Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA H-Virus

Bagus nih ceritanya, alurnya unik... Sayang.. Sepertinya belum selesai ceritanya
 
SEDUCER

Dikisahkan oleh Rio

Miss Rachel menggertakkan giginya. Ia menantang. Mendesis.
"Sangkamu aku ini apa? You just an insolence brat!"

Aku tidak bisa mengalihkan perhatian dari baju kemeja putihnya yang tipis, sehingga terlihat BH hitam berenda. Kakinya indah, dibalut oleh stocking hitam, sedang ia memakai rok yang mini, hanya beberapa senti di bawah selangkangan. Suuuupeerr sexy.

Aih, bagaimana ini. Aku menggeleng-gelengkan kepala, pusing karena mendadak birahi. Semakin perempuan ini menantang, semakin aku jadi terangsang. Aku sangat... sangat ingin. SANGAT INGIN, kalian tahu rasanya? Ini bukan soal rasa, bukan soal cinta, tapi sepenuhnya eros. Nafsu binatang.

Dengan niat birahi itu, aku tidak bisa menahan diri untuk menyentuh wajahnya. Jadi, tanpa banyak pikir aku bergerak dengan kecepatan penuh – didorong birahi – dan mengelus pipinya. Halus sekali. Elusan yang sederhana.

REAKSI yang muncul dari Miss Rachel mengagetkanku. Matanya membelalak. Pipinya mendadak menjadi merah, di kulitnya yang putih. Kukira, Rachel ini orang British, dengan aksen seperti itu. Kalian tahu kan, cantiknya orang Inggris? Mata biru, bulat besar. Rambut pirang. Kulitnya putih halus, tidak berbintik-bintik seperti orang Amerika. Bibirnya bagus. Dadanya besar.

Mahluk cantik itu seperti disergap oleh kekuatan yang tidak terlihat. Mendadak, ia terduduk di lantai kokpit, dengan kedua kaki terentang. Rok mininya tersibak. Aku melihat celana dalamnya, dia tidak pakai legging sama sekali. CD itu mendadak basah, karena cairan yang keluar dari vaginanya. Rachel merintih-rintih, tanpa sadar tangannya meremas payudaranya sendiri. Wangi seks seketika memenuhi kabin kokpit.

Kapten pilot langsung menoleh kebelakang, membelalak melihat situasi yang terjadi. Tapi ia terus memandang ke depan lagi, mengoperasikan pesawat. Mungkin ia tidak mau terlibat lebih jauh, apalagi kini kopilot masih merintih di lantai karena kakinya aku tembak, berdarah-darah.

Aku menyentuh wajah Rachel sekali lagi, kali ini dengan perhatian tulus. "Miss Rachel, what's wrong?" Tanyaku. Ada apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa semua jadi begini?

Rachel menatapku yang jongkok di depannya dengan pandangan birahi. Ia tidak bisa mengendalikan diri, berusaha menggigit bibir untuk tidak berkata-kata, namun tidak mampu. Dan tahu-tahu, ia menceritakan semuanya.

Rachel adalah Asisten Pribadi kepercayaan dari Direktur Phil Morris, Truman Pharmaceutical. Selama bertahun-tahun, Truman Pharmaceutical menangani obat-obatan mahal untuk dunia. Tetapi mereka melakukan dengan cara yang kotor: mereka mengekstrak virus yang ada, lalu membuat anti virusnya. Setelah virus dilepaskan dan membuat masalah, Truman datang dengan obat-obatan yang mujarab dan bisa dijual dengan harga sangat tinggi.

Selain Truman, ada juga perusahaan laboratorium farmasi lain yang membuat rekayasa genetika, antara lain Riway Biotech, yang bekerja sama dengan Pentagon. Tujuan mereka adalah menciptakan perubahan pada manusia, sehingga menjadi lebih kuat, lebih tangguh, lebih cepat. Untuk membuat perubahan itu, mereka merancang rangkaian virus-virus, yang diberi kode A, B, C,.... dan sampai H.

Salah seorang peneliti Riway Biotech adalah Jack Kendall, yang tergiur tawaran harga sangat mahal dari Truman Pharm untuk meloloskan sampel virus. Namun pihak NSA dan Pentagon berhasil mengetahui pengkhianatannya dan menangkap Jack Kendall di airport Eppley, di Omaha. Celakanya, waktu itu para agen NSA tidak sepenuhnya mengerti apa yang dibawa.

Jadi, dalam insiden itu virus H terlepas ke udara, dan menimbulkan gelombang epidemi yang mematikan dan sukar dikendalikan selama dua tahun. Selama waktu itu virus terus bermutasi dan tidak lagi mematikan, namun menular lebih cepat dan sukar terdeteksi.

Pada saat peristiwa itu terjadi, satu-satunya orang yang terpapar virus namun sama sekali tidak menunjukkan perubahan adalah aku, Rio Herianto. Sialan benar! Jadi selama ini, urusan FBI mencariku dan CIA merekrutku adalah karena aku terpapar virus namun tidak menjadi sakit dan mati seperti orang lain....

Mereka merencanakan untuk membawa aku dan Santi ke AS, untuk dijadikan subjek penelitian di bawah koordinasi CDC. Mereka ingin melihat mengapa H-Virus tidak membunuhku, dan bagaimana hal ini bisa menolong semua yang lain, yang terpapar virus.

Mengenai Santi, karena aku sudah bolak balik ngeseks dengannya, mereka juga ingin tahu mengapa Santi juga tidak mengalami gejala penyakit. Tetapi, kalau aku memikirkan lagi hubunganku dengan Santi... rasanya sangat panas. Agak berlebihan, aku sangat ketagihan ngeseks dengan Santi. Dan bagaimana aku mau mati malah terus ngeseks dengannya!

Rupanya virus itu bekerja seperti yang dirancang oleh Riway Biotech dan Pentagon, menghasilkan perubahan pada fisik. Membuatku secepat ini. Membuatku sangat ingin ngeseks.... sementara Rachel bercerita semuanya, aku harus menahan diri untuk tidak menyentuh dan menyetubuhinya saat itu juga.

Truman Pharm membajak rencana Dr. Raskin dan Kawana, yang merupakan agen NSA, untuk membawa kami ke AS. Sebaliknya, mereka ingin membawaku dan Santi ke lab rahasia milik Truman. Ada dua tujuan: yang satu ke Darwin, Australia Utara, ke sana Santi sedang menuju. Sedang pesawat ini dalam perjalanan ke kepulauan Pasifik. Sedangkan Dr. Raskin dan Kawana... Rachel tidak tahu pasti, namun diduga mereka berdua sudah disingkirkan. Sejenak aku merasa sedih – bagaimanapun aku suka Kawana, pria besar itu...

Mereka percaya bahwa tubuhku menjadi pembawa virus yang orisinal, yang mempunyai kemampuan mengubah fisik tubuh penerima. Sedangkan untuk Santi, mereka percaya bahwa ada antivirus yang dapat dikembangkan oleh mereka. Jadi, aku dibawa ke pangkalan rahasia untuk diteliti tentang kekuatan super yang kuperoleh, sedangkan Santi diteliti bagaimana melawan virus itu....

"Oh, sinilah sayang.... aku sudah ceritakan semuanya. Ayolah.... puaskan diriku...." Rachel mulai meracau. Nafsunya sudah sampai ke ubun-ubun. Aku sudah siap menerkamnya. Mungkin kubawa dulu ke kabin penumpang.

"Jangan pikirkan lagi Santi.... mereka merencanakan mau mengekstrak sumsum tulang belakangnya untuk mendapatkan anti virus. Ia pasti mati setelah dioperasi demikian...." bujuk Rachel lagi.

DEGGG!

Seketika, nafsu seksku menghilang. Adrenalin mengalir deras di darahku.

Aku harus menyelamatkan Santi.

"Pilot, tolong sekarang juga ganti arah. Kita menuju ke Adelaide."

"Tetapi, itu jauh...."

"Tidak ada tetapi. Ini perintah. Atau lebih baik kita sekarang tenggelam ke laut?"

Dengan demikian, sang pilot terus mengubah arah pesawat. Aku merasakan pesawat ini membelok. Kami menuju ke Darwin.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kami mendarat di Darwin International Airport tanpa kesulitan. Ini adalah airport yang bagus, lagipula di sebelah selatan ada Charles Darwin National Park, sedang ke sebelah timur ada taman Knuckey Lagoon Conservation Reserve. Lab mereka berada di sisi selatan area itu, di daerah yang ada danau dekat laut (lagoon atau laguna artinya danau yang berada dekat laut).

Aku tidak begitu peduli pada kondisi orang-orang di dalam pesawat. Segera setelah pilot membawa pesawat ke area parkir dan membuka pintu pesawat, aku berlari keluar dengan cepat ke arah selatan. Di sana ada bentangan pagar yang tinggi, tapi aku kini mampu meloncat tinggi sekali – pagar 5 meter itu tidak terasa tinggi lagi – dan terus berlari keluar. Sampai di jalan raya, aku terus mengambil arah ke kanan, berlari ke arah kota Darwin.

Darwin bukan kota yang sangat besar, walau merupakan kota indah terbesar di Australia Utara. Pantainya, Mindil Beach, sangat indah walaupun udaranya panas. Penduduk kota ini tidak terlalu banyak, tidak sampai 200 ribu orang. Oh ya, kalau tidak salah di lautnya – yaitu laut Timor – ada buaya laut, jadi sebaiknya tidak usah berenang di pantai. Bercinta saja, lebih enak.

Bukan bercanda, tapi obrolan di CIA tentang Darwin: di sana gadis-gadisnya sangat cantik. Penggemar outdoor. Jago memancing di laut. Bertubuh indah. Haahhh....

Aku ingat salah satu pos CIA terletak di Mavie St., itu karena kami dahulu begitu asyik membahas tentang gadis-gadis Darwin. Hmm... gadis bule di area tropis. Cantik. Bebas. Berani. Sexy.... ahhhh dan kalau tidak salah, yang beruntung adalah si Luke. Damn Lucky Luke, demikian kami menggodanya ketika tahu ia ditugaskan di sana.

Tapi Luke juga keturunan penduduk Darwin. Kakeknya tinggal di sana, ibunya lahir di Darwin namun terus menikah dengan ayahnya di Los Angeles, dan menetap di Amerika. Bagi Luke, sangat menyenangkan jika bisa kembali ke Darwin dan menikmati apa saja....

"Yo, Man!" Seruku pada Luke. Ia hanya memakai T-Shirt, celana selutut, dan sendal, duduk-duduk di teras rumahnya yang dikelilingi hamparan halaman penuh pohon palem. Udara asin terasa segar di sini.

"Rio? Hei, apa kabar Man?" tanya Luke. Aku menjabat tangannya dengan gerakan kebiasaan kami sejak di pelatihan CIA dahulu. Luke teman yang cukup akrab dan baik, juga seorang yang sangat kompeten sekaligus bersikap sangat santai. Jangan tertipu oleh penampilan santainya – ia bisa menjadi sangat berbahaya.

Bagaimanapun, Luke adalah teman yang selama ini aku percaya.

"Luke, ini adalah... situasi yang tidak terduga. Tapi kukira, pertama-tama, kita mengabari pusat."
Luke segera menjadi serius. "Ada apa, Rio?"

Aku terus menjelaskan situasi yang terjadi, kecuali tentang diriku sebagai pembawa virus. Luke mendengarkan dengan serius, lantas mengajakku masuk ke dalam. Kami para agen biasanya mempunyai pusat kontak yang bisa dihubungi setiap saat.

Luke menyambungkanku dengan penyelianya, Mr. Randy Stormwill, yang bilang akan membuat laporan secepatnya ke Langley, kantor pusat CIA. Sementara itu, aku diijinkan untuk beroperasi di Darwin secara rahasia, dan Luke memberikan bantuan, namun tidak ikut terlibat. Kami juga dilarang untuk melakukan kontak langsung.

Hah.... mana bisa dilarang. Aku tidak bisa membiarkan Santi mati! Tapi aku membutuhkan sumber daya di Darwin, karena praktis aku tidak membawa apa-apa. Bahkan dompetku pun tidak ada, nampaknya mereka membuangnya ketika menculik kami berdua. Jadi tidak ada tanda pengenal, tidak ada kartu kredit, tidak ada apa-apa. Aku membutuhkan itu semua, bukan?

Luke menyediakan kartu kreditnya untuk aku pakai, sebuah handphone baru, dengan peta lengkap. Jaman sekarang, ke mana pun bisa dicapai kalau punya maps google, bukan? Aku mengingat lokasi yang disebutkan oleh Rachel, lokasinya di sekitar Paradise Group, di Thorak Road.

Aku dan Luke terus ke tempat penyewaan mobil, mencari kendaraan yang berkaca hitam gelap. Aku hanya berbekal sepucuk pistol yang kubawa dari pesawat beserta dua magazin ekstra dan sekantung peluru, terus meluncur mengikuti maps menuju ke Paradise Group. Mereka ini adalah perusahaan untuk menata lahan, istilahnya landscaping, dan mempunyai area-area yang dibuat menjadi bagus sekali.

Salah satu area itu adalah lab rahasia dari Truman Pharm. Haahh.... aku tidak tahu tempatnya. Aku takut sekali, sangat khawatir. Apakah aku akan terlambat? Apakah aku tidak akan bertemu lagi dengan Santi?

Tidak sampai sejam, aku sudah berada di Thorak Road. Ini jalan yang bagus aspalnya, dengan cuaca panas tropis yang khas. Tidak masalah, di Jakarta juga biasa panas seperti ini. Bedanya di kiri kanan kebanyakan hanya semak dan area tanaman liar dan gambut. Kemudian, ada rumah-rumah yang tertata rapi di antara tanaman yang disusun dengan indah.

Benar-benar landscaping yang dilakukan dengan mahir sekali. Menyulap padang belantara menjadi seperti Surga, ini sungguh bukan main. Area-area yang dibangun mempunyai luas yang besar, rumah-rumah letaknya saling berjauhan. Aku menjadi bingung, semua nampak seperti bangunan tempat tinggal.

Bagaimana menemukan ada lab rahasia di sekitar sini?

Di satu sisi ada sebuah rumah makan dan bar yang terbuka, jadi aku berhenti serta memarkir mobil di sana. Udara jam tiga sore ini terasa lumayan sejuk, lagipula begitu masuk ke tempat makan ada AC yang suaranya lumayan berisik. Hanya ada sedikit orang di sana.... tepatnya hanya ada dua orang. Aku adalah pelanggan yang ketiga.

Ah, memang Australia adalah negara yang sepi.

Aku duduk di dekat jendela, memandang mobilku di luar sana. Ada dua mobil lain, jadi pelanggan itu masing-masing pakai mobil juga. Hmm....

"Selamat datang! Mau pesan sekarang?" sebuah suara merdu terdengar dengan aksen Australia yang khas. (ini ngobrolnya pakai bahasa Inggris, tapi buat apalah tulis bahasa Inggris di sini....)

Aku memandang jepitan nama di dada pelayan yang montok ini. Evie.
"umm.... ada burger? Dan kopi, ok?"
"Tentu saja! Ada Cheeseburger, Double Roast Burger, dan yang istimewa adalah Fish Burger. Anda harus mencobanya, Tuan," jawab Evie dengan manis.

"Baiklah.... so... Fish Burger, dan kentang? Dan kopi dingin, hitam, tanpa gula ya."
"Right! Anything else?"
"Saya baru saja tiba disini, jalan-jalan... nampaknya sepi ya? Apakah tidak ada aktivitas penduduk di sekitar sini?"
"WAAHH, jadi turis ya? Mau ditemani oleh guide berpengalaman? Tunggu sejam lagi ya, waktu kerja saya selesai. Nanti kita bisa jalan-jalan!"
"Ehhh....."

Buset, cewek ini nyosor saja. Kesempatan bertemu turis nampaknya tidak begitu besar. Berapa banyak orang di Indonesia yang tahu bahwa ada kota Darwin, dan ada tempat bagus bernama Knuckey Lagoons? Siapa yang merencanakan untuk berlibur ke sini?

Aku tidak dapat menemukan jalan, jadi duduk saja termenung di sana. Tak terasa satu jam berlalu. Hari menjadi sore, menjelang malam.

"Tuan, sekarang ini tinggal di mana?"
"Huh?"
"yaa.... tuan tinggal di mana?"
"Eh, nama saya Rio. Salam kenal," kataku sambil mengulurkan tangan.
"Evie Sommers," jawabnya sambil menggenggam erat. Tangannya besar dan agak callous. Pekerja keras.

"Dan, saya belum ada tempat tinggal."
"oooh, belum sewa hotel?
Yuk kita ke hotel! Tidak jauh dari sini. Hidden Valley Holiday Park! Pasti senang di sana."

Hmm? Sangat misterius. Kenapa ada hotel yang namanya Hidden Valley? Aku diantar Evie berangkat ke sana, yang ternyata merupakan taman tempat karavan. Juga ada kabin yang bisa disewa dengan harga lumayan... kalau dalam Rupiah, nilainya sejutaan per malam. Oh well.

Celakanya, aku menjadi semakin tertarik dengan Evie. Ketika niatku menjadi semakin kuat dalam birahi, efek dari sentuhanku terlihat jelas. Ketika kami berjalan menuju karavan yang kami sewa, gadis ini nampak bergetar. Jalannya menjadi limbung.

Tertatih-tatih, Evie menaiki karavan sewaan kami. Bersih, tapi agak kecil. Aku masuk, terus menutup pintu dan menguncinya.

Evie tidak bisa menahan diri, dia terus berbalik dan memeluk. Kami berciuman, sangat ganas, sangat cepat. Seperti kesetanan, Evie terus bergerak cepat melepaskan bajunya, kemudian bajuku. Aku juga menjadi sangat terangsang. Kalau mengingat Rachel seperti bertemu dengan seorang Putri, kini bertemu Evie seperti bertemu prajurit Amazon – ingat Wonder Woman?

Cantik, kecoklatan, dada besar, otot besar. Permainan oralnya hebat, ia melahap penisku dengan ganas. Ha, aku tidak mau membiarkan diriku dihabisi oleh mulutnya saja. Aku juga bisa!

Jadi aku terus mendorongnya terlentang di ranjang, mengangkangkan kedua pahanya, lalu berlutut di pinggiran. Vaginanya bersih, dicukur licin. Aku mencium dan menjilat. Evie merintih. Aku semakin bersemangat, karena vaginanya terus berkedut-kedut dan mulai basah sekali. Cairan dalam jumlah besar menyemprot keluar.

"AAAUUUHHHHHHHHHHHH!!..." Suara Evie memenuhi seisi karavan. Moga-moga sore itu tidak banyak yang memperhatikan, atau semoga karavan ini kedap suara. Mau bagaimana lagi, Evie orgasme hebat hanya karena vaginanya aku cium dan jilat dan hisap?

Kini giliran penisku, yang mencium belahan basah itu. Evie menatap, penuh harap. Aku menekan, licin, jadi langsung terbenam setengah. Vaginanya mencengkeram kuat, tapi karena licin berlendir jadinya terasa menggemaskan. Aku terus bergerak dengan lancar dan enak. Maju, mundur. Maju, mundur. Evie merintih-rintih, kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Halah, cewek bule memang sexy bukan main, apalagi ketika kedua kakinya yang panjang indah itu mengangkang ke kiri dan kanan, dan penisku memasuki liangnya. Gemas. Menggaruk lebih cepat, lebih kuat, hingga penisku yang besar ini terbenam sampai ke pangkalnya. Tidak bisa berpikir jernih, tidak bisa memikirkan apa-apa.

Huh? Kenapa ya tidak bisa berpikir? Aku ingin penisku menghajar vagina enak ini berulang-ulang. Evie kembali mengalami orgasme. Terus menerus menjerit dan mengerang. Gila asyik sekali. Enak sekali. Aku meracau. Gerakanku semakin cepat, kuat dan dalam, sampai akhirnya aku juga tidak tahan lagi.

Aku menyembur dengan kuat dan langsung di dalamnya. Enak sekali. Dia perempuan yang baru pertama kali kutemui seperti begini.

Ketika aku melepaskan penisku, Evie ternyata sudah tidak sadar. Tapi aneh, matanya yang hijau masih membelalak terbuka.
Corona Style sepertinya. Ditunggu kelanjutannya suhu....
 
berasa baca cerita Parasite Eve atau Resident Evil

menunggu lanjutannya ah ...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd