Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT GELOMBANG NESTAPA

Bimabet
Haduhhh baru numpang lewat chapter.a dah kelar

Saran sedikit suhu @D 805 KI buat percakapan bahasa daerah alangkah baik.a ada tambahan arti dlm bahasa indo suhu barang kali ada reader yg ga tau kan jd lbh paham...
Iya eung maaf ,ane kelupaan ,maklum kebiasaan sehari hari
 
wah thanks suhu akhirnya di update juga .. mantap nubi dukung terus biar sampai tamat

itu yg bahasa sundanya kok gak ada subtitlenya kayak part2 sebelumnya huu ? nubi pusing bacanya huu maklum gak ngerti hehe

maafkan nubi jika lancang.. lanjutkannn
Iya maafin ane om, u kedepannya ane kasih sub titelnya... Hehehe

laanjutkan....
Lanjut kemana om...
 
EPISODE 36

BIAR CINTA YANG MEMILIH (II)




Siang hari Dihalaman teras belakang rumah Surya

Soffie yang sedang duduk di kursi roda ditemani renata, sedang asyik mengobrol

"ehhemm" suara wanita yg memberi tanda akan kehadirannya disitu.

"eh tante tutiek, sini tante duduk disini" sapa renata

"maaf tante ganggu kalian?" tanya tutiek

"enggak kok tante , kita lagi ngobrol ringan disini, ooh iya tante kenalin ini mamah Soffie, mamahnya anton kemarin tante belum ketemu, jawab Rena sambil memperkenalkan Soffie, Tutiek sedikit merenyit kedua matanya.

"saya Tutiek, ibunya Anna" Tutiek memperkenalkan diri, lalu duduk dihadapan Soffie sambil berjabat tangan

"Soffie" membalas dengan tersenyum

"ehhh mbak Tutie, kebetulan mbak, saya lagi buat gorengan pisang, mangga dicicipin" tiba tiba Asih datang menghampiri. Tutiek gak membalas hanya menatap Asih.

"kenapa mbak, ada yang Aneh pada saya" tanya Asih keheranan

"eng... Eenggga, cuuuuma.." Tutiek merasa gagap untuk menjawab

"kenapa mbak? Pasti mbak mau menanyakan status saya disini yach? Tanya Soffie, Tutiek gak membalas pertanyaannya hanya memandang Soffie dan Asih.

"bentar mah.. bu, Rena mo kedalam dulu ambil air minum" Rena beranjak ke dapur mengambil air minum.

"mbak, kami berdua emang istrinya kang Surya" balas Asih.

"mbak heran, kami berdua istrinya mas Surya tinggal bersama" tanya Soffie

"eenng..enggak cuma terkejut aja secara anna gak cerita.. Maaf kalo reaksi saya berlebihan" jawab Tuttiek

"gak papa mbak, wajar kok melihat seseorang yang berpoligami disatu atapkan, ayo mbak cicipin" ujar Asih sambil tersenyum dan menyodorkan goreng pisang ke Sutiek dan Soffie, dan Tutiek pun gak memperpanjang pembicaraan yang sebenernya bukan urusan dia.

"saya kesini mau ngobrol dengan kalian tentang anna..!!" ucap Tuttiek, ucapannya terhenti ketika Rena dan Anna muncul bersamaan sambil membawa minuman

"nduk, bapakmu dah pergi?" tanya Tuttiek

"udah bu barusan" ujar Anna sambil menunduk wajahnya.

"bentar..bentar ada apa ini kok seperti ada yang disembunyikan " tanya Asih sambil menarik Anna untuk duduk disampingnya,

Lalu Rena duduk disebelah Soffie.

Dan Belum juga Asih melanjutkan pertanyannya, anna sudah mendahului membuka pembicaraan

"bu... Mah.. Ren.. Sebelumnya terima kasih banyak pada kalian yang udah banyak ngebantu Anna, menampung Anna, kasih sayang yang kalian berikan ke Anna sudah anna rasakan di sini, tapi... Hiiikss" Anna tak kuasa menangis, Asih yang berada disampingnya lalu memeluk Anna

"ada apa Na, coba bilang ke mamah" tanya Soffie menatap tajam ke Anna.

Sambil mengusap air mata

"Anna mo pamit, Anna mau pulang sama ibu dan bapak... hiiks" lirih Anna kembali tak kuasa menahan tangisnya

"Ren... Maafkan aku yah, aku yang selalu menjadi duri diantara kalian, mungkin ini saatnya aku musti menjauhi kalian hiiiks.." lanjut Anna terhenti mengusap air matanya, Soffie, Tutiek dan Asih hanya bisa diam tak bicara.

"tapi kenapa Na, kamu bukan duri diantara kita, aku menyayangi kamu juga..!!" Rena mendekati Anna dan bersimpuh dihadapan Anna.

"kita.... Anton, kamu dan aku udah berjanji akan terus saling menjaga, kita akan ngerawat dan membesarkan anak kamu setelah kamu lahiran nanti" cecar Renata, dengan nada yang bingung melihat keputusan Anna

"makasih Ren .., tapi aku udah pikirkan matang matang, aku akan membesarkan merawat anak ini sendirian karena ini semua ini akibat aku, dan sebelumnya ane takut kl kalo ibu ama bapak gak nerima keadaan aku, tp kenyataannya mereka nerima keadaan aku sekarang ini, !!" jawab Anna sambil menunduk tak kuasa membalas tatapan renata,

"kenapa dadakan..?" renata belum puas atas jawaban Anna

Anna menunduk seperti berat mengungkapkan alasannya.

"sepertinya aku pengen bantu kamu masak buat makan siang biar badan ga kaku, sih!! Celetuk Sofie , Sofie menilai Anna malu mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Dengan tubuh sedikit masih lemas Soffie mencoba berdiri

"ia mbak bentar lagi kang Surya pulang, ayo Asih bantu berjalannya mbak, mbak Tutiek mau bantu kami, biar mereka berbicara berdua kita tinggal dulu" ajak Asih ke Tutiek, sambil memapah Soffie, Tutiek pun mengerti maksud dari Asih, dia pun beranjak mengikuti Asih dan Soffie

Akhirnya tinggal mereka berdua diteras belakang. Sesaat mereka berdua terdiam, kemudian

"Na, sebenernya apa yang buat kamu pengen pulang..?" tanya renata sambil duduk disamping anna

Anna mengasongkan sepucuk surat pada Renata "Tolong Ren kasihkan surat ini ke kak Anton,!!" Ujar Anna lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menunduk, lama lama tubuhnya bergetar dan terdengar suara isak tangis.

Rena memeluk erat tubuh Anna direbahkan kepala anna di pangkuannya lalu membuka surat dan membacanya. kemudian setelai selesai membaca

"kenapa kamu berubah pikiran, apa yang buat kamu berubah pikiran, Apa kamu ga akan memperjuangkan ciintaamu.. Pada aan..ton" lirih Renata pandangan lurus kedepan, dengan tangan mengusap rambut Anna, suara isak Anna makin terdengar, Anna menggelengkan kepalanya sambil membenamkan wajahnya pada pangkuan Renata.

Renata lalu membangunkan Anna, ditatapnya Anna dengan sorot mata yang hangat tapi tersimpan kesedihan dalam diri Renata. Tersembul sebuah senyuman manis, dan tak terasa disudut mata Renata mulai menggenang air mata

"mmaa..aaff kan aaakku.. Reeenn.. Hiiks, aaaku mussti peergi, aaku ..!!" Anna yang yang tersendat ucapannya.

"karena kamu udah gak pantas untuk anton... Aattau kamu sudah gak mencintai..!! Sebelum Rena selesai bicara

"Aaakuuu mencintai.. Annton.. Ren..,aaaku jugaa menyayangii dia hiiks, taapi aaku juga menyaayangi kamu.. Hiiks, dan yyaaah aaaku ggak paantas uuntuknya, aaku merasa kkamuyang lebih paantas dari pada akuu ren... Hiiks, Aaku yaang berikan keehormaatan aku paada orang lain dibelakang dia, apa ittu pantasss.. Untuknya..?? Bbelum lagi Seekarang aakuu yyang ssudah bberbadan dua, aantonn yaang hharuss menaanggungnya, " dengan keras disela isak tangis Anna meluapkan ganjalan hatinya pada Renata. Lalu dia menangis dengan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

"huu.. Aakuu maaalluu Reen aaku mmalu pada diiri aku sendiri, ketika kamu hadir aaku meerasaa ceemburu paada kamu, cinta kaalian sungguh besar..hiiks, tapi kaamu malaahan mengulurkan taangan kamu pada aku, hiiiks.. Aaaku waanita boodoh yaang tak saadar akan dirinya sendiri.. Mengharaapkan sebuah cinta dengan menghalangi cinta yang saangatsayaang pada aku reen. ... Maafkan akku renn, aaku ssangat menyayangi kammu dann antoon , maakanya leebih baik aku ppergi akku gak mau menghalangi ciita kalian.. Huuuhu.." Anna yang terus mengeluarkan isi hatinya dengan isak tangis

Renata terdiam tak bisa menjawab, airmata yang ditahan sedari tadi pun tumpah berderai di pipi, mendengar ungkapan hati anna

Renata berdiri membelakangi Anna,

"kamu kira aku pantas na.. Aku pun sama seperti kamu..Na, seperti kamu aku mencintai anton dengan segenap hati aku, tapi kehormatan ku yang aku jaga pun diambil secara paksa... Hiiiks... Apa aku pantas untuk dia.. Na..hiiks"

Akhirnya renata pun mencoba mengeluarkan beban dalam hatinya.

eh.. Ren, kkaamu..??" tangis anna terhenti mendengar pengakuan renata.
Lalu Anna berdiri dibelakang Rena.

"yah, aku gak beda ama kamu na, meskipun kondisi yang berbeda, tapi aku merasa aku pun merasa kotor, apa aku pantas.." lirih Renata

"Aku sudah menduga itu sebelumnya Ren, sewaktu kita di Bandung aku menangkap sesuatu diantara kalian, dari perubahan sikap kamu aku bisa tau Ren, maka dari itu aku lebih baik menjauh dari kalian, Aku tak ingin kamu mengalami apa yang aku alami, tolong Ren dampingi Anton mohon jangan pernah tinggalin Anton.., maukah kamu kalukan itu demi Aku" cecar Anna sambil membalikan tubuh Renata. Tapi rena diam tak menjawab, tapi sorot mata Anna seperti meminta jawaban dari Renata.

"maaf Na.. Hiiiks aku...!!" Renata yang tak kuasa menahan emosinya, lalu berlari meninggalkan Anna.. Dengan telapak tangan menutupi mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar oleh yang lainnya

Mamah Soffie, bu Asih dan bu Tutiek yang sedari tadi memperhatikan mereka di dapur, melihat reaksi Renata yang tiba tiba menangis mereka lalu menghampiri renata.

"kenapa Ren..?" tanya Bu asih

Rena tak menjawab hanya tatapan kosong memandangi bu Asih, air mata yang tak henti, lalu berlari ke depan meninggalkan mereka yang masih bingung dengan perubahan sikap renata.

"Ren.. Ren.. Kamu mau kemana.. Ren..?" Asih yang berlari mengejar Renata, tp Renata yang tak bergeming terus berlari hingga Bu Asih pun Tertinggal Jauh,

Dengan keadaan air mata yang tak henti mengalir dari matanya, Renata berjalan menyusuri pinggir jalan.

Renata tak kuasa lagi untuk berbalik ataupun sekedar melihat rumah Anton, Bahkan sepanjang perjalanan Renata menginggat masa-masa indah ketika bersama Anton dan masa-masa ketika mereka berdua berjanji satu sama lain.

"Nton maafkan aku, Aku Benci kamu, aku benci perbuatan kamu saat itu, meskipun itu diluar kesadaran kamu, tapi kamu telah merampas secara paksa, padahal selama ini aku jaga kehormatan aku hanya untuk kamu hingga saatnya nanti" lirih Renata sembari terus melangkah tak tentu arah seiring suasana hatinya

Ciiiit... Sebuah mobil berhenti disamping renata.

"Ren, kamu mau kemana? Tanya seseorang yang mengendarai mobil. lalu turun dan mendekati Renata.

Renata menatap pengemudi itu, sambil mengelengkan kepalanya dan mengusap air matanya

""Kamu gak papa 'kan, kamu kenapa...?" melihat Renata yang sedang menangis membuat pengemudi itu panik dan mengajak rena untuk ikut dengannya,

Renata hanya menatap pengemudi itu.

Bukannya menjawab, Renata langsung memeluk orang itu dan menangis keras tak menghiraukan suasana jalan yang ramai, , dan Akhirnya Renata pun menaiki mobil tersebut ikut bersamanya entah kemana




Berlanjut...
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Lanjutan







Di rumah Anton


"Na, Rena kenapa?" Bu Asih yang baru kembali mengejar Rena bertanya kepada Anna

Anna hanya mengelengkan kepalanya karena ia juga tak mengerti apa yang terjadi dengan semua perkataan Renata.

Disaat Bu Asih bertanya, tiba-tiba suami Tutiek telah tiba dan masuk kedalam rumah Anton.

"Permisi," sapa Jarwo suami Tutiek ketika melihat Istri dan Anaknya sedang berkumpul bersama dengan Bu Asih dan Mamah Soffie.

"Eh, pak sudah dapat tiketnya bis nya?" Tanya bu Tutiek ketika melihat suaminya.

"Sudah bu, ibu sama Anna sudah bersiap-siap?" Jarwo balik bertanya.

"Sudah pak, Anna sepertinya kita harus berangkat sekarang," bu Tutiek berbicara dengan Anna.

"Mah... Bu... Anna mau pamit dengan kalian berdua," lirih Anna sambil menatap bu Asih juga Mamah Soffie.

"Kenapa Na? Bukannya lebih baik kamu disini?" Mamah Soffie bertanya

"Enggak Mah Anna gak mau merepotkan kalian lagi kalau Anna masih berada disini,"

"Dengerin ya Anna kamu nggak ngerepotin kita kok, karena kami berdua sudah menganggap kamu sebagai Anak kita sendiri," kata Mamah Soffie sembari mendekati Anna.

"Makasih Mah tapi ini udah jadi keputusan Anna," Anna berusaha menyakinkan mamah Soffie berserta bu Asih.

"Tapi...,"

"Sudahlah mbak Soff, kalau itu memang sudah keputusan Anna kita harus menerimanya mungkin ini memang terbaik untuknya," kata Bu Asih yang juga mendekat pada Anna.

"Makasih bu sudah mengerti maksud Anna," lirih Anna sembari memeluk tubuh Bu Asih dan Mamah Soffie.

"Tapi bukannya lebih baik kamu nunggu Anton, Na?" Tanya Mamah Soffie sambil melepaskan pelukannya.

"Enggak Mah, lebih baik Anton tidak tahu kalau Anna pergi," kata Anna, yang membuat Mamah Soffie dan Bu Asih harus ikhlas dengan kepergian Anna.

"Mbak Asih, Mbak Soffie sebelumnya saya berterima kasih juga pada kalian karena merawat anak saya tapi biarkan saya dan suami saya yang akan merawat anak kami kedepannya," Tutiek mulai berkata kepada Bu Asih dan Mamah Soffie.

"Iya mbak tutiek, kami berdua tahu keinginan mbak yang ingin merawat anak mbak . Kami berdua cuma bisa berdoa semoga ini bisa jalan terbaik untuk Anna kedepannya," kata Bu Asih.

"Ya mbak terima kasih," balas Bu Tutiek.



"Mah....,bu...., Anna pamit dulu," kata Ana sambil menyalami dan mencium tangan bu Asih dan Mamah Soffie secara bergantian.

"Iya Anna jaga dirimu baik-baik ya," kata Bu Asih sambil mengelus rambut Anna yang sudah dianggap anaknya.

"Kamu ya na, Mamah selalu berdoa yang terbaik untuk kamu," kata Mamah Soffie yang juga mengelus rambut Ana.

"Mbak Soffie, mbak Asih kami berdua juga berpamitan sekali lagi kami berdua mengucapkan terima kasih pada keluarga ini telah menjaga anak kami," ujar Bu Tutiek sambil bersalaman dengan Bu Asih danMamah Soffie secara bergantian.

Iya mbak sama sama," jawab Bu Asih dan Mamah Soffie ketika mereka bersalaman dengan Bu Tutiek.

"Mbak saya juga pamit dan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada keluarga ini," kata suami Tutiek yang bersalaman dengan Bu Asih dan Mamah Soffie secara bergantian.

"Iya pak kami juga minta maaf kalau keluarga ini punya kesalahan dengan keluarga bapak," kata Bu Asih dan Mamah Soffie ketika bersalaman dengan suami Tutiek.

"Tidak mbak kalau saja tidak ada keluarga ini kami tidak tahu lagi anak kami akan bagaimana lagi. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dan kami juga minta maaf sebelumnya telah menuduh anak mbak," kata suaminya.

Bu Asih dan mamah soffie membalas mengangguk sambil tersenyum,

"Ayo Bu, Anna kita pulang," ajak suami tutiek kepada istrinya dan Ana.

"Iya pak, ayo nduk kita pulang," Tutiek juga mengajak Ana untuk pulang.

"Iya bu," lirih Anna sambil berjalan mengikuti kedua orang tuanya dengan langkah beratnya meninggalkan semua kenangan baik ketika ia bersama dengan Anton dan keluarganya.

Bu Asih dan Mamah soffie ikut turut mengantarkan Anna berserta kedua orang tuanya sampai ke depan pagar rumah mereka.

Sekilas Bu Asih dan mamah Soffie memperhatikan Anna yang terlihat begitu berat meninggalkan tempat ini namun apa ada mereka tak bisa mencegahnya karena ini semua sudah keputusan Anna juga orang tuanya.

Sambil memandangi Anna dan orang tuanya yang telah pergi Bu Asih dan mamah Soffie berdoa sambil berharap dalam hati mereka semoga ini menjadi pilihan yang terbaik untuk Anna kedepannya.


---XXX--


Beberapa jam saat bis yang ditumpangi Anna sudah melewati Batas kota,
Terlihat tatapan kosong Anna ketika berada dalam perjalanan,

Anna mengingat semua kenangan ketika berada dalam kota itu terutama saat ia bersama dengan berdua Anton.

Ada sebuah kenangan indah yang membuat Anna berat hati meninggalkan kota ini namun apa daya karena kesalahannya juga ia harus berpisah dengan Anton.

"..Nton semoga kamu bahagia disana," lirih Ana yang terlihat mengeluarkan air matanya.




Tak Bisa Memiliki

Apakah yang engkau cari
Tak kau temukan di hatiku
Apakah yang engkau inginkan
Tak dapat lagi ku penuhi
Begitulah aku
Pahamilah aku

[**]
Mungkin aku tidaklah sempurna
Tetapi hatiku memilikimu sepanjang umurku
Mungkin aku tak bisa memiliki
Dirimu seumur hidupku

Back to [*][**]

Back to [**]

Dirimu seumur hidupku 3x


By Samsons





Bersambung









NEXT -----> ~~EPISODE 37~~
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd