Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT GENGSI DONG !!! (By : FigurX)

Bimabet
Tenang bro, ojo khawatir nek bagian ndusel2 tyas kui bagiane aku... Ng kene aku tak nunggu mbak Hera wae, mas angga ben karo mbak Najar... :Peace: ;)

Wkwkwkek.. knp senengnya selalu yang seken to ??? Wah wah wahhh
 
WELCOME TO










○○○○○○○○○○○

Bagian 20 : Jancukan Jiwa

○○○○○○○○○○○





Scene 1






》》》》○《《《《






Jam 00.00 waktu Indonesia bagian karmen..





"Lhohh.. nduk.. kok podo nangis ngopo?", Pak Ali muncul di sisi tikar yang menjadi alas duduk Angga Cs. Tatapannya mengarah pada Najar dan Hajar yang sibuk menyeka airmata.

"lho.. bapaaakk ga diculik??!", Hajar melongo kaget melihat Pak Ali tiba-tiba ada disana.

"Culik?.. sopo seng nyulik??!!", giliran Pak Ali yang terbengong-bengong bingung.

"Lho Pak.. sanjange (katanya) Khusna dan Indra tadi njenengan tidak ada di rumah. Ya kami khawatir yang tidak-tidak jadinya", ucap Najar menyempurnakan ucapan Hajar sebelumnya.











"Owalahhh.. iku mau ta??!!. Iku mau aku ngeseng (boker) pas Indra celuk-celuk (manggil). Arep metu yo eman lagi separo hahaha", jawab Pak Ali terkekeh.

"Yaa Salaaam..", Indra menepok jidatnya sendiri melihat bocah tua nakal alias Pak Ali.

"Makanya aku nyusul kesini nyariin kalian, koyoke kok ada yang penting gitu..", imbuh Pak Ali.

Akhirnya Pak Ali ikut berjubel diantara vantat yang memenuhi tikar. Sudah tak kelihatan lagi ujungnya tikar saking penuhnya penumpang haha.

Dana sebagai juru bicara kenegaraan segera angkat bicara menceritakan kejadian A sampai Z. Pak Ali tertegun, melongo, dan akhirnya terbatuk-batuk kaget mengetahui bahwa keluarganya juga dalam incaran Pras.

"Lha trus kepriye saiki rencanane?", Pak Ali mencoba membuka obrolan terkait upaya selanjutnya yang harus segera dipikirkan agar Nada bisa segera diselamatkan. Dan keluarga mereka juga kembali aman, damai, tentram kertaraharja.

"Mungkin bapak ini benar rek.. kita harus segera berdiskusi tentang rencana selanjutnya. Sakno (kasihan) calon e cak Dana engko jadi ikan pindang santapan kucing disana", Yosa mencoba memberi usulan. Kebiasaannya untuk bertindak cepat merasa terpanggil.

"Kita perlu cari tahu keberadaannya Pras dulu", Indra menjawab perkataan Yosa.

"Satu-satunya cara ya Dana harus bisa mengorek dari Dona. Meski ini akan sulit", sambut Angga berpendapat.

"Hmmm.. dia pasti tidak mau lah untuk memberi tahu dimana Pras berada", desah Dana resah.

"Mau tapi dengan satu pengorbanan hehe..", Dodo tersenyum aneh. Semua langsung melihat ke arah Dodo.

"Maksudnya bro??!", kejar Dana penasaran.

"Dona asline kan beneran terkiwir-kiwir sama kamu Dan.. nah caranya adalah, sumpal mulutnya pakai danganan oyohmu (batangmu) agar dia buka suara. Buat dia mabuk kepayang dulu. Setelah itu kau minta rembulan pun pasti akan dia berikan hehe. Sori lek vulgar, tapi inilah yang paling masuk akal", ucap Dodo yakin. Keahliannya dalam bermain danganan oyoh tak dapat diragukan lagi 😁. Mita aja sampai ampun-ampun kok hehe.

"Hadoooh gendeng be'e aku sampe kelon sama Dona untuk kedua kalinya", balas Dana tak setuju.

"No, yang dibilang Dodo bener juga. Kita tak punya waktu lagi untuk memikirkan cara lain. Cara itu satu-satunya yang paling ampuhh!!", Khusna berusaha meyakinkan Dana.

"Halah Kas.. matek aku", Dana tersenyum kecut.

"Yo maen cantik to Dan. Ojok langsung dilebokno pentunganmu kuwi hmm (jangan langsung dimasukin anu mu itu). Dikereki koyok pitik jago kae lho.. (digiring dulu seperti ayam jago itu lho). Kamu pasti tahu lah caranya tarik ulur seperti apa. Nah.. kalau mendekati penetrasi ternyata dia masih bungkam yo plan B kita jalankan.. langsung aja Dona kita culik ganti !!!", Pak Ali rupanya juga cukup jago memainkan danganan oyoh haha.

"Iyo Westalah Dan... nanti aku yang bela di depan Nada kalau dia ngamuk gara-gara pentolmu nyicip lubang lain", Angga pasang badan demi terselamatkannya sang adik bungsu tercinta.

"Hahhh.. yoweslah sakareppp.. ngelu ndasku !!", Dana berang. Berang pada dirinya sendiri yang waktu itu sedemikian bodohnya hingga masuk dalam jebakan obat perangsang merk 'Dona'.

"Besok pagi aja kamu mulai jalan.. tengah malam gini datangi Dona malah digebuki hansip engkok !!", imbuh Yosa sambil menahan senyum.

"Iyo ok ok okkkk. Lalu rencana berikutnya gimana?, ojok sampe otongku yang cihuii iki menusuk dengan sia-sia", Dana mereda. Namun ia mengejar langkah selanjutnya dari rencana mereka.

"Perlu kita ajak Sinto Yos??", Dodo meminta pendapat sahabatnya.

"Kali ini jangan.. lawan kita kelas atas. Jangan sampai status preman Sinto malah mempersulit dia kedepannya. Ok lah kita memberi tahu perihal ini pada Sinto, tapi dalam upaya backup aja. Dia jangan turun sendiri, bahaya!!", penalaran Yosa yang cukup encer melengkapi kepiawaiannya dalam beladiri. Mantapp Yosaa..

"Ok berarti kita ber enam berangkat sendiri ya kecuali Pak Ali. Dodo dan Yosa bersedia membantu kan?", Indra yang cukup lama terdiam akhirnya ikut berembuk.

"Lehhh aku ga diajak.. wooh aku yo iso gelut lho rek !!", Pak Ali segera berdiri, memperagakan Jap Jap di udara, membuat Hajar dan Najar tergelak melihat tingkah kocak bapaknya.

"Bapak yang jaga para cewek ini pak. Mereka butuh penjaga terhebat !!!", jawab Angga menghibur. Disambut acungan jempol Pak ali tanda setuju.

"Ok sekarang aku dan Yosa bisa menemui cak Sinto dulu untuk koordinasi. Setidaknya biar dia tahu duduk permasalahannya. Besok kita akan gerak setelah mendapat info akurat dari Dana", Indra menarik kesimpulan dari semua obrolan yang ada. Sebentar kemudian ia dan Yosa sudah menghilang dibalik tembok rumah sakit untuk menemui Sinto di warung biasanya.


----------




Di sebuah rumah mewah...




"Aduh cah ayu.. kita akan menjadi suami istri.. kamu pasti senang", Pras merayu Nada yang duduk lemas diatas kursi. Ia tidak di ikat seperti layaknya kasus penculikan. Namun penjagaan di rumah tersebut begitu ketat. Diluar ruangan sedang duduk melingkar tiga orang berwajah dingin. Nampaknya mereka adalah Paspampras (Pasukan Pengamanan Pras) yang dibayar tinggi untuk mengawal bos bejat tersebut.

Di sekeliling rumah juga nampak berjaga dengan ketat dua belas orang berwajah garang. Hingga selarut ini tak satupun dari mereka yang terlihat mengantuk. Mungkin saja mereka sudah minum kopi giras khas gresik yang terkenal itu.

"Cuihhh.. suami istri matamu !!", Nada membelalak sadis. Tak ada rasa takut sedikitpun pada dirinya.

"Iiih.. galaknya sih calon istrikuu", Pras masih belum terpancing emosinya. Atau tepatnya mungkin ia berusaha mengendalikan amarahnya terhadap Nada agar rencananya dapat berjalan mulus.

"Bedebahh !!", imbuh Nada ganas.








"Kamu ga usah melawan seperti itu.. sekali jentik saja aku bisa menggagahi mu saat ini juga jika aku mau !!", Pras berkata pelan, tapi telak. Alhasil Nada langsung tertunduk lesu tanpa bisa berucap. Nasib kehormatannya sudah ada diujung tanduk.

"Hahaha.. tapi kamu tenang. Tunggu cerutu ku ini habis dulu baru nanti kita kuda-kuda an ya sayang.. hahahaha", Pras menambahkan ucapannya sambil menjentikkan ujung bara cerutu ke atas asbak, membuat Nada semakin mengkerut.

"Gimana cah ayu?. Masih mau melawan? Masih berani menolak lamaranku??", Pras memicingkan mata.

Nada bergidik. Pikirannya semrawut, melayang membayangkan hidupnya yang tiba di masa sesulit ini. Kehormatannya hampir terenggut, bahkan esok dia masih hidup atau tidak pun Nada tak tahu.

Terbayang wajah Dana yang tersenyum. Hati Nada kian remuk.

"Dan.. kamu dimana.. tolong aku Dannn", bisik hati Nada. Sama sekali ia tak bisa berkontak dengan siapapun setelah tas yang berisi handphone entah terjatuh dimana saat ia diseret paksa oleh Pras dan anak buahnya.

Pikiran Nada kembali melayang membayangkan Hera yang bersimbah darah. Akankah Hera masih hidup sekarang??. Hati Nada dilingkupi kedukaan yang sangat dalam. Kedukaan yang terhimpit rasa takut, kebencian, amarah, dan keputus asaan. Airmata seperti bosan untuk terus membasahi pipinya. Sudah sejak sore hingga selarut ini Nada hanya bisa menangis dan berteriak tanpa mampu berbuat lebih.

Seketika Nada berdiri dari duduknya. Pras memandangnya dengan kaget. Tersungging senyuman di bibir Nada yang kering karena lelah menangis. Seribu pertanyaan bermunculan di benak Pras.

"Mas.. aku sudah berpikir.. aku berubah pikiran mas", ucap Nada lembut.

"Maksud kamu??!", Pras masih terbengong dengan perubahan sikap Nada.

"Aku sudah berpikir bodoh dengan menolakmu. Harusnya aku tak boleh durhaka kepada orang tua kan mas??!!", lanjut Nada.

"I.ii ya betul", Pras terbata.

"Baiklah.. mas boleh nikahi aku. Tapi aku ga mau memekku yang masih perawan ini dimasuki kontol kekarmu sebelum kita resmi menikah mas. Plisss.. pahami calon istrimu ini. Malam ini kamu boleh menikmati tubuhku. Mau minta kulum kontol nya juga sini ajahh. Tapi tidak untuk bersenggama. Aku ingin persembahkan mahkotaku buatmu di malam pengantin nanti!!", Nada meliuk erotis. Pakaian di bahunya ia turunkan sedemikian rupa mempertontonkan indahnya pundak dan dada bagian atas.

"Iy..iyaa sayang.. aa aku setuju", Pras bergerak maju menyambut tubuh indah Nada yang mengundang syahwat.

"Persetan dengan Dona.. jika cah ayu ini mau sama aku, buat apa ada Dona hahaha", batin Pras berteriak girang bukan kepayang.

Pras melumat habis bibir Nada. Nada berusaha mengimbanginya meski sangat sulit baginya melawan rasa benci yang sudah di ubun-ubun. Tapi demi rencananya berjalan mulus, ia akan berusaha berakting dengan maksimal. Toh jika ia menikmatinya juga tak ada yang tahu hehe.

Dengan tergesa Pras melucuti semua pakaian Nada. Kudu Nada meremang. Baru kali ini ia bugil di depan pria dewasa. Ada perasaan jengah bercampur birahi yang menggerogoti jiwanya.

"Oooh.. kamu sungguh elok sayang.. badanmu bagus", Pras berdecak kagum sambil tangannya melepaskan satu per satu pakaiannya sendiri.

"Hmm.. makasihh mas... Ohhhh!!!", Nada mendelik kaget saat melihat batang Pras yang hitam dan besar. Mungkin baru kali ini Nada melihat batang laki-laki secara langsung. Tapi pengalamannya dari film-film blue lokal yang sempat ia tonton menunjukkan bahwa batang kelamin Pras jauh lebih besar dan sangat hitam. Dalam hati sempat terbesit membayangkan batang sebesar itu merojok liang kewanitaannya. Namun segera ia tepis.

"Oookhh mass", Nada merinding ketika tiba-tiba Pras menjilat dan mengulum salah satu putingnya. Satu tangan Pras meremas lembut buah dada Nada yang lain.

Tangan Pas menuntun tangan Nada untuk memegang batang besar yang membuat Nada merinding. Dengan takut-takut Nada menggenggam batang tersebut, sriiing.... estrogen seketika melonjak tinggi. Perasaan takut, geli, penasaran, terkumpul menjadi satu. Diam-diam bibir kemaluan Nada meleleh basah.

Pras mendorong Nada mundur hingga tertelentang di sebuah meja besar. Dibukanya kedua paha Nada lebar-lebar. Terkuaklah pemandangan yang sangat menggairahkan. Liang surgawi merekah mengkilap kemerah-merahan. Nada sepertinya malu untuk mengakui bahwa ia juga terangsang hebat. Sangat manusiawi.

"Auuuchhh..", Nada memekik nyaring saat lidah kasar Pras mencumbui lubang kenikmatannya. Lidah itu terus menari dan menari menyapu setiap jengkal area sensitifnya.

"Uuusshh", desahan terkumandang mendapati lidah Pras yang meronjok masuk mengorek kewanitaannya lebih dalam.
"Aaashh masss ohh", Tak sampai disitu, jari Pras ternyata turun ikut bermain. Menggosok-gosok area pejal di ujung atas kewanitaan Nada. Klitoris Nada menjadi sangat terangsang.

Pinggul Nada bergoyang seirama permainan mulut Pras. Mengejar kemana mulut itu bergerak, seolah tak rela meninggalkan kenikmatan barang sejenak. Hampir saja Nada meminta Pras untuk melesakkan batang kerasnya saat tiba-tiba Nada merasakan getaran kuat dari dalam dirinya.

Tubuh Nada bergetar-getar, meliuk, menegang. Rupanya gelombang orgasme telah siap menghamburkan cairan hangat.

"Oooh ooohh mass ahhhhhh", Nada mengejang kuat. Serrr serr serr.. beberapa saat lidah Pras tersiram sesuatu yang hangat dan memabukkan.

"Oooohhh nikmat mass..hmmm", Nada mendesah. Tak lama kemudian tubuhnya melemah. Terkulai tanpa daya. Sesekali masih tubuhnya tersentak tipis melepaskan sisa-sisa syahwat yang masih terperangkap.

"Yakin ga mau dimasukin sayang??!!", suara Pras memecah keheningan yang sesaat tercipta. Nada segera bangun. Kesadarannya segera pulih. Sebagian nafsu setan telah terlepas bersama orgasmenya. Kini hanya ada Nada dengan sebagian hasrat dan separuh akal sehat.

"Sini aku kenyot aja mas yahh. Pliss sshh jangan dulu ya. Bantu aku menjaganya", Nada perlahan berjongkok memposisikan wajahnya menghadap buah zakar Pras. Sepertinya Pras cukup gentle dan bisa memahami wanita. Ia tak meminta paksa kepada Nada untuk bersetubuh. Sepertinya upaya Nada untuk berakting telah berhasil. Ohh.. berakting natural tepatnya. Sambil menyelam, minum air.

Susah payah Nada melumat batang Pras yang besar. Keahliannya yang minim dalam BJ ditambah dengan ukuran yang diluar rata-rata membuat Nada kuwalahan.

Pras sampai harus rela mengajari cara kepada Nada agar terbiasa. Hahaha asyeeekkk.. Nada dapat kursus gratis hehe.

Kulum, jilat, kocok, dan sedot. Variasi yang diajarkan Pras cepat dikuasai oleh Nada. Pras mulai merek melek menikmati servis yang dilakukan Nada.

"Ooh terus yangg... kamu pinter ahhh", Pras merancau menandakan gelombang klimaks sudah hampir tiba.

Segala upaya terus dilakukan Nada untuk melayani batang pejal tersebut. Tanpa Pras tahu, jari Nada juga asyik bermain dibawah sana menggelitik liangnya sendiri. Gerakan natural akibat rangsangan yang terjadi.

Nada mengejan lagi menikmati orgasme rahasia akibat perbuatan tangannya sendiri. Badannya menjadi kaku. Bersamaan dengan itu Pras mendesah keras.

"Ooohh.. telan sayangg.. ahhhh", cairan hangat menyembur dari batang Pras.. menyentak masuk ke dalam kerongkongan Nada. Nada tak peduli. Ia lebih peduli pada kenikmatan orgasmenya kedua. Nada terdiam menikmati getaran orgasme. Namun Pras berpikir Nada diam karena menikmati lelehan sperma di dalam mulutnya. Tanpa pikir panjang Nada menelan sperma tersebut sampai habis agar kebejatan Pras segera berakhir. Hmmm.. nona.. kebejatan yang kau mau kan tadi??. Dasar.

Pras tersenyum puas. Ia melangkah menyulut cerutunya dan membiarkan Nada kembali berpakaian. Sejenak kemudian Pras meninggalkan ruangan, membiarkan Nada yang mulai terkantuk-kantuk di atas kursi bertelekan meja yang tadi menjadi saksi bisu permainan panas yang terjadi.

Menjelang dini hari Nada terjaga. Ia edarkan pandangan di sekeliling ruangan kamar tempat ia di sekap. Sunyi senyap, hanya suara gemericik air kran dari kamar mandi di dalam kamar tersebut yang terdengar menguasai sepi. Di kursi sofa seberang meja dimana Nada tidur tergolek Pras yang masih mendengkur. Ia tidur tertelentang begitu saja dengan handphone masih di atas dadanya.

Nada merayap turun. Berjingkat ia mendekati Pras yang sedang tidur. Perlahan ia ulurkan jemari lentiknya menggapai handphone milik Pras. Namun saat handphone sudah ada di dalam genggamannya, Pras terbangun.

"Ada apa cah ayu.. kok sudah bangun??", Pras menggeliat dalam tidurnya.

"Ehmm.. gapapa..hehehe.. masih penasaran sama yang ini", Nada tersentak dan segera meletakkan handphone tersebut di lantai, tepat dibawah kolong kaki-kaki sofa. Mau tak mau Nada kembali akting untuk memasang alibi karena sudah terlanjur ada di dekat Pras.

"Ehmm.. sayang bikin gemes. Baru juga berapa jam jadi nelen pejunya mas. Sekarang masih mau lagi... yaudah dibuka saja sendiri. Mas ngantuk berat", sambut Pras senang.

Nada segera beraksi membuka celana Pras, ia loloskan kebawah. Disusul celana dalam Pras yang menonjol terdorong batang kekarnya.

Lagi-lagi Nada terbelalak. Belum familiar juga ia melihat batang hitam sebesar itu. Jika itu milik Dana, mungkin sudah ia tunggangi berkali-kali. Batang Pras menegang sempurna. Besar, keras, hitam, dan tentu saja bakal sangat nikmat jika dikecapi oleh mulut bawahnya yang tersembunyi di antara jenjang tungkai-tungkai kaki.

"Ehmm.. semoga punya Dana seperti ini.. ooooh aku rindu kamu Dan.. cepat tolong aku", pikiran Nada kembali melayang. Dengan tangkas ia kulum dan lumat batang besar pas dengan membayangkan itu adalah milik Dana. Mata Nada terpejam menikmati centi demi centi daging panjang menyeruang ke dalam rongga mulutnya. Dengan memejamkan mata, ia dapat membayangkan Dana dengan lebih maksimal.
"Aku harus segera menuntaskan ini sebelum terlambat..", batin Nada dan segera mempercepat kuluman dan kenyotan.

Ternyata ejakulasi di pagi buta lebih lama terjadi. Rahang Nada sudah terlalu lelah menganga namun batang Pras belum juga menunjukkan tanda akan memuntahkan lahar putih hangat.

Melihat upayanya sia-sia terpaksa Nada kembali melepas pakaiannya bagian atas berikut bra yang ia kenakan. Dengan kedua buah gunung momtok miliknya ia jepit buah kejantanan Pras dan ia gesek maju mundur berulang-ulang. Liur menetes membasahi kedua bukitnya demi memperlancar gosokan penis Pras.

"Uhhhh sayang, iya ee.enak begituu ahh", Pras kembali mendesah. Dan tak lama kemudian ia mencapai puncaknya.

"Ahhh.. aku keluar ayu syang, ahhhh ahhhh", batang Pras menyembur kuat diantara himpitan buah dada indah Nada. Sebagian cairan lengket membasahi dagu hingga mulut Nada. Sebagian lagi menggenang di sekitar wilayah dada.

Nada segera mengambil bra untuk menyeka semua sperma yang ada di wakah dan dadanya. Terpaksa ia kembali berpakaian tanpa menggunakan bra karena basah.

"Iiih mas jorok ihh. Udah sana dibilas dulu kontol kesayanganku. Biar bersih, ga lengket-lengket. Abis itu merem lagi gapapah", bisik Nada manja di telinga Pras yang kembali terpejam matanya bersiap tidur.

Demi mendengar rengekan manja dari calon istri gadungannya, Pras tersenyum dan segera berlari ke kamar mandi di ujung dalam kamar.

Waktu yang singkat digunakan Nada untuk segera meraih handphone yang tadi ia sembunyikan di kolong sofa. Pikirannya sangat buntu tanpa bisa mengingat satu nomerpun dari orang yang ia kenal. Terpaksa Nada membuka phonebook di handphone Pras untuk mencari inspirasi nama.

Bibir Nada yang berlapis cairan kenikmatan pria, menyungging senyum saat ia membaca nama Najar disana..



"Najar......"




----------


BERSAMBUNG
KE SCENE 2 ⤵
 
Terakhir diubah:
WELCOME TO










○○○○○○○○○○○

Bagian 20 : Jancukan Jiwa

○○○○○○○○○○○





Scene 2






》》》》○《《《《




Pagi telah pergi
Mentari tak bersinar lagi
Entah sampai kapan
'Ku mengingat tentang dirimu

'Ku hanya diam Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu Di setiap malam
Ingin engkau datang Dan hadir di mimpiku, Rindu..

Dan waktu 'kan menjawab
Pertemuanku dan dirimu
Hingga sampai kini
Aku masih ada di sini

'Ku hanya diam Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu Di setiap malam
Ingin engkau datang Dan hadir di mimpiku, Rindu..

Dan bayangmu
Akan selalu bersandar di hatiku
Janjiku pasti 'kan pulang bersamamu..


(Tentang Rindu - Virzha)




---------



Najar terjaga, ada sebuah pesan whatsapp tiba-tiba masuk di pagi buta. Najar sejenak memandang jam di layar handphonenya. Ia berusaha duduk, sejenak mengumpulkan nyawa dan mulai melihat ke sekeliling. Agak jauh di ujung lorong nampak Pak Ali dan trio DKI masih asyik ngobrol ditemani beberapa gelas kopi.








Dira dan Hajar terlihat masih tidur pulas beralaskan tikar dengan bersandar pada tembok. Kaki mereka ditekuk dan dipeluk sedemikian rupa untuk menghalau dingin, nyamuk, sekaligus sebagai pengganti bantal.







Di samping tikar ada Angga, Yosa, dan Dodo yang berdiri dan ngobrol. Sepertinya para pria tak ada yang tidur. Fisik mereka cenderung lebih mumpuni dalam menahan kantuk dibanding para wanita seperti Najar, Dira, dan Hajar.







"Ehmm.. sudah mau subuh. Sopo seh WA pagi buta gini hmm", batin Najar lirih. Ia menggeliat sejenak merasakan kakunya persendian karena tidur di tempat yang tidak umum. Sebentar ia urut pinggul belakangnya yang sedikit sakit. Mungkin Hajar dan Dira juga akan merasakannya begitu. Tikar di sisi lorong tembok adalah tempat tidur sensasional bagi mereka, bagi tubuh mereka tepatnya.


Mata Najar mengernyit saat membaca nama Pras sebagai pengirim pesan. Hatinya bergetar panik. Namun sebaris kalimat percakapan dibawah nama Pras membuat Najar menjadi lebih tenang, berganti penasaran. Ada nama Nada disana.


"Najar... iki Nada,gausah dibls. Ak shareloc, sgra ksi tau mas ang. Darurat", Nada mengirim pesan dwngan terburu-buru sepertinya. Disusul kemudian pesan ke dua berupa share lokasi.

"Mass.. Mas Angga...", Najar cepat berdiri berhadapan dengan Angga, Yosa, dan Dodo. Dari kejauhan, pak Ali dan yang lain ikut melangkah mendekat saat melihat Najar yang mencurigakan.


Sekilas Yosa menangkap bayangan tubuh Sinto muncul di lorong. Segera Yosa meminta Sinto untuk membawa semua wanita dan Pak Ali ke rumah dharma husada. Sinto dan anak buahnya yang akan menjaga disana.



----------





Pukul 04.05 di rumah mewah..



Nada terdiam menikmati sebungkus nasgor dingin yang diberikan Pras kepadanya sebelum kemudian Pras melangkah pergi meninggalkan ruangan. Tak lupa satu kecupan lembut ia tinggalkan di pipi Nada. Nada tak bergeming, hanya mulutnya yang masih aktif mengunyah. Sejak sore kemarin hingga pagi itu ia belum makan sama sekali.

Lima menit berlalu. Nada mendengar langkah sepatu ber hag khas milik wanita di luar ruangan. Kening Nada berkernyit, tahu bisa memahami tentang siapa yang ada diluar sana.

"Arek wedok iku nang njero ta mas ?. Wes pean apakno ae ket mambengi? (Tuh cewek di dalam ya mas?. Sudah kamu apain aja dia sejak semalam?). Hahaha.. cari kesempatan ae pean iku. Yopo rasane?. Enak mana sama kimpetku?", si wanita yang baru datang di luar sana cukup jelas terdengar ucapannya oleh Nada.

"Heiii... rasa kimpet e sama dengan jawaban rasa kontol Dono yang waktu itu.. kamu yang tahu jawabannya !! Haha..", Pras tersenyum sinis.

"Gausah nyocot ae koen !! (Ga usah banyak omong kamu). Tugasmu cuma patuh. Ga ada hak mu buat ngatur aku !!. Paham??!!", Pras menambahkan ucapan sembari menyeringai geram.

"Halah terserahhh !!", si wanita mendesau kesal kemudian melangkah menjauh. Menit berikutnya terdengar dentingan pertemuan gelas dan sendok yang menandakan bahwa wanita tersebut sedang cebok..

hahaha sedang bikin minuman lah. Ojok tegang-tegang po'o rek!!. Disruput sek kopine...☕.. Njut.


Nada semakin bertanya-tanya dalam hati.

"Dono itu tadi apakah Dana yah??.. lalu apa hubungan Dana dengan mereka??", sulit bagi Nada untuk bisa merangkai apa yang telah ia dengar diluar ruangan.



---------



Buukk !!
Arrhhh...

Bletakk..!!

Plakk




Dua penjaga di gerbang depan baru saja dilumpuhkah oleh Indra dan Yosa. Sejenak kemudian mereka berdua berlari memutar diantara kegelapan dini hari, mencari penjaga terluar lainnya di sekeliling bangunan.


Wooehh..bukk !!
Hhkk..


Satu orang di sisi timur bangunan sempat melihat Indra melintas, namun segera dibekap oleh Yosa hingga tak sadarkan diri.

Satu penjaga lagi di sisi belakang bangunan sedang asyik menikmati kopi.


Wwwing...

Taaanggg !!!




Indra melompat seketika dan muncul di hadapan si pria. Cangkir kopi sudah terlepas menghempas bumi seiring dengan keterkejutannya.


Blebbb !! Dukkk..




Kombinasi dua pukulan Indra mengirim si pria ke alam tidur. Terlelap pingsan.


Suitan panjang Indra memberi isyarat kepada yang lain untuk segera bergerak. Dari keremangan berlarian Dana, Dodo, Angga, dan Khusna menyebar mencari celah.

Dodo menyusul Yosa dan Indra menuju gerbang belakang untuk memberikan tekanan dari sisi dalam.

Dana, Khusna, dan Angga masih mengendap di sisi depan bangunan. Namun pagi yang sedikit terang membuat gerakan mereka lebih mencolok terlihat.

"Woiii..berhenti!!", delapan orang mendekat ke arah mereka bertiga.

"Dan.. menghindar. Cari Nada", teriak Angga pada Dana.

"Biar kami yang urus orang-orang ini !!", lanjut Khusna memerah muka. Wajah tampannya terlihat membara.

Tanpa dikomando, empat orang langsung menghambur ke arah Angga. Ia bukan atlet beladiri layaknya Indra atau Yosa. Tapi Angga adalah lulusan sekolah penerbangan yang mana dibekali ilmu mempertahankan tubuh dan pertolongan pertama sebelum diterjunkan dalam dunia pekerjaan.

Dengan sigap ia bersiap menyambut serangan. Orang pertama maju memberikan satu pukulan ke arah wajah Angga. Dengan tenang ia sedikit bergeser ke samping kiri membuat pukulan tersebut menghempas ruang kosong beberapa centimeter di sisi kanannya.

Melihat pukulannya meleset, si pria pertama segera menyusulkan pukulan tangan kiri mengejar wajah angga. Namun Angga lebih cepat bergerak. Pukulan tangan kanannya bersarang empuk di perut si pria. Hukkk.. si pria memekik tertahan namun masih mampu bertahan.

Dengan brutal ia segera memborbardir Angga dengan beberapa pukulan sekaligus. Angga mundur beberapa jangkah menghindari serangan lawan samnil menunggu celah kesempatan.

Entah pada pukulan ke berapa si pria lengah. Angga segera memanfaatkan kesempatan itu dengan mengirim sebuah pukulan ke atas. Pukulan itu menggempur keras rahang si pria. Ia lemas dan terlempar ke belakang.

Dua pria sekaligus maju melanjutkan pertempuran. Adrenalin Angga sudah cukup tinggi untuk melawan dengan kemampuan penuh. Baku hantam silih berganti terjadi. Angga masih mampu menghindar dan menangkis serangan. Namun beberapa pukulan kedua lawannya juga mampu meluncur mulus ke wajah Angga. Wajah Angga mulai lebam, tapi ia tak peduli. Ia terus maju menggempur tanpa kenal lelah.

Disisi lain, Khusna juga berhadapan dengan empat orang lainnya. Mungkin dari ke enam pria yang berangkat kesana, hanya Khusna yang memiliki pengalaman minim dalam bertarung. Ia hanya berbekal pengalaman tawuran di jaman SMA.

Pria pertama dan kedua memburu Khusna. Beberapa pukulan di area kepala hanya ia tangkis menggunakan kedua tangannya yang mengatup erat melindungi kepalanya. Bak... buk.. jual beli pukulan terjadi. Khusna dengan pantang menyerah tetap membalas setiap pukulan yang ia terima. Bibirnya sudah mulai mengalirkan darah setelah beberapa pukulan masuk ke wilayah wajahnya. Pun juga pelipis dan alis matanya mulai menebal terkena pukulan.

Nasib baik berpihak pada Khusna. Salah satu pria terjengkang ke belakang karena kakinya terganjal kaki temannya yang lain. Khusna segera melompat menduduki tubuh yang tertelentang tersebut. Belasan pukulan keras ia lesakkan ke wajah si pria hingga meringis kesakitan dan pingsan.

Pria kedua sekejab menendang tubuh Khusna yang masih duduk diatas tubuh lawannya. Khusna terguling ke depan. Pria kedua bermaksud menirukan gerakan Khusna sebelumnya untuk duduk diatas tubuh Khusna yang terkapar. Namun Khusna lebih responsif, pria tersebut disambut dengan kaki Khusna yang terangkat tinggi. Spontan si pria terpelanting ke belakang dan mengerang memegang dagunya yang sakit bukan kepalang.

"Rasain tuh kaki ane brooo !!!", teriak Khusna sinis.

Khusna segera berdiri kembali menyambut dua pria tersisa. Lagi-lagi Khusna dihadiahi selusin pukulan dan tendangan beruntun. Khusna kuwalahan dan terpojok kesamping dinding. Tenaganya sudah sangat terkuras untuk melayani dua pria sebelumnya.

Khusna sudah sangat terjepit dengan posisi terduduk dan kedua tangan melindungi kepala saat tiba-tiba Angga datang membantu. Nampaknya Angga sudah terlebih dulu menekuk kalah ke empat lawannya.

Angga menjatuhkan badan sambil menendang punggung kedua pria dari belakang. Kedua pria pun tersungkur menimpa tubuh Khusna.

Dengan sisa tenaga yang masih ada, Khusna segera berputar menindih salah satu pria. Begitu juga Angga yang melakukan hal yang sama. Mereka melepaskan berkali-kali pukulan pamungkas hingga lawan-lawan mereka tak sadarkan diri.

"Suwun mas..", ucap Khusna disambut dengan senyuman oleh Angga.



-----------






Bersamaan dengan yang terjadi pada Angga dan Khusna. Tiga jawara yakni Dodo, Indra, dan Yosa dihadang oleh tiga tangan kanan Pras. Bukan main-main, tiga pengawal tersebut nampak berbeda dengan anak buah yang lain.

Satu pengawal, perempuan berwajah oriental. Caranya berpakaian mengingatkan pada sosok Chun li di film Street Fighter. Rambut yang di ikat pentul dua kanan dan kiri layaknya penampilan Ziva Indonesian Idol. Rok pendek yang tak mampu menyembunyikan tampilan segitiga celana dalamnya dipadu dengan sepatu yang melilit hingga lutut.

Pengawal kedua, seorang pria bertubuh tambun. Sangat tinggi dan kekar. Mungkin tingginya mencapai 185 centimeter. Badannya gempal seperti Rambo. Tatapannya sangat bengis.

Pengawal ketiga, seorang Japanese dengan pakaian tuxedo. Sebuah tongkat melengkapi penampilannya. Wajahnya dingin tanpa ekspresi.

Dodo segera berlari menyambut mbak oriental. Satu pukulan Dodo ditepis dengan mudah oleh si mbak. Dalam sekejap tiba-tiba si cewek meluncur kebawah, menggunting kaki Dodo hingga ia terjengkang.

"Woww sadis rek.. eh mbak, iku kempas mu kliatan lho.. ati-ati kemasukan jangkrikkkk !!!", Dodo melentingkan tubuh dan kembali cepat berdiri.

Baru saja Dodo berdiri, si cewek sudah menyerang kembali dengan beragam variasi pukulan dan tendangan. Dodo menepis dan menghindar. Pada tendangan terakhir Dodo tersudut di dinding dan menerima ikhlas kaki mulus mbak oriental meronjok perutnya.

Dodo terjongkok mual memegang perutnya yang belum sarapan. Namun si mbak tak berhenti. Lututnya melayang ke dagu Dodo dan blassstt... Dodo terkapar. Matanya berkunang-kunang. Dagunya begitu sakit.

Dalam kesadarannya yang masih tersisa Dodo melihat si mbak oriental melayang terjun menghujam ke arah tubuhnya yang terkapar. Dodo cepat berguling ke samping. Sejenak ia menjauh mengatur nafas dan mengumpulkan kesadaran.

Bersiap ilmu alat, Dodo celingukan mencari sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai alat bertarung. Namun nihil, hanya ada kantong kresek yang terantuk di kaki kanannya.

Tak ada pilihan lain, Dodo melepas kedua sepatunya. Mengikat kedua ujung talinya sehingga terkait satu sama lain. Mirip alat ruyung namun ini berupa sepatu.

Mbak oriental yang sebenarnya cukup menarik berlari menyerang kembali. Dodo menyongsongnya. Ia lemparkan kuat ikatannya sepatu ke arah wajah si mbak mbak. Mbak itu jelas kaget kok ada sepatu melayang. Dodo dengan cepat menyusul sepatunya yang melaju. Sepatu membentur wajah mbak tersebut disusul kepalan tangan Dodo menghentak di tempat yang sama. Mbaknya pun terjatuh.

Eh mbak ini semangatnya kuat sekali, mungkin bayaran dari Pras mahal. Ia sudah berdiri lagi dan berlari menuju Dodo. Kali ini Dodo segera merunduk, melempar ikatan sepatu dalam posisi spin. Sepatu itu membelit di kaki si embak yang berlari hingga ia terjungkal.

"Wooy mbak.. kempasmu ketok maneh ikuu hahaha", Dodo berteriak girang.

"Ayo mbak bangunlah.. aku tungguin nih", Dodo mendekat dan mengambil sepatunya. Ia tak serta merta menindih si embak. Lawan cewek ihh, ga jentel banget jika melakukan itu.

Mbaknya kembali berdiri. Tubuhnya mulai sedikit oleng karena berulang kali terjatuh.

Dodo menyabetkan salah satu ujung sepatu sedikit melebihi kebelakang kepala mbak oriental. Mbaknya spontan menunduk karena menganggap bahwa Dodo mengincar tengkuknya. Tapi mbak cakepnya salah besar. Tangan Dodo satunya segera menangkap lemparan sepatunya sendiri. Bertepatan dengan mbaknya berusaha menegakkan kembali kepalanya, Dodo menarik kuat dua sepatu sehingga lilitan talinya mendorong kuat kepala mbak ori untuk kembali merunduk.

Brashhhh... Lutut Dodo menyambut wajah mbaknya dengan nikmat.

"Sori mbak.. kamu ayu, tapi asuu!!", Dodo melangkah meninggalkan mbak itu yang terjungkal tanpa mampu bangun lagi.


----------



Biar Scene ga kepanjangan..

BERSAMBUNG

KE SCENE 3 ⤵
 
WELCOME TO










○○○○○○○○○○○

Bagian 20 : Jancukan Jiwa

○○○○○○○○○○○





Scene 3






》》》》○《《《《





Berseberangan dengan Dodo yang bertempur malawan mbak Oriental. Yosa sedang berhadapan dengan mister tinggi besar. Tubuh Yosa hanya setinggi dada monster tersebut.

Yosa memasang kuda-kuda dengan mantap. Mirip kuda-kuda Dodo, kaki kiri Yosa maju beberapa jengkal agak serong ke kiri. Tubuhnya merendah. Yang sedikit berbeda dengan Dodo adalah letak tangan Yosa. Kedua tangan Yosa terkembang cantik laksana bunga yang mekar.

Menunggu cukup lama namun mister jumbo tak kunjung bersedia maju. Akhirnya Yosa memilih untuk merambat maju. Dengan gerakan super kilat Yosa melancarkan serangan ke arah leher kiri lawan. Tangan Yosa menjulur panjang, menengadah membentuk pedang.


Tukk..



Tangan Yosa menyerang kuat dan telak. Namun si monster tak bergeming. Tak ada reaksi sakit sedikitpun dari wajahnya.

Yosa tertegun. Belum sempat ia menarik tangannya, kini terlanjur direngkuh oleh mas jumbo. Mas itu menarik kuat tangan Yosa. Badan Yosa ikut terseret ke depan dengan keras dan berakhir dengan bantingan atas tubuh Yosa.

Yosa menggeliat merasakan sakit di pinggang dan punggungnya yang membentur lantai dengan keras.

Si jumbo tak berhenti. Diraihnya krah baju Yosa yang masih terkapar. Diseret paksa, lalu ia lemparkan tubuh Yosa ke atas tumpukan kursi di sudut ruangan. Sudah seperti gorila bermain dengan seekor cicak. Ringan sekali sepertinya tubuh Yosa di angkat kesana kemari.

Pelipis Yosa mengucurkan darah akibat goresan kaki-kaki kursi di wajahnya. Seketika keningnya bengkak. Sekujur tubuh Yosa seperti remuk rasanya.

Monster sadis tersebut kembali melangkah menjemput tubuh Yosa yang sudah tak berdaya.

Melihat temannya dalam bahaya, Indra berlari kencang dan menendang punggung si monster dengan kedua kakinya. Monster itu terhuyung ke depan.

Yosa tergugah oleh kegigihan Indra. Sekuat tenaga Yosa mencoba berdiri kemudian berlari bergantian menyelamatkan Indra yang sedang diincar oleh tendangan terbang lawan Indra yaitu si japanese. Yosa menyongsong tendangan si jepang dengan tendangan serupa namun dari posisi samping jepang. Alhasil tendangan si jepang terpatahkan. Ia terpental ke samping akibat tendangan Yosa.

Yosa segera merapat ke tubuh Indra. Dengan saling beradu punggung mereka menghadapi kembali si jepang dan si jumbo.

Si jumbo berlari mendekat, begitu juga si jepang.

Seperti saling mengerti satu sama lain, Yosa langsung menelungkupkan badan, memberi sandaran yang kuat bagi Indra yang melakukan rol ke belakang berikut melakukan bantingan atas tubuh si jepang.

Tubuh jepang terlempar tinggi melampaui tubuh Indra dan Yosa, kemudian menimpa tubuh Si jumbo yang semakin dekat. Kedua lawan tersebut jatuh bersamaan saling menindih satu sama lain.

Tak menunggu lama, Yosa langsung mengirimkan tendangan dua kaki ke tubuh jepang yang hampir berdiri lagi. Tubuh itu kembali terlempar. Membentur dinding dengan kuat dan roboh.

Yosa sedikit lengah. Setelah menyarangkan tendangan, ia tak sadar bahwa tubuhnya cukup dekat dengan si jumbo. Jumbo segera meraih tubuh Yosa dan memeluknya dengan sangat erat. Semakin kuat dan kuat. Napas Yosa menjadi sesak. Tulang ditubuhnya saling menghimpit.

Indra datang memukul wajah si jumbo. Tak ada reaksi, si jumbo masih terusa saja menekan tubuh Yosa. Sekali lagi indra menendang punggung si jumbo, namun tak membawa efek yang signifikan.

Yosa berusaha berontak. Dengan sisa tenaga yang ada, ia arahkan lututnya menyodok kuat tengah selangkangan si jumbo. Jumbo memekik marah dan mendorong tubuh Yosa hingga tertelentang di lantai.

Jumbo mundur memegang selangkangannya yang tentu sungguh sangat sakit dan mules.

Sekali lagi tanpa dikomando, Indra dan Yosa berlari. Masing-masing menghantam kuat kedua telinga si jumbo. Bola mata si jumbo melebar. Mulutnya menganga.

Belum selesai sampai disitu. Yosa dan indra kembali maju mengirimkan siku mereka tepat ke arah mata si jumbo.

Aaarhhh...!!!

J
umbo terkapar menerima tiga siksaan sekaligus ditubuhnya.



----------


Perkelahian bergeser ke bagian dalam rumah mewah.

Dana berlari memburu mencari keberadaan Nada. Setiap ruangan ia masuki namun tak menemukan keberadaan Nada.

"Cari siapa Daann.. ", sebuah suara muncul tiba-tiba tepat di depan Dana.

"Jampuuutt !!", Dana mengumpat kesal mendapati Dona yang menyunggingkan senyum.

"Kangen aku ta?", imbuh Dona lagi.








Habis sudah kesabaran Dana. Pukulan kuat Dana menyantap hebat di rahang sebelah kiri Dona. Ia terkapar, jatuh tak sadarkan diri.

"Nadaaaa...", teriak Dana sedikit panik. Wajahnya berkeliling menyapu setiap ruangan dengan nanar.

"Lhoo.. ada tamu rupanya.. iki ta bakul gorengan iku??! hahahaha", Pras muncul ditengah ruangan. Ditangan kanannya tergenggam sebilah samurai mengkilat. Dana sedikit getir melihat kilatan cahaya pada samurai tersebut. Meski tak seperti Khusna tapi Dana masih cukup minim kemampuan beladirinya. Ia hanya sempat mengikuti club silat di jaman sekolah. Itupun hanya sekedar ikut biasa, tak ada yang menonjol dari kemampuannya.

Pras dengan cepat maju mengibaskan samurai nya. Dana masih mampu menghindar dengan melompat dan berlari menjauh, menjaga jarak.

Pras terus memburu. Dana terus berlari menghindar membuat Pras semakin geram. Dengan iseng malah Dana menjulurkan lidah seolah mengejek Pras.


Bettt...



Hampir saja sambaran samurai mengenai jari Dana yang sedang bertumpu pada sebidang meja. Samurai itu menghqntqm kuat meja kayu hingga tertancap dan sulit dilepaskan.

Dana merespon kesempatan dengan melakukan tendangan cepat ke arah tangan Pras.


Plakk!!


Tangan Pras terlepas paksa dari samurai. Dana kembali maju melesakkan pukulan ke wajah Pras. Namun Pras cukup ahli, ia berkelit dan membalas dengan sebuah pukulan ke pinggang bagian dalam Dana. Dana meringis kesakitan.

Satu tendangan lagi mengirim Dana ke lantai. Ia terkapar merasakan sakit yang luarbiasa di pinggang dan punggungnya.

Pras maju, beberapa tendangan menghambur bebas ke tubuh Dana yang masih meringkuk. Tangan Dana berusaha menutupi wajahnya dari tendangan. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuh. Brakkk.. tangan Dana membentur hidungnya sendiri akibat tendangan Pras yang masih belum berhenti. Hidung Dana meleleh. Darah segar menyeruak.

Hampir saja Dana pingsan. Namun entah mengapa ia masih berusaha untuk tetap sadar. Hingga pada tendangan ke sekian kalinya, Dana mampu menangkap kaki Pras.

Pras terkejut. Sejenak kemudian ia terjatuh akibat putaran dikakinya oleh Dana.

Dana segera berdiri tertatih. Kemudian menjatuhkan tubuhnya memakan wajah Pras. Siku Dana telak menyodok wajah Pras.

Sekali lagi Dana berdiri kemudian kembali menjatuhkan diri. Kali ini dada Pras menerima hujaman tubuh Dana.

Pada berdiri yang ketiga, Dana menjatuhkan tubuhnya dengan posisi lutut menghimpit leher Pras. Si Pras menjadi membelalak kesakitan.


Dari jauh Indra tampak berlari, melompat tinggi. Dana sedikit mundur, memberi ruang untuk Indra yang terbang bebas dan diakhiri oleh raungan Pras yang kesakitan menerima tubuh Indra yang berdebam menimpa tubuhnya.


Arrgghh... !!!


Ke lima orang yang lain bersamaan masuk membantu Dana. Mereka segera mengamankan Pras yang sudah lemas.


Dana kembali berlari mencari Nada. Salah satu ruang yang terkunci ia dobrak dan menemukan Nada yang menangis di dalam sana.


----------



Waktu tak berselang lama ketika Sinto datang bersama cak Supri polisi berikut tim kepolisian.

Najar juga nampak ikut bersama Sinto.


Polisi segera meringkus semua kawanan Pras tanpa sisa, termasuk Dona.

"Sek sek.. mas Pras.. aku mau tanya sebentar. Dion dimana?", Najar menghentikan sejenak langkah polisi yang membawa Pras.

"Dion budal nang jepang menghindari kamu karena sebenarnya Dion mengidap penyakit jantung koroner. Saiki Dion wes meninggal disana. Aku juga belum tau kuburannya dimana", jawab Pras lemah.

"Dasar keluarga sialan !!", umpat Pras.


"Cukkk !!, Jancukan jiwa koen !!!", Dana membalas umpatan Pras.



----------


BERSAMBUNG

KE SCENE 4 ⤵
 
WELCOME TO










○○○○○○○○○○○

Bagian 20 : Jancukan Jiwa

○○○○○○○○○○○





Scene 4






》》》》○《《《《




Keluarga Hera Sindu??....


Angga bersama Nada dan Dira memasuki ruangan perawatan Hera. Disana terlihat Hera sudah siuman. Senyum manis Hera menyambut suami dan adik-adiknya tersayang..


Diluar ruangan nampak yang lain masih sibuk bercerita tentang pengalaman masing-masing saat menghadapi para penjaga Pras. Tak ketinggalan Pak Ali ikut menyimak obrolan seru tersebut.

Hajar memeluk manja lengan Khusna, dan Indra menggamit manja lengan Dana hahahaha.

"Ndra iso ngomong diluk?!!", Najar menghampiri Indra dan mengajaknya ke sudut lorong.

Keduanya segera melangkah menjauh. Berdua duduk berdampingan disebuah kursi tunggu diujung lorong.

"Ndra.. aku njaluk sepuro (minta maaf) atas perbuatanku ke kamu. Tak seharusnya aku membuatmu jadi terkatung-katung tanpa ada kejelasan. Tak seharusnya pula aku mengikat kebebasanmu untuk menunggu nasib pernikahanku. Kini aku sadar bahwa kamu belum tentu menjadi milikku", Najar berucap lirih.

"Aku juga minta maaf Jar, mungkin aku terlalu naif.. maafkan aku tak bisa menjadi seperti yang kamu harapkan", Indra balik meminta maaf.

"Gapapa Ndra. Aku ikhlas jika kamu melangkah bersama Dira. Bagiku persahabatan dan kekeluargaan kita lebih penting. Aku ga mau jauh dari kamu dan dari Dira gara-gara masalah ini", lanjut Najar.

"Maafkan aku Jar... Aaa..ku mencintaimu. Tapi kesempatan yang tak mengijinkan kita bersama. Kini aku bersama Dira. Akan sangat picik jika aku meninggalkan Dira", tukas Indra sedih.

"Iya aku paham.. sangat paham. Plisss jangan tinggalin Dira. Aku sayang kamu, dan sayang sama Dira. Kita mengalir saja.. semoga aku juga menemukan jodoh lain yang sebaik kamu", Najar tak mampu membendung airmatanya.

Keduanya berpelukan, menangis bersama. Jauh disana Dira muncul dari pintu ruang Hera dan memandang ke arah Indra. Dira tersenyum dan siap menerima apapun kenyataan yang akan terjadi padanya.


-----------


"Yos.. Do.. makasih ya.. bantuan kalian sungguh sangat berarti. Semoga kebersamaan ini menjadi pengikat persaudaraan kita ke depannya", Angga yang sudah keluar dari ruangan Hera menyapa Yosa dan Dodo.

"Seperti yang aku bilang ke mbak Hajar dan mbak Nada pas dikantor kemarin. Kita ini ternyata teman yang saling berkaitan namun kemarin belum ketemu benang merahnya. Bolo dewe.. Sudah selayaknya sesama teman saling membantu", balas Dodo bijaksana. Mungkin ini ucapan paling bijaksana Dodo selama berbicara dengan temannya haha.

"Kami punya kisah, dan kalian punya kisah. Kami berharap kisah kami seindah kisah kalian.. Dana.. ditunggu undangane yo hehe", Yosa melambai kepada Dana yang menggamit penuh kasih tangan Nada.

Pikiran Nada masih menerawang.. membayangkan batang kekar Dana.. seperti yang ia lihat saat bersama Pras. Tak ada yang tahu. Semuanya tersimpan sebagai kenangan. Yang pasti kini Nada menjadi lebih dewasa, butuh seks, dan kini mahir mengulum batang pria.


Tamat.




Ehh engga, cuma becanda... Hehe


-------------


BERSAMBUNG

KE BAGIAN 21


SEE YAA..


✋SALAM SEMPRUL 👍 & 👍 SALAM JANCUK ✋
 
--------------​
Kami punya kisah, dan kalian punya kisah. Kami berharap kisah kami seindah kisah kalian.. Dana.. ditunggu undangane yo hehe", Yosa melambai kepada Dana yang menggamit penuh kasih tangan Nada.

Pikiran Nada masih menerawang.. membayangkan batang kekar Dana.. seperti yang ia lihat saat bersama Pras. Tak ada yang tahu. Semuanya tersimpan sebagai kenangan. Yang pasti kini Nada menjadi lebih dewasa, butuh seks, dan kini mahir mengulum batang pria.
-------------------​
Sop iler ending tahh.........:p
 
Untung moco exe ne pas blm imsak buehehehe
 
Bimabet
Mantab tenan emang ini kisah.. 🤘👍

Tetap menanti ending dan dan epilog.. 😁🤓
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd