Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Jessica Veranda's Graduation: The Story Behind (Update Feb 2023)

Lanjutin gak nih?

  • Cukup Gan! Bosen baca fiksi Ve melulu. Mending bikin cerita yg baru

    Votes: 187 13,4%
  • Lanjut Gan! Ve harus ML sama cowok jelek lain

    Votes: 573 41,0%
  • Lanjutin! Asiknya Ve main bertiga sama cewek cantik lain

    Votes: 637 45,6%

  • Total voters
    1.397
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter 4



Di dalam ruang ganti sebuah studio, seorang pria dengan rambut berwarna hijau stabilo sedang tertawa cengengesan. Yah, mungkin semua pria akan cengengesan juga sih jika mengalami apa yang sedang dia nikmati. Di pangkuannya, seorang gadis cantik dengan busana idol group sedang menaik-turunkan tubuhnya sambil membacakan inbox Instagramnya.

“Coba baca ini, yang dari @dicky_permana_227”

“Mmhhh... Kak Ve kok jalan-jalan sendirian terus? Pacarnya mmmanaa..?” baca gadis itu sambil menahan sensasi nikmat yang dia rasakan di bawah sana.

“Jawab dong….” Perintah cowok itu. “Kan fans kamu nanya…”

“Hai Dicky, aku belum punya pacar nih. Kamu mau nggak jadi pacar aku? Tapi kontol kamu harus gede ya.. kayak Mas Uya...”

Pria yang disebut namanya barusan tertawa cekikikan, lalu memilih message berikutnya untuk dibaca, “yang ini, dari @putra_denny coba bacain!”

“Kamu selalu cantik banget Mbak. Aku rela melakukan apa saja demi kau menjadi milikku. Percayalah aku bisa membahagiakan kamu. Aku jujur, ini tulus dari dalam hatiku...” baca si gadis sambil menirukan ekspresi wajahnya agar mirip dengan pria yang sedang kasmaran.

“Terus jawaban kamu?”

“Dear Mas Denny... jika benar kamu ingin menikahiku, membahagiakanku dengan keperkasaanmu, aku pasti bersedia melayanimu sepanjang hidupku. Hamili aku, Mas Denny. Aku ingin menjadi ibu dari anak-anakmu...”

Meski vaginanya menancap tepat di atas penis si pria, tapi napas si gadis cukup teratur hingga dengan lancar masih bisa berakting sesuai keinginan pria yang sedang dilayaninya.

“Hahahahahaha.... Denny... Denny... muke lu udah keriput gitu masih aja godain idol! Inget tampang woy! Eh, tapi bisa jadi loe beruntung sih. Idola loe ini senengnya sama mas-mas jelek kayak elu!”

Si pria tertawa melihat gadis di pangkuannya mencubit lengannya dengan manja.

TOK! TOK! TOK!

Kedua insan di kamar ganti itu langsung menoleh ke arah pintu. Ruangan tersebut cukup kedap suara dan seingat si gadis, dia sudah mengunci pintunya dua kali. Tapi ya.. namanya berbuat mesum di tempat umum, tetap saja penuh resiko.

“Mas Uya?” tanya sebuah suara yang agak teredam karena berasal dari balik pintu.

“YAA??” si pria rambut hijau menjawab dengan teriak agar lawan bicaranya mendengar.

“Supirnya udah datang, Mas.”

“OKE SEBENTAR LAGI SAYA KESANA.”

“Oke mas,” jawab suara tersebut untuk terakhir kalinya. Suasana pun kembali senyap.

“Aku suka deh kalo kamu lagi deg-degan kayak gini,” kata Uya sambil membelai pipi Ve. “Memek kamu jadi makin rapet.”

Ve hanya tersenyum dan melanjutkan pompaannya beberapa kali lagi. Gadis cantik itu sudah merasakan penis Uya berkedut beberapa kali, tanda sudah mau keluar.

“Mau yang lebih enak lagi nggak?” tantang Ve sambil merangkulkan kedua tangannya ke pundak Uya.

“Apa?” tanya Uya penasaran.

Ve kembali menggenjot penis Uya, kali ini ditambah sedikit gerakan memutar dari pinggulnya. Wajah Ve mendekati Uya, mengecup bibir tebal pria itu dan membisikkan sebuah kalimat di telinga kanan Uya.

“Keluarin di dalammssshh,” ucap Ve sambil mendesah.

“AAGGHHH...” Uya menggeram tertahan saat penisnya menyemburkan sperma di rahim Ve. “Enak banget Vee...”

Ve tidak berkata apa-apa. Dia fokus mengencangkan otot vaginanya agar dapat menjepit penis Uya kuat-kuat dan memeras kantung sperma Uya hinga tetes terakhir.

Saat penis di dalam vaginanya mulai terasa mengecil, Ve mengangkat pinggulnya dan merebahkan tubuhnya ke samping. Sementara Uya langsung menaikkan celananya dan berjalan menuju arah cermin rias penuh lampu di sudut ruangan.

“Aku pulang duluan ya Ve..” sahut Uya sambil menyisir rambut hijaunya. “Thank you buat service kamu hari ini..”

Ve masih terdiam seribu bahasa. Bahkan hingga Uya keluar dari ruangan itu, Ve masih tergeletak lemas di atas sofa.

Entah sudah berapa kali sofa ini jadi arena pertempuran Ve dengan Uya. Pria itu tidak pernah bosan untuk minta dilayani setiap kali mereka shooting bersama. Sebetulnya, Ve tidak masalah untuk berhubungan seks dengan Uya. Ve sadar ini adalah pengorbanan yang dia pilih demi karirnya.

Tapi lama-lama... permintaan Uya mulai aneh-aneh.

Hari ini dia meminta Ve membawa seragam yang dulu biasa Ve gunakan untuk manggung sebagai anggota JKT48. Minggu lalu, tubuh Ve dibalur dengan susu kental manis agar Uya bisa menjilati sekujur tubuh gadis cantik itu. Ve sampai harus mandi dua kali untuk menghilangkan lengket-lengket di badannya.

Ve takut, permintaan Uya semakin kelewat aneh dan tidak bisa Ve penuhi. Ve juga takut hubungan gelap mereka berdua ketahuan. Uya selalu menggagahi Ve di ruang ganti setelah shooting. Berlama-lama berdua saja di satu ruangan, pasti akan memancing bahan omongan dari tim produksi. Ve khawatir, karir Ve malah anjlok akibat Uya.

Ve menatap layar hapenya yang masih menampilkan inbox Instagramnya yang dibanjiri pesan dari fans-nya. Sebetulnya tidak semua isi pesan yang diterimanya seperti yang dia bacakan tadi. Sebagian besar justru berisi ucapan penyemangat agar Ve bisa segera jadi artis papan atas di Indonesia selepas graduate dari JKT48.

Ve terdiam. Pikirannya berkelana memikirkan fansnya. Semuanya baik. Semuanya memberi support positif untuknya. Bahkan ketika bertemu langsung di mall atau di tempat makan pun mereka sangat sopan karena di mata mereka Ve masihlah bidadari pemalu yang sempurna. Baik fisiknya maupun sifatnya.

Ve jadi merasa bersalah telah ‘mengkhianati’ mereka. Kenapa Ve seolah jadi cewek murahan seperti ini? Apa kata fansnya jika mereka tahu kalau ternyata bidadari kesayangan mereka sudah menjajakan tubuhnya demi karir? Lebih parahnya lagi, Ve merelakan dirinya menjadi ‘mainan sex’ orang jelek hanya demi tampil sebagai bagian dari acara yang rating-nya pun kelas medioker.

Ve bangkit dan menatap pantulan wajahnya di cermin rias besar di ruangan itu.

“Aku harus berubah. Aku harus memikirkan cara agar bisa lepas dari jeratan Uya Kuya dan mulai berakting untuk acara yang lebih populer.”

CTING! CTING!

Bunyi notifikasi Whatsapp di handphone Ve membuat gadis cantik itu tersadar dari lamunannya. Sebuah pesan dari tim kreatif stasiun TV lain mengingatkan jadwal shooting Ve yang dimulai 2 jam lagi. Saat Ve sedang mengetik balasan chat untuk mengkonfirmasi kehadirannya, sebuah notifikasi chat dari Uya muncul. Ve sudah punya firasat jelek. Dia buka chat dari Uya, ternyata isinya hanya foto seekor anjing.

Ve langsung membanting HP-nya ke atas sofa membaca permintaan aneh dari Uya.




“CUT!” teriak sutradara memberi kode. “Udah OK nggak perlu diulang. Bungkus!”

Semua pemain dan tim produksi pun tepuk tangan untuk merayakan.

“Akhirnya beres jugaaa...” ujar Ve sambil menelungkupkan badan ke atas meja.

“Capek banget, sis?” tanya seorang gadis yang tadi jadi lawan main Ve di serial ini.

“Iya Gis, hari ini aku shooting dari pagi.. badan kayak mau remuk gitu...” curhat Ve. Sayangnya Ve tidak bisa cerita ke Gitsa Putri kalau yang bikin staminanya nge-drop sebetulnya adalah ‘kegiatan tambahan’ yang diberikan Uya Kuya setiap habis shooting.

“Lagian kamu sih... ngapain juga malah jadi artis. Udah tahu bakal shooting melulu.”

“Ya.. namanya juga masih merintis karir... Aku tuh kepingin banget punya acara sendiri, makanya harus sering-sering tampil di sana-sini.”

“Ngapain shooting sana-sini? Kalo mau punya acara sendiri mah ya bikin sendiri aja!”

“Hah?”

“Iya kamu bikin acara sendiri aja. Kamu pasti bisa lah... Dulu kuliah DKV kan? Pasti pernah dong belajar bikin konsep kreatif?”

“Pernah sih..”

“Yaudah terapin tuh ilmu.. jangan dibuang. Mubazir!”

“Tapi kalo aku udah punya konsep acara, aku tawarinnya ke siapa?”

“Kasih tahu aku! Nanti aku bantu propose ke suami aku.”

“Beneran?” tanya Ve sumringah. Saking semangatnya sampai membuat beberapa pasang mata di ruang studio jadi menengok ke arah mereka.

“Beneran! Ya tapi kamu juga harus bikin proposal beneran. Kalo bisa ada pilot episode-nya juga.”

“Pilot episode? Oh, contoh acara dalam format video gitu ya?”

“Nah itu ngerti. Kamu shooting, seolah-olah shooting beneran. Nggak usah shooting yang ribet-ribet gimana gitu. Bikin alakadarnya aja, yang penting inti acaranya bisa kamu tunjukin.”

“Hmm.. Menarik juga.”

“Emang Kak Ve udah punya ide mau bikin acara apa?” tanya Nabilah yang tiba-tiba muncul dari belakang.

Ve yang sudah lama tidak berjumpa dengan Nabilah langsung saja memeluk member JKT48 yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Ternyata secara kebetulan barusan Nabilah sedang menjadi bintang tamu di acara yang berbeda, dia pun iseng melihat proses shooting Ve sambil menunggu dijemput mamanya.

“Udah dong, Dek! Pasti keren deh acaranya...” jawab Ve sambil merangkul Nabilah.

“Aku ikutan dong....??” sahut Nabilah manja.

“Aku juga boleh ikutan bantuin, kan? Kayaknya seru!” sahut Nadia yang duduk di belakang Gista. Sama seperti Nabilah, daritadi Nadia juga menyaksikan proses shooting di studio ini. Bedanya, Nadia sedang menunggu giliran untuk shooting acara berikutnya.

“Nah, tuh. Belum apa-apa kamu udah dapet 2 kru produksi,” ujar Gista. “Gini aja Ve, kamu jadi produsernya. Kamu yang ngarahin jalannya acara. Nabilah jadi talent. Nadia pegang kamera. Gimana?”

“Bisa tuh bisa!” timpal Nabilah sambil bertepuk tangan kecil.

“Eh, tapi kamu nggak apa-apa kan kalo aku ajak shooting gini, Dek?” tanya Ve dengan cemas.

“Yaelah kak.. ini kan cuma buat shooting ala-ala. Bukan shooting beneran yang ditayangin di TV kan?” jawab Nabilah dengan nada nyablak yang khas. “Kalo cuma buat video kayak gini mah nggak perlu ijin sama manajemen Je-Ke-Ti. Bilang aja tugas sekolah, pasti gapapa.”

Semua orang di sana tersenyum kecuali Ve. Dia bukannya tidak suka mendengar jawaban Nabilah. Tapi HP Ve baru saja menampilkan notifikasi chat dari Uya yang berbunyi: “udah dapet nih kalungnya, besok dipake ya!”

“Yuk! Kapan kita bisa mulai shooting?” tanya Ve dengan semangat.

--

Seminggu kemudian, ketiganya sudah berkumpul. Rencananya mereka akan shooting di daerah Tanah Abang. Konsep acara yang ingin Ve ajukan berjudul Adu Akting. Sesuai namanya, acara tersebut mengadu kemampuan akting dua orang selebriti berdasarkan skenario yang ditentukan tim kreatif. Sebagai pilot episode-nya, Nabilah akan berperan sebagai gembel atau pengemis yang meminta-minta sumbangan.

Ve mendandani Nabilah dengan baju compang-camping dan makeup yang menyamarkan wajah cantik Nabilah. Tidak lupa, Ve juga memasangkan wig gimbal untuk menyempurnakan penyamaran Nabilah. Sementara Nadia ‘mendandani’ kamera yang akan mereka gunakan agar menyerupai kardus mie instant karena konsep acaranya menggunakan candid camera/kamera tersembunyi.

Semua sudah siap. Kamera sudah ready dengan batere full. Nabilah pun sudah berubah sepenuhnya menjadi perempuan dengan wajah kumal dan baju buluk. Menggunakan mobil yang dikendarai Ve, ketiganya bergerak menuju lokasi shooting yang sudah ditentukan. Sampai di sana, Shooting langsung dimulai. Nabilah keluar dari mobil dan bergerak menuju kerumunan di pasar Tanah Abang. 5 Menit kemudian Nadia keluar dengan ‘kamera kardus’-nya dan mulai men-shooting akting Nabilah. Sementara Ve di dalam mobil mengawasi semuanya.

Jantung Ve berdegup agak kencang karena saking semangatnya. Di luar dugaan, Nabilah cukup pintar berakting menjadi pengemis yang memancing rasa iba. Tidak sampai setengah jam, kaleng yang dibawa Nabilah sudah berisi uang kertas senilai beberapa puluh ribu.

Ketika sudah mencapai ujung jalan, Nabilah kembali ke mobil dan mereka menghentikan shooting pertama.

Ve memindahkan file video dari kamera ke laptopnya lalu menunjukkan hasil rekaman Nadia yang menampilkan akting Nabilah. Ketiganya cukup puas dengan hasil shooting perdana. Tapi ketiganya pun sadar, bahwa hasil rekaman tersebut masih bisa jadi jauh lebih baik lagi.

“Kayaknya aku kudu lepas sendal deh biar aktingnya lebih meyakinkan. Sendalku bersih gini,” ucap Nabilah.

“Setuju Nab,” sahut Nadia. “Dan kayaknya kamu harus pakai wireless headset deh. Biar aku sama Ve bisa ngasih tahu kamu bagusnya pergi ke arah mana.”

“Bener Nad,” timpal Ve. “Tadi tuh ada adegan yang bagus banget Dek pas kamu bikin kaget anak kecil.”

Nadia dan Nabilah sama-sama tertawa mengingat kejadian tersebut.

“Tapi sayangnya kamera Nadia ketutupan angkot,” sambung Ve.

“Apa kita mau cari tempat yang lebih sepi aja?” tanya Nabilah.

“Iya ya.. di sini terlalu rame. Kayaknya lagi ada demo deh di bunderan HI. Daritadi banyak banget yang lewat-lewat sambil bawa bendera gede. Susah ngatur blockingnya,” keluh Nadia.

“Hmm.. bener juga,” jawab Ve sambil berpikir. “Yaudah kita pindah cari lokasi lain yuk?!”

Nabilah & Nadia mengangguk sepakat.




Nabilah dan Nadia sempat mengusulkan beberapa nama lokasi untuk shooting. Pertama di sebuah taman, tapi reaksi orang-orang kurang dramatis. Satu lagi di daerah perkantoran ramai, tapi mereka diusir sekuriti komplek perkantoran tersebut. Mereka lanjut berkeliling mencari lokasi berikutnya hingga tanpa sadar Ve mengarahkan mobilnya ke satu kawasan yang familiar.

“Daerah sini kayaknya oke nih,” kata Ve. “Di sini tuh banyak kos-kosan, jadi banyak warung-warung yang jual makanan atau pangkalan ojek komplek.”

“Hmm... Iya juga. Banyak warung tenda,” kata Nadia sambil melihat sekelilingnya. “Kamu tahu daerah sini dari mana Ve?”

“Engg... dulu sempat hunting lokasi buat bikin kos-kosan,” jawab Ve datar.

“Oiya! Kak Ve kan punya kos-kosan gitu ya, Kak?” tanya Nabilah dengan ceria. “Dimana Kak kosannya?”

“Di situ ada perempatan, masuk dikit sampe ketemu gapura,” tunjuk Ve ke sebuah jalan. “Deket gapura ada pangkalan ojek, kosannya di belakang pangkalan ojek.”

“Kamu hebat juga Ve udah punya bisnis properti,” kata Nadia dengan kagum.

“Diajarin bokap Nad, disuruh investasi sejak dini” jawab Ve sambil tersenyum simpul.

“Eh STOP! STOP!” Nabilah berteriak sambil menepuk bahu Ve. “Di situ oke tuh!”

Mata Nadia dan Ve mengikuti arah yang ditunjuk Nabilah. Memang oke sih. Lokasi yang ditunjuk Nabilah adalah sebuah warung kopi kecil, tapi agak ramai. Lokasinya di kawasan ruko yang agak terbengkalai. Tempat itu cukup sepi dari lalu-lalang kendaraan atau orang, tapi cukup ramai pengunjung untuk dijadikan objek video mereka. Ve memutar balik mobilnya, lalu berhenti di seberang deretan ruko yang mereka tuju.

“Batere kamera masih ada gak?” tanya Ve.

“Masih ada berapa menit ya? Sebentar gue cek,” jawab Nadia sambil mengeluarkan kamera dari kardus mie instant yang dia gunakan sebagai alat penyamaran. “Oh, masih sanggup ngerekam 40 menit lagi!”

“Sip! Dek, kamu udah nyalain mic...”

“Udah dong!” jawab Nabilah dengan cepat sambil menunjukkan kotak kecil berwarna hitam dengan lampu merah menyala. Gadis dengan gigi kelinci itu kemudian menyelipkan earpiece ke telinga kanannya dan microphone kecil ke balik baju dalamnya.

“Coba cek suaranya masuk nggak,” pinta Nadia.

“Cek. Cek. Halo. Halo,” sahut Nabilah yang dijawab dengan acungan jempol oleh Ve.

“Ready?” tanya Ve.

“Ready!”

“Siap!”

“Semoga jadi shooting terakhir kita ya!” Ve setengah berdoa, sementara Nadia dan Nabilah kompak bilang “Amin...”

Ketiganya tidak sadar, doa mereka akan menjadi kenyataan. Setelah ini, mereka tidak akan shooting bersama-sama lagi karena ada kejadian buruk yang akan menimpa mereka bertiga.




Nabilah berjalan tertatih bertelanjang kaki menuju sebuah warung kopi di komplek ruko itu. Jangan bayangkan kedai kopi seperti Starbucks atau cafe mahal di mall, warung kopi ini lebih mirip warung jamu tetapi dengan barang jualan utama adalah kopi dan rokok. Tiga korek api merk TOKAI tergantung di tali karet di depan warung, mempertegas bahwa rokok jadi produk paling laris di toko itu. Belum lagi puntung rokok dari berbagai merk yang bergeletakan di lantai karena asbak di atas meja sudah penuh.

Warung itu punya tiga meja panjang yang muat untuk 6 orang. Tapi hanya ada satu meja yang diisi siang ini, penunggunya adalah 3 orang pria bersuara keras yang sedang asik menyeruput kopi sambil bercanda. 2 pria yang di sebelah kiri tertawa hingga memamerkan deretan gigi mereka yang menguning karena rokok. Sementara seorang pria di depan mereka hanya senyum-senyum sambil geleng kepala mendengarkan ocehan dua pria di depannya.

Nabilah berjalan perlahan sambil menundukkan kepala hingga rambutnya menutupi wajah. Sebagian rambut palsunya bergoyang tertiup angin sepoi hingga ‘mencolek’ kuping salah seorang dari pelanggan warung kopi tersebut. Pria bernama Johan itu kaget setengah mati hingga terlompat dari duduknya melihat orang gila super kumal yang mendadak ada di sebelahnya.

Sempat hening sesaat, Johan malah tertawa ngakak. Pria di sebelahnya yang biasa dipanggil ‘Gepeng’ pun ikut ngakak menertawakan ekspresi terkejut kawannya. Sementara Rudi, pria di hadapan Johan dan Gepeng hanya sedikit tertawa tanpa suara.

“Kau ya!” tunjuk Johan ke Rudi. “Kau tahu ada orang gila datang, kau malah diam-diam saja. Bodat kau!”

Gepeng yang duduk di sebelahnya tertawa makin kencang lagi. Suara tawanya aneh seperti tikus terjepit, mungkin itu asal-muasal nama panggilannya.

“Ya manalah mungkin aku kasih tau,” jawab Rudi kalem. “Kalo ku kasih tau, nggak bakal ada kejadian lucu macam tadi.”

Jawaban itu membuat ketiganya tertawa.

“Sampai lompatnya aku barusan,” sahut Johan sambil kembali duduk ke bangkunya.

Ve dan Nadia yang merekam kejadian tersebut dari seberang jalan langsung berdecak kagum dengan akting Nabilah. Pria tadi lompat dengan tiba-tiba tapi Nabilah bisa menahan diri untuk tidak ikut bereaksi atau kaget. Bahkan sampai sekarang Nabilah tetap diam dan menunduk seperti layaknya orang stress.

Nabilah menjulurkan tangan memungut bungkus rokok berwarna merah di atas meja. Tiga pria tadi diam saja melihatnya, mereka tahu isinya sudah tak ada. Nabilah mengendus bungkus rokok di tangannya, lalu pelan-pelan menggigitnya seperti orang lapar melihat rendang.

Akting Nabilah sukses membuat dua pria di sebelahnya tertawa terbahak-bahak. Sementara Rudi di hadapannya, lagi-lagi hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Pada saat menggelengkan kepala itulah mata Rudi menatap sosok Nadia yang membawa kardus di tangan kirinya. Nadia sendiri membuang muka agar tidak melakukan kontak mata dengan pria berjenggot tebal tersebut.

Johan mengarahkan pandangannya ke Nabilah, terutama ke arah bahunya di mana sebagian baju kumalnya tersingkap. Orang gila macam apa yang pakai baju dalaman dan bra?

BRAKKK!!!!

Rudi tiba-tiba menggebrak meja dengan kuat, membuat Johan, Gepeng dan Nabilah terlompat kaget. Bahkan Bengbeng yang dari tadi asik main hape di dalam warung pun kaget. Semua mata menatap Rudi, tapi kedua bola mata Rudi hanya menatap mata hijau Nabilah. Contact lens.

Rudi menjambak rambut palsu Nabilah lalu menemukan earpiece di telinga kiri Nabilah yang sebelumnya tertutup rambut.

“Polisi,” sahut Rudi sambil menunjuk mobil yang parkir di seberang mereka.

Ve langsung tahu situasi telah menjadi gawat dan memutuskan keluar dari mobil untuk menjemput Nabilah.

“Pak, pak, pak,” sahut Ve memelas. “Tolong lepasin adek saya Pak!”

“Kita bukan polisi,” sambung Nadia dengan nada hati-hati. “Kita cuma lagi shooting buat tugas aja.”

“Betul kalian bukan polisi,” sahut Johan. “Tapi kalian kerjasama dengan polisi kan? Itu seragam orang yang di acara siap-siap lapan-anam itu kan?”

Ve dan Nadia menyadari bahwa saat ini keputusan mereka untuk memakai seragam TV adalah salah. Awalnya mereka berpikir seragam tersebut akan membuat perijinan shooting jadi lebih mudah. Tapi ternyata malah sebaliknya.

“Bukan Pak...” terang Ve. “Saya cuma lagi magang doang di TV itu.”

“YA SAMA AJA!” bentak Gepeng. “Bos, bawa ke belakang aja bos. Kita interogasi.”

Rudi yang ternyata adalah Bos preman setempat, mengangguk menyetujui usul Gepeng dan memerintahkan Bengbeng menutup toko.

Bos Rudi masih menjambak rambut Nabilah. Sebetulnya bisa saja gadis bergigi kelinci itu menjerit minta tolong, tapi aura kegelapan yang dimiliki Rudi membuat Nabilah takut setengah mati dan nurut saja ketika disuruh berjalan ke komplek ruko di area belakang.

Ve dan Nadia pun sama. Meski mereka masih sempat minta ampun dan coba bernegosiasi, tapi mereka tidak berani berbuat macam-macam atau mencoba melarikan diri. Kedua gadis cantik itu digelandang Gepeng dan Johan dengan kedua tangan tertekuk di balik punggung masing-masing.

Sampai di salah satu ruko di posisi paling ujung, Bengbeng yang daritadi hanya menguntit di belakang, membuka sebuah rolling door agar mereka semua bisa masuk. Di dalamya terdapat deretan drum dan berbagai botol minuman. Dari baunya, Nadia menduga mereka ada di pabrik minuman oplosan.

Rudi masih menjambak Nabilah dan menggiringnya ke belakang. Bengbeng menebak apa yang dicari oleh bosnya. Dengan sigap, pria bertubuh kurus itu mengeluarkan tali tambang untuk mengikat Nabilah. Tapi Rudi hanya menggeleng lalu menunjuk benda hitam yang melingkari beberapa drum.

Bengbeng menarik benda tersebut, menyebabkan bunyi gemerincing khas yang muncul saat logam bergesekan dengan lantai.

Bengbeng menuruti instruksi tangan Rudi untuk melilitkan rantai di leher Nabilah, lalu menguncinya dengan gembok. Begitu leher Nabilah terkunci rantai, Rudi melepas jambakannya. Nabilah langsung berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan rantai karatan itu dari lehernya tapi sia-sia saja. Ukuran kepalanya lebih besar dari diameter rantai yang melingkari lehernya. Dia tidak bisa lolos.

Ve dan Nadia pun bernasib sama. 5 menit kemudian ketiga gadis cantik itu hanya bisa meringkuk di pojok ruangan dengan jantung hampir meledak karena berdegup kencang.

“TOLOOOOONNNGGG!!!!” Tiba-tiba Rudi berteriak, mengagetkan ketiga gadis di hadapannya.

Johan, Gepeng dan Bengbeng pun ikutan berteriak minta tolong. Keempat preman itu berteriak seperti kesetanan sambil tertawa-tawa, seolah mengejek tiga gadis cantik di hadapannya. Ve, Nabilah, dan Nadia langsung sadar tak akan ada orang yang akan datang menolong, sekuat apapun mereka menjerit minta pertolongan. Kompleks ruko ini sepi dan lokasinya terlalu tersembunyi dari jalan raya.

Nabilah mulai menangis. Dia takut setengah mati menghadapi situasi ini. Seerat apapun Ve dan Nadia merangkul, tapi air mata Nabilah terus mengalir deras di pipinya.

Rudi membuka salah satu laci di meja untuk menyimpan kunci gembok mereka bertiga, lalu mengeluarkan tissue gulung dan berjalan mendekati Nabilah. Gadis itu semakin bergidik ketakutan, tapi ternyata Rudi hanya ingin menyeka wajah Nabilah.

Air mata Nabilah membuat ‘makeup gembel’-nya luntur. Rudi mengusap seluruh wajah Nabilah, membuat wajah cantiknya terungkap.

Gepeng, Johan dan Bengbeng manggut-manggut bersamaan. Tampaknya ketiga preman itu tidak menyangka orang gila yang tadi mengagetkan mereka ternyata punya wajah ayu dan menggoda.

“Copotin semua alat penyadap lo!” perintah Rudi ke arah Ve dan Nadia. Ekspresi kedua gadis itu menunjukkan bahwa mereka tidak punya alat perekam alau penyadap seperti yang dituduhkan, tapi Rudi langsung mengancam “atau gue perkosa adek lo yang tadi nyamar jadi orang gila.”

Ve dan Nadia tidak tahu harus berbuat apa. Penjelasan mereka pasti tidak akan didengar.

“CEPET!” bentak Rudi.

Ve dan Nadia yang tidak tahu harus berbuat apa langsung mengosongkan isi kantong baju dan celana mereka. HP, dompet, dan kunci. Itu saja isinya.

“Terusin!” perintah Rudi.

“Tapi Pak kita nggak punya alat penyadap!” Ve memberanikan diri berbicara.

Rudi menunjuk Nabilah, “Adek lo punya alat penyadap, Njing! Itu kabel seliweran dari kuping sampe pantatnya buat apa?”

“Itu bukan alat penyadap, itu microphone buat negerekam suara pas shooting biar..”

“SAMA AJA ANJING!” Rudi membentak Nadia yang berusaha menjelaskan.

“Tapi kita nggak punya alat penyadap Pak,” sahut Ve sekali lagi. Kali ini sambil membuka kancing kemejanya. Di baliknya hanya ada baju dalam dan pakaian dalam.

“Buka semua baju lo, biar gue lihat beneran ada alat penyadap apa enggak!” sahut Rudi sambil membakar sebatang rokok. “Loe juga,” tambahnya sambil menunjuk Nadia.

Dua gadis yang ditunjuk hanya bisa berpandangan. Jika mereka menelanjangi diri di sini, sama aja bunuh diri, pasti mereka bakal diperkosa para preman ini. Tapi kalau tidak menurut....

“Lama ya,” sahut Rudi tidak sabaran. “Padahal disuruh buka baju doang. Peng, Jo, lo entot asal-asalan deh tuh cewek yang tadi nyamar jadi orang gila biar temen-temennya kapok.”

Gepeng dan Johan langsung menyeringai menyeramkan ke arah Nabilah. Gadis yang diincar itu kembali nangis. Kali ini sambil mengemis mohon ampun.

“Oke-oke-oke saya buka sekarang! Please jangan apa-apain adek saya,” kata Ve panik. Diperkosa ya diperkosa sajalah, toh aku sudah tidak perawan, pikir Ve. Setidaknya cuma dia yang diperkosa, jangan sampai Nadia atau Nabilah ikut menjadi korban.

Rudi memberi tanda menggunakan tangan, melihat kode dari bosnya, Gepeng dan Johan langsung membatalkan diri untuk mengerjai Nabilah. Tapi setidaknya mereka tidak kekurangan hiburan, Ve dan Nadia mulai melepaskan pakaiannya satu per satu di hadapan 4 pria kasar di sebuah ruko kosong.

Satu-persatu pakaian yang melekat di tubuh Ve dan Nadia terlepas dari tubuh indah mereka. Dimulai dari kemeja yang mereka kenakan, lalu sepatu, dan disusul kemudian dengan celana panjang berwarna krem yang membalut lekuk indah paha dan pantat Ve serta Nadia.

Tiga preman yang jadi anak buah Rudi senyum-senyum mesum memandang dua gadis cantik setengah bugil berdiri malu-malu berusaha menyembunyikan aurat mereka. Rudi menjentikkan jari tangannya untuk memberi kode bahwa mereka harus melepas semuanya. Termasuk pertahanan terakhir mereka yakni: bra dan celana dalam.

Ekspresi Nadia dan Ve seolah memelas dan minta keringanan untuk tidak menelanjangi diri sendiri 100%. Tapi sebaliknya, sorot mata Rudi begitu tajam dan lirikannya kea rah Nabilah membuat Ve dan Nadia mau tidak mau menuruti keinginan bos preman di hadapan mereka.

Bersama-sama, Ve dan Nadia melepaskan pengait bra mereka. Ketika cup BH mereka berpisah dari gunung kembar yang ditutupinya, tiga preman yang menyaksikan live show itu langsung berisul-siul. Reaksi mereka semakin meriah lagi ketika Nadia menurunkan celana dalamnya. Area kewanitaan yang terlihat bersih dan terawat langsung mengundang air liur ketiganya langung menetes.

Tanpa menunggu komando, Johan, Gepeng dan Bengbeng mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing. Nabilah tentu saja shock melihat 3 laki-laki bertampang kasar sedang menelanjangi diri. Nadia pun memberanikan diri untuk melindungi Nabilah.

“Lo harus janji jangan apa-apain Nabilah,” tiba-tiba Nadia menunjuk Rudi. “Biar gue aja yang ngelayanin lo semua.”

Ve dan Nabilah kaget mendengar ucapan Nadia. Lebih kaget lagi ketika Nadia melanjutkan ucapannya, “Lo boleh perkosa gue, tapi please nanti keluarin di mulut gue aja. Gue gak mau dihamilin cowok-cowok brengsek kayak loe-loe pada.”

Rudi yang daritadi kalem, kini tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Nadia. Dia bahkan sampai bertepuk tangan dan terbatuk-batuk tersedak asap rokoknya sendiri.

“Gimana Peng? Setuju nggak loe?” tanya Rudi ke Gepeng. Preman berkepala plontos itu bingung harus jawab apa. Tapi ya dia sih pada dasarnya oke-oke saja. Asalkan bisa menikmati gadis cantik di hadapannya ini Gepeng bersedia melakukan apa saja. cuma boleh ngecrot di mulut? Gak masalah!

“Oke bos! Hehehe...” jawab si Gepeng.

“Elu mah oke-oke aje, hahahahha...” ledek Rudi. “Jo, gimana Jo?”

Johan yang sepertinya sudah lebih berpengalaman soal perempuan coba mengajukan penawaran, “Tapi ngecrot di mulut kurang maknyos bos! Enak tuh ngecrot di memek!”

Nadia langsung menggeleng mendengar permintaan Johan. Seingat Nadia, dia sedang masa subur hari ini. Jadi sebaiknya jangan ambil resiko.

“Kalo mau ngecrot di dalem, pake memek gue aja”

Nadia dan Nabilah langsung menengok ke arah Ve yang kini sudah telanjang bulat.

“Ini proyekan gue Nad. Gue nggak bisa biarin lo sendiri yang tanggungajwab,” sahut Ve menjawab keragu-raguan yang dipancarkan wajah Nadia.

“Lo udah nggak perawan? How come?” tanya Nadia. Sulit baginya untuk membayangkan perasaan para fans Ve jika tahu sosok dewi badai yang mereka idolakan ternyata penganut seks bebas.

“Tuntutan profesi,” jawab Ve singkat.

“Gini ya cewek-cewek,” sahut Rudi. “Kalian sendiri yang menawarkan diri untuk ngentot sama kita-kita. Kami sih nggak pernah minta, ya kan?

Gepeng, Johan dan Bengbeng mengangguk setuju.

“Karena kalian sudah berbaik hati memberikan tubuh mulus kalian secara cuma-cuma,” sahut Rudi sambil memandang Ve dan Nadia yang kini telanjang bulat. “Kami janji nggak akan ngecrotin memek kamu, “ sambil menunjuk Nadia, “atau nyentuh adek manis kalian ini,” kata Rudi sambil mengecup pipi Nabilah.

“Coy!” panggil Rudi ke tiga bawahannya. “Tunggu apalagi? Sikat aja langsung! Hahahahaha”

Johan, Gepeng dan Bengbeng langsung menerjang target masing masing.

Gepeng langsung memeluk Nadia. Gadis itu sudah dia incar sejak tadi. Gepeng memang selalu menyukai perempuan dengan dagu lancip yang memberikan kesan galak. Sebagai anak buah yang tidak pernah bisa membantah keinginan bosnya, menaklukan gadis galak hingga bertekuk lutut terpaksa melayaninya memberikan sensasi tak tertandingi.

Nadia bergidik merinding ketika tangan Gepeng menggerayangi seluruh jengkal tubuhnya. Apalagi Rudi ternyata ikut ‘memilihnya’ untuk dieksekusi. Rudi menangkap dagu Nadia, lalu mencium bibir merah gadis itu dengan bibir tebalnya. Nadia tidak menyangka jika Rudi ternyata adalah pencium yang handal. Dia terhanyut oleh permainan lidah yang mungkin usianya sudah dua kali lipat dirinya.

Permainan lidah Rudi ditambah remasan gemas tangan Gepeng, langsung membuat vagina Nadia basah. Begitu tahu mangsanya sudah siap, Gepeng meminta ijin kepada bosnya untuk melakukan pencoblosan. Rudi langsung memberi tanda ke arah Johan dan Bengbeng di sebelahnya.

Di sebelah Nadia, Ve juga sedang asing berciuman. Bedanya, bibir Ve beradu dengan penis milik Johan. Sementara Bengbeng berdiri di sebelah Ve sambil bertolak pinggang menunggu giliran disepong. Untuk sekarang, penisnya cukup dikocok oleh tangan lembut Ve saja.

Saat tiba giliran Bengbeng disepong, matanya langsung merem-melek menikmati sedotan mulut Ve. Bibir gadis cantik ini menyedot dengan tepat, tidak terlalu kencang tapi cukup membuat ketagihan. Johan yang barusan nyaris takluk oleh sepongan Ve, memutuskan untuk melakukan pembalasan dan menyuruh Ve menungging. Sambil merangkak seperti anjing, Ve menghisap penis Bengbeng di hadapannya. Sementara Johan ikut merangkak dan langsung mempermainkan belahan kewanitaan Ve dengan lidahnya.

Kini posisi mereka semua sama, Rudi dan Bengbeng berlutut dengan masing-masing penis dihisap Ve dan Nadia, sementara Gepeng dan Johan berlutut di belakang dua gadis cantik itu sambil mengambil ancang-ancang.

Secara berbarengan, Johan dan Bengbeng melakukan pencoblosan. Tapi hanya Johan yang langsung berhasil. Mungkin karena vagina Ve dan penis Johan sudah sama-sama basah oleh air liur. Tusukan penis Johan membuat mulut Ve mendesah tertahan penis Bengbeng. Desahan itu semakin kencang dan cepat ketika Johan mulai menggenjot pinggul bahenol Ve dengan konstan.

Gepeng masih berusaha membasahi penisnya dengan ludahnya sendiri untuk mendobrak belahan vagina Nadia. Butuh beberapa kali usaha hingga akhirnya ujung ‘cabang produksi’ kebanggaannya sudah menancap di belahan vagina wanita incarannya. Pelan-pelan Gepeng mencobloskan penisnya ke vagina Nadia agar momen ini bisa Gepeng nikmati sebaik-baiknya. Ketika tertahan oleh jepitan vagina Nadia yang masih rapat, Gepeng menarik penisnya sedikit, baru melakukan tusukan lagi. Permainan lembut Gepeng membuat Nadia semakin terangsang. Bisa dibilang, permainan Gepeng jauh lebih romantis dari pacarnya yang sering tidak sabaran. Bukannya Nadia tidak menikmati, tapi diperlakukan lembut oleh Gepeng memberikan sensasi tersendiri yang bikin Nadia penasaran.

Perlakuan yang tidak kalah lembut juga Nadia terima dari Rudi. Meski pria yang penisnya sedang dia sepong ini terus-terusan merokok, tapi tangan kanannya terus memberikan rangsangan dengan mengusap lembut kepalanya, belakang telinganya, hingga tengkuknya. Nadia adalah cewek yang tidak tahan geli. Dan rangsangan dari Rudi membuatnya merinding, membangkitkan sarafnya sehinga sensasi yang dirasakan dari persetubuhan 2 lawan 1 ini terasa 10x lebih nikmat dari biasanya.

Satu orang lainnya yang merasa aktivitas orgy di ruko kosong ini 10x lebih nikmat dari seks biasanya adalah Johan. Dia pikir sedotan mulut Ve bisa bikin dia keluar sebelum waktunya, tapi ternyata vagina Ve sama legitnya. Di dalam liang kewanitaan Ve, penis Johan terasa diremas-remas tangan gaib. Johan tidak tahu, sejak pensiun dari latihan JKT48 Ve rutin melakukan senam kegel pilates untuk menjaga otot tubuhnya selalu kencang, termasuk otot vaginanya. Tidak pakai lama, Johan pun harus mengakui kekalahannya. Dia mempercepat genjotanannya hingga Ve mendesah-desah, lalu menyodokkan penisnya hingga mentok untuk memuntahkan spermanya.

“AAAHHhhhh....” desah Johan merasakan nikmatnya bersetubuh dengan gadis cantik. Beda sekali sensasinya jika dibandingkan dengan bercinta sama pelacur langganannya yang berparas pas-pasan dan vaginanya sudah longgar.

“Payah kali kau lae..” ledek Rudi. Dia membandingkan Johan dengan Gepeng yang jarang merasakan kehangatan wanita, ternyata Gepeng punya stamina yang lebih baik dari Johan. “Masa kalah kau sama Gepeng?”

“Bos,” jawab Johan memberikan pembelaan diri. “Cobain sendiri deh. Mantep banget ini, mulut bawahnya bisa nyedot-nyedot gitu...”

“Hahahahaaha....” Rudi tertawa, tapi penasaran juga. Dia menghentikan kuluman Nadia di penisnya, lalu pindah ke lapak sebelah, ke belakang Ve. Rudi memperhatikan bentuk pantat Ve, tidak bulat sempurna tapi sangat kencang. Ciri gadis yang rajin merawat dirinya, pasti anak orang kaya, tebak Rudi. Kalau habis ini dia meminta tebusan sambil menikmati tubuhnya selama seminggu ke depan, mungkin Rudi bisa mendapat uang yang cukup untuk foya-foya selama setahun ke depan.

Pelan-pelan Rudi menancapkan penisnya ke belahan vagina Ve. Ukuran kepala penis Rudi yang besar sempat membuatnya susah masuk, tapi ketika sudah menancap, pentol jamur kebanggaannya membuat vagina Ve kegatelan minta cepat-cepat disodok-sodok agar tidak gatal lagi.

Tanpa disadari, Ve memundurkan pinggulnya. Minta cepat-cepat digenjot oleh Rudi. Bahkan pada akhirnya justru pinggul Ve yang bergerak memompa maju-mundur. Hal itu membuat Rudi tertawa-tawa dan memamerkannya ke para anak buahnya.

Sibuk melayani Rudi membuat Ve sedikit melupakan Bengbeng. Tapi belum sempat pria kurus itu protes, Gepeng memberi kode ke bosnya.

“Kenapa Peng?” tanya Rudi.

“Gue udah mau nyampe nih bos,” jawab Gepeng sambil nyengir. “Minta ijijn buang pejuh ke memek sebelah.”

Meski baru saja merasakan nikmatnya genjotan Ve, Rudi mengalah. Dia mencabut penisnya dari vagina Ve, membuat gadis cantik itu mendesah protes. Ekspresi wajahnya seolah bertanya ‘kenapa dilepas?’

Gepeng mencabut penisnya dari vagina Nadia, lalu menancapkannya kembali ke vagina Ve. Tidak pakai lama, setelah beberapa genjotan, penis Gepeng pun langsung menyemburkan spermanya me-refill kembali rahim Ve dengan pejuh.

Dari ekspresi wajahnya, Gepeng tampak puas sekali. Rudi tersenyum melihat anak buahnya tersenyum bahagia. Tapi rupanya Bengbeng menunjukkan raut wajah kecewa, Rudi bisa melihatnya dari sorot mata anak buahnya yang paling kurus itu.

“Kenapa lu Beng? Kepingin nyobain empotan memek cewek ini juga?” tanya Rudi.

Bengbeng hanya tertawa kecil sambil menangguk.

“Bilang dong kalo pengen....” tany Rudi sambil mengajak Bengbeng ke belakang Ve, seolah keberadaan Ve tidak lebih dari sekedar barang yang bebas mereka pakai sesuka hati mereka.

Bengbeng langsung mengarahkan penisnya yang sudah ngaceng maksimal ke selangkangan Ve. Ketika ujung penisnya membuka belahan vagina gadis cantik itu, lelehan sperma sisa pertempuran sebelumnya mengalir deras menetes ke lantai. Bengbeng tidak peduli vagina Ve sudah banjir sperma, dia ingin ikut menikmati empotan memek gadis tercantik yang pernah dia lihat ini.

Dengan mudah Bengbeng menggenjot penisnya karena liang kewanitaan Ve sudah dilumuri sperma Gepeng dan Johan dengan rata. Tapi meskipun sangat licin, Bengbeng tetap merasakan jepitan mantap otot vagina Ve seperti yang sudah diakui kualitasnya oleh Johan. Bengbeng merebahkan badannya ke punggung Ve, membuat tangan dan lutut gadis cantik itu harus menahan beban tubuh seorang pria. Tangan Bengbeng menggapai payudara Ve yang tergantung bebas yang luput dari jamahan teman-temannya daritadi.

“Nganggur nih,” tanya Rudi ke arah Nadia yang tergolek lemah di sebelah Ve. Rudi berbaring di lantai kotor itu lalu menyuruh Nadia menunggangi penisnya. “Sini, main kuda-kudaan sama gue.”

Nadia mengerti apa yang diinginkan Rudi. Gadis cantik itu mengangkangi penis Rudi kemudian menurunkan bobot tubuhnya perlahan-lahan. Saat kepala penis Rudi masuk ke vaginanya, Nadia langsung mengerti kenapa tadi Ve sempat menjadi perempuan murahan yang menikmati perkosaannya. Pentol penis Rudi begitu padat menyesaki rongga vaginanya, membuatnya langsung menutup mata dan membayangkan dirinya sedang bercinta dengan artis Korea idolanya. Nadia terlalu gengsi untuk mengakui dirinya sangat menikmati penis preman jelek yang memperkosanya.

Mendengar desahan Ve (yang digenjot Bengbeng) dan Nadia (yang asik mengebor Rudi), penis Johan ngaceng kembali. Setelah mematikan rokoknya, dia mendekati Rudi dan meminta ijin untuk ikut bermain. Rudi mengangguk dan menarik turun tubuh Nadia. Gadis cantik itu bingung kenapa tubuhnya direbahkan hingga payudaranya menempel lekat dada Rudi. Tapi begitu Rudi kembali memompanya, Nadia tidak jadi protes. Yang penting saat ini vaginanya disodok dengan lembut dan mantap.

Nadia baru saja membayangkan kembali dirinya sedang bercinta dengan artis Korea, ketika tiba-tiba sesuatu yang tumpul mendadak berusaha masuk menembus anusnya. Nadia membuka matanya dan berusaha memastikan apa yang terjadi di belakangnya. Tapi dugaan terburuknya ternyata memang sedang berlangsung. Johan sedang berusaha menyodominya.

Nadia berteriak melarang dan berusaha menolak. Tapi apalah daya seorang gadis di dekapan bos preman? Belum lagi Rudi tetap terus menggenjotnya, membuat akal sehatnya beradu melawannya birahinya sendiri. Pada akhirnya Nadia hanya bisa pasrah ketika ujung penis Johan berhasil masuk, dan sisa batang kejantanannya pun menyusul masuk perlahan-lahan meberikan siksaan pedih dan panas di anusnya. Nadia menangis dan menggigit bibirnya sendiri untuk menahan sakit, tapi Johan dan Rudi tidak peduli. Keduanya kompak memompa penis masing-masing di kedua lubang Nadia. Saat penis Rudi ditarik keluar, Johan menancapkan penisnya di pantat Nadia. Ketika Johan menarik penisnya keluar, penis Rudi menyodok kembali ke vagina Nadia. Aksi mereka berdua membuat Nadia kesakitan sekaligus keenakan.

“AAahhh…AAAAhhh…Oouuhhyyaaahhh…” Nadia menjerit-jerit penuh kenikmatan karena disodok dari depan dan belakang. Efek lokasi persetubuhan yang tersembunyi dari peradaban ini membuat Nadia bebas mengekspresikan rasa nikmatnya dengan lantang. Sensasi ini sungguh berbeda sekali dengan apa yang biasa dia lakukan saat bercinta dengan kekasihnya. Karena dilakukan di kamar, mereka selalu berusaha menahan suara agar tidak kedengeran penghuni kamar sebelah.

Petualangan baru ini membuat Nadia lebih lepas dalam menerima rangsangan yang datang. Efeknya, Nadia pun tidak tahan lama. Vaginanya langsung menyemprotkan cairan cinta pertanda dirinya sudah samapi puncak kenikmatan.

Nadia sendiri tidak menyangka ternyata dirinya bisa orgasme saat pantatnya disodomi. Bahkan orgasmenya lebih dahsyat dari orgasme-orgasme yang pernah Nadia rasakan. Sekujur tubuhnya merinding, punggungnya menekuk melengkung dan bola matanya berputar hingga yang terlihat hanya warna putihnya saja.

Jepitan dan kedutan otot vagina dan pantat Nadia saat orgasme membuat Rudi dan Johan tidak tahan lagi. Hampir berbarengan, keduanya menembakkan sperma mereka berkali-kali hingga luber keluar dari lubang pantat dan vagina Nadia.

Sedikit otak Nadia bekerja, mengingatkan gadis cantik itu bahwa dirinya bisa saja hamil karena pejuh yang disemburkan Rudi ke rahimnya sangat banyak sekali. Tapi hati dan birahi Nadia berkata lain, inilah persetubuhan ternikmat yang pernah dia rasakan. Jika resikonya adalah kehamilan, Nadia rela bercinta lagi dengan Rudi semalaman.

Melihat kekasih pujaan hatinya dihamili oleh bosnya sendiri, membuat Gepeng sakit hati. Dia melangkah melewati Bengbeng yang sedang asik memompa Ve. Gepeng berjalan menuju Nabilah yang tanpa mereka sadari, sedang meremas payudaranya sendiri menyaksikan perkosaan yang dialami teman-temannya.

Berbeda dengan perlakuan Gepeng kepada Nadia, kali ini preman botak itu tidak lagi dipenuhi rasa kasih sayang, tapi dendam. Dia menarik tubuh Nabilah dengan kasar dan membaringkannya di lantai kotor pabrik miras milik bosnya.

Jeritan Nabilah membuat Ve menoleh. Ingin sekali dia menyelamatkan Nabilah tapi apa daya dirinya tidak berdaya. Nadia pun sama, dia ingin protes: seharusnya tidak ada yang boleh menyemburkan sperma di rahimnya dan tidak boleh ada yang boleh menyentuh Nabilah. Tapi....lelehan sperma Rudi yang hangat di pahanya membuat Nadia merinding tanpa daya. Jangankan membuka mulut, kelopak matanya saja sulit sekali dia buka.

“Ngapain lu Peng?” tanya Rudi tidak suka.

Untuk pertamakalinya, Gepeng pun memberanikan diri untuk protes, “Udahlah bos, udah terlanjur. Tuh cewek yang itu aja udah bos kecrotin pake pejuh.”

Rudi melihat ke arah Nadia dan baru teringat akan janjinya kepada ketiga gadis itu. Terlanjur basah, ya sudah mending mandi sekalian.

Rudi mendekati Gepeng, tapi bukannya memberi bogem mentah seperti yang biasa dia lakukan setiap permintaannya tidak dituruti, Rudi malah memegangi kedua tangan Nabilah. “Jo, Beng, pegangin kakinya.”

Dua orang yang dipanggil Rudi langsung menurut. Bahkan Bengbeng rela menghentikan kenikmatannya memompa vagina Ve. Dengan kondisi tangan dan kaki tidak bisa digerakkan, Nabilah terpaksa pasrah saat bajunya disobek-sobek dengan mudah oleh Gepeng. Andai Nabilah bisa melepaskan jeratan rantai di lehernya pun, Nabilah jadi ragu untuk melarikan diri karena pakiannya sudah tidak berbentuk sama sekali.

“Peng,” tegur Rudi. “Kalem dong... yang lembut.. nangis tuh dia...”

Gepeng yang menyadari kini bosnya sudah memberi restu, jadi sedikit kalem. Preman botak ini melihat selangkangan Nabilah dan belahannya tampak masih sangat rapat sekali. 99% masih perawan. Menjadi pria pertama untuk gadis secantik ini, merupakan kehormatan bagi Gepeng.

Sikap Gepeng pun berubah total. Dia memperlakukan Nabilah dengan lembut. Meski terus menolak, tapi Nabilah tidak bisa mengelak dari sensasi kecupan-kecupan lembut yang Gepeng berikan di sekujur tubuh Nabilah.

Nabilah tidak menyangka hanya dengan kecupan saja tubuhnya bisa terangsang seperti ini, padahal dia tadi merasa takut setengah mati. Apalagi ketika lidah Gepeng beraksi di selangkangannya, sekujur tubuh Nabilah terasa seperti tersengat listrik. Mati-matian dia menahan rasa ingin pipis ketika clitorisnya disapu oleh lidah Gepeng, tapi sensasi ini terlalu tinggi untuk gadis perawan yang baru saja merasakan sentuhan lawan jenis.

Nabilah memejamkan matanya, malu setengah mati karena rasanya dia akan ngompol di hadapan 4 preman. Tapi yang menyembur di selangkangannya bukan air seni, sesuatu yang berbeda. Jika saat pipis dia merasa lega, kali ini sensasi merinding yang dia rasakan justru semakin tinggi dan membuatnya seperti terbang ke negeri khayangan.

Gepeng memposisikan tubuhnya untuk menikmati hidangan utama. Tapi preman botak itu tidak mau terburu-buru, dia terus merangsang dan mencoba mengeksploitasi titik lemah Nabilah. Gepeng bolak-balik menjilati puting kanan dan kiri Nabilah, karena di titik itulah erangan Nabilah terdengar paling kencang. Sementara di bawah, penisnya yang sudah tegak menjulang terus-terusan menyundul celah surgawi milik Nabilah. Diperlakukan seprti itu mau tidak mau membuat Nabilah tidak bisa berpikir sehat lagi. Kakinya malah direnggangkan lebar-lebar seperti mempersilahkan penis Gepeng untuk masuk.

Sadar mangsanya sudah takluk, Gepeng makin jumawa. Dia mempermainkan birahi Nabilah dengan terus mengusap-usap ujung penisnya ke celah vagina Nabilah, membuat gadis perawan ini seperti memohon untuk disetubuhi.

Nabilah tidak mengerti apa yang terjadi. Dia ingin menjaga kehormatannya untuk calon suaminya nanti. Tapi sensasi ini, terlalu menggoda untuk dilewati.

SLEPH.

Tiba-tiba vagina Nabilah dengan sendirinya sudah mengecup pentol penis Gepeng. Pelan-pelan Gepeng memberikan dorongan. Setiap Nabilah mengerang seperti menahan sakit, Gepeng menarik penisnya atau memberikan waktu agar vagina Nabilah terbiasa dengan kehadiran penisnya. Begitu terus sampai akhirnya penis Gepeng masuk cukup dalam untuk menyentuh selaput dara Nabilah.

Melihat sang korban sudah pasrah, Bengbeng, Rudi dan Johan melepaskan pegangan mereka di kaki dan tangan Nabilah. Rudi bahkan mengambil HP-nya dan merekam apa yang terjadi di dalam pabrik miras oplosan miliknya. Dimulai dengan merekam Ve dan vaginanya yang masih saja meneteskan sperma. Lanjut ke Nadia dan dua lobangnya yang merekah merah tanda baru saja dijebol. Dan terakhir, dia merekam adegan pemerkosaan Nabilah.

Sadar sedang direkam oleh bosnya, Gepeng dengan sengaja bermain-main. Dia menarik dan menyodokkan kembali penisnya sedikit-sedikit, membuat Nabilah mendesah dan meraung-raung dengan mata tertutup; persis seperti orang yang sedang mengigau sedang mimpi basah.

Goyangan pendek pinggul Gepeng mulai dipercepat, memancing keluarnya cairan kewanitaan Nabilah lebih banyak lagi. Ketika Gepeng merasa sudah cukup licin, tanpa ampun preman botak itu mencengkeram pinggul Nabilah dan menghentakkan penisnya kencang-kencang hingga mentok.

Mata Nabilah langsung melotot lebar-lebar ketika selaput daranya dijebol tanpa belas kasihan oleh Gepeng. Saking sakitnya, sampai tidak ada suara yang yang terdengar dari mulut Nabilah yang menganga seperti huruf O. Hanya ada suara erangan lemah dan kering dari tenggorokannya yang tercekik rantai.

Hanya sebentar saja waktu yang diberikan Gepeng untuk vagina Nabilah beradaptasi. Tidak tahan dengan nikmatnya jepitan memek perawan, Gepeng langsung menggenjot vagina Nabilah untuk membawanya menuju puncak kenikmatan.

Berbeda dengan kedua temannya yang masih bisa merasakan nikmat dari pemerkosaan ini, Nabilah hanya merasakan sakit dan pedih yang tidak berkesudahan. Di sisa-sisa kesadarannya, Nabilah berusaha berpikir positif dengan berharap perlahan-lahan sakitnya akan hilang dan berganti dengan kenikmatan. Tapi belum sempat rasa nikmat itu mendekat, Gepeng sudah membalik tubuhnya dan memberikan jalan untuk Johan menjebol lubangnya yang satu lagi.

Ve dan Nadia hanya bisa memejamkan mata mendengar rintihan memelas dari mulut Nabilah, saat penis Johan pelan-pelan melubangi anus Nabilah. Tak ingin ketinggalan, Bengbeng menjambak rambut gadis bergigi kelinci itu dan memaksanya mengoral penisnya.

Rudi seperti mendapat durian runtuh memandang adegan gangbang 3 lubang dari seorang gadis cantik yang masih perawan. Jika rekaman ini dia jual, pasti harganya mahal. Tanpa Rudi sadari, gadis yang kini tinggal setengah sadar akibat perbuatan 3 anak buahnya adalah seorang artis idola. Dengan kata lain, videonya bernilai lebih dari 100x lipat dari angka yang dibayangkannya.

Gepeng terus memompa vagina super rapat itu dengan brutal hingga akhirnya dia mengerang dan menembakkan spermanya mengisi rahim Nabilah. Saat dicabut, cairan kental berwarna putih meleber keluar dari vagina Nabilah dan mengalir turun menyusuri bongkahan mulus pantat Nabilah. Tak lama setelah Gepeng mencabut penisnya, Johan juga mengakhiri aksi sodominya dan menancapkan penisnya ke vagina Nabilah. Sekitar 5 menit kemudian, Johan mengerang dan menyemprotkan spermanya ke lubang senggama Nabilah.

Bengbeng yang tidak lagi merasa nikmatnya sepongan Nabilah karena gadis itu keburu pingsan, mencabut penisnya dari mulut Nabilah dan gantian menggenjot vagina Nabilah dari belakang menggantikan Johan.

Rudi memberi kode kepada Johan untuk gantian menjadi cameraman. Dia memposisikan Ve agar menungging sejajar dengan Nabilah dan menancapkan penisnya ke vagina Ve. Sensasi yang familiar langsung Ve rasakan ketika pentol jamur raksasa yang tadi sempat membuainya kini kembali mampir di vaginanya. Saat Ve baru mulai terangsang oleh penis Rudi, bos preman itu malah mencabut rudalnya.

Tapi rupanya Ve salah, Rudi hanya bermaksud mengoles kepala penisnya dengan sperma yang mengisi vagina Ve. Saat ujung penisnya sudah mengkilat, dia mengarahkan batang kejantanannya ke arah anus Ve dan mulai menerobos tanpa ancang-ancang. Meski sudah berkali-kali disetubuhi, tapi Ve tidak pernah membayangkan dirinya akan dianal. Sisa-sisa tenaga Ve langsung dia keluarkan untuk kabur, gadis cantik itu berusaha merangkak ke depan tapi cengkeraman tangan Rudi di pinggulnya terlalu kuat.

“Jangan ditahan, nanti sakit,” kata Johan sambil menyorotkan kamera ke arah wajah Ve. “Lemesin aja, biar cepet masuk.”

Entah karena sadar wajahnya sedang direkam dari depan atau karena pantatnya sedang diperawani, kedua pipi tembem Ve berubah merah dan membuatnya tampak manis. Ve berusaha menutupi mukanya dengan kedua tangan tapi dihalang-halangi oleh Johan yang memfokuskan bidikan kameranya ke wajah cantik Ve. Pada akhirnya Ve berusaha pasrah, baik soal wajahnya yang terekam atau soal anusnya yang dijebol.

Sakit. Perih. Panas. Itu yang Ve rasakan sekarang. Tapi entah kenapa, vaginanya justru malah membanjir seolah tubuhnya malah menikmati genjotan penis Rudi di anusnya. Berkali-kali Johan memindahkan angle rekaman dari wajah penuh eskpresi Ve atau wajah pucat Nabilah yang sudah tak sadarkan diri.

“Ini muka pecun yang keenakan disodomi,” ucap Johan memberikan narasi. “Lalu ini muka perek yang baru diperawanin.”

Genjotan Bengbeng di vagina Nabilah tiba-tiba jadi cepat. Bunyi benturan pahanya dengan pantat Nabilah terdengar begitu brutal. Johan pindah posisi ke belakang Nabilah dan merekam detik-detik penyemburan sperma Bengbeng ke Nabilah.

Tak lama setelah Bengbeng mencabut penisnya, Rudi mencabut penis kebanggaannya dari anus Ve dan gantian menyumpal vagina Nabilah dengan penisnya. Johan sempat merekam lubang menganga di pantat Ve, sebelum akhirnya kembali merekam penyemprotan vagina Nabilah. Kali ini oleh sperma milik Rudi.

“Biar dia bingung nanti hamil anak siapa hahahaha....” ledek Rudi sambil mencabut penisnya. Pemandangan mengenaskan dimana gadis cantik yang baru saja punya KTP itu diperawani dan dipakai asal-asalan hingga rahimnya dibanjiri sperma dari 4 orang seolah menjadi adegan terakhir dari video yang sedang Johan rekam.

Tapi sebelum mengakhiri videonya, Johan baru sadar kalau dia belum tahu nama-nama korbannya. Johan berjalan menuju lokasi pakaian dan mengumpulkan ceceran barang-barang milik para gadis tadi.

“Jessica Veranda,” Johan membacakan nama yang tertera di nametag seragam Ve.

“Nadia Soekarno. Wuih anak presiden ya? Hebat juga gue bisa nyodomi anak presiden,” lanjut Johan saat merekam nametag di seragam Nadia.

Johan merekam sisa-sisa baju Nabilah dan pastinya tidak ada nametag di sana. Tapi di salah satu dompet yang sempat dikeluarkan dari kantong celana Nadia, Johan melihat sebuah Kartu Pelajar salah satu SMA dengan foto yang sama dengan wajah Nabilah.

“Yang ini masih anak sekolah, tapi teteknya yahud hehehe... Nabilah Ratna Ayu.”

Begitulah Johan mengakhiri videonya. Saat tombol stop ditekan, teman-temannya ternyata sudah kembali memakai celana, hanya Johan yang masih telanjang.

“Anak orang kaya nih,” sahut Rudi menunjuk Ve. “Bodynya mantep, kenceng banget. Pasti rajin fitness di gym mahal.”

“Kalo yang ini anak presiden nih,” sahut Johan nggak mau kalah sambil menunjuk Nadia

“Tahu darimana loe?” tanya Gepeng.

“Namanya ada Sukarno-Sukarnonya gitu.”

“Presiden jaman kapan itu mah, cucunya kali?” tanya Rudi.

“Ya.. pokoknya keturunan presiden lah,” ujar Johan ngeles.

“Kalo yang ini?” tanya Bengbeng sambil menunjuk Nabilah.

“Ini anak SMA. Tadi ada kartu pelajarnya,” jawab Johan.

“Body kayak gitu masih SMA? Buset,” celetuk Gepeng sambil geleng-geleng.

“Udah... bodo amat dia anak SMA kek, anak SMP kek, pokoknya kita sekep dulu mereka. Kita minta uang tebusan. Lumayan, dari pada jual oplosan mulu,” perintah Rudi yang diikuti anggukan dari 3 anak buahnya. “Jo! Sini balikin hape gue! Gue mau lihat rekamannya tadi.”

Tapi belum sempat Rudi menerima hapenya, tiba-tiba terdengar suara raungan sirine yang disusul teriakan dari pengeras suara,

“POLISI!! HARAP MENYERAH!!”

Rudi, Gepeng dan Bengbeng dengan kompak langsung ngibrit melarikan diri lewat jalan rahasia di belakang pabrik. Sebagai produsen barang terlarang, tentu mereka sudah mempersiapkan sebuah jalur rahasia untuk kabur kalau-kalau pabrik miras oplosan mereka digerebek polisi.

Johan yang masih telanjang dengan panik mencari pakaiannya. Baru sempat memakai kolornya, rolling door ruko ini sudah berusaha didobrak dengan paksa. Johan pun langsung kabur hanya dengan kolor doang. Meninggalkan baju, celana dan hape Rudi tergeletak begitu saja di lantai kotor ruko.

Ve masih setengah sadar ketika rolling door itu terbuka. Tamatlah sudah karirnya. Artis yang diperkosa dan digilir preman rasanya sudah tidak punya tempat lagi di industri hiburan. Ve menangis, karena bukan cuma karirnya saja yang hancur, karir Nabilah dan masa depan Nadia pun hancur.

Suara langkah pelan penuh kewaspadaan mendekati Ve dari belakang. Ve menutupi mukanya dengan kedua tangan karena tidak berani menunjukkan wajahnya kepada polisi. Malu.

“Non Ve?”

Suara itu terdengar familiar. Ve memberanikan diri utnuk menatap wajah orang yang menolongnya. Dan dia adalah....


-=-=-=-=-=-=-=-

Lanjut ke Chapter 5
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd