Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT GELOMBANG NESTAPA

~~EPISODE 2~~
TIARA TANPA MAHKOTA



Anton Suryadinata


Anna Pradita


(POV ANNA)




KRRRRIIINGGG


Samar samar dalam tidur, aku mendengarkan HP ku berbunyi sambil menggetarkan permukaan meja riasku yang memang terdengar keras tersebut. Walau pikiranku memang kembali mengingat kejadian 1 jam belakang. Dimana, Anton mengetahui apa yang selama ini aku sembunyikan darinya selama ini. Dan yang lebih menyakitkan bagiku adalah aku menyesali hal itu semua setelah aku kehilangan sosok pria yang akan membuat aku bahagia kelak.


Setelah berusaha dengan keras menggapai HP yang makin berbunyi keras tersebut berhasil. Aku melihat tulisan TITA di layar HP ku. Seorang teman yang memang sedang keenakan mengolah birahinya melawan dua atau mungkin tiga pria yang juga sudah menikmati tubuhku ini.


“ASSSTTTT… Naaa… Lo dimana? SSSTTT Cepetan kesiniii..”


Itu kalimat pertama yang aku dengar saat aku menekan logo gagang telepon berwarna hijau di layar HP ku. Aku yang mendengarkannya tersebut kembali meneteskan air mata yang memang menyadari betap[a hinanya diriku selama ini. Aku menyesali di saat yang memang sudah tidak bisa mengubah semuanya. Tidak bisa mengembalikan Anton seperti dahulu lagi.


“Gue gak sanggup nih Naaaa… Ahhh.. ssstttt…”

PLOOKK PLOOOKKK PLOOOKKK

“Ini si Boby, aaahhh.. datang datang malah sandwich gue. Cepetin kesini Naaaa.. aaahhh… ssstttt…. Mumpung mereka masih bertenaga giniii…”

“Gila nih bool lo Ta… gue gak tahan nihh.. aaaahhh..”



Suara desahan kenikmatan Tita yang sedang digarap oleh Adit, Rizal dan Boby yang baru pulang sehabis menikmatiku kembali terdengar di telingaku. Air mata ini semakin menetes membasahi bantal yang menopang kepalaku yang memang tak tahan menerima semua ini. Aku makin menyesali akan semua perbuatan yang telah aku perbuat ini. Perbuatan hina yang menyebabkan aku kehilangan Anton dan kepercayaannya.


“Sorry Ta. Gue skip deh. Lo lanjut aja sendiri. Dan mungkin gue gak akan mau gabung lagi dan ML dengan mereka lagi.”


Aku menegaskan kata kata itu setelah aku bertekad sebelumnya untuk berubah dan menjalani hidup ini dengan menjadi perempuan yang baik. Walau aku tahu, kalau kecil kemungkinan untuk mengembalikan kepercayaan Anton. Tapi ini satu satunya cara untuk berjuang demi Anton. Demi laki laki yang Selama ini aku khianati.


“Lo bilang apaan sih Na. aaahhhh….. lo mimpi yaaaa?? Aaahhhssss sssttt..”

“Gak kok Ta. Gue sadar kok.”

“Lo jangan muna deh Na. ingat gak lo aaaahhhh…. Nolak eh setelah dikasih aaaahhh.. minta nambah gitu… aaahhh… berenti dulu Dit. Perih bool gue.”

“Beneran Ta. Gue mau namatin kuliah gue dulu.”

“Aaahhh.. Naaaa. Lo jangan gituuu.. aaahhh… ntar gue bongkar kelakuan lo di kampus. Atau perlu aaahhh.. gue bongkar sama bokap nyokap lo. Aaahhh.. eehhh.. bentar dulu Zal.. gue mau ngomong sama Anna nih. Hmmm…”

“Maaf Ta.. aku gak bisa..”

“Hei Anna.. Lo ngapain nolak? Gak kangen sama kontol gue, Adit sama Rizal?”

“Maaf Bob. Mungkin kita sudahi semua ini. Jangan ganggu Anna lagi.”

“Heeeiiii pereeekkk. Jangan seenaknya aja ya. awas aja kalau lo sampai gak datang. Atau gue bakalan……..”

TUUTT TUUUTTT TUUUTTT


Aku yang semakin tidak kuat dengan hal yang kudengar langsung mematikan telepon tersebut. Aku yang sedikit bergeming dengan ancaman Bobby tersebut kembali menyesali saat mengingat kejadian pertama kali aku menikmati hal yang seharusnya tidak aku nikmati tersebut. Kembali air mata penyesalan turun dengan sendirinya dari ujung mataku.


Sambil memandang jari manis yang sudah terpasang cincin pemberian Anton tadi, aku kembali menerawang seandainya hal itu tidak terjadi. Mungkin cincin ini tidak aku pasang sendiri ke jari manisku. Mungkin Anton yang memasangkannya. Dan itu adalah mimpi yang seakan mustahil bagiku sekarang ini. Tapi seberat apapun hal itu, aku akan berusaha untuk mewujudkannya. Andai saja 4 bulan yang lalu, aku tidak terbuai dengan itu semua, pasti itu semua kewujud.

"... Hi bieb.. Lo ada acara gak.. Bisa gak lo ke kostan gue, nich gue ada something buat kamu.”

“Apaan sich bikin penasaran.. Tapi hmmm… gimana yach, aku gak bisa lagian aku belum izin kak Anton gak enak.”

“..Akh lo beib emang lo udah kawin sama si Anton, emang dia siapanya lo.. Nyante aja kalee.. Lagian sama gue ini.. Pokoknya lo pasti suka.”

“Gimana Yach “


Belum juga aku menyudahi alasan penolakanku ke Tita, tanganku sudah ditarik olehnya mengikutinya yang mulai menuju parkiran kampusku. Memang biasanya aku seizin Anton selaku pacarku, jika aku pergi setelah kelar kelas. Karena dia termasuk laki laki yang baik. Selalu memperhatikan hal sekecil apapun dari ceweknya. Sungguh beruntung aku memilikinya.




“Udah lo tenang aja pokoknya masalah Anton lo itu, gue yang handle. Ok???”

“Duh lo Ta.. Main tarik tarik aja, sakit nich tangan gue.. Tapi jangan lama lama yach soalnya aku ada janji sama Anton nanti sore.”

“Oke deh Beib.. itu bisa diatur kok.. yang penting lo ikut gue dulu.”


Aku pun kembali mengikuti Tita tanpa adanya rasa curiga sedikitpun. Andrea Tita adalah teman seangkatanku yang memang sudah menjadi teman dekatku selama ini. Dengan wajah yang menarik dan lumayan cantik, ditambah dengan badan yang proposional dan kulit putih mulus, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian dimanapun ia berada. Apalagi dengan cara berpakaiannya yang memang selalu memainkan gairah lelaki yang melihatnya.




Dikampusku siapa yang tidak kenal akan Tita, mahasiswi primadona. Tetapi ia bukan dikenal sebagai akademisi ataupun prestasi. Tetapi ia lebih dikenal dengan gelar “bispak” yang memang sudah aku dengar sejak sebelum aku dekat dengannya. Tetapi selama ini, aku tidak pernah melihat secara langsung atau mendengar secara langsung julukan tersebut sampai tersemat pada dirinya. Walau Anton juga sempat mengingatkanku dengan julukan Tita tersebut. Entah kenapa aku gak mau memandang Tita dengan negative thingking dahulu selama ia tidak merugikan diriku.



“Gitu donk Na. sekali kali lo jalan bareng gue. Biar dibilang gaul. Hehehehe. Jangan sama cowok lo doang. Emang di dunia ini lo hanya butuh dia? Lo butuh teman juga Na.”

“Hmmm…”



Hanya itu yang aku balas saat sudah mulai memasuki mobil Tita. Apa yang dikatakannya sebenarnya masuk akal juga. Selama ini aku selalu mengikuti Anton. Setiap kegiatan Anton, aku selalu ikut dan begitu juga dengan kegiatannku yang tak pernah tak ada Anton yang menolongnya. Aku yang terdiam dengan perkataan Tita tadi kembali sadar dengan melihatnya. Ia masih sibuk memegang smartphonenya yang terlihat sibuk mengetik pesan entah kesiapa ia mengirim pesan tersebut.



“SMS siapa sih Ta.”

“Ohhh.. ini pacar gue. Dia nanya udah pulang atau belum.”

“Baru aja bilangin gue gak boleh sama Anton, tapi lo malah SMS an sama pacar lo.”

“Ihhhh.. aku bilang ke pacar gue. Kalau gue bakalan ke kost sama elo. Dan dia bakal nyamperin ke kost aja.”

“Hmmm… tapi gue gak ganggu lo entar kan?”

“Hihihii.. ya enggak laahh.. malahan gue makin senang kalau lo udah kenal sama pacar gue.”



Tita pun langsung mengemudi mobilnya sambil tersenyum pasti sambil sesekali melirikku. Aku yang tidak merasakan hal apapun juga membalas senyuman temanku itu yang memang selama ini membantuku di kelas. Mungkin Tita lah teman pertamaku yang selama ini aku selalu bersama Anton.



Akhirnya, aku sampai di kostan Tita yang memang bisa dibilang megah. Aku yang melihatnya sempat terkagum dengan arsitektur bangunan ini. Bangunan yang jauh dari keramaian ini terletak di kawasan perumahan elit di Jakarta bagian Timur ini. Rumah dengan halaman yang luas dan asri tersebut dikelilingi oleh pagar tinggi yang juga menjaga kolam renang yang berada di samping kiri bangunan utama rumah tersebut. Kolam renang yang cukup nyaman apabila saat berendam dan sekedar menceburkan tubuh yang penat. Aku kembali terpesona dengan apa yang aku lihat kali ini.



“Heiii.. lo kenapa diam gitu beb?”

“Ini kostan lo Ta?”

“Ooooo.. ini sebenarnya bukan kostan gue. Tapi ini rumah tante gue. Ya, karena mereka dipindahtugaskan ke Makassar, aku disuruh tinggal disini deh.”

“Beruntung banget ya lo.”

“Hihihi gak juga. Aku sengaja diam, biar gak dibilang sombong sama anak anak. Ntar bakalan pikiran aneh mereka semakin menjadi jadi kalau gie cerita. Jadinya, gue bilang aja tinggal di kostan.”

“Hmmm..”

“Eh ayo masuk.”



Aku pun menuruti Tita yang membukakan pintu rumah yang megah ini. Aku mengikutinya sambil melihat kagum perkakas yang menghiasi rumah ini. Mungkin bisa jadi aku melihat barang yang harganya selangit. Perabotan khas istana terpapar indah di mataku. Sampai akhirnya aku sampai di ruang tengah yang mungkin biasa ditempati penghuni rumah ini untuk nonton televisi yang menggantung di salah satu dindingnya.



“Eh Beb. Lo duduk dulu ya. gue ke dalam dulu ganti pakaian. Hidupin aja tuh TV.”



Tanpa menoleh sedikitpun saat menyuruhku menghidupkan TV, Tita langsung masuk kamar yang terletak di samping yang langsung berhadapan dengan kolam renang tersebut. Aku yang tak mau menunggunya dengan bosan, akhirnya menghidupkan TV tersebut. Siaran siang ini memang termasuk siaran kesukaanku. Dengan hobby memasak, aku memang menyukai siaran ini. Dan membuat aku terlena menonton sambil santai di sofa yang begitu empuk aku duduki.



TING TONG



“Ehh.. Bebb.. tolong bukain dong. aku belum kelar buatin minuman nih.”



Aku yang terkejut dengan bunyi bel dan teriakan Tita dari arah dapur langsung menatap ke arah pintu. Aku saja tidak menyadari kalau Tita telah berada di dapur. Kapan ia keluar dari kamarnya. Aku yang menjawab teriakan tersebut dengan OKE, langsung menuju pintu utama yang aku lalui saat memasuki rumah ini.



KRIEEEEKKKK



“Hai Tita sayaaanggg… Eh Sorry, gue kira Tita.” Aku terkejut dengan kedatangan seorang pemuda yang tidak aku kenal. Hampir saja ia memelukku. Tapi untung saja aku sempat menghindarinya.

“Eh.. maaf. Elo siapa ya?”

“Gue Rizal. Temannya Tita. Tita mana?” pemuda itu memperkenalkan namanya dan langsung memasuki rumah ini tanpa menungguku mempersilahkannya untuk masuk.



“Hai Rizal sayaaaanggg.. kok cepat kali datangnya sih.”



Sesaat aku menutup pintu itu lagi, aku melihat Tita yang sudah menghampiri pemuda yang bernama Rizal tersebut. Aku sempat tercengang dengan penampilan Tita yang memang lebih terbuka. Dan tentunya semakin seksi dengan tubuh indahnya. Dengan tetap memegang dua gelas minuman berwarna merah, ia tampak menggoda saat menyambut Rizal.



Tita yang telah meletakkan kedua gelas tersebut di atas meja depan sofa yang kududuki tadi, langsung memeluk Rizal. Aku baru tersadar dengan pakaian Tita. Kaos besar putih yang berbahan sangat tipis dengan menampakkan CD hitamnya. Tapi di bagian dadanya tak memakai apapun. Aku bisa melihat putingnya yang tercetak saat Tita memeluk Rizal. Apalagi kali ini bibir mereka telah bergumul menambah aku semakin terdiam. Ini memang pertama kalinya aku melihat secara langsung orang berciuman.



“Eh Beib… kamu mau kemana? Santai aja kaliiii.. hihihii.. udahan dulu ya sayang.”



Hanya ucapan itu saat aku mulai berjalan membelakangi mereka. Aku kembali berbalik dengan meihat mereka menyudahi aksi ciuman tersebut.



“Beib…Kenalin nih. Rizal. Teman dekat aku. teman curhat. Dan temannn… hihihi. Itu Anna sayang. Teman sekampusku.” kata kata Tita sambil memeluk lengan Rizal memperkenalkan pemuda itu kepadaku.

“Teman apaan?” Tanya Rizal sambil mencolek hidung indah Tita.

“Ehh.. ini minuman buat gue kan Ta?”



Aku melaluinya menuju meja yang tersedia minuman yang dibuatkan Tita tadi. Hal ini aku lakukan karena menghilangkan kekakuan yang aku alami saat ini. Ya, aku merasa tidak pantas berada di situasi dan kondisi sekarang ini. Aku melihat Tita makin bergelanjutan di pundak Rizal sambil melirik ke arahku dengan tatapan yang aneh. Dan Rizal langsung meraih wajah Tita sampai akhirnya aksi ciuman itu kembali berlanjut.



“Kok kamu sendiri sih. Katanya sama teman teman kamu?” Tanya Tita setelah ciuman tersebut selesai.

“Gak tau. Katanya sih nyusul. Kamu lagi horny ya sayang? Kok udah gak pake BH aja.” Kata Rizal sambil meremas payudara Tita.



Aku yang melihatnya tersebut sempat melirik ke arah mereka sambil bibir gelas masih menempel di bibirku. Memang aku tidak meminum sirup yang berwarna merah itu lagi. Mungkin ini semua karena kegugupanku.



“AAAHHH…. Habisnyaaaa…. Kemaren gak tuntas sih.”



Aku semakin gugup saat Tita mendesah dengan perlakuan Rizal. Dan aku bisa lihat tangan Tita mulai menuju selangkangan Rizal yang masih berada dalam sangkarnya. Dan aku juga bisa melihat Tita membisikkan sesuatu ke telinga kiri Rizal sambil tersenyum penuh arti. Dan entah kenapa aku seakan menikmati percumbuan yang dilakukan sahabatku tersebut.



Rizal pun semakin nakal dengan tangannya sudah memasuki kaos Tta dari bawah. Sampai sampai aku bisa melihat CD hitam Tita dengan jelas. Tita pun tak mau kalah. Tangan kanannya sudah masuk ke celana Rizal sambil meremas remas selangkangannya. Dan tangan kirinya menjambak rambut Rizal sambil menikmati remasan di bagian dadanya. Hal itu semakin membuatku melongo melihatnya. Memang aku pernah merasakannya saat Bobby hendak memperkosaku. Tetapi terasa lain rasanya dengan Tita yang seakan menerima dengan rela cumbuan Rizal tersebut.



“Eh say.. di dalam aja yuk. Gak enak ada Anna.” Kata Rizal menyadari kehadiranku.

“Gak apa apa kok. Anna sohib aku kok. Beeebb.. gak apa kan? Aku udah horny nih.” Jawab Tita yang membuat aku hanya mengangguk lemah.



Rizal langsung melanjutkan aksinya setelah melihat anggukanku. Dengan berhasil melepas kaos putih Tita tadi sehingga payudara Tita tampak jelas di mataku. Payudara yang tak berbeda jauh ukurannya dengan payudaraku. Tetapi entah kenapa payudara itu indah saat diremas remas oleh Rizal. Dan sekarang bukan hanya remasan yang diterima payudara Tita. Tetapi jilatan dan gigitan kecil Rizal membuat Tita kembali mendesah kencang.



“OHHH…. AAAHHH…”



Tangan Rizal pun langsung masuk ke CD hitam Tita sambil mulutnya menjilati kedua payudara Tita. Dan desahan Tita semakin menjadi karena perlakuan Rizal tersebut. Dan entah kenapa aku merasakan geli di selangkanganku. Seakan bibir vaginaku terasa gatal mendengar desahan Tita dan pergumulan yang mereka lakukan di hadapanku.



Entah naluri apa yang membuat aku memasuki tanganku ke dalam celanaku yang telah berada di bibir vaginaku. Dengan memijit mijitnya sendiri, aku seakan merasakan apa yang dirasakan oleh Tita. Akupun terpejam sambil memainkan bibir vaginaku ditemani desahan Tita yang semakin menjadi. Sampai akhirnya, aku merasakan hal yang belum pernah aku alami. Dan tanganku seakan basah dengan cairan yang datang dari dalam vaginaku.



Setelah berhasil mengatur nafasku, aku kembali membuka mataku. Akupun langsung terkejut dengan apa yang aku lihat saat ini. Tita sedang memasukkan batang kontol Rizal ke dalam mulutnya. Dan Rizal pun masih asik dengan kerjaannya di vaginanya Tita. Seakan mereka berbagi kenikmatan saat itu.



“Sayang. Liat deh. Anna mulai kerangsang sama perlakuan kita.”



Kata-kata Rizal tadi memang membuat panas dimukaku. Entah kenapa aku semakin terangsang dengan apa yang aku lihat sekarang. Apalagi ini pertama kalinya aku melihat batang kemaluan pria secara langsung. Aku sedikit tergidik dengan ukurannya yang membuatku terkesima. Dan aku merasakan geli batang itu memasuki vagina wanita. Dan aku membayangkan kenikmatan yang dirasakan wanita tersebut.



“Ehh.. iya sayang.. obat perangsangnya mungkin sudah bereaksi.”



Samar aku mendengar perkataan Tita. Terkejut aku dengan hal tersebut. Terjawab sudah kenapa aku seakan menikmati dan terangsang dengan semua ini. Rupanya, minuman yang aku minum itu telah dicampur oleh Tita dengan obat perangsang. Sungguh kecewa aku kepada Tita saat itu. tetapi aka sehatku dikalahkan oleh nafsuku. Seakan membiarkan sedikit lagi kenikmatan yang akan aku hadapi. Setelah kenikmatan itu datang, aku harus menyudahinya.



“Saay, aku ke WC dulu ya. aku kebelet nih. Temani Anna dulu gih. Kasihan dia.”

“Tapi jangan lama lama ya sayaaanggg..”



Rizal menghentikan aktivitasnya dan menyuruh Tita juga berhenti sejenak. Iapun langsung menuju toilet yang memang sudah ia hafal sebelumnya. Dengan kembali menaikkan kembali celananya, Rizal meninggalkan kami berdua. Titapun langsung menghampiriku yang sedang menggapai kenikmatan di sofa empuk ini.



“Lo horny ya beb?” Tanya Tita kepadaku sambil memelukku sejenak.

“Eeennggg.. Enggaaakk kok…” jawabku terbata bata.

“Ihhh.. jangan bohong. Tangan lo aja gak keluar noh dari celana lo.”



Tita pun langsung menarik tanganku dari celanaku. Aku yang merasa malu tersebut hanya terdiam. Sampai akhirnya, tangannya masuk ke celanaku dan menyentuh bibir vaginaku. Hanya menyentuh dan kembali mengeluarkan tangannya dengan paksa. Membuat aku mendesah dengan perlakuan tangan Tita tersebut.



Titapun langsung meremas pelan payudaraku dari luar kemeja yang ku kenakan. Entah kenapa aku hanya terdiam menerima perlakuan Tita ini. Bukan hanya dari luar tangannya meremas payudaraku. Tetapi aku tidak menyadari kalau aku sudah berada dalam keadaan telanjang dada. Entah kapan Tita berhasil meloloskan kedua payudaraku dari kemeja dan BH putihku.



“Gilaaa beeebb.. tubuh lo seksi juga ya.”



Hanya itu yang terdengar saat Tita kembali meremas payudaraku. Aku pun merasakan sensasi yang luar biasa saat sahabatku itu meremas sambil memainkan putingku yang berwarna coklat muda itu. sampai akhirnya aku merasakan kalau bibir Tita sudah berada di bibirku.



“Duuhh.. 2 bidadari udah mulai aja nih.”



Aku yang terkejut dengan perkataan Rizal langsung tersadar dan melepaskan bibirku dari ciuman Tita. Aku pun langsung menutupi tubuh telanjangku dari tatapan Rizal. Tetapi hasilnya nihil. Tita langsung mencegah tanganku menutup tubuh bagian atasku.



“Udah beb. Nikmati aja selagi kita muda gini.”



Aku yang tak bisa menolak perlakuan Tita lagi karena Rizal telah ikut meremas payudara bagian kiriku dan Tita memainkan payudara kananku. Aku semakin terbuai dengan kenikmatan yang aku terima. Dan entah kenapa aku hanya diam saja saat Rizal telah membuka celanaku dan menampakkan CD putihku yang telah basah akibat perlakuanku tadi.



Rizal pun membuka CD itu dan langsung menjilati bibir vaginaku yang memang membuat aku semakin terlena. Tita pun makin liar menikmati kedua payudaraku. Sesekali ia memilin dan memelintir putingku. Dan itu membuat aku semakin berdesah kenikmatan sambil memejamkan mataku. Kenikmatan dunia yang pertama kali aku dapatkan.



Sampai akhirnya aku merasakan sesuatu masuk ke vaginaku dan aku merasakan sakit yang teramat di vaginaku. Aku langsung membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi. aku terpekik keras saat melihat penis Rizal sudah mulai memasuki vaginaku.



“AAAAAWWWW… jangaaannnnn… Sakiiiittttt….”

“Ssssttt.. tenang aja beb. Jangan dilawan. Ntar lama kelamaan enak kok.” Ujar Tita menenangkanku.



Aku yang merasakan sakit tersebut tanpa sadar meneteskan air mata dari ujung mataku. Ini pertama kalinya bagiku. Dan begitu terasa sakit. Seakan ingin mengurangi rasa sakit yang aku terima, Tita mengulum kedua puting payudaraku bergantian. Tetapi hal itu tidak mengurangi rasa sakit yang teramat di bagian vaginaku.



“Gilaaaa.. masih perawaaannn..”

“Hihihi… nikmati aja sohibku ya say. Menang banyak kamu.”



Aku terdiam mendengar kata Rizal dan Tita tersebut. Aku sadar telah kehilangan mahkotaku dan telah mengkhianati Anton. Tetapi entah kenapa aku seperti menikmatinya lama kelamaan saat Rizal memasukkan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Apalagi tangan Rizal dan Tita masih sibuk memainkan kedua payudaraku. Dan aku merasakan hal yang sangat nikmat saat ini. Sampai akhirnya aku terbawa suasana dan menikmati perlakuan mereka kepadaku. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati percumbuan ini.



Tetapi aku tersadar saat tangan yang menikmati tubuhku semakin banyak. Dan semakin terkejut dengan apa yang aku lihat. Aku melihat kedua orang yang sebelumnya mencoba memperkosaku juga mengulum kedua payudaraku. Ya, Bobby dan Adit sudah menikmati kedua payudaraku yang entah kapan ia datang.



“Wooiiii lepasssiiiinnn..”

“Hahahaha… kesampaian juga gue merasakan tubuh lo ini sayang.” Jawab Bobby dengan tertawa kemenangannya.

“Aku mohon lepasssiiiinnnn…”

“Nikmati aja sayang. Noh lihat puting lo aja sudah menegang gini. Cepetan dong Zal. Gue juga mau rasain memeknya cewek Anton ini.” Kata Bobby lagi.



Aku yang berusaha berontak tetapi gagal dengan pegangan ketiga pria itu di tubuhku. Apalagi Tita yang masih mencoba mengulum bibirku. Aku semakin menyesal saat Rizal beranjak dari posisinya dan mempersilahkan Bobby untuk menggantikannya. Dan Bobby pun langsung memasukkan penisnya yang sudah tegang tersebut dengan paksa ke vaginaku. Yang membuat aku tambah kesakitan. Adit pun menimati kedua payudaraku dengan leluasa sambil mencoba menyiumi bibirku yang telah dilepaskan oleh Tita.



Aku melihat ke samping mencari keberadaan Tita sambil menerima paksaan bibir Adit dan genjotan kasar Boby. Aku melihat Tita kembali bergumul dengan Rizal yang memang sudah bergantian dengan Bobby. Ya, kali ini dua pria ini menikmati tubuhku. Penyesalan bercampur dengan kenikmatan yang aku dapatkan.



“AAAAHHHHH…. Sudaaaahhh.. aku tak kuaaatttt…”

“Tunggu dulu sayaaanggg.. lo harus mengganti semua perlakuan Anton dulu. Ayo Dit. Gantian.. gue mau merawani boolnya dulu.”



Aku merasakan Boby memaksaku untuk berdiri. Dan sampai akhirnya, Adit berada di bawahku yang sedang menikmati kedua payudaraku dengan mulutnya sambil penisnya sudah masuk ke vaginaku. Ya, penis ketiga yang masuk ke vaginaku. Aku semakin menyesali kejadian ini. Entah kenapa aku melihat ke arah Tita. Dan aku berfikir ini semua karena dia.



“AAAWWWWW…. Jaaaanggaaaannnn… SAkitttttt… AAAWWWWW..”



Aku meringis kesakitan saat penis Boby memasuki lubang pantatku. Rasanya sangat perih dan seakan merobek lubang pantatku. Tetapi tidak bagi Boby, dia semakin mendesah dan mempercepat tempo sodokannya ke dalam lubang pantatku. Dan fiks kali ini kedua lobang di bagian bawahku sudah dimasuki dua penis yang berbeda. Penis Adit di vaginaku dan Penis Boby memerawani lobang pantatku.



Entah kenikmatan apa yang aku dapatkan. Sampai tanpa sadar, pergumulan ini telah terjadi selama 3 jam. Dan aku saat ini terkapar di lantai yang disampingku darah perawanku berada. Entah kenapa kenikmatan ini usai dan berganti dengan penyesalan yang sangat. Penyesalan kenapa aku tidak meminta izin ke Anton terlebih dahulu.



“Gimana? Enak kan? Coba aja dulu lo mau. Hahahaha” kata Boby memecah keheninganku.

“Lo jahat Ta.”



Hanya kata kata itu yang keluar dari mulutku. Sambil terisak, aku mengutuk semua kejadian yang baru menimpaku. Peristiwa kehilangan perawanku yang seharusnya diambil oleh suamiku kelak. Dan impianku itu adalah Anton.



“Akkhhh.. muna lo Beib. Buktinya lo tadi keenakan. Hihihi”



Aku kembali terisak mendengar perkataan Tita. Orang yang telah menjerumuskan aku sejauh ini. Sahabat yang tega merusak masa depan sahabatnya dengan mencampurkan minuman dengan obat perangsang tersebut.



“Ohh iya Na. mulai saat ini, lo sudah resmi jadi lonte kami.”

“Aaaa paaaa? Tidaaakkk.. tidaak akan.”

“Hahahaha.. lo gak mau kan rekaman ini sampai di tangan Anton atau bahkan bonyok lo?”



Aku semakin terdiam dengan nasib yang aku terima saat ini. Bagaimana aku harus menceritakan ke Anton. Bagaimana jika kedua orang tuaku tahu. Dua hal itu menggema saat ini dibenakku. Sungguh aku menyesali kenapa aku termakan rayuan Tita.



“Hahahaha.. rasain lo Nton. Beraninya nghajar gue. Sekarang pacarmu bayarannya.”

AAAARRRRGGGGGHHHH


Aku memukul mejaku saat kembali mengingat kejadian pertama kali kehilangan mahkotaku. Dan aku menyalahkan Tita yang menjadi sebab semua ini. Coba saja aku lebih waspada kepadanya. Mungkin kejadian 4 bulan yang lalu tidak terjadi. dan mungkin juga Anton tidak akan meninggalkanku.


AAAAARRRRGGGGHHHH


Kembali aku memukul meja riasku dengan keras. Aku bahkan tidak merasakan sakit di tanganku yang memang sudah memerah akibat pukulanku tadi.


“Paaa… Buuu.. Maafkan Anna… Anna gak pantas jadi anak Ibu dan Papa. Maafkan Anna Pa Bu.”


Aku kembali berteriak saat mengingat kejadian hina itu terjadi kepadaku. Apalagi kedua orang tuaku selalu membanggakan aku di depan kerabat dan temannya. Tetapi, aku malah menyia nyiakan kepercayaan dan kebanggan mereka.


“Ini semua karena Tita. Gue gak tau ini dendam atau apa. Walau aku menikmatinya, tapi aku tetap tidak terima. Semua ini karena lo Ta. Liat aja.”









NEXT -----> ~~EPISODE 3~~
 
Terakhir diubah:
Setelah baca ulang sambil nungguin update, kok nubie ngerasa yg masih kalung ke Anton itu ana (Anton tk besar, ana tk kecil). Makanya ana nggak mau putus dr anton dan bertekad berubah dr kelakuan buruknya. Ana juga yg menyadari anton make kalung tsb serta yg minta anton jd pacarnya.
Kemungkinan gelombang nestapa itu bukan cuma kisah dr pihak anton, tp juga kisahnya ana kenapa bisa spt saat ini
Analisa yg cermat.. Makasih hu.. :Peace:
 
Memang alur maju mundur ditulisan g segampang di film...

Saran ane ya... putaran flashback jangan terlalu cepat. Jatuhnya malah ngebingungin...

Kaya percakapan dengan badai disisipi flasback... alur flasback-narasinya kecepatan


Bisa dibuat beberapa paragraph narasi beberapa paragraph flashback yg dipisah tanda misalnya

Narasi...
#########
Kembali kemasa itu bla bla bla
#########
Ah masa lalu itu semakin terbayang bayang dikepalaku. Fokusku semakin berkurang.


Jadi g perlu sesuai time line suhu....
Yg suhu buatdiupdate terakhir itu kaya gini

Jalan dikit, inget flasback, naruh rokok dimulut, flasback, ngembusin rokok, flasback. Jadi malah kaya kejebak di timeline...

Jadi batas antara narasi dan flashback tidak semu

Kira2 itulah saran dari nubie yg hina dina ini...
Semangat sampai tamat y suhu
Makasih kripiknya n masukannya hu... Ntar ane perbaiki penulisannya sedikit sedikit hehe maklum.. :hore:
 
eahhlahh:pandaketawa: ton...ton...
jadi batal kencing:bacol: siCacing.. gara-gara baju ana hilang kancing sobek saat mau di gagahi siBob.. atau malah ntuh Cacing tadi
:konak: terlalu ngaceng:hammer: ngelihat puting:nenen:

dasar siAnton yang preman berperasaan....
:D

..


sebenarnya sichh:ngupil: asyik-asyik saja diajak :jogets: maju :jogets: mundur :jogets: maju :jogets: mundur cantik.. makin lama juga makin menarik dan terbiasa ngikutin lamunan siCacing ehh:bata: Anton...

bisa diterima lah untuk sudut pandang tunggal (Anton). hanya mungkin terlalu samar pada kalimat pemisah dalam mengikuti perubahan dari kenyataan ke lamunan / ingatan Anton..

apakah :kacamata:ada POV1 selain Anton kah nanti??
Haha.. Maju kena mundur kena eh..
Preman juga manusia... Om haha
:ampun:Makasih kripik, saran, masukannya hu:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd