Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG G I W A N G

BAB 19


Azka datang dengan motor vespanya diparkiran cafe. Dirinya mengenakan jaket hitam, celana panjang dan sepatu pantofel. Saat sudah menyimpan helmnya, Azka membuka jaket hitamnya.

Kini Azka terlihat seperti orang kantoran dengan kemeja dan dasi yang dipadukan dengan celana panjang dan sepatu. Celana pendek yang diberikannya sama sekali tidak dipakainya. Dia sudah mencobanya, hasilnya sangat menggelikan. Jadi dia menggantinya dengan celana panjang.

Padahal kemaren-kemaren dia bebas menggunakan pakaian apapun yang dia suka, tapi karena Syifa sudah memberikan tujuh pasang setelan pakaian-pakaian mahal, dengan alasan pakaian seragam wajib, dia pun terpaksa mengenakannya di hari itu. Wajahnya pun sudah lebih bersih dari biasanya.

Udin dan beberapa pelayan perempuan tampak takjub melihat perubahan Azka yang terlihat semakin tampan di mata mereka.

Saat Azka hendak melangkah ke dalam, Udin yang sedang membawa nampan bergegas menghampirinya.

"Azka!" panggil Udin.

Azka berhenti melangkah di depan pintu masuk. Para pengunjung tampak begitu ramai.

"Kenapa?" tanya Azka.

"Tumben lo rapih banget kayak orang kantoran?" tanya Udin heran.

"Bos lo yang nyuruh gue rapih kayak gini tiap hari!" jawab Azka terlihat menyimpan kesal.

Udin tertawa senang mendengarnya, "Dia kayaknya lebih cocok jadi pacar lo dibanding bos lo dah!" Canda Udin.

"Jangan bikin gosip!" kesal Azka.

“Lo punya anak buah preman ya?” Tanya Udin.

“Soalnya udah tiga hari ini tiap kali gue ke pasar buat belanja, tuh preman pasar narik uang parkir normal tarifnya, biasanya sampai lima ribu. Terus lagi tiap kali gue ketemu mereka, mereka pada nyapa gue. Aneh kan? Gue jadi segen, bukan apa-apa tampang mereka nyeremin mana badanya gede, tatoan pula. Mereka bilang kalau gue adalah temennya bos mereka.”

Azka menahan senyumnya mendengar itu. Itu semua setelah hasil orasinya di hadapan puluhan preman kala itu. Ya, Azka meminta mereka untuk menghidupkan senyum dan sapa.

Azka juga meminta mereka untuk tidak memasang tarif di tempat-tempat parkir yang mereka jaga. Berapapun yang diberikan harus diterima dan kendaraan-kendaraan harus dijaga dengan baik, bila ada kehilangan harus sigap membantu mencari pelaku.

Tidak ada pemalakan dan semuanya diwajibkan mencari pekerjaan sebisanya. Dan masih banyak lagi syarat-syarat lainnya yang Azka perintahkan untuk tidak dilakukan oleh mereka, termasuk mabuk-mabukkan, berjudi dan narkoba.

“Gak kok! Kebetulan aja gue pernah nyelametin salah satu dari mereka saat dikejar-kejar kucing!” Canda Azka yang lalu masuk ke dalam memeriksa semua karyawan yang sedang kerja di dalam sana.

Udin menelan ludahnya, “Gue nanya serius! Gak lagi bercanda, Nyet!!” Kesal Udin.

Hanya udin yang berani ceplas ceplos dengan Azka, karyawan lain tidak akan berani melakukannya.

Azka memasuki ruangan dapur, tempat yang paling sibuk di antara area lainnya. Dia memberi semangat pada mereka semua.

Saat Syifa datang, Azka bergegas menuju ruangannya. Ruangan kecil yang mirip dengan ruangan kantor yang menjadi tempatnya mengevaluasi apa yang kurang dari cafe itu dan apa yang harus diperbaiki.

Melihat Azka yang seperti menghindar, Syifa langsung masuk ke ruangan Azka dengan cemburut.

"Lo ngehindari gue?" tanya Syifa dengan cemberut.

Azka langsung berdiri, "Eh, ada ibu pemilik cafe. Silahkan duduk, Bu!" Kata Azka langsung menarik kursi di depan mejanya untuk mempersilahkan Syifa duduk.

Syifa mengerutkan keningnya, "Sejak kapan lo jadi formal begini?”

"Bukan kah sebaiknya begitu sikap bawahan terhadap atasannya?" Jawab Azka dengan bahasa formalnya.

Syifa mengernyit, "Pake sok-sok formal lagi! Gak ada! Meskipun lo wajib memakai pakaian ala kantoran, ya gak ngomongnya formal juga kali!”

"Baik, Bu!" jawab Azka.

Syifa makin kesal dibuatnya karena memanggilnya Bu.

"Gue ke sini cuman mau ngasih tahu lo, kalau nanti malem gak jadi meeting soal cafe barunya" Ucap Syifa yang sejak di kampus tadi memang sudah mengirim pesan pada Azka untuk mengajaknya meeting nanti malam.

"Oh iya Bu! Gak masalah" jawab Azka.

"Jangan panggil gue bu! Gue belum ibu-ibu!"

"lya, Mbak!"

"Jangan panggil gue, Mbak. Panggil nama aja!"

"lya!" jawab Azka menahan kesalnya.

"Gue nanti malam mau ketemuan sama Boby" Lanjut Syifa.

Azka terbelalak, "Ngapain?"

"Mau bahas soal brand ambassador dong! Akhirnya Perusahaan Nusantara bersedia memperpanjang kontrak gue lagi. Jadinya gue bisa bikin tiga cabang cafe baru lagi deh, itupun kalau deal-dealan nya ok! Katanya sih mau langsung dikontrak sampai lima tahun! Dan mau langsung dibayar penuh!"

Terlihat, Azka tidak suka mendengarnya.

“Gue gak mendukung!"

Syifa merasa heran, "Kenapa?"

Azka belum mau menceritakan pada Syifa kejahatan besar Dirga dan Boby yang belum banyak diketahui orang-orang. Dirinya khawatir Syifa akan membocorkannya, hingga nyawa gadis itu akan terancam, apalagi saat ini dia sebagai publik figur yang rentan dipercaya oleh fans-fansnya.

Sementara Dirga, banyak yang tidak berani melawannya karena semalam Azka mendapat informasi dari Marwan bahwa Dirga sekarang bersekutu dengan Penguasa Kuda Hitam yang menjadi musuh bebuyutan Penguasa Macan Kumbang selama ini, belum lagi Dirga selama ini di backup oleh pihak berwajib berpangkat tinggi.

"Gak kenapa-napa, pokoknya mending lu fokus sama shooting dan cafe aja!"

"Ya harus ada alasannya dong! Atau jangan-jangan.."

"Apa? Jangan-jangan kenapa?" Kata Azka.

Syifa tersenyum puas, dirinya menduga Azka sudah menunjukkan rasa cemburunya. Dia juga menyangka Azka tidak mendukung, dikarenakan tidak mau dirinya berdekatan dengan Boby yang terkenal sebagai lelaki playboy itu.

"Gak!" jawab Syifa.

"Yaudah, aku mau shooting dulu!" Pungkasnya lalu keluar dari ruangan tersebut.

Saat Syifa sudah tiba di mobilnya yang ditemani dua bodyguard dan satu asisten perempuan.

Azka mengejarnya ke parkiran.

"Syifa! Tunggu!!!" Panggil Azka.

Syifa yang hendak naik ke mobil, seketika menoleh ke arah Azka, "Kenapa?"

"Tolong batalkan rencana jadi ambassador dari Perusahaan Nusantara" pinta Azka.

"Dan tolong jangan temui Boby!"

Syifa menahan senyum, "Kalo cemburu ternyata gini amat lo ya?" ucap dalam hatinya.

"Alasannya apa?" Tanya Syifa.

Azka masih bingung menjelaskannya.

"Kalau gak ada alasannya, gue gak bisa ngikutin saran lo."

"Alasannya karena Pak Dirga dan Boby bukan orang baik seperti yang orang kira selama ini. Lo tau sendiri kejadian Kalinda tempo hari!" jawab Azka pada akhirnya.

“Gue tau soal itu, tapi ini melibatkan banyak aspek. Gak mungkin dong Pak Dirga nyelakain gue? sementara gue adalah orang ngebranding produk perusahaannya, apa gak bakalan merugi tuh?”

Azka tersenyum kecut mendengarnya.

"Kok senyumnya gitu?”

“Gue cuma ngasih tau lo aja! Jangan sampai lo nyesel dibelakang. Dan satu lagi, gue gak mau orang yang deket sama gue terlebih sebagai atasan gue itu celaka!"

Giliran Syifa yang tersenyum. Dirinya benar-benar menyangka Azka sudah cemburu buta.

"Tolong percaya gue!” Kata Azka lalu berbalik kembali masuk kedalam cafe.

Syifa pun langsung masuk ke dalam mobil lalu dua bodyguardnya langsung membawanya pergi. Azka tampak bingung, dia benar-benar khawatir Syifa akan mendapatkan masalah jika menerima kembali tawaran menjadi brand ambassador produk kosmetik Perusahan Nusantara itu.

Azka berpikir cukup lama, saat dia sudah menemukan solusi, dengan segera Azka mengeluarkan handphone jadul pemberian dari Marwan lalu menghubungi Komandan Penguasa Macan Kumbang.

"Komandan siap mendapatkan perintah, Ketua Besar!" jawab Juki di seberang sana.

"Tolong kawal secara diam-diam aktivitas Syifa hingga dia pulang ke apartemennya! Apapun itu lindungi dia dan jangan sampai ada orang yang berniat jahat padanya" Perintah Azka.

"Siap, Ketua Besar! Ada lagi selain itu?" Tanya Juki.

"Laporkan segala perkembangannya lewat chat ke nomor gue!" Lanjut Azka.

"Siap, Ketua Besar!"

Azka menyimpan handphone-nya sambil menarik napas lalu menghembuskannya.

----------------------------------------

Dirga sedang menatap ke arah pantulan Boby yang sedang berdiri merapikan dasi di depan cermin. Sorot matanya menyiratkan dendam sebuah penghianatan karena sudah dua orang anak buahnya membelot, bahkan kejadian terakhir hampir saja merenggut nyawa anaknya.

Pasca operasi tulang kaki, kini kondisi Boby terlihat jauh lebih baik, meski terlihat agak sedikit tidak simetris bahunya saat berdiri.

“Rencanaku kali ini harus berhasil! Jika tidak, anak sialan itu akan mengacaukan segala ambisiku kedepannya” Batin Dirga seraya mengepalkan tangan.

“Bagaimana dengan kakimu, Boby? Sudah tidak terasa sakit?”

“Apa itu sakit, Pah? Tidak ada kata sakit di kamus Boby! Luka kecil ini tidak sedikitpun membuat Boby lemah, Pah!!”

“Bagus!! Itu baru anak papah!” Seru Dirga dengan bangkit berdiri.

“Anak papah harus kuat dan tangguh! Karena kamu adalah penerus papah kedepannya sebagai calon presiden direktur perusahaan nusantara” Pungkas Dirga dengan menepuk tegas bahu anaknya.

"lya, Pah."

"Janjian dimana dengan Syifa?" tanya Dirga.

"Di Restoran Nusantara yang diresmikan Om Santanu dua tahun lalu itu, Pah!" jawab Boby.

"Bagus! Tempat pilihan yang tepat!" Dirga tersenyum.

"Tapi restorannya sudah direservasi semua kan?"

"Sudah, Pah. Hari ini pelanggan yang biasa ke sana gak bakal bisa makan disana" jawab Boby.

Dirga tertawa lalu berbisik padanya, "Pokoknya pepet terus sampai dapat. Kamu bakal papah tugaskan untuk mengurus semua acara dia sebagai brand ambassador kita selama lima tahun ke depan. Kamu bakal ketemu terus sama dia”

“Dan papah yakin gadis itu akan jatuh cinta sama kamu."

Boby tersenyum senang mendengarnya.

"Kalau gitu Boby pergi dulu, Pah! Sepertinya Syifa juga sudah di jalan menuju kesana."

"Oke! Kamu sudah siap menjelaskan semuanya soal brand ambassador itu kan?"

"Udah dong, Pah. Semalam sudah Boby pelajari apa yang bakal aku omongin ke dia soal brand ambassador itu."

"Yaudah! Tunjukkan pesonamu!"

"Siap, Pah."

Boby lalu pergi bersama dua asisten yang telah menunggu di depan kamarnya. Saat Boby sudah menghilang di kamar itu, handphone Dirga berbunyi, dia langsung menggunakannya.

"Halo"

"Kita mendapat informasi bahwa Pak Suripto telah melepaskan pengaruhnya, Pak! Dan sepertinya dia sengaja melakukannya itu sebagai upaya menyembunyikan diri.”

"Kalau begitu jalin koalisi dengan pimpinan Penguasa Kuda Hitam untuk merebut wilayah kekuasan Macan Kumbang secepatnya.”

"Maaf, Pak. Sekarang Penguasa Macan Kumbang sudah memiliki penguasa baru.”

Dirga terkejut mendengarnya, "Secepat itu? Siapa penggantinya?"

"Kami masih menyelidikinya, Pak. Tapi sepertinya Penguasa Kuda Hitam juga tidak tahu, soalnya itu sangat dirahasiakan oleh seluruh anggota Penguasa Macan Kumbang" Jawab anak buahnya.

Dirga geram, "Bodoh kamu!! Aku menyuruhmu untuk menjalin koalisi dengan Penguasa Kuda Hitam lebih dulu! Malah kamu menduga-duga, dasar Kunyuk!!”

“Iya, iya Pak. Maaf!”

“Setelah menjalin koalisi dengan mereka, suruh Penguasa Kuda Hitam untuk mencari tahu siapa pimpinan Penguasa Macan Kumbang yang baru.”

“Jika sampai tengah malam nanti aku tidak mendapatkan informasi, kalian semua saya pecat!!”

"Ba... baik, Pak!"

Dirga mencengkram handphonenya dengan kesal.

------------------------------------------

Azka terlihat gelisah di meja kerjanya. Cafe tampak semakin ramai di malam itu. Sejak tadi dia berusaha mengirim pesan pada Syifa namun tak kunjung dibalasnya. Azka juga sudah menelpon, namun kini handphone Syifa mati. Mungkin sengaja dimatikan.

Tak lama kemudian handphone jadulnya yang anti sadap itu berbunyi. Azka langsung memeriksanya. Rupanya itu dari Juki yang menghubungi.

"Halo" jawab Azka.

"Non Syifa kini berada di Restoran Nusantara bersama anaknya Pak Dirga, Bang."

Azka kian panik mendengarnya. Dia khawatir Boby akan berbuat macam-macam padanya seperti yang dilakukannya pada Kalinda.

"Awasi dan segera bertindak jika hal buruk terjadi padanya" pinta Azka.

"Siap, Bang!"

Azka menyimpan handphonenya, kini perasaannya sedikit tenang karena disana ada anak buahnya yang mengintai menjaga Syifa.

--------------------------------------------

Syifa sudah duduk bersama Boby di ruang VVIP Restoran Nusantara. Suasananya sangat sepi, hanya ada pelayan saja dan beberapa orang mirip bodyguard yang sedang berjaga di depan pintu masuk dan gerbang. Diatas meja sudah tersaji menu makan malam beraneka ragam.

"Setelah sekian lama, akhirnya gue bisa duduk bareng lo lagi" ucap Boby.

Syifa tersenyum, "Mudah-mudahan lo gak sakit hati pas gue tolak dulu" celetuk Syifa.

Boby tersenyum kecut, "Siapa yang gak sakit hati ditolak perempuan yang di cintai semua cowok di Indonesia."

Syifa berdiri kesal, "Kalau ngundang gue kesini buat bahas itu lagi, mending gue cabut aja."

Boby tampak khawatir, "Gak Syifa!, gue bercanda aja kok. Gue ngundang lo memang sebenarnya buat bahas soal brand ambassador kok."

Syifa akhirnya duduk kembali. Namun dirinya tampak sudah tidak berselera lagi makan. Akhirnya hanya air putih saja yang diminumnya dan sedikit menyingkirkan piringnya yang terlihat masih dipenuhi makanan.

"Udah?"

Syifa mengangguk. Boby melambaikan tangan. Para pelayan langsung mengangkat semua piring dan gelas di atas meja tersebut.

Boby menatap manager restoran, "Nanti setelah meeting kita berdua selesai, tolong hidangkan menu penutup yang sudah gue pesan. Gue ingin mengenalkan menu penutup terenak yang dimiliki restoran milik ayah gue ini."

"Baik, Den."

Boby kembali menatap Syifa saat manager tadi pergi. Lalu Boby mulai membahas soal ambassador dari point ke point dan menjelaskan semuanya pada Syifa. Dirinya juga mengatakan akan membayar penuh sebanyak 10 miliar untuk kontraknya selama lima tahun.

Setelah menjelaskan semuanya, Boby menyerahkan sebuah map dari asistennya untuk ditandatangani Syifa.

Seketika Syifa teringat perkataan Azka di cafe, sekarang tiba-tiba saja dia memikirkannya dan mulai termakan ucapan Azka. Dirinya yakin Azka pasti sudah mengetahui rahasia keluarga Boby hingga berani meminta padanya untuk menolak tawaran itu.

Syifa yakin Azka tidak mengatakan itu bukan karena cemburu, tapi karena khawatir dia mendapatkan musibah setelah menerima tawarannya.

"Gimana kalau ini gue bawa dulu ke rumah? Nanti besok pagi gue anterin langsung ke Pak Dirga" pinta Syifa.

Boby mengernyit heran, "Kenapa? Lo masih ragu? Kontraknya sebanyak 10 milyar loh? Ini bayaran termahal untuk seorang brand ambassador di perusahaan nusantara!"

"Gue mau pelajari dulu semuanya!" Jawab Syifa.

"Kalau baca sekarang kayaknya gak mungkin. Nanti kalau gue menemukan kejanggalan, gue pasti bakal ngehubungin lo buat tanya-tanya, tapi kalau gak ada kejanggalan pasti langsung gue tandatangani dan kasihkan langsung ke bokap lo. Dulu juga pas dikontrak sama Pak Santanu, gue gak langsung tanda tangan, kok!"

Boby mengangguk, "Ya udah, kalau gitu sebelum kita bubar, kamu harus menikmati dulu hidangan penutup terbaik dari restoran ini."

"Oke!" Jawab Syifa setuju.

Boby segera melambaikan tangannya. Tak lama kemudian menu makanan penutup khas restoran nusantara pun tersaji.

Terlihat sebuah puding yang menggugah selera dengan dilapisi saus sticky toffee dan dihidangkan dengan custard vanilla.

Setelah mereka menghabiskannya, tak lama tiba-tiba Syifa tampak terkulai lemas lalu pingsan. Boby berteriak panik lalu memanggil para bodyguardnya di luar untuk membawa Syifa kedalam mobilnya dengan alasan akan membawanya ke dokter.

Semua karyawan di restoran itu ikutan panik dan khawatir. Bagaimana tidak, mereka semua bisa kena pecat bila sesuatu yang buruk terjadi.

Di luar gerbang, sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan, yang di dalamnya ada Juki dan yang lainnya, melihat dua lelaki berpakaian jas lengkap sedang menggotong Syifa yang pingsan ke dalam mobil.

"Coba diam-diam tanya Non Syifa kenapa?" tanya Juki dengan heran pada anak buahnya. "Tapi jangan sampai mereka curiga!"

Salah satu anak buahnya mengangguk lalu keluar. Tak lama kemudian dia kembali masuk ke mobil dan mengatakan kalau Syiifa tiba-tiba pingsan setelah selesai makan, katanya sekarang mau dibawa ke rumah sakit.

Juki langsung menghubungi Azka.

Di Cafe, Azka yang baru saja keluar dari toilet langsung mengangkat handphone jadulnya setelah menerima telepon dari Juki.

"Non Syifa pingsan, Bang. Sudah dimasukan ke dalam mobil, mereka akan membawanya ke rumah sakit.”

Azka panik mendengarnya, khawatir Boby melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada Kalinda.

"Ikuti mobilnya sekarang juga dan share lokasi kalian ke handphoneku yang satunya."

"Siap, Bang!"

Azka segera menghubungi Marwan untuk menjemputnya di cafe dengan kepanikan.

Saat Marwan datang dengan mobilnya, tanpa pamit lagi ke pekerja di sana, Azka langsung naik ke mobil, duduk di sebelah Marwan yang sedang menyetir.

Azka melepas dasinya lalu melemparnya ke jok belakang.

"Ikuti share lock yang dikirim, Juki!" pinta Azka.

"Siap, Bang!"

--------------------------------------

Di dalam mobil, Boby sedang video call dengan teman kuliahnya yang lain. Di belakangnya Syifa terbaring pingsan.

"Liat gue sama siapa sekarang?" ucap Boby pada temannya sambil mengarahkan kamera handphonenya pada Syifa yang pingsan.

Teman-temannya shock melihatnya.

“Bob! Kasih ke kita ya kalau lo udah bosen! Hahaha” Kelakar temannya.

"Pokoknya tunggu aja kabar gue selanjutnya! Bye-bye!"

Boby langsung mematikan handphone-nya dan menoleh sedikit ke Syifa dengan tatapan liar.

"Gue bakal bikin lo hamil hingga lo gak bisa nolak lagi buat nikah sama gue.” Gumam Boby lalu menambah kecepatan mobilnya.

Di belakang, Juki masih mengikutinya diam-diam dengan mobilnya. Sementara Azka yang masih bersama Marwan masih mengejar titik lokasi mereka.

Juki terkejut saat melihat mobil Boby memasuki area perumahan. Dia pun langsung berbelok ke area perumahan itu dan terus membuntuti mobil Boby.

Saat mobil Boby memasuki gerbang rumah. Juki langsung menghentikan mobilnya lalu mengajak anak buahnya untuk keluar.

Di gerbang, mereka dihadang para bodyguard ketika Boby sedang menggotong Syifa ke dalam. Juki dan anak buahnya terpaksa bertarung dengan mereka.

Di dalam sebuah kamar, Boby sudah membaringkan Syifa di atas kasur. Segera dirinya melepaskan pakaiannya sendiri hingga kini bertelanjang dada dan hanya mengenakan kolor saja.

Diluar sana, Boby sayup-sayup mendengar adanya pertarungan. Dia meyakini para bodyguardnya mampu mengatasi.

Sesaat kemudian Syifa tersadar. Dia terkejut melihat Boby sudah bertelanjang dada dan bersiap menurunkan celana kolornya.

"Mau ngapain lo?" Bentak Syifa dengan ketakutan.

“Tolong! Tolong!"

Boby langsung menduduki Syifa dan membekap mulutnya dengan tangan.

“Ini buat lo yang sok jual mahal ke gue!" Teriak Boby.

“Dan gue mau buat lo gak berharga lagi, Hahaha!” Pungkas Boby dengan senang.

Syifa mencoba meronta sambil berteriak tapi rontaanya sia-sia.

PLAK PLAK

“Diem lo bangsat!” Bentak Boby setelah menampar wajah Syifa dua kali.

BRAAAKK

Seketika pintu kamarnya di dobrak, dan pintunya terlempar lepas dari engselnya.

Suara yang keras itu membuat Boby terjengkang karena terkejut.

Boby terbelalak mendapati Azka sudah berdiri di ambang pintu. Sepasang matanya merah menyala bagai iblis yang siap membantai mangsanya.

“MATI!!” Geram Azka yang melihat Boby hanya mengenakan celana kolor di dekat Syifa.

Azka mendekati Boby dan langsung mengangkatnya ke udara, mencekik lehernya hingga kesakitan dan susah untuk bernafas.

Saat Azka akan mematahkan batang leher Boby, Syifa berteriak.

“JANGAN!!!” Syifa bangun dan memeluknya dari belakang. Dirinya tahu bahwa Azka saat ini tengah loss control dan khawatir benar-benar akan membunuhnya.

Azka menatap Boby dengan kebencian yang meluap.

“Jangan! Gue gak mau lo masuk penjara! Please lepasin dia, please….” Mohon Syifa dengan menangis.

“Lepasin please….” Sekali lagi Syifa memohon dan terus memeluknya dari belakang.

Azka melepaskan cengkraman di leher Boby hingga membuatnya jatuh terduduk di lantai dan mendudukinya.

Lalu melayangkan pukulan bertubi-tubi di wajah Boby hingga wajahnya bonyok dan mulutnya berdarah, beberapa giginya juga tanggal.

Syifa yang melihat kebrutalan Azka mencoba menghentikannya.

“Sudah!! Azka sudah!! Dia akan mati jika lo pukuli terus!!” Syifa menjerit sambil menarik narik baju belakang Azka.

Setengah dari kesadarannya, Azka masih bisa mendengar gadis itu memohon.

Syifa yang melihat Azka berhenti memukul, langsung berpindah dan berdiri di hadapannya, menatapnya dengan emosi.

“Lahat!! Apa lo gak liat? Dia bisa mati!! Dan lo bakal masuk penjara!” Tunjuknya dengan terisak.

Ditengah isak tangisnya itu, Syifa sebenarnya merasakan ngeri saat menatap sepasang mata Azka yang merah menyala. Dia merasa bahwa itu bukanlah Azka yang dia kenal.

“Sudah… sudah Az… Gue baik-baik aja kok” Ucap Syifa dengan mengusap lembut punggung Azka berulang kali.

Sepasang matanya mulai berangsur normal, dan kesadarannya pun kembali pulih seutuhnya.

Syifa yang melihat Azka tidak lagi nafasnya memburu, segera mengajaknya keluar dengan menggandeng lengan Azka tanpa menghiraukan keadaan Boby yang sudah terkapar tak berdaya.

Saat keduanya keluar dari kamar itu, Syifa terbelalak melihat sudah banyak orang yang terkapar di lantai baik itu di dalam rumah maupun di halaman.

Kondisi Marwan juga terlihat babak belur, dia sedang berdiri sambil membukakan pintu mobil. Azka dan Syifa pun naik ke dalam mobil itu. Lalu Marwan membawa mereka pergi.

Di perjalanan menuju apartemen, Azka diam tak mengucapkan sepatah katapun sejak tadi dan Syifa juga tak berani mengajaknya bicara. Dirinya merasa bersalah karena tidak menuruti perkataan Azka sebelumnya.

Dan saat mereka berdua tiba di depan pintu apartemen, Azka berbalik memunggungi Syifa dan berkata padanya, "Mobil lo lagi diurus sama temen gue. Nanti bakal di antark ke sini”.

Setelah mengatakan itu, Azka lalu berjalan menuju lift. Syifa memandangi punggung Azka yang kian menjauhinya.

"Azka!!” Pekik Syifa.

Langkah Azka terhenti dan enggan menoleh kebelakang. Syifa berlari ke arahnya lalu memeluknya dari belakang sambil terisak.

Azka terdiam, gugup, bingung, kesal semuanya bercampur menjadi satu. Dia membiarkan gadis itu terisak di punggungnya.

"Maafin gue yang gak mau dengerin omongan lo!" Isak Syifa.

Azka masih terdiam, tidak tahu harus berkata apa pada gadis itu.

"Harusnya gue dengerin omongan lo!" Ucap Syifa lagi.

Azka berbalik lalu memandangi wajah Syifa yang masih terisak hebat. Ada jejak kemerahan di wajah Syifa dan dia tahu itu bekas tamparan, hati Azka terasa tertusuk melihatnya.

Lalu menyeka air matanya dengan ibu jari, "Lain kali dengerin gue”

Mendengar itu Syifa makin terisak, "Gue… gue... gue sayang sama lo, Azka".

Azka terpaku mendengarnya.

"Gue sayang banget sama lo... gue gak tahu kenapa..."

Azka berdiri terpaku.

"Sekarang gue harus gimana, Az? Sementara elo nyuruh gue jangan berlebihan!"

Azka menarik napas dan menghembuskannya.

"Buang jauh-jauh perasaan lu itu ke gue! Gue gak pantas buat lu. Elu akan menderita, anggap gue seperti saat pertama kali gue nerima tantangan dari elu. Lu sebagai bos gue dan gue sebagai karyawan lu!"

Setelah mengatakan itu, Azka berbalik badan dan lalu meninggalkan Syifa seorang diri di lorong apartemen.

Seketika Syifa terduduk lemas dengan tangisan yang semakin kejer. Dirinya kini paham bahwa perkataan Azka barusan itu adalah sebuah penolakan, hatinya sakit, rasa cintanya bertepuk sebelah tangan.

Malam kian larut, mobil yang dikendarai Marwan menyisir jalanan yang sepi.

Marwan menoleh pada Azka yang duduk di belakang yang sejak tadi diam tanpa suara.

"Masih mau keliling-keliling, Bang? Ini kita udah dua jam muter-muter di jalanan kota" Tanya Marwan.

“Sekarang anterin gue ke kosan" pinta Azka.

"Baik, Bang”.

Azka menyender sambil menoleh ke jendela. Lampu-lampu kota tampak samar di matanya. Dia masih mengingat apa yang dikatakannya tadi pada Syifa. Dia tidak menyangka ternyata dugaannya benar jika gadis itu mencintainya. Dan sekarang dia merasa menjadi seorang lelaki yang pengecut. Dia telah menyia-nyiakan seorang gadis yang tulus mencintainya.

"Ada banyak yang lebih pantas dariku untuk menjadi kekasihmu" ucapnya dalam hati lalu segera mengusir semua ingatannya akan gadis itu.

Azka berusaha meneguhkan hatinya, bahwa apa yang dilakukannya pada Syifa di apartemen tadi adalah keputusan yang terbaik untuk Syifa dan dirinya. Masih banyak hal yang harus dia pikirkan, bahkan semuanya baru saja dimulai, sementara tantangan di hadapan semakin besar.

---------------------------------------

Dua minggu kemudian.

Keadaan Boby berangsur membaik, di wajahnya meninggalkan bekas luka, juga di bibirnya tampak terlihat bekas jahitan yang sudah agak mengering.

Di dalam kamar, Boby sedang disuapi makan oleh Ratuliu, terlihat mamanya itu sedang memegang semangkuk bubur hangat di tangannya.

Boby ketakutan melihat Dirga masuk kedalam kamar menemui dirinya, wajahnya ia palingkan tak berani sekedar untuk memandangnya.

“Anak bodoh!!” Bentak Dirga kesal.

"Kenapa kamu nekat berbuat begitu pada Syifa?! Papa tidak menyuruhmu melakukan niat itu! Kamu sudah merusak rencana Papa!!”

Boby tidak dapat berkata apa-apa, dirinya malah nangis sesenggukan sambil menahan dendamnya pada Azka.

"Sekarang papa hanya punya kamu! Semuanya nanti akan papa wariskan ke kamu! Semua yang papa lakukan ini untuk menaikkan derajat keluarga kita yang selama ini diremehkan oleh keluarga ini sejak kakek dan nenekmu masih hidup dulu!"

Boby semakin sesenggukan di hadapan orang tuanya itu.

"Sekarang papa harus membersihkan nama baik kamu agar gadis itu dan mahasiswa songong itu tidak melaporkan kamu ke pihak yang berwajib! Harus sampai kapan papa terus-terusan menghapus keburukan kamu dimata orang-orang? Hah?!!" teriak Dirga.

"Maafkan Boby Pah.."

Dirga semakin murka, "Jika kamu berbuat bodoh lagi dan merusak rencana papa kedepannya! Papa bakal buang kamu ke luar negeri dan papa akan bekukan rekening dan menarik semua fasilitas yang papa sudah berikan. Kamu jadi gembel di negeri orang, papa tidak peduli!!”.

"Boby janji gak akan mengulanginya lagi, Pah."

Dirga dan Ratuliu keluar dari kamar. Boby mengepalkan kedua tangan. Di wajahnya kini terbayang wajah Azka yang sangat ingin dibalasnya atas semua perbuatan pada dirinya.

Seketika Boby berdiri lalu menarik laci di meja belajarnya. Di sana dia meraih flashdisk yang berisi sebuah rekaman saat Azka memukulnya di dalam sebuah ruangan di kampusnya dahulu. Bibirnya melengkung melihat flashdisk tersebut.

--------------------------------------

Di Lorong kampus, Azka sedang berjalan sendiri menuju kelas prodinya. Tak jauh darinya, dia melihat Syifa untuk pertama kalinya masuk kuliah lagi semenjak pasca kejadian mengerikan itu, dia izin cuti sakit selama dua minggu untuk mengembalikan mentalnya yang down akibat patah hati dan korban pelecehan.

Azka melihat Syifa yang berjalan ke arahnya, dia seperti hendak mengambil sesuatu yang ketinggalan di dalam mobil. Langkah Azka terhenti saat berpapasan dengannya, dia melihat gadis itu sudah tampak seperti biasa dan tidak ada raut kesedihan seperti tempo hari yang dilihatnya.

Syifa juga ikutan berhenti, dan keduanya saling menatap satu sama lain. Namun tatapan Syifa hanya sebentar saja, lalu kembali berjalan melewatinya begitu saja.

Syifa mencoba bersikap seperti semula saat pertama kali mengenal Azka. Dia seolah menganggap Azka tidak ada di sana.

Azka tertegun melihat perubahan Syifa, dia tahu mungkin itu karena penolakannya. Dirinya mencoba untuk mengerti perasaan gadis itu yang membutuhkan waktu untuk kembali bersikap biasa padanya.

Setiba di kelas, Azka mendengar kehebohan teman-teman sekelasnya yang sedang menggosipkan Syifa yang katanya telah bertunangan secara diam-diam dengan Jonathan.

Azka tidak memperdulikan hal itu, karena dia tahu itu hanya settingan saja dengan aktor playboy tersebut.

Tak berselang lama, Syifa datang membawa tasnya yang ketinggalan di mobil. Saat dia berjalan menuju kursinya, seketika dua mahasiswi langsung mendekati dengan wajah penasaran yang haus akan jawaban.

“Syifa! Lo beneran udah tunangan dengan Jonathan?"

"lya, dong!" jawab Syifa sambil menunjukkan cincin tunangannya yang sudah terpasang di jari manisnya.

Dia sengaja menjawab pertanyaan mereka agar Azka mendengar dan melihatnya. Padahal sebelumnya, Syifa selalu tidak mau menjawab jika teman-teman sekelasnya bertanya ini itu perihal masalah pribadinya.

Dua mahasiswa itu tampak terbelalak tak percaya.

"Seriusan?"

"Serius, dong! Mana mungkin gue boong? Emang kalian tahu dari mana?" Tanya Syifa yang sengaja membesarkan volume suaranya agar terdengar oleh Azka. Sedari tadi dia sedikit memperhatikannya.

Syifa malah melihat Azka yang terlihat seakan cuek dan sibuk dengan buku yang sedang dibacanya.

"Dari youtube!" jawab Mahasiswi itu.

"Udah nyebar! Berita lo tunangan sama Jonathan udah muncul di berbagai media. Masa lo sendiri gak tau, aneh deh!” Lanjut Mahasiswi itu.

"Oh, gitu! Celetuk Syifa biasa saja.

"Emang rencana nikahnya kapan?" Tanya Mahasiswi lainnya.

"Kayaknya tahun depan deh!" jawab Syifa dengan tersenyum malu sambil sedikit mengintip ke arah Azka yang masih saja sibuk dengan bukunya.

"Tahun depan? Wah! Selamat ya? Jonathan emang cocok buat lo!" teriak Mahasiswi itu dengan girang.

"Makasih!" Jawab Syifa lalu duduk di kursinya.

Mahasiswi-mahasiswi lain tampak mengerumuninya untuk tahu lebih banyak lagi soal pertunangan Syifa dengan Jonathan.

Sementara Azka yang mendengar itu tampak ragu dengan jawaban Syifa. Sedari tadi buku di tangannya itu hanya ditatapnya saja tidak sedang dia baca.

Azka merasakan tidak ada kebohongan di mata gadis itu saat dia menjawab semua pertanyaan mahasiswi-mahasiswi di kelasnya. Seketika Azka merasa lemas.

Dirinya khawatir jika itu benar-benar terjadi. Karena dia tahu dari Ari bagaimana bobroknya Jonathan selama ini.

Ya, pada suatu malam Azka iseng bertanya soal Jonathan pada Ari. Dia ingin menguji ilmu meretasnya yang dikenal hebat itu. Azka pun meminta Ari untuk diam-diam meretas akun artis yang bernama Jonathan tersebut.

Azka terkejut ketika mengetahui ternyata Jonathan selama ini kerap menggoda artis-artis muda dan mengajak mereka check-in di hotel mewah. Bahkan Jonathan pun diketahui sering jalan-jalan ke luar negeri bersama ibu-ibu pejabat yang kesepian.

Dan bukan hanya itu, Jonathan juga pernah menjadi simpanan seorang desainer yang diduga waria saat awal-awal karirnya dahulu.

Hal itulah yang membuat Azka khawatir, Syifa akan terjebak pada permainan artis itu jika benar Syifa telah menerima lamarannya.

Azka tiba-tiba bangkit lalu berjalan mendekati Syifa. Saat dia sudah berada di dekatnya, dia langsung menarik tangannya untuk mengajaknya keluar kelas.

"Ikut gue!" Pinta Azka.

Syifa terbelalak heran dan karena pegangan tangan Azka begitu kuat, dia pun terpaksa mengikutinya keluar kelas. Mahasiswa dan mahasiswi di kelas melihatnya dengan keheranan.

"Lepasin!" Pekik Syifa saat mereka berdua tiba di taman kampus.

"Lo beneran tunangan sama Jonathan?" tanya Azka dengan wajah seriusnya.

Syifa mengernyit, "Ngapain lo mau tau kehidupan pribadi gue? Inget, lo itu karyawan gue dan gue bos lo! Lo gak perlu tahu soal pribadi gue, kecuali soal pekerjaan. Lo lupa yang lo bilang kemarin?!”

Azka menelan ludahnya, "Gue sekedar memastikan aja, karena gue tahu semua rahasia Jonathan."

Syifa tertawa, "Gue mau tunangan atau apapun itu urusan gue! Mau gimana pun Jonathan kalau gue ternyata beneran cinta sama dia, gue bakal terima apa pun kekuarangan dia!"

"Jangan Jonathan! Kalau dengan yang lain terserah!" Saran Azka.

Syifa kian terbelalak, "Lo cemburu? Bukannya waktu itu udah nolak gue?"

"Siapa yang cemburu? Gue mau nyelametin lu!”

Syifa tersenyum kecut, "Oh! Lo mau jadi pahlawan lagi? Kenapa? Biar gue tetep berharap sama lo yang gak pasti?"

Azka manyun lalu meninggalkan Syifa menuju kelasnya. Syifa semakin sebal lalu mengikutinya ke dalam kelas di sana.

Dan saat jam istirahat tiba, ketika Syifa sedang menikmati bakso di kantin kampusnya, seketika Azka datang lalu duduk di hadapannya dengan tatapan mata serius.

Syifa terkejut bukan main melihat kedatangannya yang tiba-tiba, membuat dirinya tersedak pentol bakso sehingga terbatuk seraya menepuk-nepuk dadanya.

Azka menyodorkan minum, Syifa langsung menenggaknya untuk meredakan rasa nyeri di hidung, tenggorokan dan dadanya.

"Bisa gak, lo gak ngagetin gue? Lagian siapa yang ngijinin duduk semeja bareng gue, hah?!!” Kesal Syifa.

"Jawab serius pertanyaan gue! Lo beneran udah nerima Jonathan sebagai tunangan lo?" tanya Azka sekali lagi.

"lya!" tegas Syifa.

"Waktu di Bogor gue emang pernah bilang sama lo, kalo gue sama dia cuman settingan doang, tapi sekarang udah bukan settingan lagi dan itu beneran!"

"Gue gak percaya!" Dengus Azka.

"Yaudah, kalau gak percaya sana pergi! Lo bakal liat sendiri tahun depan gue bakal nikah sama dia!"

"Jonathan itu suka mainin cewek" Kata Azka.

"Gue udah tahu!" sahut Syifa.

"Dia pernah jadi simpenannya desainer ternama."

"Gue udah tahu!"

Azka mengernyit, "Dia juga sering jalan-jalan ke luar negeri dengan ibu-ibu pejabat."

"Gue juga udah tahu!" Kembali Syifa menyahut.

"Lo juga mau bilang kalau Jonathan sering bermain cinta dengan para artis pendatang baru buat diajak chek in di hotel mewah. Gitu kan?"

Mata Azka mengembang mendengarnya, "Lo terima kelakuan dia kayak gitu?"

"Ya! Gue terima semuanya. Karena dia janji gak bakal ngelakuin itu lagi kalau gue nerima cintanya dan mau bertunangan sama dia."

Azka mendengus tak percaya mendengar jawaban Syifa.

“Dia gak bakal berubah! Itu cuman janji manisnya doang!"

"Terserah gue dong! Sekarang lo pergi dari sini deh! Kecuali lo mau bahas soal pekerjaan, gue bakal izinin lo duduk di sini" tegas Syifa.

Azka pun akhirnya berdiri lalu pergi meninggalkan Syifa di sana. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba membenci keadaan di hari itu. Dia tiba-tiba panas mendengar Syifa akan menerima semua keburukan Jonathan selama ini.

Dan saat pulang kuliah, Azka semakin panas hati ketika melihat Jonathan datang menjemput Syifa dengan mobil mewahnya.

Mobil pribadi Syifa dibawa dua bodyguardnya yang menunggu di parkiran. Sementara Syifa pergi dengan Jonathan setelah membuat kehebohan di kalangan para mahasiswi yang ingin berfoto dengan dirinya.

"Terserah! Kali ini gue gak bakal bantu lo lagi bila terjadi masalah!" gumam Azka.

Kakinya melangkah lemas dengan perasaan kesal menuju kos-kosannya.

Namun baru lima langkah dia berjalan, Azka mendadak sangat khawatir jika Jonathan akan berbuat macam-macam dengan gadis itu. Dia pun langsung meraih handphone jadulnya lalu menelepon anak buahnya.

"Komandan Penguasa Macan Kumbang siap menerima perintah, Ketua Besar!" jawab Juki di seberang sana.

"Tolong awasi kegiatan Syifa yang kini sedang dibawa Jonathan pergi, hingga dia kembali ke apartemennya! Laporkan semua kejadiannya, jika menemukan si aktor playboy itu hendak melakukan tindakan berbahaya pada Syifa, segera laporkan!" Perintah Azka.

"Siap, Ketua Besar! Tapi untuk melaksanakan tugas, kami perlu tahu nomor plat mobil aktor playboy itu, Ketua Besar."

"Nanti aku kirimkan lewat pesan."

"Siap, Ketua Besar!"

Azka memutuskan sambungan teleponnya lalu bergegas menelepon Ari untuk menanyakan nomor plat mobil sekaligus menanyakan posisi Jonathan dengan kemampuan meretasnya.

Setelah beberapa saat, Ari sudah mendapatkannya dan langsung mengabarkannya pada Azka.

Dan Azka segera mengirimkannya pada Juki. Juki pun langsung menyebarkan pada seluruh anak buahnya yang tersebar untuk mengawasi mobil itu jika mereka menemukannya.

Azka sedikit tenang lalu berjalan kembali menuju kosannya untuk berganti pakaian, dan lanjut kerja di cafe.

----------------------------------------

Syifa dan Jonathan kini sedang berada di sebuah restoran yang tampak ramai. Mereka memilih duduk di deratan meja makan paling tengah. Di atas meja sudah tersaji menu pesanan mereka berdua.

"Lo ngapain sih mendadak meng-up settingan tunangan kita? Biar lebih heboh gitu?" tanya Jonathan heran.

"Ya! Tebakan lo gak salah kok” Kata Syifa dengan menjentikan jarinya.

"Bukannya film yang rencana lokasi shooting di Amerika itu batal kontraknya gara-gara produsernya kekurangan modal? Kalau filmnya jadi sih, gue setuju kita ngelakuin settingan tunangan. Belum lagi elo bilang tahu depan kita menikah! Ntar gimana kalo tahun depan pada nanyain?"

"Ya, gampang, tinggal bilang diundur aja kok!” Celetuk Syifa.

"Yaudah, kalo gitu beneran aja, yuk?" canda Jonathan.

Syifa meraih gelasnya dan hendak menyiram Jonathan. Jonathan langsung mencegahnya.

"Gue becanda!"

"Lo itu gampang nyari cewek yang lebih baik dari gue, ngapain sih lo ngejer-ngejer gue? celetuk Syifa.

"Super star di Indo itu kan elo, Fa! Siapa yang gak mau sama elo?"

"Udah, bahas yang lain aja!" Sahut Syifa.

Jonathan menghela napas, "Mainan lo gimana? Jangan-jangan lo udah kasih tahu semua medsos lagi soal settingan kita?"

Syifa mengernyit, "Mainan yang mana?"

"ltu... si manager cafe lo itu?"

Syifa kesal mendengarnya, "Enak aja mainan! Lo kira gue apa?"

Jonathan sedikit tertawa, "Emangnya gue gak tahu kalau lo lagi deket banget sama dia? Gini-gini spionase gue banyak, Fa!"

Syifa berdiri kesal, "Anterin gue balik!"

"Gue belum kelar!"

"Bodo amat! Pokoknya anterin sekarang!" tegas Syifa.

Jonathan mengalah lalu terpaksa mengantarkan Syifa pulang.

------------------------------------------

Azka duduk di ruangan kerjanya. Sedari tadi dia menunggu kabar dari komandannya. Tak lama kemudian handphone jadulnya berbunyi.

Azka bergegas mengangkatnya.

"Gimana?"

"Semua aman, Ketua Besar" jawab Juki di seberang sana.

"Aman gimana?"

"Mereka pergi ke sebuah restoran, lalu setelah itu Jonathan langsung mengantar Non Syifa pulang" jawab Juki.

"Sekarang udah balik ke apartemennya?" Azka memastikan.

"lya, Ketua Besar."

"Jonathan masuk ke apartemennya gak?" Tanya Azka penasaran.

"Gak! Hanya mengantar sampai lobby. Pas Non Syifa turun dari mobil, di antar sama Jonathan sampai lobby dan dia langsung pulang."

Azka lega mendengarnya, "Yaudah, terima kasih ya."

"Siap, Ketua Besar. Apa ada lagi yang harus dikerjakan?"

"Cukup itu aja" Jawab Azka.

"Siap!" Balas Juki.

Azka menyimpan handphone-nya dengan lega.

-----------------------------------------

Malam itu Azka tak pulang ke kosannya, dia kelepasan tidur hingga tutupnya jam cafe. Merasa tenggorokannya kering, Azka menuju dapur membuka lemari es, lalu mengambil botol air dan menuangkannya ke dalam gelas.

Tiba-tiba dua orang yang mengendarai motor berboncengan, melemparkan botol yang berisi bensin lalu membakarnya dan melemparnya ke kaca depan cafe, hingga botol itu meledak lalu memecahkan kaca dan apinya membakar lantai.

Udin yang kebetulan belum tidur dan tengah asik bermain game terkejut mendengar itu dan bergegas keluar.

“Woi bangsat!! Siapa lo?!" Pekik Udin.

Menyadari kelakuan nya diketahui, dua orang itu langsung cabut pergi. Udin meraih batu lalu melempar ke arah mereka, namun mereka sudah menjauh pergi dengan motor.

Disusul Azka datang dengan terkejut melihat kaca depan tampak pecah dan api masih menyala di lantai, lalu dirinya bergegas mengambil alat pemadam lalu menyemprotnya ke api hingga padam.

Udin masuk, melihat Azka sudah memadamkan api.

"Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya Azka geram.

"Gue gak tau! Gue denger pecahan langsung keluar tadi dan ngeliat ada dua orang langsung cabut pakai motor.

“Kayaknya ini bom rakitan deh, Az! Mereka berdua sengaja ngelakuin ini” Kata Udin.

"Ciri-cirinya gimana?"

Udin pun menjelaskan semua ciri-cirinya, tak pakai lama Azka langsung berlari ke ruangannya lalu menelepon Juki dan meminta Juki untuk mencari orang tersebut. Setelah itu Azka keluar dari ruangannya sambil memakai jaket hitamnya sembari menatap Udin.

"Lo tunggu di sini dulu. Malam ini juga gue bakal suruh tukang langganan buat benerin kaca depan! Lo tungguin mereka ya!"

Udin mengangguk sambil bertanya, "Lo mau ke mana?"

Azka tidak menjawab.

"Woi Az! Kalau lo mau cari orang itu gue temenin! Udah lama gue gak berantem!" Teriak Udin yang tidak digubris Azka dan langsung keluar menuju motornya untuk pergi dari sana.

Azka menggeber motor vespanya untuk mencari pemotor yang tadi melemparkan bom rakitan ke cafenya. Dirinya penasaran siapa mereka?

Dugaan Azka saat ini, mereka adalah orang suruhan Boby. Tak lama kemudian handphone-nya berbunyi. Azka menepi lalu berhenti. Saat melihat Juki yang menghubunginya, dia langsung menggunakannya.

"Halo," jawab Azka.

"Pelaku sudah kita tangkap, Ketua Besar! Sekarang sudah kita ringkus di markas!" ucap Juki di seberang sana.

Azka lega mendengarnya, "Ok! Aku akan ke sana sekarang!"

Azka langsung menyimpan handphone lalu bergegas memutar balik motornya untuk menuju gedung futsal yang dijadikan markas Penguasa Macan Kumbang itu.

Dua orang tampak sedang diikat di sebuah tiang oleh Juki dan anak buahnya. Tak lama kemudian terdengar suara motor vespa di luar sana.

"Sambut kedatangan ketua besar!" pinta Juki pada anak buahnya.

"Siap, Komandan!"

Dua anak buahnya bergegas keluar. Tak lama kemudian dua anak buahnya membawa Azka yang sudah menggunakan penutup wajahnya yang selalu disimpan di motornya. Dia sudah meminta seluruh anak buahnya untuk merahasiakan jati dirinya.

Dia tidak ingin menunjukkan wajahnya pada dua pelaku pelempar bom rakit yang berhasil diringkus anak buahnya itu.

"JAYA SELALU KETUA BESAR!" Teriak Juki dan anak buahnya yang berada di sana menyambut kedatangan Azka.

Azka mendekat ke dua orang yang sedang terikat di tiang itu, lalu menampar keduanya.

PLAK! PLAK!

"Siapa kalian?" Tanya Azka dengan marah.

"Ada urusan apa kalian merusak cafe di wilayahku?"

Seketika handphone dari salah satu orang yang diikat berbunyi dari balik saku celananya.

"Angkat teleponnya kalau ingin tahu kami siapa!" Ucapnya dengan tegas dan tidak terlihat takut sama sekali.

Juki langsung merogoh paksa handphone yang berada di saku orang itu dan menyerahkannya pada Azka.

Azka langsung meraihnya lalu mengangkatnya.

"Halo!"

Terdengar suara tawa di seberang sana.

"Jadi ini ketua besar yang di sebut-sebut sebagai pengganti Suripto si pengecut itu?" sahut seseorang di seberang sana.

Azka mengeratkan giginya "Lo siapa? Dan kenapa lo nyuruh anak buah lo buat kekacauan di wilayah gue?"

"Oh… Dari suaranya masih muda rupanya! Aku kira pengganti Suripto itu seumuran denganku? Rupanya masih anak bau kencur!"

Azka geram mendengarnya, "Lo siapa?! Kenapa merusak cafe?!"

"Ini sebagai perkenalan dari ku saja! Sang ketua besar penguasa macan kumbang. Hahaha….”

Azka terbelalak mendengarnya, "Kalau sekedar kenalan kenapa harus ngerusak cafe orang?”

“Aku sekedar cuman ingin tahu saja, siapa sosok ketua besar itu! Ternyata beneran anak buah gue harus berurusan dengan macan kumbang! Udah... itu aja. Lagian santai sedikit dong anak muda. Woles.. woles… Hahaha…”

"Kamu tidak akan pernah tau siapa diriku! Dan jika berani ganggu cafe itu lagi atau membuat kekacauan di wilayahku, liat saja apa yang bakal terjadi!!" Ancam Azka.

Ketua Penguasa Kuda Hitam kembali tertawa.

"Sekarang sudah ada mobil di depan markas mu yang akan menjemput dua anak buahku yang kalian sandra! Jika kamu tidak membebaskannya, perang seperti kejadian lima tahun yang lalu bakal terulang kembali! Dan ingat!! Meski dirimu menyembunyikan identitasmu, suatu saat aku pasti akan mengetahuinya!”

Sambungan terputus. Azka menyerahkan handphone itu ke Juki. Dirinya berpikir sejenak, baginya perang tidak masalah. Tapi dirinya tidak tau lawannya ini siapa?

Saat ini Azka hanya fokus pada Dirga yang menjadi target utamanya, tidak ingin menambah musuh yang lain. Tapi jika suatu saat dia menjadi duri yang menghalangi jalannya, tentu saja dirinya akan membinasakan semuanya.

“Lepaskan mereka berdua!” Pinta Azka dengan menepuk lembut pundak Juki.

“Tapi, Ketua Be-”

“Aku tau tangan kalian gatal! Aku sudah menyiapkan perang buat kalian untuk memburu seorang target!” Kata Azka dengan tersenyum, ada kilatan tajam dari sorot matanya.

“Baik, Ketua Besar. Kami siap melakukan perintah apapun itu!” Sahut Juki menunduk.

—-------------------------------

Pagi sekali Azka terbangun dari tidurnya. Dia menggeliat lalu bangkit dan berjalan menuju dispenser, merobek sachet kopi dan menyeduhnya.

Karena hari minggu dirinya bisa sedikit lebih santai, kini dia duduk di depan televisi dan menyalakannya.

Entah kenapa tayangan pertama yang disaksikannya sebuah acara gosip artis.

Artis yang kini sangat digandrungi dan digilai oleh kaum pemuda bernama Syifa Hadju dikabarkan menolak tawaran untuk menjadi brand ambassador dari perusahaan Nusantara Group yang dikenal menguasai pangsa pasar di Indonesia hingga di seluruh asia.

Entah apa alasannya, saat ini banyak yang menyayangkan keputusan artis terkenal tersebut karena bagaimanapun Nusantara Group pernah membesarkan namanya.

Banyak selentingan yang beredar bahwa alasan artis itu menolaknya karena ketidakstabilan Nusantara Group semenjak pemindahan kekuasaan.

Banyak program acara yang berlomba memberitakan artis Syifa Hadju dan Nusantara Group. Kedua berita itu selalu menjadi trending topik.

Azka menarik napas berat lalu menghembuskannya perlahan menonton berita gosip itu. Lalu sesaat kemudian mata Azka mengembang ketika mengganti ke channel lain, menyaksikan Dirga yang sedang menggelar konferensi pers di hadapan para awak media.

"Gosip yang beredar itu tidaklah semuanya benar. Mengenai kecelakan yang terjadi pada mendiang kakakku itu, jelas murni karena kecelakaan yang terjadi atas kelalaian sopir. Bahkan pihak kepolisian sudah membuktikannya” Papar Dirga dalam konferensi persnya.

“Adapun mengenai gosip, bahwa anak kandung mendiang Pak Santanu yang hilang itu juga tidaklah benar. Anak kandungnya selama ini tidaklah hilang, putrinya telah tumbuh menjadi remaja yang cantik seperti ibunya dan sekarang sedang kuliah di amerika.”

Seorang wartawan menyela untuk bertanya.

“Apa anda memiliki bukti bahwa putrinya itu benar anak kandung Pak Santanu?”

“Kenapa harus ada bukti? Hanya orang bodoh yang berani mengusik keluarga besar mendiang kakakku. Penjagaan keluarga kami ketat, bahkan rumah sakit tempat istrinya melahirkan adalah milik mendiang kakakku sendiri. Jadi jelas tidak mungkin ada yang berani menukarnya. Kecuali orang itu gila dan cari mati”.

“Apa pernah dilakukan tes DNA oleh Pak Santanu?” Tanya wartawan lain.

“Sudah! Bahwa aku sendiri yang menyarankannya waktu itu. Dan hasilnya 99,99% cocok” Jawab Dirga dengan tenang.

“Mohon penjelasannya pak, alasan artis bernama Syifa Hadju menolak menjadi Ambassador produk kecantikan dari perusahaan anda?”

“Memang benar Syifa Hadju menolak penandatanganan kontrak baru, dia menolak karena sebuah alasan yang masuk akal. Dia mengatakan bahwa dia tidak memiliki banyak waktu dikarenakan padatnya jadwal syuting, iklan dan kuliah untuk lima tahun kedepan. Alasan itulah yang membuat manajemen kami tidak bisa memaksanya.”

“Ada yang lain?” Tanya Dirga.

“Apa benar jika anda itu bukanlah adik kandung Pak Santanu?”

“Omong kosong! Pertanyaan macam apa itu? Aku meminta kepada kalian para wartawan untuk tidak lagi menayangkan berita hoax. Karena jika tetap berlanjut, maka sampai bertemu di pengadilan!”

“Terima Kasih!!” Pungkas Dirga menutup acara konferensi pers.

“Sampah!!” Gumam Azka yang melihat pemberitaan di televisi barusan.

Lalu menyeruput kopinya dan menyobek sebungkus roti. Tak lama dari itu, handphonenya berdering. Saat mengetahui telepon dari Syifa, dia langsung mengangkatnya.

"Halo” Ucap Azka

"Ada apa di cafe semalam?" Tanya Syifa khawatir dari seberang sana.

"Cuman orang iseng yang lempar bom rakitan, mereka mecahin kaca depan tapi gue udah atasi. Malam itu juga langsung diperbaiki dan cafe akan buka seperti biasanya” Jawab Azka.

"Siapa yang melakukannya?"

Azka tidak ingin memberitahukan tentang anggota penguasa kuda hitam pada Syifa. Jika memberitahukannya, identitasnya sebagai penguasa macan kumbang akan terkuak, khawatir Syifa akan membongkarnya terlebih wanita adalah makhluk yang ember.

“Gue kan udah bilang, mereka cuma iseng. Gue udah menemukan orangnya semalem dan mereka itu cuma dua orang bocil yang lagi mabok!”

“Lo gak lagi ngebohongin gue kan?”

“Gak!” Kata Azka yang sengaja berbohong.

“Gue mau nambah karyawan khusus buat jagain cafe! Nanti bodyguard gue yang cariin!”.

“Ok gue setuju! Tapi biar gue aja yang nyari buat securitynya.”

“Gak lah! Biar dari gue aja. Ntar lo malah bawa orang yang cupu lagi” Tolak Syifa karena ragu.

“Lu mau yang muka sangar dan kekar kayak bodyguard elu itu kan? Gue punya banyak kenalan model orang seperti itu. Jadi lu gak usah khawatir, hari ini juga orangnya bakal langsung kerja.”

“Ya udah! Tapi lo gak kenapa-napa kan?" Tanya Syifa yang terdengar sangat khawatir di seberang sana.

"Gue gak kenapa-napa kok"

"Oke! Soalnya kalau lo kenapa-napa gue harus tanggung jawab, lo kan karyawan gue”

“Yang lain?”

“Iya! Yang lain juga sama!” Kesal Syifa langsung mematikan handphone-nya.

Sesaat kemudian Azka kepikiran untuk berhenti bekerja di cafe itu. Dia merasa itu akan membahayakan Syifa. Dia tidak mau melibatkan Syifa dengan musuh-musuhnya.

-------------------------------------

Di dalam area gedung kampus, Azka melihat banyak sekali para mahasiswa dan mahasiswi tengah berdemo di depan gedung kepala fakultas.

Mereka mengangkat kertas karton yang bertuliskan KELUARKAN PERUNDUNGAN DARI KAMPUS.

Saat Azka hendak menuju para mahasiswa yang sedang berdemo itu, Ari langsung menarik tangannya dan membawanya menuju tempat parkir.

"Kenapa sih? Ditanya bukannya jawab malah terus-terusan narikin gue" Kesal Azka pada sahabatnya itu.

"Ikut gue! Nanti gue jelasin di mobil!" Jawab Ari.

Azka mendecakkan lidahnya dan dengan terpaksa mengikuti kemauan Ari tersebut.

Saat keduanya telah di dalam mobil, Ari justru menghidupkan mobilnya lalu membawa Azka pergi dari sana.

"Lo mau bawa gue ke mana? Gue ada jam kuliah!"

"Nanti gue jelasin pas diluar kampus" Sahut Ari.

“Tadi juga lu ngomongnya gitu! Sekarang lu ngomong gitu lagi! Lama-lama gue cakar juga luh!”

Ari terkekeh dari balik kemudi, “Iya sorry, maaf!”

“Yaudah, jelasin ada apa?”

"Mending elo nunduk dulu! Jangan sampai orang-orang ngeliat lo di mobil gue!" Pinta Ari.

Azka menjambak rambutnya sendiri karena frustasi. "Emang ada apa sih, ah?!!"

"Buruan nunduk!" Seru Ari.

Azka pun menunduk, dan saat mereka sudah keluar dari gerbang kampus, Ari menepikan mobilnya di parkiran minimarket lalu mematikan mobilnya dan membuka kaca samping sedikit agar udara bisa masuk kedalam mobil. Lalu merogoh sakunya mengambil sebungkus rokok dan menyalakannya, dia juga menawarkannya pada Azka.

“Sebat dulu!” Kata Ari.

Azka menyambarnya dengan kesal dan langsung bertanya dengan ketus, “Kalau lu gak mau jelasin sekarang! Gue ancurin nih rokok!”

“Perundungan!!” Kata Ari setelah menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Elo itu lagi viral sekarang! Video elo lagi gebukin Boby sudah ditonton 2 juta orang! Sekarang mahasiswa dan mahasiswi lagi berdemo buat ngeluarin elo dari kampus! Makanya gue ajak lo kabur dari kampus, biar elo gak digebukin sama orang-orang di kampus!"

Azka terbelalak mendengar itu, "Video yang mana?"

Ari segera mengeluarkan handphone-nya lalu menunjukkan video viral yang diam-diam dishare oleh Boby melalui akun fake-nya.

Azka terbelalak saat dia melihat dirinya sedang memukul habis wajah Boby di dalam ruangan kelas kosong, ketika dia habis ditampar Boby sewaktu pertama kali kuliah dulu.

Azka yang melihat video itu langsung teringat.

“Aslinya gak gitu, ini videonya dipotong, Ri!”

“Gue akui pernah gebukin dia di kampus, itu karena temannya narik gue dari barisan anak-anak, terus dia bawa gue ke kelas kosong. Gara-gara gue gak diterima diremehkan sebagai mahasiswa anak beasiswa.”

“Nah ternyata di dalam kelas itu ada Boby. Dia lebih dulu nampar gue dan saat dia akan nendang, gue lebih dulu membalas. Ya seperti yang di video itu, muka dia gue bikin bonyok.”

“Gue ngelakuin itu, biar gue gak diremehin!” Pungkas Azka.

"Sayangnya gue udah coba hack seluruh cctv di kampus dan cctv rekaman soal masalah ini udah gak ada. Kayaknya Boby udah kerjasama dengan pihak kampus buat menghilangkan jejak cctv itu" Ujar Ari.

“Gue bakal jelasin masalah ini pada kepala jurusan. Sekarang bawa gue ke kampus lagi”

"Ngejelasin juga percuma, Az! Videonya udah nyebar. Sekarang gak ada yang bakal percaya ke elo kalau elo gak punya video full-nya. Zaman sekarang harus ada bukti!" Ungkap Ari menjelaskan.

Azka menghisap dalam rokoknya lalu menghembuskannya dengan kasar.

“Dua kali tuh anak bikin gegara, kalau bukan karena Syifa, sudah mati tuh anak!” Ucap Azka dalam batin.

Azka meyakini, yang dilakukan Boby pasti unsur dendam pada dirinya karena telah menyelamatkan Syifa. Dengan begitu, dirinya akan dikeluarkan dari kampus dan masuk penjara.

Yang ada dalam pikiran Azka saat ini hanyalah mencari Boby dan membunuhnya, dia sudah muak. Tak masalah jika masuk penjara, dia bisa dengan mudah keluar. Tapi bukankah itu membuat citranya rusak? Syifa akan menjauhinya, begitupun dengan cafenya pasti akan sepi. Belum lagi bakal menjadi buronan polisi se indonesia. Ditambah dia harus menemukan Adirata untuk mengkonfirmasi kebenaran statusnya.

"Sekarang gue harus gimana, Ri?" Tanya Azka bingung.

"Sekarang lo nenangin diri dulu" Saran Ari.

"Lo gak usah takut kalau lo gak merasa bersalah. Gue akan ngajak tim gue buat nyari file utuh dari rekaman pemukulan lo itu. Dan kalau ketemu, bakal gue share ke internet biar orang-orang tahu kebenarannya.”

Azka mengangguk.

"Mungkin yang terburuk ke depan adalah lo bakal dikeluarin dari kampus dan keluarga Boby bakal ngelaporin elo ke polisi. Kalau itu beneran terjadi lo harus tetap tenang, terima dulu aja semuanya dan jangan ngelawan dengan kekerasan! Tunggu gue sampai berhasil mendapatkan rekaman video fullnya.”

“Soal lo masuk penjara, lo tenang aja tim gue punya banyak kenalan pengacara” Lanjut Ari.

“Makasih udah mau bantuin gue, sekarang tolong anterin gue ke kosan, gue mau nenangin diri dulu”.

Ari mengangguk, lalu melajukan mobilnya keluar dari parkiran minimarket, mengantarkan Azka ke tempat kos-kosannya.

Ari pergi setelah menurunkan Azka, di depan gang dirinya melihat mobil Syifa terparkir. Dia berpikir bahwa pasti Syifa sedang menunggunya di depan kamar kos.

“Kenapa ada di sini? Rencananya gue mau ngilang buat sementara. Ganggu rencana gue aja sih nih anak” Gerutu Azka.

“Apa gue ngilang dari sekarang, terus diam-diam masuk ke dalam kamar?”

Tapi niat itu diturunkannya, berharap Syifa bisa memberikan solusi yang lain.

Syifa yang tengah duduk bersama kedua bodyguardnya langsung berdiri saat dari kejauhan melihat kedatangan Azka.

Setelah tiba di depan kamar kosnya, barulah Syifa mendekati Azka sambil memegang sebuah amplop dari kampus yang ditemukan saat hendak mengetuk pintu kamar kos.

"Jelasin ke gue soal video rekaman yang tersebar itu?" Tanya Syifa dengan raut wajah serius.

"Semuanya udah jelas kok! Gue udah merundung Boby, pas awal gue masuk kampus dulu" Jawab Azka yang tidak ingin menjelaskan kebenarannya pada gadis itu.

Dia berharap agar Syifa membenci dan melupakannya. Demi keselamatan gadis itu.

"Gue gak percaya!"

"Lo lagi ngebela diri kan? Boby sengaja cutting videonya dan ngedit sedikit biar terkesan elo yang merundung dia kan?"

Azka memutar tubuhnya memunggungi Syifa.

"Gak! Yang benar adalah gue orang jahat! Gue ini adalah bagian anggota preman! Yang ngelempar bom rakitan semalam adalah musuh gue yang udah gue rundung kayak si Boby!”

“Fa! Lo masih inget kan sewaktu kita ke bogor terus dikejar kejar orang pakai senjata?”

“Itu semua adalah musuh gue. Itu sebabnya kenapa gue minta lu ngebuang perasaan lu ke gue! Karena gue ini gak pantes buat elu dan gak bisa buat elu aman!”.

Syifa terbelalak dan jatuh terduduk lemas.

"Lo bohong sama gue! Gue gak percaya! Kalau elo jahat, lo pasti udah bawa kabur motor dan duit renovasi cafe. Dan pastinya elo bakal manfaatin kepercayaan gue yang lain. Tapi apa? Lo gak seperti itu, Azka!!”

“Please… Jujur ke gue, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Ini ulah Boby kan? Dia mau balas dendam karena aksi penyelamatan lo ke gue?!"

"Gak ada kebohongan! Gue udah jujur sama lu! Sekarang elu pulang dan mulai hari ini gue berhenti kerja di cafe. Kalau selama enam bulan ke depan cafe lu jadi sepi, suatu saat gue bakal ganti semua kerugiannya.”

“Dan tolong suruh bodyguard lu buat ngambil motor vespanya di parkiran kampus” Azka berbalik lalu menyerahkan kunci motornya.

Syifa menepis, membuat kuncinya terlempar. Dua bodyguardnya hanya berdiri dengan menunduk, bingung harus berbuat apa.

Syifa bangkit berdiri lalu mengusap air matanya dengan kasar.

"Gue kecewa!!! Gue kecewa karena lo bohong sama gue!!”

Syifa memberikan amplop dari kampus ke Azka, "Ini surat dari kampus yang gue temuin di depan pintu kamar lo! Sekarang terserah lo mau gimana! Gue ucapin terima kasih atas semuanya!!"

Azka menerima surat itu, Syifa langsung berlari dengan terisak menuju mobilnya yang kemudian disusul oleh kedua bodyguardnya.

Azka membuka surat itu, dirinya terpaku setelah membacanya. Pemberitahuan surat itu mengenai dirinya secara sah dikeluarkan dari kampus.

Azka merobek surat itu menjadi potongan kecil lalu menghamburkannya ke udara. Dibawah hamburan kertas, sepasang mata Azka tampak berkilat.

Di belakang Azka, sudah berdiri Juki dan Marwan yang entah kapan datangnya.

"Kami siap menerima perintah! Jika hari ini juga Ketua Besar menginginkan kehancuran Kampus Nusantara!” Juki berkata dengan wajah serius.

“Kami semua tahu, jika ketua besar sudah di fitnah!” Timpal Marwan.

"Tidak usah! Sekarang kalian berdua pulang! Persoalan ini biar aku yang urus! Kalian tidak perlu ikut campur!"

Setelah mengatakan itu, Azka langsung masuk ke dalam. Juki dan Marwan saling menatap dengan bingung. Akhirnya mereka berdua terpaksa pergi dari sana.

Azka duduk di pinggir kasur, mengatur nafas untuk meredakan emosinya.

Seberkas asap mengepul di hadapan Azka, disusul kehadiran Putri yang datang kali ini dengan pakaian kebesarannya berikut mahkota emas di kepalanya. Mahabbah kewibawaan terpancar jelas dari Ratu Pantai Utara tersebut.

Azka terkejut dan reflek ngesot ke belakang.

“Si siapa kamu?”

“Putri! Memang siapa yang bisa melihatku selain kamu?” Jawabnya dengan tersenyum.

“Putri? Kenapa tampilanmu berbeda dengan sebelumnya?”

Tak menghiraukan pertanyaan Azka dia berkata, “Apa perlu aku turun tangan untuk menyelesaikan amarahmu?” Ucap Putri sambil menopang satu kakinya, terlihat seperti orang duduk yang menyamping tapi terlihat melayang di udara.

“Ti tidak perlu, aku bisa mengatasinya!” Ucap Azka dengan menelan ludahnya karena melihat pemandangan indah di depan matanya. Sebelah kaki putri tersingkap hingga ke ujung pangkal pahanya.

Melihat Azka memperhatikannya, Putri memainkan jemari tangannya di atas pahanya yang putih mempesona.

---------------------------------------

Boby berjalan masuk kedalam ruang kerja ayahnya dan berhenti di depan meja kerja. Berdiri dengan kepala menunduk tak berani menatap matanya.

“Jelaskan pada papa tentang video viral itu! Rupanya kamu tidak menghiraukan ancaman papa kemarin, Hah!!. Baik! Hari ini juga papa buang kamu ke luar negeri!!”.

“Boby ketakutan melihat Dirga menghubungi seseorang.

“Tunggu pah! Bukan Boby yang melakukannya! Video itu terjadi saat kunjungan Om Santanu saat datang di acara penyambutan mahasiswa baru tempo hari, Pah.”

Dirga meletakkan handphonenya di meja.

“Apa?!! Kenapa kamu selama ini diam? Kenapa harus orang lain yang menguploadnya? Jika kamu mengatakannya dari awal, anak songong itu sudah membusuk di penjara dan tidak seenaknya menghancurkan rencana papa sampai sejauh ini!!”

“Masalahnya dia mengancam boby, Pah! Makanya boby tidak berani mengatakan dari awal ke papah” Jawabnya berbohong.

Dirga kian geram mendengarnya.

"Papa akan laporkan anak songong itu ke polisi dan biar di dalam sel sana dia dihabisi orang-orang papa!"

Boby menyimpan senangnya mendengar itu.

"Sekarang pulang! Biar papa yang urus semua! Papa sudah kirim orang-orang untuk segera menindak anak itu. Dia juga sudah dikeluarkan dari kampus! Setelah dia habis oleh anak buah papa, dia bakal masuk penjara!"

"lya, Pah!"

Boby pun langsung keluar dari sana dengan wajah sumringah. Tak lama kemudian handphone Dirga berbunyi. Dia terkejut melihat nomor tak dikenal menghubunginya. Dirga langsung menggunakannya.

"Halo! Siapa ini?" Tanya Dirga.

Azka duduk santai menggunakan handphone-nya. Di luar sana sudah ada puluhan anak buah Dirga tengah mengepung kos-kosannya. Mereka juga membawa seseorang yang memiliki penangkal ilmu kebal.

"Aku barusan saja mengirim sesuatu ke email anda! Silakan periksa emailnya, sebelum aku mengatakan siapa aku sebenarnya" Ujar Azka dengan tenang.

Dirga mengernyit heran. Dia pun bergegas memeriksa email di laptopnya. Matanya terbelalak ketika mendapatkan kiriman file video cctv dari email tak dikenal. Saat dia membukanya, ternyata itu adalah video rekaman aksi Boby yang hendak memerperkosa Syifa tempo hari.

"Apa maksud kamu mengirim video ini? Siapa kamu?" Geram Dirga dengan kening yang mulai berkeringat.

"Jika tidak mau video itu menjadi viral, segera tarik orang-orang anda sekarang juga!”

Dirga terbelalak. Sekarang dia tahu siapa yang menghubunginya.

Azka melanjutkan kata-katanya, "Dan segera bersihkan nama baik ku atas perbuatan anakmu itu, yang dengan sengaja menyebarkan rekaman yang sudah di cut dan diedit!”

“Dan satu lagi! Jangan pernah ganggu aku lagi! Aku bukanlah orang yang anda cari. Aku bukanlah anak kandung Pak Santanu yang anda curigai selama ini. Anda tidak akan pernah menemukan bukti selamanya, itu hanya akan membuat anda lelah!"

Dirga semakin geram mendengarnya.

"Sekarang juga, tarik semua anak buahmu untuk pulang ke kandangnya! Bukan karena aku takut tapi karena aku tidak ingin membuat keributan di sekitar sini hingga mengganggu ketenangan penghuni kos yang lain” Pungkasnya.

Azka langsung mematikan handphone-nya. Dirga yang sudah geram sejak tadi langsung menggebrak meja kerjanya.

Ari yang ternyata sejak tadi bersama Azka di dalam kamar kos langsung berdiri sambil mengintip ke luar jendela. Dia lega saat melihat seluruh anak buah Dirga sudah tidak ada lagi di depan sana.

"Terimakasih sudah menemukan video cctv itu" ucap Azka.

"Mudah-mudahan setelah ini Boby gak berani gangguin lo lagi" Sahut Ari.

"Gue harap gitu.."

"Oh ya, ada yang mau gue kasih tahu ke elo" ucap Ari.

"Apaan?"

"Gue penasaran apa benar Pak Santanu dibunuh oleh Pak Dirga dan apa benar anak gadisnya yang sekarang bukan anak kandungnya? Seperti yang banyak digosipkan oleh media.”

“Karena penasaran itu akhirnya gue nyari tahu dan gue nemu sesuatu..."

"Nemu apaan?" Tanya Azka yang ikut penasaran.

Ari membuka tasnya lalu mengeluarkan laptop di dalamnya dan menyalakannya.

"Lihat ini! Yang gue temuin adalah bukti bahwa Pak Santanu sedang mencari anak kandungnya. Gue menemukan video rekaman Pak Santanu yang sedang menyampaikan pesan pada anak kandungnya di luar sana. Kalau seandainya anak gadisnya yang sekarang anak kandungnya, mana mungkin Pak Santanu membuat video ini, benar kan?”

Azka terdiam mendengar itu. Ari langsung memutar video itu di laptopnya. Seketika muncul wajah Pak Santanu yang sedang duduk disebuah kursi dan sedang tersenyum menghadap kamera.


Bersambung...





 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd