Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG G I W A N G

BAB 8

Sambil duduk dan makan gorengan, pandangan mataku berulang kali menoleh ke arah pintu. Aku masih penasaran, dengan sosok pria tinggi putih tadi.

Saking penasarannya membuatku gregetan sendiri. Ku coba abaikan, namun tak lama muncul lagi rasa penasaran itu, membuatku merasa tak nyaman.

"Din… Gue mau ke toilet bentaran!" Kataku sambil bangkit berdiri.

"Ya" sahut udin dengan isi gorengan penuh dalam mulutnya.

Sebenarnya aku tidak benar-benar ke toilet, itu hanya alasanku saja pada Udin.

Setelah aku menemukan tempat yang terbilang sepi, aku membaca mantra seperti apa yang pernah si nenek ajarkan padaku waktu itu.

Sihir Lontar Pinang Lontar!
Terletak di Ujung Bumi
Setan Buta Jembalang Buta
Akan Sapa Tak Berbunyi

Setelah membaca mantra itu, tubuhku mulai perlahan-lahan menjadi transparan. Setelah sempurna, aku kembali menuju tempat Ci Amel.

Kudapati si Udin tengah asik memakan gorengan dan cabe di tangannya. Mulutnya megap-megap merasakan pedas.

Sambil celingukan, si udin mengambil botol air milikku dan di tenggaknya.

Suek! Botol air milikku di embatnya. Dia pikir, aku tidak melihat kelakuannya apa? Ingin sekali ku getok palanya, tapi niat itu ku urungkan. Karena tujuanku saat ini adalah mencari tahu sosok pria yang ada di dalam ruangan ini yang bersama Ci Amel.

Kutekuk gagang pintu dengan sangat hati-hati dan kudorong pintunya secara perlahan. Setelah dirasa cukup dengan ukuran badanku, aku pun menyela masuk dan menutup pintunya kembali dengan perlahan.

Kuhampiri mereka berdua, sepertinya sedang membicarakan sesuatu.

Setelah lumayan dekat, aku terpana dibuatnya. Tangan si pria yang tak kukenal, sedang menggenggam erat tangan Ci Amel. Yang membuatku semakin heran, ci amel sendiri tidak merasa risih dengan kelakuan pria tersebut.

Dari ekspresi wajahnya, justru ci amel merasa senang dengan kehadiran pria itu disampingnya.

"Yank… kapan kita akan nikah resmi?" Kata si pria membuatku terkejut mendengarnya.

"Nanti lah mas…. mungkin setelah anak kita lahir. Si koko bilang jika anak dalam kandunganku ini terlahir laki-laki, maka aku akan diberikannya hadiah. Kamu tahu apa itu?"

Si pria menggelengkan kepalanya.

"Rumah!" Kata ci amel.

"Bagaimana dengan depositonya?" Tanya si pria.

"Mas Leo tenang saja, aku sudah mengambil berkasnya dan menyerahkan pada pengacaraku. Dia yang mengatur segalanya. Tugasku kini hanya mendapati tanda tangan si koko saja."

"Bagus! Kau memang wanita yang pintar!" Kata si pria yang ternyata bernama Leo.

"Kalau gitu aku akan pulang sekarang" lanjut Leo.

Kulihat Ci amel menahan lengan Leo, rupanya tidak rela jika harus pergi.

"Nanti saja pulangnya, mas…" rengek Ci Amel dengan wajah cemberut.

"Nanti suamimu kemari, bagaimana?".

"Ah… si koko mah gak bakalan kemari, dia mah sibuk ngurusin toko. Palingan nanti sore jenguk aku sebentar, setelah itu terus pulang lagi."

"Bagaimana dengan keluarga si koko yang lain?"

"Itu lagi, mana pernah mereka mikirin aku mas. Semenjak aku nikah dengan si koko, anak-anaknya yang sudah pada dewasa gak ada satupun yang menganggap aku ini ibu sambungnya."

"Kamu yang sabar yah… setelah anak dalam kandunganmu lahir. Kita akan selesaikan penderitaanmu. Dan kita akan tinggal bersama" Perkataan Leo membuat Ci Amel merasa tenang.

"Oh ya Mel… apa kata perawat, kapan kamu akan melahirkan?"

"Belum pasti mas, kata perawat yang ngecek semalam sih aku sudah masuk pembukaan dua. Kemungkinan katanya nanti malam aku akan melahirkan."

"Kamu pasti kuat sayang" Leo mengecup kening Ci Amel.

Eh buset, nanti malem akan melahirkan? Lah kudu siap siaga dong? Aku heran sama Ko Ahong, istri mau melahirkan malah sibuk dagang. Yang satu suaminya cuek, yang satu lagi istrinya selingkuh. Keluarga yang konyol! Benar-benar konyol sekali.

Dirasa cukup menghilangkan dahaga penasaran, aku kembali keluar. Seperti hal di awal, aku membuka dan menutup pintu dengan sangat hati-hati.

Aku kembali ketempat semula, namun kudapati tempat itu kini malah ditempati orang yang sedang menelpon. Sehingga aku mencari tempat lain tapi tak kunjung kudapati, terpaksa aku mencari toilet, meski ramai tapi terbilang privasi.

Di dalam toilet aku membaca mantra.

Putih bukan berarti Suci
Hitam bukan berarti Gelap
Aku adalah cahaya dari secangkir kopi
Yang didalamnya teraduk sepi

Setelah membaca mantranya, tubuhku yang transparan kembali normal.


BAB 9

*POV

Pukul sembilan malam, keadaan di ruangan Ci Amel terlihat mulai ramai. Mondar mandir para perawat silih berganti mengecek kandungan. Karena sejak sore tadi, fluktuasi rasa mulas lebih sering terjadi.

Azka berpikir sore itu Ci Amel akan melahirkan, tapi perawat mengatakan belum saatnya, perawat juga mengatakan itu hanyalah kontraksi karena telah masuk pembukaan tiga. Wajar saja ritme mulasnya lebih meningkat.

Saat itu Azka sangat begitu khawatir, jantungnya berdegup kencang dan perilakunya terlihat gugup, tingkah laku seperti itu biasanya cerminan para suami dalam menunggu kelahiran anaknya. Tapi ini justru, Azka yang mengalaminya. Sangat aneh bukan?

Azka menanggung semua itu dalam dirinya, tak kuat dengan perasaan itu, dia berniat mendatangi Ko Ahong.

Azka nekat pergi ke tokonya, menemui Ko Ahong dan memberitahukan bahwa istrinya (Ci Amel) sebentar lagi akan melahirkan.

Lantas apa yang Ko Ahong katakan?

Ko ahong lebih memilih mengurus tokonya, karena lebih merasakan aroma duit. Ko Ahong juga mengatakan pada Azka, bahwa dirinya sudah membayar biaya rumah sakit, jadi itu sudah sepenuhnya tanggung jawab dokter dan perawat. Jadi dirinya tidak perlu harus repot-repot ngurus istrinya (Ci Amel) lagi.

Cara berpikir ko ahong itulah, yang membangkitkan kemurkaan Azka.

Azka menekan Ko Ahong akan membunuhnya dan mengancam akan menghancurkan tokonya hingga tak bersisa, jika Ko Ahong tak ikut bersamanya ke rumah sakit bersalin sekarang juga.

Dibawah tekanan dan ancaman itulah, Ko Ahong akhirnya bersedia datang bersama Azka ke rumah sakit bersalin. Ada rasa penyesalan yang tertinggal dalam hati Azka. Dirinya merasa bersalah dengan tindakannya itu.

Tapi itu semua terpaksa Azka lakukan, demi kebaikan Ko Ahong.

Karena jika tidak, akan sangat merepotkan bagi Azka nantinya. Terlebih kerepotan itu berasal dari para makhluk halus, azka sendiri sudah merasakan keberadaan mereka yang mulai bermunculan.

Aroma jabang bayi telah mengusik indra penciuman mereka (makhluk halus). Mereka telah mengintai dari balik kaca, menunggu dari balik pohon, bahkan ada yang sudah menunggu di atas genteng.

Mereka seakan berlomba untuk mendapatkannya, mereka tahu jika jabang bayi yang akan keluar nanti, merupakan hasil perselingkuhan antara sifat iblis dan iblis. Aroma jabang bayi itulah yang menarik keberadaan mereka semua, karena aromanya berbeda dengan aroma jabang bayi pada umumnya.

Itu sebabnya, azka memaksa Ko Ahong untuk datang. Agar dirinya terbebas dari tanggung jawab. Sehingga akan fokus menghalau para hantu.

Dalam pemikiran Azka, bagaimanapun juga bayi yang akan lahir nanti, adalah bayi suci yang harus diselamatkan, terlepas dari hubungan gelap orang tuanya.

Pukul sepuluh malam, para perawat telah berjaga di sekitar Ci Amel. Teriakan rasa mulas juga terdengar hingga keluar ruangan. Tapi tak kunjung juga melahirkan.

Pukul sebelas malam, juga belum terdengar tangisan bayi, padahal dokter sudah melakukan sesuai prosedur. Entah apa yang terjadi, si jabang bayi seakan menolak untuk dikeluarkan.

Hingga akhirnya, pukul dua belas malam. Dokter kandungan memutuskan untuk melakukan persalinan caesar. Melihat kondisi Ci Amel yang pingsan karena kehabisan tenaga.

"Pak Ahong, istri anda harus segera dilakukan operasi sekarang juga".

"Hayya kenapa halus opelasi, ay tak mau buang-buang duit!" Kata ko Ahong yang membuat Bu Dokter menjadi geram. Tangannya terkepal dari balik saku almamaternya.

Bu Dokter menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan, menekan emosinya agar bisa dikendalikan.

"Pak Ahong, ini demi keselamatan nyawa istri anda dan anak dalam kandungannya" Bu Dokter menerangkan dengan sabar dan hati-hati.

"Hayya… Hayya…. Bagaimana ya….? Ay pikil-pikil dulu lah!"

Karena habis kesabaran, bu dokter tak lagi peduli dengan ko ahong. Baginya dia sudah menjalankan prosedur sebagai seorang dokter.

Bu Dokter menyuruh perawat agar memindahkannya segera ke ruang operasi bersalin.

Dengan cekatan, para perawat mematuhi, memindahkan Ci Amel ke brankar terlebih dahulu dan siap akan dibawa ke ruang operasi.

Namun hal yang tak masuk akal terjadi, disinilah awal mula ke ceosan terjadi.

Brankarnya tak bisa didorong, bebannya terasa sangat berat. Ke enam para perawat tak mampu mendorongnya, padahal itu hanya Ci Amel seorang.

"Bagaimana nih, Bu Dokter?" Sepertinya rodanya macet!" Ujar seorang perawat.

Saat dokter akan menjawab, lampu ruangan tiba-tiba berkedip kedip, menjadikan suasana dalam ruangan itu menjadi lebih mencekam.

Disusul dengan benturan keras yang berasal dari pintu yang tiba-tiba tertutup.

BRAAAAAKK!

Suara keras itu membuat ko ahong berjingkat dari duduknya, memiliki riwayat penyakit jantung langsung membuatnya tak sadarkan diri.

Sedangkan Bu Dokter dan keenam perawat lainnya menjerit histeris. Jangankan wanita, pria saja jika di posisi tersebut akan terguncang nyalinya.

SROOOOK SROOOOK SROOOOK SROOOOOK

Itu adalah suara dari rambut yang diseret. Sosok kuntilanak tengah berjalan melayang dengan rambut panjangnya yang terjuntai ke lantai.

Di luar ruangan, tak jauh menyeramkan juga terjadi.

Azka dan Udin berjaga di luar, udin sangat dikagetkan ketika mendengar pintu tertutup dengan sangat keras.

Sampai-sampai, Udin yang tengah duduk bersila di samping Azka, lompat seketika ke pangkuan Azka, saking kagetnya, "Setan alas! Asu!!" Umpat Udin reflek.

Azka yang sedang berfokus diri menghalau para hantu, menjadi buyar seketika, "Suek lu, Ah!!"

Ditendangnya bokong Udin hingga terpental, agak menjauh.

Udin bangun dengan mengaduh kesakitan, saat dirinya menoleh….

Ciluuuuk Baaaaa!

"Kiyaaaaaaaa!!"

Wajah penuh luka disertai darah, sebelah bola matanya terburai keluar, hantu berwajah hancur menampakan dirinya dari balik tembok, beradu kontak dengan mata Udin.

Udin yang terkejut, mengesot mundur.

"Se se setaaaaan!!" Udin bangkit berdiri dan menghampiri Azka.

Udin merangkul Azka dengan sangat ketakutan, "Tu tu tulung Az! Tulung aku Az! Di balik di di balik tembok itu, a a ada setan. Gue takut ba banget Az!" Ucapnya dengan sangat tergagap, namun Azka hanya diam tak bergeming.

Sejak aska berkontrak darah dengan Putri, saat itulah secara resmi aska adalah pemilik giwang yang sah, juga berhak atas segala kesaktian dari giwang tersebut.

Putri juga mengajarkan penggunaan kesaktian dari giwang tersebut. Dan aska juga berhak memanggil dirinya jika dalam keadaan terdesak.

Azka yang sedang berusaha menghalau para hantu yang mendekat. Dengan semangat, menghajar satu persatu.

Dipukulnya, ditendangnya dan di tempelengnya satu persatu para hantu yang mencoba masuk kedalam kamar Ci Amel.

Namun aska terkejut, manakala sosok genderuwo berhasil mencekik lehernya. Lehernya merasakan sakit yang teramat sangat, seakan sebentar lagi lehernya akan patah.

Azka menoleh ke arah raganya, ternyata udin tengah memeluknya ketakutan. Itu yang menyebabkan Azka dengan mudah ditembus pertahanannya.

Karena putri pernah mengingatkan, agar jangan sampai raganya tersentuh oleh manusia, saat jiwanya sedang berada diluar, apalagi dalam kondisi bertarung, itu akan sangat membahayakan.

Mengingat perkataan putri, azka berusaha merapal mantra agar bisa berkontak dengan giwangnya. Usahanya tak sia-sia, azka akhirnya berhasil melepaskan diri dari cengkraman genderuwo yang akan mematahkan lehernya.

Setelah masuk kedalam raganya kembali, Azka mengatur nafasnya yang memburu sambil mengusap lehernya yang meninggalkan jejak panas dan perih, "Fuiiiihh… Fuiiih… Fuiiiiihh…."

Aska sangat kesal pada Udin, kelakuannya telah menempatkan dirinya dalam masalah besar.

Setelah memikirkan sesat, Azka memukul tengkuk Udin hingga pingsan.

BUKK!

"Sorry ya bro!" Ucapnya sambil membaringkan Udin yang telah pingsan ke lantai.

Gudang yang dijadikan kamar ini sangatlah jauh dengan kamar pasien lainnya, membuat tempat ini seakan terisolir. Tidak ada dokter dan perawat lain yang tahu dengan nasib kondisi pasien, dokter dan keenam perawat ini di dalam gudang.

Setelah Azka membaringkan Udin, Aska mendengar jeritan histeris dari dalam kamar.

Itu adalah suara dari Ci Amel.

*Flashback

Hingga akhirnya, pukul dua belas malam. Dokter kandungan memutuskan untuk melakukan persalinan caesar. Melihat kondisi Ci Amel yang pingsan karena kehabisan tenaga.

"Pak Ahong, istri anda harus segera dilakukan operasi sekarang juga".

"Hayya kenapa halus opelasi, ay tak mau buang-buang duit!" Kata ko Ahong yang membuat Bu Dokter menjadi geram. Tangannya terkepal dari balik saku almamaternya.

Bu Dokter menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan, menekan emosinya agar dapat dikontrol.

"Pak Ahong, ini demi keselamatan nyawa istri anda dan anak dalam kandungannya" Bu Dokter menerangkan dengan sabar dan hati-hati.

"Hayya… Haya…. Bagaimana ya….? Ay pikil-pikil dulu lah!"

Karena habis kesabaran, bu dokter tak lagi peduli dengan ko ahong. Baginya dia sudah menjalankan prosedur sebagai seorang dokter.

Bu Dokter menyuruh perawat agar memindahkannya segera ke ruang operasi bersalin.

Dengan cekatan, para perawat mematuhi, memindahkan Ci Amel ke brankar terlebih dahulu dan telah siap dibawa ke ruang operasi.

Namun hal yang tak masuk akal terjadi, disinilah awal mula ke ceosan terjadi.

Brankarnya tak bisa didorong, bebannya terasa sangat berat. Ke enam para perawat tak mampu mendorongnya, padahal itu hanya Ci Amel seorang.

"Bagaimana nih, Bu Dokter?" Sepertinya rodanya macet!" Ujar seorang perawat.

Saat dokter akan menjawab, lampu ruangan tiba-tiba berkedip kedip, menjadikan suasana dalam ruangan itu menjadi lebih mencekam.

Disusul dengan benturan keras yang berasal dari pintu yang tiba-tiba tertutup.

BRAAAAAKK!

Suara keras itu membuat ko ahong berjingkat dari duduknya, memiliki riwayat penyakit jantung langsung membuatnya tak sadarkan diri.

Sedangkan Bu Dokter dan keenam perawat lainnya menjerit histeris. Jangankan wanita, pria saja jika di posisi tersebut akan terguncang nyalinya.

SROOOOK SROOOOK SROOOOK SROOOOOK

Itu adalah suara dari rambut yang diseret. Sosok kuntilanak tengah berjalan melayang dengan rambut panjangnya yang terjuntai ke lantai.

Awalnya, jiwa Azka mampu menghalau semua para hantu yang mencoba masuk. Namun gara-gara bantingan pintu yang tertutup keras, membuat Udin yang sedang duduk kala itu melompat ke pangkuan Azka, membuat konsentrasi Azka buyar, jiwanya yang sedang lepas, terpaksa tertarik kembali masuk ke dalam raganya lagi.

Itulah yang coba dimanfaatkan oleh sesosok kuntilanak untuk masuk menyelinap ke dalam kamar. Sosok itu berhasil masuk ditengah kelengahan Azka.

Dari sisi pintu, sosok wanita putih melayang berdiri dengan rambutnya terjuntai ke lantai, dia adalah rajanya para kuntilanak.

Senyumannya menyeringai, memuji kecerdikannya sendiri.

SROOOOK SROOOOK SROOOOK SROOOOOK

Rambutnya diseret perlahan demi perlahan, menimbulkan suara yang membuat bulu kuduk merinding.

"Kiiiiik….Kiiik…Kiiiik…Kiiiikk….!" Tawanya pecah, memecah kesunyian.

Mendengar tawaan yang khas, membuat bu dokter bersama ke enam perawat lainnya saling berpelukan. Saking seramnya, ke enam perawat bertumbangan. Jatuh kelantai dengan kondisi pingsan.

Sebagai seorang dokter yang memegang sumpah jabatannya, dia berusaha sekuat mungkin menekan perasaan takutnya. Lututnya bergetar hebat, sampai-sampai tak mampu lagi berdiri.

Namun apalah daya, rasa takutnya telah mengalahkan kesadarannya. Kuntilanak itu menampakan wujud aslinya tepat di hadapan bu dokter yang sedang terduduk di lantai.

Mata bu dokter melotot, mulutnya menganga, tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Dan pada akhirnya, bu dokter pun pingsan juga.

"Kiiiik Kiiiik Kiiiik Kiiiik!" Kuntilanak tertawa puas, karena manusia takut padanya.

Di luar, Azka sibuk menghalau para hantu. Dirinya tak sadar jika satu hantu telah lolos dari pengamatannya.

Tatapan kuntilanak beralih ke arah Ci Amel yang sedang terbaring pingsan karena kehabisan tenaga. Dia mendengus, merasakan aroma jabang bayi yang sangat memikat.

"Bayi yang berasal dari hubungan iblis, darahnya lebih harum dan lezat, aku sangat menyukainya. Kiiiiik… Kiiiik….Kiiiiikk".

"Aku harus segera mengeluarkan bayi ini, sebelum bocah diluar sana menggangguku lagi".

Kuntilanak itu mengusap-ngusap perut Ci Amel dengan sangat perhatian, bagaikan usapan seorang ibu pada anaknya.

"Anakmu akan kurawat, terimakasih sudah menjadi penganut iblis! Kiiiiik Kiiiiik Kiiiiik"

Tak butuh lama, bayi pun keluar dari rahim Ci Amel dengan mudahnya.

Bayi perempuan yang mungil dan masih merah itu tak mengeluarkan tangisannya.

Diangkatnya bayi yang masih merah itu, dan ditimangnya dalam pangkuan Kuntilanak.

Kuntilanak itu merasakan kebahagiaan, sorot matanya telah berubah menjadi sendu, menatap kasih ke tubuh mungil si bayi yang masih merah itu dalam pangkuannya.

Ci Amel perlahan membuka mata, merasakan kembali kesadarannya. Diraba perutnya yang tak lagi membuncit. Dari arah samping, Ci Amel melihat samar-samar, sosok berbaju putih sedang menimang-nimang.

"Apa itu anakku?" Ucap lirih Ci Amel yang tak tahu jika itu adalah Kuntilanak.

Kuntilanak mendekatkan bayi yang ada di pangkuannya sedekat mungkin dengan Ci Amel, sehingga Ci Amel samar-samar bisa melihat anaknya yang mungil berwarna merah.

"Berikan padaku, aku ingin menggendongnya"

Kuntilanak menarik kembali bayi yang ia sodorkan tadi, seakan tak rela jika bayinya berpindah tangan.

"Tolong, berikan anakku" rengek Ci Amel"

Wajah kuntilanak berubah ke bentuk aslinya lagi seiring perubahan hatinya, wajahnya yang menyeramkan tertutup rambutnya yang terjuntai, bayi dalam gendongannya di peluk dengan sangat erat.

"TIDAAAAAAAAKK, KEMBALIKAN ANAK KUUUU!!" jerit Ci Amel yang tiba-tiba melihat bayinya menghilang bersama sosok putih yang menggendong anaknya.

*Flasback End

Setelah Azka membaringkan Udin, Aska mendengar jeritan histeris dari dalam kamar.

Azka sadar jika itu adalah suara Ci Amel.

"Apa yang terjadi?" Ucap Azka, berdiri menatap ke arah kamar Ci Amel.

Lalu, Azka mendorong pintunya hingga terbuka. Suasananya gelap agak temaram, hanya bias sinar bulan yang masuk melewati ventilasi sebagai pencahayaannya.

Azka menyalakan saklar lampu, sehingga apa yang dilihatnya semakin lebih jelas. Dirinya melihat ko ahong yang terduduk dengan mata terpejam. Juga melihat bu dokter dan keenam perawat tergeletak di lantai begitu saja.

"Mereka semua sepertinya pingsan. Apa yang sudah terjadi?" Kata Azka dengan menempelkan jarinya di depan hidung bu dokter untuk merasakan hembusan nafas.

Azka yang sedang berlutut, sayup-sayup mendengar tangisan lirih Ci Amel lantas bangkit berdiri. Terpana dengan apa yang dilihatnya.

"Kenapa ci amel ditempatkan di brankar?" Pikir Azka.

Azka juga melihat, banyak genangan darah yang belum mengering dari selangkangan Ci Amel.

Ci Amel yang melihat Azka berada di dekatnya, menjerit histeris," Kembalikan anakku! Kembalikan anakku!! Hik hik hik….." sambil menangis.

Azka mundur kebelakang, langkahnya tertatih, instingnya mengatakan jika yang dilakukannya telah gagal.

"Tidak… Ini tidak mungkin!" Azka menjambak rambutnya.

Kemudian azka berlari ke luar ruangan, berteriak sekencang-kencangnya ke udara, "AAAAAAAAHH!!!"

Teriakannya itu telah memancing banyak orang untuk berdatangan.



Bersambung…


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd