Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gara-Gara Kosan Sempit.. (Permainan Lilis)

Selamat pagi dan selamat beraktifitas.

berikut updetnya ya. dan tolong dengan sangat NO QUOTES.

setelah ini mungkin updatenya akan lebih lama,.....
thanks buat yang udah support...!!!

kebaikan kalian sangat membantu...

Buat yang nunggu ceritanya diupdate dsini sabar aja ya...


Aku terduduk lemas dikamar kosan, memang bukan hal pertama Lilis melakukan sesuatu dengan laki-laki lain. Namun saat itu situasinya berbeda, dan memberikan efek luar biasa padaku.

“Kamu ada tiker ga?”

“Aku gelar tiker aja dilantai..!”

Samar terdengar suara Lilis dari kamar sebelah. Benar saja karena kamar kos yang berdempetan suara dari kamar sebelah bisa ku dengar, sebenarnya hal itu sudah ku duga karena terkadang aku bisa mendengar suara dengkuran si yosep yang lumayan kencang.

“Duh gak punya Lis…!”

“Gak apa-apa deh aku tidur dilantai aja!”

“Kamu dikasur aja Lis!”

“Ih gak enaklah, aku kan nebeng disini..!”

“Yah habis gimana masa kita tidur sekasur berdua…?”

Ucapan si Yosep berhasil membuat jantungku rasanya berhenti berdetak, sekaligus benda diselangkanganku yang sebelumnya hanya meggeliat-geliat saja langsung mengeras kaku.

“Yaudah deh, kita sekasur aja dari pada masuk angin..!”

“Tapi kamu jangan macem-macem ya!”

Gila, aku blingsatan denger ucapan Lilis.

Mana mungkin cowo normal bisa gak macem-macem.

Aku yakin kasur yang ada dikamar si Yosep ukurannya sama denganku, karena memang kasur dan lemari sudah termasuk fasilitas kosan.

Aku membayangkan Lilis dan Yosep tidur dalam satu kasur yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang, sudah pasti badan mereka akan saling bersentuhan.

Aku tak yakin Yosep tak macam-macam.

“Yaudah deh, dari pada masuk angin..!”

Itu adalah kalimat si Yosep yang sekaligus menjadi kata-kata terakhir yang kudengar dari kamar sebelah, setelah itu tak terdengar obrolan mereka lagi.

Yang artinya mereka sudah beranjak ke kasur dan tidur bersama.

Membayangkan hal itu mana mungkin aku bisa tidur.

Aku benar-benar gelisah tak karuan, memang bukan kali pertama Lilis tidur dengan laki-laki lain. Bahkan bukan hanya satu orang laki-laki yang pernah tidur bareng Lilis, tapi biasanya aku menyaksikan semua itu dan biasanya aku yang merencanakan semua itu.

Nah malam itu, aku bahkan tak tau apa yang sedang mereka perbuat. Apa mungkin mereka hanya tidur bersama dan tak melakukan apa-apa?

Rasanya mustahil jika Yosep laki-laki normal, karena Lilis mempunyai daya tarik yang cukup besar. Wajahnya yang cantik dan manis badannya yang bersih mulus dengan lekukannya yang indah.

Diperparah dengan kenyataan Lilis hanya memakai daster tipis, yang pastinya akan membuat lekukan dibagian dada dan pantatnya terekspos jelas.

Kepalaku pusing hanya mengira-ngira saja, maka akhirnya aku memutuskan keluar kamar.

Didepan kamar kosan si Yosep aku celingak-celinguk kaya maling, mau ngetuk pintu gengsi sama Lilis dan takut bikin gaduh juga. Diam saja aku gak bisa karena penasaran dengan apa yang sedang mereka lakukan, dan saat sedang dalam kebingungan aku melihat ada sedikit celah dari jendela kamar kosan si yosep yang tak tertutup sempuran oleh gorden.

Langsung saja dadaku kembali bergemuruh hebat, tentu saja celah kecil itu bisa ku manfaatkan untuk mengintip mereka.

Dengan hati-hati aku mengintip kedalam kamar kosan si Yosep, sialnya ternyata kondisi kamar gelap karena lampu yang dimatikan, beruntung masih ada pantulan cahaya dari lampu kamar mandi dan lampu luar hingga kamar itu terlihat remang-remang.

Aku tak melihat ada pergerakan sedikitpun dari kamar itu, yang artinya mereka sedang berada diatas kasur. Aku mecoba berbagai sudut untuk bisa melihat posisi Lilis berada, walaupun merepotkan akhirnya aku bisa melihat mereka.

Lilis tidur mepet ketembok membelakangi si Yosep, sementara si Yosep tidur telentang disamping Lilis.

Entah si Yosep beneran orang suci atau gak normal? Bisa-bisanya Lilis dianggurkan.

Melihat itu aku sedikit lega.Yah…. walaupun sebenarnya aku mengharapkan ada pemandangan lain.

Aku mengintip mereka selama beberpa menit, namun tak ada pergerakan juga. Akhirnya aku memutuskan kembali ke kamar kosan,karena aku diserang kantuk yang sangat.

Aku pulas begitu saja disamping si andre.

“Mah…mamah….!”

“Mamaaaaaaah!”

Aku terbangun karena mendengar si bungsu nangis dan manggil-manggil ibunya, dia memang belum genap dua tahun dan tentu saja masih nete. Pastinya saat itu dia bangun pengen nete, namun ibunya tak ada disampingya.

Saat itu waktu menunjukan pukul tiga dini hari, lumayan lama juga aku pulas.

Aku langsung memangku si bungsu dan berusaha menenangkannya.

Namun sepertinya yang dia butuhkan saat itu ibunya, karena upayaku untuk menenangkannya tak berhasil dia masih saja menangis.

Maka aku membawa si bungsu keluar kamar, berniat membangunkan Lilis yang sepertinya tak terusik olah suara tangis anaknya. Mungkin dia masih pulas tidur sekasur dengan si Yosep.

Namun setelah berada diluar kamar tiba-tiba tangisan si bungsu berhenti, mungkin dia teralihkan oleh kelap-kelip lampu gedung.

Aku langsung melangkah kedepan kamar si Yosep yang hanya berjarak satu langkah saja dari kamarku, Saat aku berada tepat didepan pintu kamar si Yosep, aku mendengar suara-suara yang sangat ku kenal.

Yups, itu adalah suara erangan dan desahan Lilis. Sontak saja darahku mendidih, dan jantungku berdebar begitu cepat, sudah pasti karena membayangkan apa yang sedang terjadi didalam kamar kosan si Yosep.

Tiba-tiba saja aku merasa kesal, berbalut cemburu dan nafsu birahi yang seketika menggebu. Aku reflek memutar gagang pintu kamar kosan si Yosep dan mendorongnya, sayang pintu kamar itu terunci.

“Dug…. Dug… Dug….!”

Aku menggedor pintu kamar itu cukup keras, beruntung tak membangunkan penghuni yang lain.

Tak berselang lama pintu kamar terbuka.

“Duh… sayang udah bangun ya…!”

Seru Lilis langsung merebut si bungsu dari pangkuanku, dan langsung membawanya kembali ke kamar. Tak ada parlawanan dariku, karena dalam beberapa detik aku terpana oleh penampilan Lilis yang semraut.

Rambut panjangnya tergerai acak-acakan, dengan wajah dan leher yang tampak mengkilat oleh keringat.

Setelah Lilis Keluar dari kamar itu, mataku tertuju pada dua benda yang sangat ku kenal tergelatak tak berdaya dilantai kamar kosan si Yosep. Dua benda itu adalah Celana dalam dan BH Lilis.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd