananya.

Setelah sedikit berusaha, kini celana Neta udah turun sebatas lutut, dan terlihatlah celana dalam Neta yang serasi dengan warna branya.

Tangan kananku yang sudah bergerilya di area selangkangannya Neta, segera aku arahkan ke area vagina nya yang masih tertutup celana dalam. Jari jemari tangan kananku mulai menyentuh area vagina Neta yang ternyata sudah basah.

"Haaaa, aaahhhh... Va..van...." desah Neta.

"Hhmmmmmhhmmmm...." mulut dan lidahku masih menikmati gurihnya payudara Neta secara bergantian kanan, dan kiri.

Desahan dan erangan Neta yang semakin keras, sama sekali tak aku pedulikan.

Jari jemariku justru semkin cepat mengelus area vagina Neta, dan aku merasa vagina Neta semakin basah.

"Aaahhhh....aaahhhh....aaarrgghhhh...."

Kubiarkan Neta merintih dan menikmati apa yang sudah lama diinginkannya. Mulutku, lidahku, dan kedua tanganku masih melakukan tugas mereka untuk terus merangsang Neta.

Sebenarnya dari tadi penisku sudah berontak ingin segera keluar dari sangkarnya, tapi aku masih mencoba menahannya.

Sekitar sepuluh menit aku merangsangnya, Neta sepertinya akan segera orgasme. Nafasnya semakin tak teratur, dan tubuhnya sedikit menggeliat.

Aku terus merangsang Neta sambil menahan gejolak nafsuku.

"Aaarrrggghhhhhh....." teriak panjang Neta, dan bersamaan dengan itu, aku merasa vagina Neta semakin basah.

Aku tersenyum sambil melihat Neta yang sedang terengah-engah.

Kuhentikan rangsanganku ke tubuh Neta, sejenak aku membiarkan dia menikmati sisi-sisi orgasmenya.

Beberapa menit berlalu, nafas Neta sudah mulai normal, dan dia mencoba duduk.

"Kenapa gak lo buka sih, kan udah basah?.... Seneng banget bukin gue buka sendiri...." Neta nyerocos tanpa henti sambil membuka celana dalamnya.

"Gleg...." aku menelan ludah melihat vagina mulus Neta yang tanpa ditumbuhi bulu sehelai pun.

"Sekarang giliran gue....."

"Giliran?...."

Tanpa menjawab, Neta segera berdiri dan dengan satu dorongan dia membuatku yang semula berdiri, menjadi terbaring di atas tempat tidur.

Perlahan Neta menaiki tempat tidur. Aku masih melihat senyumnya saat dia mulai merangkak kearahku. Dengan duduk di atas tempat tidur, Neta mulai mengelus penisku dari luar celana yang aku gunakan. Jari jemari Neta yang begitu lihai menyelusuri setian siluet penisku, membuatku merasakan geli yang begitu nikmat.

"Uhhmmm...." desahan lirih keluar dari mulutku.

Kenikmatan yang aku rasakan terhenti saat Neta menyudahi elusannya. Tapi sepertinya kenikmatan yang lain akan segera aku rasakan, karena saat ini aku melihat Neta mulai membuka kancing dan resketing celanaku. Setelah terbuka, Neta segera menarik turun celana beserta celana dalamku, tentu aku bantu dengan sedikit mengangkat pinggangku untuk memudahkannya menarik turun celanaku.

Begitu Neta menarik turun celana dan celana dalamku, terbebaslah penisku yang sudah menegang, dan kini telah berdiri kokoh tepat di depan wajah Neta.

Wanita itu tersenyum, dan tanpa risih dia mulai menyentuh batang penisku. Sentuhan dan elusan lembut tangan Neta membuatku memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan elusan tangan Neta.

"Ehmmmm....uoooohhhh....." desah ku, bersamaan dengan sensasi hangat yang menyelubungi penisku.

Mataku terbuka, mencoba melihat apa yang di lakukan Neta.

Didepan mataku, aku melihat Neta yang mulai mengulum penisku. Seperempat penisku sudah masuk ke dalam mulut Neta, perlahan lahan Neta terus memaksa penisku masuk ke dalam mulutnya. Ujung penisku terasa sudah mentok di tenggorokannya.

Sesaat Neta terdiam, tapi itu tak lama, karena setelahnya Neta mulai mengulum penisku. Kepala Neta terlihat naik turun di selangkanganku, dengan penisku yang berada di dalam mulutnya.

Hangat, geli dan nikmat, semua rasa bercampur jadi satu. Hampir saja aku ejakulasi saat aku menuruti hawa nafsuku, tapi aku masih mencoba bertahan.

Neta tak hanya mengulum penisku, sesekali dia keluarkan penisku dari mulutnya dan dia mengocok penisku dengan kecepatan yang bervariasi.

Terus-terusan mendapat rangsangan dari Neta, akhirnya aku menyerah.

"Ohh....ohhh....Ta...aahhh... kelluuuaaarrr....."

"Mmmhhhhmmmm...." Neta menelan seluruh penisku.

"Croott... Croott... Croott... Croott...." aku semburkan sperma ke dalam mulut Neta.

"Hmhmhmm...." Neta terlihat tersenyum dengan mulut tersumpal penisku.

Spermaku sepertinya begitu banyak, aku yakin mulut Neta penuh dengan spermaku.

"Glek...Glek..." Neta menelan spermaku, bahkan tak sedikitpun yang terlihat keluar dari mulutnya.

"Paahh...." Neta mengeluarkan penisku dari mulutnya.

Neta melihatku, pandangan mata kami saling bertemu dan dia tersenyum padaku.

"Mau lanjut?...." tanya Neta.

"Tuh punyaku udah lemes...."

"Kalo lo mau, gue bisa bikin tegang lagi...."

"Lakukan kalau kamu mau...."

"Dengan senang hati akan aku lakukan...." kata Neta dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya.

Neta kembali memegang penisku. Diawali dengan elusan di batang penisku, kini Neta mulai menciumi kepala penisku.

Puas menciumi, dengan tangan kanannya Neta mengangkat penisku dan mencoba menegakkannya. Begitu penisku berdiri tegak, Neta mulai menjulurkan lidahnya dan menjilati lubang kencingku.

"Aahhh...." rintihku menahan rasa ngilu. Tapi rasa ini justru membuatku ketagihan.

Dari menjilati lubang kencingku, perlahan lidahnya mulai menjilati kepala penisku, terus bergerak ke bawah, batang penisku tak luput dari jilatan lidah Neta.

Jilatan demi jilatan lidah Neta di penisku, cukup untuk kembali merangsangku. Penisku sudah kembali menegang, dan menbengkak.

Melihat penisku yang sudah kembali siap tempur, Neta menghentikan semua rangsangannya padaku, dan dia mulai naik ke atas tubuhku.

Neta duduk menghadapku dengan mengangkangi selangkanganku.

"Punya lo terlalu gede, gue ragu bisa masuk dengan mudah...." ujar Neta sambil menggigit bibir bawahnya.

"Siapa yang bisa tau sebelum di coba...." kataku.

"Gue gak mau mencoba, gue cuma mau menikmatinya...." balas Neta.

Dari posisiku, aku bisa melihat vagina mulus Neta yang masih terlihat begitu rapat. Meski aku tau sudah banyak yang melampiaskan nafsu ke lubang vagina Neta, tapi vagina itu masih terlihat begitu indah.

Neta membuka lebar-lebar selangkangannya, dan perrlahan dia mulai menurunkan pinggulnya. Tangan kanannya yang memegang penisku, mulai mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang terlihat sudah dibanjiri cairan bening dan kental.

"Ohhh...." rintihku saat penisku mulai masuk ke lubang vagina Neta.

"Ahhhhh....Van, mentok ahhhh...." teriak Neta saat setengah penisku sudah masuk kedalam vaginanya.

Baru setengah penisku masuk, tapi aku sudah dapat merasakan sempitnya vagina Neta. Cengkraman rapat dinding vagina Neta terhadap penisku, benar-benar terasa nikmat.

Meski barusan dia bilang mentok, Neta terus memaksa memasukkan penisku, dan dalam satu hentakan kuat.

"Aarrgghhhh....." rintih Neta begitu penisku sepenuhnya tertelan oleh vaginanya.

Neta sepertinya sudah benar-benar horny. Setiao detik aku merasa vaginanya semakin basah.

"Penuh dan nikmat, gue gak akan pernah puas melakukan ini...." ujar Neta yang masih mendiamkan penisku di dalam vaginanya.

"Gue tau gue banyak kekurangan, dan banyak yang lebih baik daripada gue di luar sana. Meski sedikit harapan gue untuk dapetin cinta lo, gue tetap akan mencintai lo, Van...." kata Neta disaat kami saling pandang satu sama lain.

"Neta...." panggilku sambil aku mencoba duduk.

"Hanya lo yang gue cintai Van. Meski lo gak cinta sama gue, seperti yang barusan gue katakan, gue akan tetap mencintai lo...."

Aku tersenyum mendengar kata-kata Neta. "Aku akan mencoba membuka hati, tapi aku butuh waktu...."

"Gue selalu punya banyak waktu untuk lo. Biarpun waktu itu tak kunjung datang, gue akan te....."

"Hhmmmmhhmmmm...."

Tanpa menunggu Neta menyelesaikan kata-katanya, langsung saja kucium bibirnya dengan sedikit kasar, dan dia pun membalas ciumanku.

Perlahan, Neta mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Iramanya pelan dan diiringi sedikit goyangan pantatnya.

"Hhmm... Hhmm... Hhmm..." desahan Neta yang tertahan bibirku.

Gesekan penisku dengan vagina Neta, ditambah cengkraman vagina yang begitu kuat, benar-benar membuatku gila. Pikiranku sudah tidak bisa berfikir jernih, karena yang ada di otakku hanya ada Neta dan kenikmatan.

"Mhmm... Mhmm... Mhmm..." aku masih saja menciumi bibir Neta, terkadang aku juga melumat nya.

Gerakan maju mundur pinggul Neta, kini berganti menjadi gerakan naik turun disertai goyangan pantat yang begitu liar.

"Plak... Plak... Plak...." timbul bunyi setiap kali pantat Neta berbenturan dengan pahaku.

Bunyi yang timbul dari persetubuhan kami, mustahil terdengar dari luar kamarku. Hujan yang turun begitu deras, bisa menyamarkan suara di dalam kamar kosanku.

"Mhm... Aahhmmm... Mhm... Aaahhmmm...." ciumanku dan Neta terasa tak mau lepas, sedangkan dibawah penisku terus menerus bergesekan dengan dinding vagina Neta.

Bibir kami saling melumat, di dalam mulut, lidahki bergulat dengan lidah Neta. Panasnya ciuman kami, membuat air liur keluar dari sela bibir kami berdua tanpa bisa kami kontrol.

Setelah cukup lama bertahan dengan posisinya, aku melihat ekspresi wajah Neta sedikit berubah. Dahinya mengernyit, alisnya mengkerut, dan nafas Neta semakin memburu. Gerakan pinggul dan goyangan pantat Neta semakin kasar, hingga membuat ciuman kami terlepas.

"Aaahhh... Van... Aaarrrggghhhhhh....."

Neta mengerang cukup keras, badannya melengkung ke belakang, dan kepalanya menengadah ke atas. Seluruh tubuhnya berkontraksi, dan setelah beberapa saat dia lemas, Neta perlahan menyandarkan tubuhnya ke pelukanku.

"Hah... Hah... Hah... guehh capeek Van...."

"Mau udahan?...."

"Gak... Hah... Hah.... lo harus keluar dulu di memek gue...."

Aku hanya tersenyum mendengar jawaban Neta.

Melihat kondisinya yang lemas, aku berinisiatif merunah posisi yang bisa membuatku dan dia merasa sama-sama nyaman.

Tanpa mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya yang sudah terasa sangat becek karena orgasmenya barusan, perlahan aku mulai membaringkan Neta ke tempat tidur.

"Lo bebas nglakuin apapun yang lo inginkan ke gue...." ujar Neta dengan suara lirihnya.

"Aku cuma mau bilang, sekarang aku yang mengontrol semuanya...."

"Lo...." Neta melotot...." puasin guee...." teriak Neta.

Setelah aku merasa nyaman dengan posisiku, aku sedikit melebarkan posisi kedua kaki Neta. Begitu semua sudah pas, aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, menghujamkan penisku keluar masuk lubang vagina Neta.

"Aahhh... Argghh... Van enak, terus...." Neta mulai meracau.

Sensasi yang berbeda segera aku rasakan, dibanding saat Neta yang masih memegang kendali. Jika tadi aku begitu dimanjakan bagai seorang raja, oleh Neta. Kini aku merasa seperti seorang penjajah perkasa, yang sedang mengeksploitasi daerah jajahannya.

Neta terlihat pasrah, tapi dia juga terlihat sangat menikmati apa yang aku lakukan.

Tidak hanya terus menghujamkan penisku berkali-kali ke lobang vagina Neta, aku juga tak membiarkan sepasang payudara indah milik Neta menganggur begitu saja. Kedua tanganku sudah meremas-remas payudara Neta. Ukuran payudara Neta yang besar, membuat tanganku tidak mampu menampung setiap bagian payudaranya.

"Aahh... Aahhh... Uhm... Uhhhm... terus, enak Van..." Neta semakin mendesah tak karuan.

Puas dengan meremas payudaranya, aku mencoba merendahkan dadaku hingga dadaku menyentuh dada Neta. Payudara Neta terasa begitu hangat di dadaku.

Kuselipkan kedua tanganku di belakang bahu Neta, dan segera aku memeluk dia ssmbil turus memompa penisku kedalam vagina Neta.

"Net...ehmm... Aku mau keluar...."

"Gu..gue juga.... Aahh... Ahh... Lebih cepat Van...."

Mendengar kata-kata Neta, tanpa berpikir panjang aku segera mengangkat badanku hingga tegak kembali, dan dengan sisa-sisa tenaga yang aku miliki, aku mulai menghentakkan penisku lebih kasar, membombardir seluruh isi vagina Neta.

Cengkraman vagina Neta semakin kuat, membuatku tak bisa bertahan lebih lama legi, dan dengan satu hentakan kuat, penisku menghujam sampai menyentuh dinding rahim Neta.

"Aaahhhhh....." desahku.

"Aaahh....aahhh...aaarrrrgghhhhh...." untuk kesekian kalinya aku mendengarkan erangan Neta, dan bersamaan dengan itu.

"Crrooooott... Crrooooott... Croooott... Crooott...." cairan spermaku menyembur membanjiri vagina Neta, bercanpur menjadi satu dengan cairan orgasmenya.

Tubuhku dan tubuh Neta sama-sama menegang dan bergetar, dan untuk beberapa saat kami saling terdiam, menikmati orgasme yang secara bersamaan baru kami rasakan.

"Hah... Hah... Hah..." aku terus menarik nafas, mengumpulkan kembali tenagaku.

"Makasih Van...." ungkap Neta.

"Seharusnya aku yang berterima kasih, karena kamu rela memberikan tubuhmu untukku hari ini...."

"Apanya yang memberikan, sebenarnya tubuh gue ini gak layak untuk gue ka...."

"Jangan di lanjut, atau kamu mau aku bikin pingsan dengan ini...." potongku sambil mengeluarkan penisku yang sudah lemas dari vagina Neta.

"Hehehehe, gue dah capek Van. Kalo lo masih mau, istirahat dua ata tiga jam dulu Van, setelah itu pasti gue bikin lo puas...."

"Lain waktu saja Ta, aku capek...."

"Hihihihi.... sini tidur di sebelah gue!...." Neta memukul tempat di sampingnya.

Akupun jatuh merebahkan tubuhku di samping Neta.

"Gue sayang sama lo...." ungkap Neta ssmbil merebahkan kepalanya di dadaku.

Aku mengelus rambut Neta dengan tangan kananku. "Maaf ya Ta, aku belum bisa memberi kepastian....."

"Gak Van, jangan meminta maaf!.... Bisa dekat denganmu saja, aku sudah bahagia...."

"Kalau begitu, teruslah dekat denganku...."

"Tentu...." jawab Neta, sebelum akhirnya kami sama-sama terlelap karena kelelahan.

°°

°°

Pov 3rd


Dua orang pria sedang duduk santai di sofa, mereka terlihat santai, meski ekspresi mereka terlihat begitu serius.

"Beberapa jam yang lalu ada yang mencari identitas putraku, apa kamu tau itu?...." tanya pria yang terlihat jauh lebih tua dari pria lawan bicaranya.

"Maaf om, aku tidak mengetahuinya...."

"Wajar kamu tidak tau, karena itu sangat sulit di deteksi. Butuh orang khusus untuk melakukan itu, dan aku beruntung mempunya orang-orang seperti itu...." sesaat suasana menjadi hening. "Tugas kamu akan semakin berat...."

"Itu sudah pasti, om. Dari kabar itu saja, aku merasa perlu meningkatkan kewaspadaan ku...."

"Kamu tenang saja, kamu tidak akan sendirian mulai sekarang...."

"Maksud om?...."

"Ada dua orang yang akan membantumu, dan aku yakin mereka bisa berada lebih dekat dengan putraku...."

"Kalau itu yang terbaik, aku hanya bisa mengikuti perintah. Tapi soal orang yang mencari identitas putra om yang sebenarnya, apa yang akan kita lakukan dengan orang itu?...."

"Identitasnya sudah di tanganku. Orang itu menarik, muda dan cerdas, aku punya rencana tersendiri untuknya...."

"Jangan ada ide gila lagi...."

"Hahahaha.... Sesekali aku ingin memberi putraku mainan...."

"Hah, aku jadi tau arah rencana itu...."

"Daripada di sini, lebih baik kamu segera pulang!.... Aku tidak mau putraku tiba-tiba muncul di rumahmu dan membongkar kebohonganmu...."

"Hehe, siap om...."

"Ckek...." bunyi pintu tertutup saat salah satu pria meninggalkan tembat dimana dia baru menyelesaikan sebuah pembicaraan.

"Dasar, dia tidak pernah berubah sejak pertama kali aku menemukannya, tapi cuma dia yang mampu menjaga putraku. Bukan hanya saat ini, selamanya dia pasti bisa menjaga putraku...." sebuah rokok mulai dis bakar dan dihisap perlahan.

"Sebentar lagi, sebentar lagi kita akan bertemu..." pria yang masih berdiam di ruangannya, terlihat tersenyum saat memandangi sebuah foto yang ada di tangannya.

Foto anak laki-laki dan anak perempuan, membuat pria itu tidak berkedip melihatnya.

°°

°°

Bersambung....



Maaf jika masih banyak typo, besok saya teliti lagi....

Enjoy part 4.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd