WELCOME TO
○○○○○○○○○○○
Bagian 18 : The Samurai
○○○○○○○○○○○
Scene 2
》》》》○《《《《
"Mbak, waktunya makan siang. Yuk aku kenalkan makanan terenak di sekitar sini", suara Nada memecah keheningan ruang kerja Nada dan Hajar di lantai dua.
"Woww.. mantul. Ngerti ae rek lek wetengku wes krucuk-krucuk", sambut Hera antusias. Hari itu ia mulai aktif mendampingi Nada di kantor sebagai bentuk perlindungan dari gangguan Pras yang bisa muncul sewaktu-waktu. Angga baru tiba dari penerbangan pagi ini setelah Hera berangkat ke kantor Nada. Angga sempat menelepon bahwa ia mau belanja dan memasak sendiri hari itu, jadi Hera bisa lebih fokus menjaga Nada. Ya memang Hera bukan petarung hebat layaknya Indra. Tapi setidaknya, dengan Nada didampingi Hera maupun Hajar akan sedikit membuat berpikir orang yang akan mengganggunya.
Ketiga wanita cantik tersebut segera melenggang santai ke luar dari kawasan ruko yang mereka tempati dan berjalan ke arah gang yang berada di samping lingkungan ruko.
"Mbak Her, disini menunya lengkap.. sop, bayem, asem, lodeh, pecel, panggang ayam, kotokan Pe, krengsengan, sate usus, sate ndok puyuh, sate kerang, sambelan, ikan bakaran, bothok simbukan, asem-asem jeroan, bali bandeng, lengkap wes pokoke. Tinggal pilih saja", Hajar seperti seorang sales panci dengan ceriwis memperkenalkan ragam menu yang tersedia di warung "Mak Yan" tersebut.
"Wah lek mbak Hajar seng ayu dewe iki tiap hari bantu jadi pelayan disini, bisa laris warunge Mak Yan hahaha", Mak Yan sang pemilik warung berdecak canda saat melihat tingkah sales dadakan Hajar.
"Wkwkwk.. isok gosong kabeh masakane pean Mak kalo Hajar yang pegang", seloroh Nada menggoda. Kerlingan mata Nada spontan membuat si Barbie cemberut imut.
"Waahh.. masakan kumplit. Jarang-jarang bisa makan enak kayak gini.. Aku Kotokan Pe sama nasi jagung ae dik. Minumnya es kacang ijo", ucap Hera penuh semangat.
Nada memilih menu nasi krawu setengah porsi. Sedangkan Hajar cuma "Nggado" sayur asem plus gorengan tanpa nasi dengan alasan diet. Hmm.. Hajarr hajar.. body udah bagus kayak gitarnya Khusna gitu kok ya masih aja diet. Mau di model kayak gimana lagi body nya??..
"Mbak nanti setelah ibadah gapapa monggo rebahan dulu di mushola kantor. Kasihan mbak Hera jadi kurang istirahat gara-gara nemenin Nada kerja. Ga digaji pula.. hahaha", Nada berucap saat kaki ketiganya memasuki ruko.
"Halahh santai ae dik. Aku nimbrung aja di ruanganmu sambil ngobrol ngibril.. aku malah seneng ada temannya ngobrol disini, di rumah kita biasa sepi kalau siang ga ada teman ngobrol", jawab Hera menolak tawaran Nada.
"Njih mbak sak kerso (terserah). Tapi ga papa ya sambil nemuin tamu?. Rencananya nanti ada temannya Hajar yang kesini. Mau bantu sebagai freelance design. Akhir-akhir ini mas Tejo ahli design kami sangat kuwalahan saking banyaknya order", Nada menghempaskan buah pantat sekalnya di kursi sofa ruang kerja. Pun begitu juga dengan Hajar dan Hera.
"Ya gapapa, selama aku ga mengganggu", ungkap Hera.
"Yo sangat tidak mengganggu lah mbak.. pean iki ada-ada aja hahaha", tangkap Hajar mewakili ucapan nada.
----------
Mendekati jam 15.00 datanglah seorang pria kerempeng yang tadi dibicarakan oleh Nada.
"Haloo met siang mas, kenalkan aku Nada pimpinan disini. Sahabatnya Hajar teman sampean itu. Dan ini kakak iparku namanya mbak Hera", Nada menyalami pria kerempeng yang sedari tadi sudah ditunggu kedatangannya.
"Soree mbak.. wes ga awan (ga siang) iki haha. Kenalkan aku Dodo. Baru sih kenal sama mbak Hajar beberapa hari yang lalu melalui mbak Najar dan Pak Ali. Mbak Hera, salam kenal juga yah", pria kerempeng yang ternyata adalah Dodo si kadal buntung no.2 memperkenalkan diri. Tutur bahasanya yang terbiasa santai, nyemanak (penuh persaudaraan) cepat mencairkan suasana dan membuat yang ada menjadi mudah akrab.
"Haloo mas Do.. gimana kabar mas Yos?, sudah berangkat ta ke Makasar?", tanya Hajar ramah.
"Yosa tunda beberapa hari mbak karena ada file-file kerja tambahan yang masih perlu disiapkan dari kantor pusat Surabaya. Iya tadi dia titip salam, maaf ga bisa ikut kesini karena sedang mengantarkan ayahnya general check up. Mungkin next day bisa ikut membantu sambil menunggu keberangkatan ke Makasar", jelas Dodo.
"Weeiih lali (lupa) monggo pinarak mas (silahkan duduk mas)", Nada memotong dan mempersilahkan Dodo duduk di sofa.
"Jadi begini mas.. kami butuh bantuan design tambahan karena tenaga ahli kami kuwalahan melayani order yang lagi banyak-banyaknya. Yahh mungkin awal kita ajak mas sebagai freelance dulu sambil lihat situasi ke depan. Jika kedepan mas nyaman dan kita juga cocok maka mas bisa geser menjadi bagian inti di tim kami", Nada menjelaskan apa yang ia dan Hajar telah rencanakan. Dodo nampak manggut-manggut. Entah karena memahami penjelasan Nada ataukah manggut-manggut karena mengakui kecantikan serta keindahan Nada. Memang Dodo tak habis pikir sejak melihat Najar hingga terakhir melihat Hera. Ini kawanan varietas bibit unggul kok wow semua sih ya. Mereka seperti magnet yang menarik satu sama lain yang kemudian berkumpul, menyatu menjadi gugusan makhluk indah dalam bingkai persahabatan dan persaudaraan.
"Wes gausah lirak lirik cak.. temenku ini juga sudah punya calon suami. Ehmm.. Mungkin deket sama tempat sampean. Jenenge Dana, dagang di dekat kampus B", Hajar menangkap kekaguman dari sorot mata Dodo dan segera memangkasnya agar tidak semakin meradang.
"Iya dulu aku ngekos ama Yosa di sekitar situ, tapi sekarang sudah pindah nang Darjo mbak. Lahh.. Dana yang dagang gorengan ta??. Iku sih tetangganya mas Sinto, temanku. Aku juga kenal sama arek ulet tersebut mbak. Salut aku kalo lihat Dana, arek enom (anak muda) tapi cerdas, ulet, kreatif, jempol pokoke. Eh bahkan temannya Dana yang namanya Indro itu sempat ikut membantu mas Sinto dan Yosa nyelametin aku dari incaran preman perak lho mbak", Dodo bergembira saat tahu bahwa Nada dan orang-orang disekitarnya ternyata masih bolo dewe (teman sendiri) meski baru sekarang tahu juntrungannya. Nada yang mendengar Dodo memuji Dana menjadi tersipu antara malu dan bangga. Tak salah ia menerima cinta pria telaten tersebut.
"Oowalah.. wah yo sipp lek ngunu mas. Bolo dewe ae ternyata. Eh iya sih waktu aku sama Khusna jemput Indro latihan di GOR Darjo, Indro sempat cerita kalau habis bantu bos preman buat nyelametin orang. Eh ternyata mas Dodo yang diselametin. Ehmm mas kenal Khusna ga?", Hajar antusias mendengar Dodo yang ternyata mengenal Dana dan Indra.
"Seng penyanyi ganteng iku seh?, sempat sih kenal pas ketemu di lapaknya Dana.. tapi ga akrab. Orangnya sibuk konser terus kayaknya ya mbak?. Lho eh.. arek iku ta calon suaminya mbak Hajar?.. wahh cocok mbak, yang satu cantik, yang satu ganteng. Pasti nanti kalau anaknya lahir bakal cakep seperti saya hahaha..", giliran Hajar yang sekarang tersipu mendengar nama Khusna disanjung. Namun kalimat terakhirnya yang bikin mules. Males banget punya anak mirip Dodo wkwkwk.. widiiihh..amit-amit jabang bebi tenan.
Mereka ber empat asyik ngobrol hingga tak terasa karyawan satu per satu sudah berpamitan meningkatkan kantor untuk pulang. Bahkan pak Rebo sang sekuriti harapan bangsa juga sudah dipersilahkan pulang terlebih dahulu karena kasihan jika harus menunggu lama.
Melihat hari mulai senja, Dodo akhirnya berpamitan. Ia juga ada janji akan menjemput Amanda pulang kerja.
"Iya mas.. kami juga mau pulang kok. Semoga kerjasamanya cocok ya mas", tutup Nada dengan seutas senyuman di bibir.
"Mugi-mugi mbak. Yaudah monggo saya duluan!", Dodo segera beranjak berdiri dan berlari ke bawah menuju sepeda motor vario maticnya yang bersejarah. Namun saking buru-burunya membuat ia lupa mengambil helm untuk Manda yang tadinya ia letakkan di samping rolling door ruko Nada.
----------
Nada, Hajar, serta Hera baru saja hendak memasuki mobil ketika tiba-tiba muncul 3 sepeda motor dengan 6 penumpang. Dengan cepat orang-orang itu turun dan merangsek ke arah Nada.
Melihat gelagat yang aneh, Hajar segera pasang badan menutup jalan menuju Nada. Namun apalah arti tubuh Hajar dibanding kekuatan 6 pria kekar. Dengan sekali dorong jatuhlah Hajar ke samping, tepat di sisi mobil. Sempat terdengar suara yang sepertinya badan Hajar membentur body mobil baru kemudian jatuh ke tanah.
Nada terpekik, Hera segera maju menghalau. Naas bagi Hera, satu tendangan melesak ke dadanya telak. Ia terpental meringis kesakitan.
Nada segera berlari menjauh. Bertepatan dengan Dodo yang tiba-tiba muncul kembali untuk mengambil helm Amanda yang tertinggal.
Melihat 6 orang mengejar Nada, segera Dodo bertindak. Ia lintangkan motor menghadang mereka.
"Stopp.. !!!"
Dodo menggeram garang. Namun orang-orang tersebut tak peduli dan siap menggilas Dodo yang menghalangi jalan mereka.
Dengan cepat Dodo segera memasang kuda-kuda. Kaki kirinya maju beberapa jengkal. Badannya sedikit merendah. Tangan kiri Dodo mengembang membentuk kipas dibarengi dengan tangan kanannya yang menggenggam kuat dengan posisi tengadah dibawah ketiak kanan.
Dua orang maju bersama. Dodo sudah menunggu dengan siaga. Saat jarak semakin dekat, Dodo segera melompat tinggi dengan kaki mengayuh layaknya mengayuh sepeda. Pada posisi puncak lompatan Dodo melayangkan punggung kaki kanannya menghantam dagu pria yang ada di sebelah kanannya.
"Cupang terbang menggoyang sirip!!", teriak Dodo bersamaan dengan terpentalnya pria yang menerima tendangan dan kemudian tersungkur lemas.
Dua hingga tiga langkah cepat Dodo ke arah kiri menyambut pria kedua yang merangsek maju. Satu tendangan tumit kiri dalam posisi miring ke kanan telak membentur ulu hati pria kedua.
"Cupang terbang mengibaskan ekornya", teriak Dodo lantang. Pria kedua pun limbung dan megap-megap seperti kesulitan bernapas.
Melihat dua temannya tumbang, empat orang sisa lainnya serempak maju memburu. Satu pukulan tangan berhasil dielakkan oleh Dodo, disusul tendangan pria berikutnya yang ditangkisnya dengan mudah oleh Dodo. Namun bersamaan dengan itu tendangan pria ketiga yang berada di belakang tubuh Dodo mengenai punggung bagian bawah Dodo. Ia terhuyung ke depan membentur rolling door ruko yang sudah tertutup.
"Bangsattt kalian..!!!", Dodo membelalah marah. Ia segera melepas jaketnya dan bersiap dengan ilmu alat.
"Ayooh kene.. empat maju semua ayoooh.. pengecuttt !!", bentak Dodo, senyum sinis tersungging dari bibirnya. Ujung jari kirinya menggenggam erat bagian krah jaket yang tadi ia lepaskan.
Serempak ke empat pria maju. Dodo berlari kencang menyambut mereka. Satu kibasan jaket ke wajah pria pertama mengagetkan pria tersebut. Namun belum hilang rasa kaget itu tahu-tahu kepalan tangan kiri Dodo sudah bersarang di wajahnya. Darah segar meleleh di hidung pria tersebut.
Tendangan kaki kanan Dodo ke arah pria kedua berhasil ditangkis. Namun ia salah, karena tiba-tiba sabetan kuat jaket menghantam pelipis kiri si pria menyisakan rasa terbakar yang perih. Disusul tinju kanan Dodo melumat rahang dengan kuat.
Tersisa dua pria lagi yang seperti ragu-ragu untuk melangkah. Sapuan kaki Dodo mereka hindari dengan takut-takut kemudian berlari menjauh. Dodo pun mengejar mereka.
Kali ini Dodo yang terperdaya. Saat posisi Dodo mulai menjauh dari tempat Nada untuk mengejar kedua pria yang tersisa, tiba-tiba datang satu mobil station berwarna hitam gelap dengan pintu samping jenis geser. Dua orang turun cepat ditambah dengan Pras yang mengomando. Nada ditarik dengan paksa.
Hajar dan Hera segera berlari menghalau. Namun mereka kalah fisik. Satu tamparan kuat menghantam pipi halus Hajar hingga ia tersungkur jatuh. Mulutnya sedikit mengeluarkan darah. Seperti ada kulit pipi bagian dalam yang pecah karena membentur gigi.
Hera sekuat tenaga berlari dan memegang kuat-kuat tangan Nada. Cukup kesulitan kawanan tersebut menarik Nada akibat usaha keras Hera.
Namun Pras tiba-tiba maju menyabetkan sebilah samurai ke bagian pundak atas hingga dada Hera.
Crasshh..!!
Hera tersungkur bersimbah darah.
Mobil Pras segera melesat membawa Nada yang meronta-ronta.
6 kawanan bermotor juga kabur meninggalkan Dodo yang misuh-misuh tiada henti.
----------
BERSAMBUNG
KE BAGIAN 19
SEE YAA..
SALAM SEMPRUL