Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA H-Virus

Bimabet
Thanks update nya om @Duckkler, semoga bisa rutin updatenya... Sayang banget kalo cerita semenarik ini ga sampe tamat...
 
Makin rumit nich, kalo tahu Santi meninggal gimana ntar yaa??
 
SEDUCER

Dikisahkan oleh Rio

Miss Rachel menggertakkan giginya. Ia menantang. Mendesis.
"Sangkamu aku ini apa? You just an insolence brat!"

Aku tidak bisa mengalihkan perhatian dari baju kemeja putihnya yang tipis, sehingga terlihat BH hitam berenda. Kakinya indah, dibalut oleh stocking hitam, sedang ia memakai rok yang mini, hanya beberapa senti di bawah selangkangan. Suuuupeerr sexy.

Aih, bagaimana ini. Aku menggeleng-gelengkan kepala, pusing karena mendadak birahi. Semakin perempuan ini menantang, semakin aku jadi terangsang. Aku sangat... sangat ingin. SANGAT INGIN, kalian tahu rasanya? Ini bukan soal rasa, bukan soal cinta, tapi sepenuhnya eros. Nafsu binatang.

Dengan niat birahi itu, aku tidak bisa menahan diri untuk menyentuh wajahnya. Jadi, tanpa banyak pikir aku bergerak dengan kecepatan penuh – didorong birahi – dan mengelus pipinya. Halus sekali. Elusan yang sederhana.

REAKSI yang muncul dari Miss Rachel mengagetkanku. Matanya membelalak. Pipinya mendadak menjadi merah, di kulitnya yang putih. Kukira, Rachel ini orang British, dengan aksen seperti itu. Kalian tahu kan, cantiknya orang Inggris? Mata biru, bulat besar. Rambut pirang. Kulitnya putih halus, tidak berbintik-bintik seperti orang Amerika. Bibirnya bagus. Dadanya besar.

Mahluk cantik itu seperti disergap oleh kekuatan yang tidak terlihat. Mendadak, ia terduduk di lantai kokpit, dengan kedua kaki terentang. Rok mininya tersibak. Aku melihat celana dalamnya, dia tidak pakai legging sama sekali. CD itu mendadak basah, karena cairan yang keluar dari vaginanya. Rachel merintih-rintih, tanpa sadar tangannya meremas payudaranya sendiri. Wangi seks seketika memenuhi kabin kokpit.

Kapten pilot langsung menoleh kebelakang, membelalak melihat situasi yang terjadi. Tapi ia terus memandang ke depan lagi, mengoperasikan pesawat. Mungkin ia tidak mau terlibat lebih jauh, apalagi kini kopilot masih merintih di lantai karena kakinya aku tembak, berdarah-darah.

Aku menyentuh wajah Rachel sekali lagi, kali ini dengan perhatian tulus. "Miss Rachel, what's wrong?" Tanyaku. Ada apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa semua jadi begini?

Rachel menatapku yang jongkok di depannya dengan pandangan birahi. Ia tidak bisa mengendalikan diri, berusaha menggigit bibir untuk tidak berkata-kata, namun tidak mampu. Dan tahu-tahu, ia menceritakan semuanya.

Rachel adalah Asisten Pribadi kepercayaan dari Direktur Phil Morris, Truman Pharmaceutical. Selama bertahun-tahun, Truman Pharmaceutical menangani obat-obatan mahal untuk dunia. Tetapi mereka melakukan dengan cara yang kotor: mereka mengekstrak virus yang ada, lalu membuat anti virusnya. Setelah virus dilepaskan dan membuat masalah, Truman datang dengan obat-obatan yang mujarab dan bisa dijual dengan harga sangat tinggi.

Selain Truman, ada juga perusahaan laboratorium farmasi lain yang membuat rekayasa genetika, antara lain Riway Biotech, yang bekerja sama dengan Pentagon. Tujuan mereka adalah menciptakan perubahan pada manusia, sehingga menjadi lebih kuat, lebih tangguh, lebih cepat. Untuk membuat perubahan itu, mereka merancang rangkaian virus-virus, yang diberi kode A, B, C,.... dan sampai H.

Salah seorang peneliti Riway Biotech adalah Jack Kendall, yang tergiur tawaran harga sangat mahal dari Truman Pharm untuk meloloskan sampel virus. Namun pihak NSA dan Pentagon berhasil mengetahui pengkhianatannya dan menangkap Jack Kendall di airport Eppley, di Omaha. Celakanya, waktu itu para agen NSA tidak sepenuhnya mengerti apa yang dibawa.

Jadi, dalam insiden itu virus H terlepas ke udara, dan menimbulkan gelombang epidemi yang mematikan dan sukar dikendalikan selama dua tahun. Selama waktu itu virus terus bermutasi dan tidak lagi mematikan, namun menular lebih cepat dan sukar terdeteksi.

Pada saat peristiwa itu terjadi, satu-satunya orang yang terpapar virus namun sama sekali tidak menunjukkan perubahan adalah aku, Rio Herianto. Sialan benar! Jadi selama ini, urusan FBI mencariku dan CIA merekrutku adalah karena aku terpapar virus namun tidak menjadi sakit dan mati seperti orang lain....

Mereka merencanakan untuk membawa aku dan Santi ke AS, untuk dijadikan subjek penelitian di bawah koordinasi CDC. Mereka ingin melihat mengapa H-Virus tidak membunuhku, dan bagaimana hal ini bisa menolong semua yang lain, yang terpapar virus.

Mengenai Santi, karena aku sudah bolak balik ngeseks dengannya, mereka juga ingin tahu mengapa Santi juga tidak mengalami gejala penyakit. Tetapi, kalau aku memikirkan lagi hubunganku dengan Santi... rasanya sangat panas. Agak berlebihan, aku sangat ketagihan ngeseks dengan Santi. Dan bagaimana aku mau mati malah terus ngeseks dengannya!

Rupanya virus itu bekerja seperti yang dirancang oleh Riway Biotech dan Pentagon, menghasilkan perubahan pada fisik. Membuatku secepat ini. Membuatku sangat ingin ngeseks.... sementara Rachel bercerita semuanya, aku harus menahan diri untuk tidak menyentuh dan menyetubuhinya saat itu juga.

Truman Pharm membajak rencana Dr. Raskin dan Kawana, yang merupakan agen NSA, untuk membawa kami ke AS. Sebaliknya, mereka ingin membawaku dan Santi ke lab rahasia milik Truman. Ada dua tujuan: yang satu ke Darwin, Australia Utara, ke sana Santi sedang menuju. Sedang pesawat ini dalam perjalanan ke kepulauan Pasifik. Sedangkan Dr. Raskin dan Kawana... Rachel tidak tahu pasti, namun diduga mereka berdua sudah disingkirkan. Sejenak aku merasa sedih – bagaimanapun aku suka Kawana, pria besar itu...

Mereka percaya bahwa tubuhku menjadi pembawa virus yang orisinal, yang mempunyai kemampuan mengubah fisik tubuh penerima. Sedangkan untuk Santi, mereka percaya bahwa ada antivirus yang dapat dikembangkan oleh mereka. Jadi, aku dibawa ke pangkalan rahasia untuk diteliti tentang kekuatan super yang kuperoleh, sedangkan Santi diteliti bagaimana melawan virus itu....

"Oh, sinilah sayang.... aku sudah ceritakan semuanya. Ayolah.... puaskan diriku...." Rachel mulai meracau. Nafsunya sudah sampai ke ubun-ubun. Aku sudah siap menerkamnya. Mungkin kubawa dulu ke kabin penumpang.

"Jangan pikirkan lagi Santi.... mereka merencanakan mau mengekstrak sumsum tulang belakangnya untuk mendapatkan anti virus. Ia pasti mati setelah dioperasi demikian...." bujuk Rachel lagi.

DEGGG!

Seketika, nafsu seksku menghilang. Adrenalin mengalir deras di darahku.

Aku harus menyelamatkan Santi.

"Pilot, tolong sekarang juga ganti arah. Kita menuju ke Adelaide."

"Tetapi, itu jauh...."

"Tidak ada tetapi. Ini perintah. Atau lebih baik kita sekarang tenggelam ke laut?"

Dengan demikian, sang pilot terus mengubah arah pesawat. Aku merasakan pesawat ini membelok. Kami menuju ke Darwin.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kami mendarat di Darwin International Airport tanpa kesulitan. Ini adalah airport yang bagus, lagipula di sebelah selatan ada Charles Darwin National Park, sedang ke sebelah timur ada taman Knuckey Lagoon Conservation Reserve. Lab mereka berada di sisi selatan area itu, di daerah yang ada danau dekat laut (lagoon atau laguna artinya danau yang berada dekat laut).

Aku tidak begitu peduli pada kondisi orang-orang di dalam pesawat. Segera setelah pilot membawa pesawat ke area parkir dan membuka pintu pesawat, aku berlari keluar dengan cepat ke arah selatan. Di sana ada bentangan pagar yang tinggi, tapi aku kini mampu meloncat tinggi sekali – pagar 5 meter itu tidak terasa tinggi lagi – dan terus berlari keluar. Sampai di jalan raya, aku terus mengambil arah ke kanan, berlari ke arah kota Darwin.

Darwin bukan kota yang sangat besar, walau merupakan kota indah terbesar di Australia Utara. Pantainya, Mindil Beach, sangat indah walaupun udaranya panas. Penduduk kota ini tidak terlalu banyak, tidak sampai 200 ribu orang. Oh ya, kalau tidak salah di lautnya – yaitu laut Timor – ada buaya laut, jadi sebaiknya tidak usah berenang di pantai. Bercinta saja, lebih enak.

Bukan bercanda, tapi obrolan di CIA tentang Darwin: di sana gadis-gadisnya sangat cantik. Penggemar outdoor. Jago memancing di laut. Bertubuh indah. Haahhh....

Aku ingat salah satu pos CIA terletak di Mavie St., itu karena kami dahulu begitu asyik membahas tentang gadis-gadis Darwin. Hmm... gadis bule di area tropis. Cantik. Bebas. Berani. Sexy.... ahhhh dan kalau tidak salah, yang beruntung adalah si Luke. Damn Lucky Luke, demikian kami menggodanya ketika tahu ia ditugaskan di sana.

Tapi Luke juga keturunan penduduk Darwin. Kakeknya tinggal di sana, ibunya lahir di Darwin namun terus menikah dengan ayahnya di Los Angeles, dan menetap di Amerika. Bagi Luke, sangat menyenangkan jika bisa kembali ke Darwin dan menikmati apa saja....

"Yo, Man!" Seruku pada Luke. Ia hanya memakai T-Shirt, celana selutut, dan sendal, duduk-duduk di teras rumahnya yang dikelilingi hamparan halaman penuh pohon palem. Udara asin terasa segar di sini.

"Rio? Hei, apa kabar Man?" tanya Luke. Aku menjabat tangannya dengan gerakan kebiasaan kami sejak di pelatihan CIA dahulu. Luke teman yang cukup akrab dan baik, juga seorang yang sangat kompeten sekaligus bersikap sangat santai. Jangan tertipu oleh penampilan santainya – ia bisa menjadi sangat berbahaya.

Bagaimanapun, Luke adalah teman yang selama ini aku percaya.

"Luke, ini adalah... situasi yang tidak terduga. Tapi kukira, pertama-tama, kita mengabari pusat."
Luke segera menjadi serius. "Ada apa, Rio?"

Aku terus menjelaskan situasi yang terjadi, kecuali tentang diriku sebagai pembawa virus. Luke mendengarkan dengan serius, lantas mengajakku masuk ke dalam. Kami para agen biasanya mempunyai pusat kontak yang bisa dihubungi setiap saat.

Luke menyambungkanku dengan penyelianya, Mr. Randy Stormwill, yang bilang akan membuat laporan secepatnya ke Langley, kantor pusat CIA. Sementara itu, aku diijinkan untuk beroperasi di Darwin secara rahasia, dan Luke memberikan bantuan, namun tidak ikut terlibat. Kami juga dilarang untuk melakukan kontak langsung.

Hah.... mana bisa dilarang. Aku tidak bisa membiarkan Santi mati! Tapi aku membutuhkan sumber daya di Darwin, karena praktis aku tidak membawa apa-apa. Bahkan dompetku pun tidak ada, nampaknya mereka membuangnya ketika menculik kami berdua. Jadi tidak ada tanda pengenal, tidak ada kartu kredit, tidak ada apa-apa. Aku membutuhkan itu semua, bukan?

Luke menyediakan kartu kreditnya untuk aku pakai, sebuah handphone baru, dengan peta lengkap. Jaman sekarang, ke mana pun bisa dicapai kalau punya maps google, bukan? Aku mengingat lokasi yang disebutkan oleh Rachel, lokasinya di sekitar Paradise Group, di Thorak Road.

Aku dan Luke terus ke tempat penyewaan mobil, mencari kendaraan yang berkaca hitam gelap. Aku hanya berbekal sepucuk pistol yang kubawa dari pesawat beserta dua magazin ekstra dan sekantung peluru, terus meluncur mengikuti maps menuju ke Paradise Group. Mereka ini adalah perusahaan untuk menata lahan, istilahnya landscaping, dan mempunyai area-area yang dibuat menjadi bagus sekali.

Salah satu area itu adalah lab rahasia dari Truman Pharm. Haahh.... aku tidak tahu tempatnya. Aku takut sekali, sangat khawatir. Apakah aku akan terlambat? Apakah aku tidak akan bertemu lagi dengan Santi?

Tidak sampai sejam, aku sudah berada di Thorak Road. Ini jalan yang bagus aspalnya, dengan cuaca panas tropis yang khas. Tidak masalah, di Jakarta juga biasa panas seperti ini. Bedanya di kiri kanan kebanyakan hanya semak dan area tanaman liar dan gambut. Kemudian, ada rumah-rumah yang tertata rapi di antara tanaman yang disusun dengan indah.

Benar-benar landscaping yang dilakukan dengan mahir sekali. Menyulap padang belantara menjadi seperti Surga, ini sungguh bukan main. Area-area yang dibangun mempunyai luas yang besar, rumah-rumah letaknya saling berjauhan. Aku menjadi bingung, semua nampak seperti bangunan tempat tinggal.

Bagaimana menemukan ada lab rahasia di sekitar sini?

Di satu sisi ada sebuah rumah makan dan bar yang terbuka, jadi aku berhenti serta memarkir mobil di sana. Udara jam tiga sore ini terasa lumayan sejuk, lagipula begitu masuk ke tempat makan ada AC yang suaranya lumayan berisik. Hanya ada sedikit orang di sana.... tepatnya hanya ada dua orang. Aku adalah pelanggan yang ketiga.

Ah, memang Australia adalah negara yang sepi.

Aku duduk di dekat jendela, memandang mobilku di luar sana. Ada dua mobil lain, jadi pelanggan itu masing-masing pakai mobil juga. Hmm....

"Selamat datang! Mau pesan sekarang?" sebuah suara merdu terdengar dengan aksen Australia yang khas. (ini ngobrolnya pakai bahasa Inggris, tapi buat apalah tulis bahasa Inggris di sini....)

Aku memandang jepitan nama di dada pelayan yang montok ini. Evie.
"umm.... ada burger? Dan kopi, ok?"
"Tentu saja! Ada Cheeseburger, Double Roast Burger, dan yang istimewa adalah Fish Burger. Anda harus mencobanya, Tuan," jawab Evie dengan manis.

"Baiklah.... so... Fish Burger, dan kentang? Dan kopi dingin, hitam, tanpa gula ya."
"Right! Anything else?"
"Saya baru saja tiba disini, jalan-jalan... nampaknya sepi ya? Apakah tidak ada aktivitas penduduk di sekitar sini?"
"WAAHH, jadi turis ya? Mau ditemani oleh guide berpengalaman? Tunggu sejam lagi ya, waktu kerja saya selesai. Nanti kita bisa jalan-jalan!"
"Ehhh....."

Buset, cewek ini nyosor saja. Kesempatan bertemu turis nampaknya tidak begitu besar. Berapa banyak orang di Indonesia yang tahu bahwa ada kota Darwin, dan ada tempat bagus bernama Knuckey Lagoons? Siapa yang merencanakan untuk berlibur ke sini?

Aku tidak dapat menemukan jalan, jadi duduk saja termenung di sana. Tak terasa satu jam berlalu. Hari menjadi sore, menjelang malam.

"Tuan, sekarang ini tinggal di mana?"
"Huh?"
"yaa.... tuan tinggal di mana?"
"Eh, nama saya Rio. Salam kenal," kataku sambil mengulurkan tangan.
"Evie Sommers," jawabnya sambil menggenggam erat. Tangannya besar dan agak callous. Pekerja keras.

"Dan, saya belum ada tempat tinggal."
"oooh, belum sewa hotel?
Yuk kita ke hotel! Tidak jauh dari sini. Hidden Valley Holiday Park! Pasti senang di sana."

Hmm? Sangat misterius. Kenapa ada hotel yang namanya Hidden Valley? Aku diantar Evie berangkat ke sana, yang ternyata merupakan taman tempat karavan. Juga ada kabin yang bisa disewa dengan harga lumayan... kalau dalam Rupiah, nilainya sejutaan per malam. Oh well.

Celakanya, aku menjadi semakin tertarik dengan Evie. Ketika niatku menjadi semakin kuat dalam birahi, efek dari sentuhanku terlihat jelas. Ketika kami berjalan menuju karavan yang kami sewa, gadis ini nampak bergetar. Jalannya menjadi limbung.

Tertatih-tatih, Evie menaiki karavan sewaan kami. Bersih, tapi agak kecil. Aku masuk, terus menutup pintu dan menguncinya.

Evie tidak bisa menahan diri, dia terus berbalik dan memeluk. Kami berciuman, sangat ganas, sangat cepat. Seperti kesetanan, Evie terus bergerak cepat melepaskan bajunya, kemudian bajuku. Aku juga menjadi sangat terangsang. Kalau mengingat Rachel seperti bertemu dengan seorang Putri, kini bertemu Evie seperti bertemu prajurit Amazon – ingat Wonder Woman?

Cantik, kecoklatan, dada besar, otot besar. Permainan oralnya hebat, ia melahap penisku dengan ganas. Ha, aku tidak mau membiarkan diriku dihabisi oleh mulutnya saja. Aku juga bisa!

Jadi aku terus mendorongnya terlentang di ranjang, mengangkangkan kedua pahanya, lalu berlutut di pinggiran. Vaginanya bersih, dicukur licin. Aku mencium dan menjilat. Evie merintih. Aku semakin bersemangat, karena vaginanya terus berkedut-kedut dan mulai basah sekali. Cairan dalam jumlah besar menyemprot keluar.

"AAAUUUHHHHHHHHHHHH!!..." Suara Evie memenuhi seisi karavan. Moga-moga sore itu tidak banyak yang memperhatikan, atau semoga karavan ini kedap suara. Mau bagaimana lagi, Evie orgasme hebat hanya karena vaginanya aku cium dan jilat dan hisap?

Kini giliran penisku, yang mencium belahan basah itu. Evie menatap, penuh harap. Aku menekan, licin, jadi langsung terbenam setengah. Vaginanya mencengkeram kuat, tapi karena licin berlendir jadinya terasa menggemaskan. Aku terus bergerak dengan lancar dan enak. Maju, mundur. Maju, mundur. Evie merintih-rintih, kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan.

Halah, cewek bule memang sexy bukan main, apalagi ketika kedua kakinya yang panjang indah itu mengangkang ke kiri dan kanan, dan penisku memasuki liangnya. Gemas. Menggaruk lebih cepat, lebih kuat, hingga penisku yang besar ini terbenam sampai ke pangkalnya. Tidak bisa berpikir jernih, tidak bisa memikirkan apa-apa.

Huh? Kenapa ya tidak bisa berpikir? Aku ingin penisku menghajar vagina enak ini berulang-ulang. Evie kembali mengalami orgasme. Terus menerus menjerit dan mengerang. Gila asyik sekali. Enak sekali. Aku meracau. Gerakanku semakin cepat, kuat dan dalam, sampai akhirnya aku juga tidak tahan lagi.

Aku menyembur dengan kuat dan langsung di dalamnya. Enak sekali. Dia perempuan yang baru pertama kali kutemui seperti begini.

Ketika aku melepaskan penisku, Evie ternyata sudah tidak sadar. Tapi aneh, matanya yang hijau masih membelalak terbuka.
 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya.
Ada sebagian yang terulang suhu. :ampun: :Peace:
 
Mantab suhu. Muncul langsung double update
Terima kasih suhu.
 
FRIGHTENING

Dikisahkan oleh Santi

Hidupku adalah mimpi buruk. Mereka melepasku dalam ruangan yang berdinding tinggi, dengan karpet tebal, sebuah meja plastik, kursi plastik, serta springbed tebal. Makanan diberikan dari satu lubang di bawah pintu, yang tidak pernah dibuka. Makanan standar: nasi goreng, sepotong daging, telur dadar, di atas baki plastik dan sendok plastik. Mereka juga memberikan sebotol besar air putih berikut satu gelas plastik.

Lalu di dalam ruangan itu juga ada kamar mandi kecil dengan shower dan handuk. Tapi tidak ada jendela, tidak ada apapun. Semuanya dinding tinggi, dengan langit-langit yang tinggi. Di atas sekali, dekat langit-langit, ada jendela-jendela kaca -- tapi tidak bisa aku raih walaupun sudah naik ke atas meja dan kursi. Malah, aku jatuh terguling karena meja plastik itu tidak begitu kuat menahan berat badanku.

Damn! Berapa berat badanku sekarang?

Dan aku praktis tidak memakai apa-apa. Mereka tidak menyediakan kain apapun; ranjang itu tidak ada seprainya, begitu juga bantal tanpa seprai. Aku bertelanjang bulat sepanjang waktu. Mulanya terasa gatal... tapi lama-lama terbiasa, lagipula karpet di lantai ini cukup tebal.

Ketika hari menjelang sore -- aku lihat dari jendela yang nampak semakin meredup -- ada semacam gas yang dilepaskan ke dalam ruangan, yang membuatku menjadi agak pusing, tidak bisa berpikir. Aku sadar bagaimana mereka mengangkatku dan mendudukkan di kursi roda, tapi semua nampak kabur tidak jelas. Ada suara-suara, tapi aku tidak mengerti apa artinya.

Lalu, aku kembali berada di ranjang besi itu, kedua tangan terbelenggu di sisi, juga kedua kakiku mengangkang lebar. Ada orang yang memakai sarung tangan mengoleskan semacam gel di vaginaku, rasanya hangat dan licin. Gerakan tangannya perlahan saja, memijat sekitar bibir vagina, lalu memijat klitoris dan mengelus bibir dalam vagina. Aku merintih, merasakan rangsangan kuat segera naik ke otakku yang masih melihat segala sesuatu dengan buram.

Tapi dalam keadaan buram itu, setiap rangsangan membuatku seperti kena setrum. Aku seperti melihat Rio sedang menjilati kemaluanku. Rio! Betapa aku menginginkan penis kuat dan cepat itu kembali menerobos dan membuatku melayang hingga pingsan. Aku merintih, bahkan meraung. Menjerit dengan kata-kata yang memalukan,

"Masukin! MASUKIN RIO! AAARRGGHHHH MASUKIN BATANG KAMU SEKARANG! RIOOOOO.....!!" dan biasanya aku mengejang-ngejang merasakan orgasmeku melanda dengan hebat. Vaginaku berkedut-kedut dengan kecewa, karena tidak ada yang masuk. Tidak ada yang bisa digigit oleh mulut kecilku di bawah sana.

Lalu datanglah lelaki yang bertelanjang itu, dia mengenakan topeng. Tetapi aku melihat penisnya sudah keras basah. Lelaki itu tergesa-gesa menempatkan diri di antara selangkangan, di antara kedua kakiku yang diikat mengangkang. Ia menaruh kepala penisnya di bibirku yang gatal dan basah, dan mulai menyetubuhiku dengan sangat bernafsu.

Aku yang sangat kehausan batang penis lelaki, menerima dengan lega untuk sesaat. Namun nampaknya jepitan vaginaku terlalu kuat, karena dalam hitungan menit ia sudah memuncratkan maninya di dalam. Setelah crot keluar, penisnya segera menjadi layu dan ia pergi, digantikan oleh lelaki lain yang penisnya masih keras. Ia hanya melap vaginaku dengan handuk kecil, kemudian mengoleskan lagi gel, dan menusukkan penisnya.

Para lelaki bergantian menusukkan penisnya ke vagina, dan semakin lama rasanya semakin enak. Mungkin pada lelaki ke tiga belas atau empat belas -- aku bingung berhitung -- akhirnya orgasme hebat kembali melanda tubuhku yang masih terikat, sehingga hanya bisa mengejang-ngejang saja.

Setelah itu, mereka membasuh selangkanganku dengan suatu cairan yang terasa dingin di kulit, lantas melap dengan handuk. Dalam keadaan masih seperti mabuk itu aku dikembalikan ke ruanganku, di mana aku tertidur lelap sambil bermimpi sedang berpelukan dengan Rio yang begitu jantan menggagahiku...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dr. Seymour melihat ke tablet di pangkuannya. Ia mengecek kembali sampel darah dari Santi, demikian juga sampel darah dari setiap lelaki yang berhubungan seks dengan objek ini. Menarik. Sebagai ahli patologi, ia melihat bagaimana perkembangan virus pada setiap lelaki mengalami penekanan, hingga berkurang secara signifikan. Mengapa reaksi ini bisa dicapai?

Mereka sebelumnya telah mengambil darah Santi dan berusaha melokalisir anti-gen yang ada, tanpa keberhasilan yang nyata. Kalau hanya cek darah, tidak ada yang dapat dipakai untuk mengobati. Tetapi...

Seymour melihat lagi ke dalam mikroskopnya. Ia merasa pernah melihat rangkaian ini sebelumnya. Tapi apa? Di mana? Ah.

Ia ingat. Dalam penelitian melawan virus HIV, ada usaha untuk menolong pasien yang mengalami immunocompromised pada organ dalam yang diserang oleh cytomegalovirus. Obat yang mereka coba adalah ganciclovir dan valganciclovir, dan kini H-Virus juga telah bermutasi menjadi cytomegalovirus....

Namun penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ganciclovir tidak bekerja. Bahkan, sebenarnya orang-orang ini sebelumnya telah dirawat dengan suntikan ganciclovir, 5 mg per kg berat badan. Tidak menghasilkan efek apapun. Tetapi setelah berhubungan seks dengan Santi... mengapa kondisinya membaik secara drastis?

"Dr. Seymour? Bisa ganggu sebentar?" seorang berjaslab putih menyapa dari balik punggung. Dr. Seymour berbalik, menghadap pria tua brewokan. Doktor Zimmer. Orang Jerman, yang kaku, keras. Agak.... kejam. Auranya membuat ruangan ini terasa lebih dingin lagi, walau dua unit AC 2 PK bekerja penuh sepanjang hari.

"Eh... ya, tentu saja Dr. Zimmer. Apa yang bisa saya bantu?"

"Hmmh.... jangan bertele-tele, Seymour. Anda tahu betul apa yang bisa Anda lakukan. Berhenti melakukan percobaan seks itu. Kita perlu segera meneliti jaringan sumsum tulang belakang perempuan ini."

"Begitu subjek diambil tulang belakangnya, dia mati, Dr. Zimmer."

"Lalu? Kalau tidak meneliti secara mendalam, bagaimana kita bisa mengekstrak anti-gen untuk menyembuhkan begitu banyak orang? Saat ini sudah ada ribuan orang mati, dalam tiga bulan terakhir.

Kita semua tahu kengerian ketika virus sialan ini pertama kali menjadi epidemi. Bukan saja kematian, tapi ada kegilaan hebat. Demi umat manusia, kematian perempuan ini bukan sesuatu yang sangat gawat." Zimmer menatap Seymour dengan tajam. Hidungnya yang mancung dan agak bengkok terlihat menyeramkan.

"Fakta lain, Dr. Zimmer," Seymour menelan ludah dan mengumpulkan keberanian. Membantah orang tua ini terasa berat. "adalah orang-orang yang berhubungan seks dengan Santi mengalami penurunan drastis CMV H-Virus. Kita butuh menemukan penyebabnya."

"Kita bisa menemukan penyebabnya dengan melakukan penelitian jaringan secara langsung, Seymour. Jangan menunda lagi. Apakah Anda sudah terlalu terpukau dengan kecantikan perempuan itu?"

"Dr. Zimmer, harap jaga perkataan Anda. Kita bekerja sebagai profesional," desis Seymour. Rasa marah mulai mengalahkan rasa takutnya. "Kita sama-sama berusaha menyelamatkan umat manusia."

"Hah... kita sama-sama berusaha menemukan antigen untuk diproduksi Truman, Seymour. Tidak lebih, tidak kurang. Jangan sampai potensi milyaran dollar ini lewat dari tangan kita karena keisengan Anda meneliti orang yang ngeseks! Apapun juga alasan Anda, kita tahu itu hanya dibuat-buat! Dua hari lagi, Seymour. Dua hari lagi kita operasi perempuan itu!" balas Zimmer. Wajahnya merah padam, ia terus membalikkan tubuh dan melangkah tegap keluar ruangan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dikisahkan oleh Rio

Hidden Valley memang indah. Selain karavan, di sini juga ada kabin-kabin yang bisa disewa. Semua ditata rapi di alam tropis, dengan fasilitas yang lengkap. Seandainya saja ini adalah liburan, dan aku bisa membawa Santi.... ah. Aku memperhatikan kabin-kabin yang berderet, yang harga sewanya lebih mahal. Hmm...

hidden-valley-slider-11.jpg


Evie nampaknya masih terlelap setelah pertempuran kami yang hebat. Udara sore ini terasa lebih sejuk, enak buat jalan. Sudah jam 18:20, waktu setempat tapi hari belum gelap. Matahari ada di horizon. Mungkin karena lokasi ini lebih ke bumi bagian selatan, jadi di wilayah ini masih terang. Semakin ke utara, jadi semakin gelap.

Hmm... tapi mungkin juga salah pengaturan waktu ya? Di Indonesia pun, jam 18:20 di kota Medan masih terang dibandingkan situasi di Jakarta, karena jamnya sama tapi Jakarta ada ke arah Timur. Entahlah...

Aku berjalan kaki dengan pikiran berat. Bagaimana caranya mendapatkan lokasi lab rahasia dari Truman Pharm di wilayah seperti ini? Aku berjalan menyusuri lorong di antara kabin-kabin yang sepi. Jendela-jendela kamar di bagian belakang kabin terbuka menghadap ke jalan untuk jogging ini, mengitari seluruh kabin. Aku tidak bergerak cepat, malah berjalan perlahan, menikmati angin dingin menerpa mukaku. Sampai tiba-tiba...

"FUCK ME! HARDER! HARDER!"
"OOHHH YOUR CUNT SO TIGHT!"
"COME ON BABY! COME ON!!

IF YOU ARE REALLY STRONGEST IN TRUMAN, FUCK ME HAARRRRDD!

AAARRGHHHH!"

Gila benar itu yang ngeseks.
Mereka membuka jendelanya, hanya menutup kerai kayu penahan cahaya saja. Sangat yakin tidak ada yang akan memergoki mereka, eh?

Tapi aku mendengar kata Truman. Orang terkuat di Truman?
Terkuat apa, kuat memompa vagina perempuan dengan penisnya?

Well, nampaknya ia berhasil. Aku mendengar erangan dan jeritan dan teriakan gila masih terdengar selama beberapa saat. Hah.... aku jadi ingin ngeseks juga. Ngeseks lagi, kalau mengingat betapa hebohnya Evie. Dia hebat, bisa mengimbangi kecepatan penis super menghajar vaginanya. Entah berapa kali orgasme, sampai pingsan begitu rupa.

Aku berlari dengan cepat memutari kabin-kabin, sehingga kini aku berada di depan kabin -- mestinya sih nomor 32 ya? Aku mencari kabin kosong, ada teras dengan bangku dan meja di depannya. Sempurna. Aku duduk di sana, mengangkat kaki ke atas meja. Mataku memperhatikan kabin no. 32 itu baik-baik. Hari pun menjadi gelap, malam menutupi seluruh Hidden Valley Holiday Park.

Terus terang, aku mengantuk. Setelah ngeseks hebat dan enak bukan main, rasanya ngantuk bukan main. Tapi aku memikirkan Santi, dan itu menahanku untuk tertidur lelap di kursi teras yang nyaman ini. Penantianku berhasil: aku melihat seorang laki-laki keluar dari kabin nomor 32. Orang bule. Ia berciuman dengan seorang wanita asia berambut hitam, tergerai. Dadanya besar sekali. Hah, benar-benar pilihan hebat buat ngeseks.

Pria itu terus berjalan ke arah yang menjauh dari tempatku, terus masuk ke dalam mobil. Hmm.... mobil itu harusnya melewati tempatku sekarang. Jadi, aku terus turun dari kursi dan mengendap berjongkok di balik tembok teras. Mobil itu menyalakan lampunya, aku melihat sinar menerangi kursi tempatku duduk tadi. Terus ia meluncur cepat dengan suara halus melewati tempatku. Hmm... SUV, Hyundai Kona, mobil elektrik.

Soal mobil elektrik, Australia lebih keren daripada Indonesia. Tapi, mobil ini bukan untuk jarak sangat jauh, jadi kukira ini sewaan dari Darwin. Atau.... aku tidak mau menduga-duga. Kebetulan malam ini tidak ada bulan, jadi benar-benar gelap. Aku berlari ringan membuntuti mobil itu dari jarak beberapa puluh meter, aku hanya perlu menghafal model lampu belakang yang unik. Dan jalanan sepi bukan main.... hmm

Berapa penduduk Darwin? Tidak sampai 200ribu orang kan? Makanya sepi begini. Mungkin binatang malam mulai keluar.... haha

Aku, Rio, bukan yang terlemah di antara mahluk di malam ini. Mobil itu meluncur dengan hening dan cepat, aku juga berlari dengan santai, hanya sekitar 50 km/jam saja. Berbelok-belok, aku menyadari bahwa ini memasuki kawasan Paradise Group. Lampu taman kini menyala di sana sini, membuat suasana indah tenteram. Namun masih banyak tempat gelap, di mana kakiku berjejak cepat dan melangkah jauh. Kini jarak aku dengan mobil itu tidak lebih dari 20 meter, sementara mobil itu terus berjalan semakin pelan, hingga akhirnya berhenti di depan pintu gerbang sebuah bangunan putih besar dan tinggi. Aku menghitung, kira-kira ada lima lantai. Gerbangnya setinggi 8 meter, terbuka secara otomatis.

Oke, jadi orang yang katanya terkuat di Truman itu tinggal di sini. Atau bekerja di sini? Apakah ini lab rahasia Truman Pharm?

Apakah di sana ada Santi?

Aku merogoh ke belakang punggung, mengecek benda di balik baju. Ada kantung pistol tergantung di belakang, sebuah Beretta U22 Neos. Peluru .22, dan tidak bisa menembak cepat. Tapi bagus untuk pemula. Kini, pertama-tama aku perlu menguasai medan, jadi aku menjaga jarak sekitar 30 meter dari tembok rumah itu, lantas mulai berlari mengelilinginya. Untung ada banyak lampu menerangi tempat itu!

Bangunan itu seperti benteng, yang keseluruhan sisinya dibentengi tembok 8-9 meter. Ada beberapa tempat di bagian samping yang letaknya berdekatan dengan pohon besar, jadi aku bisa memanjat pohon itu untuk masuk ke dalam.... aku melihat sekali lagi. Sebentar, ada yang tidak beres. Aku melihat ada CCTV tersembunyi di pohon! Jadi, pohon itu sama sekali bukan jalan yang bagus untuk masuk.

Aku berputar sekali lagi dan mengamati bagian belakang. Di sini tidak ada pohon yang tinggi sama sekali. Aku melihat ada gulungan kawat berduri terpasang di bagian atas seluruh dinding. Hmm. Di sini juga tidak nampak ada CCTV. Kelihatannya mereka semua yakin bahwa tidak ada yang dapat masuk ke bagian sisi belakang dari gedung ini, karena tinggi dan berkawat duri.

Baiklah, apa yang aku butuhkan? Mungkin aku bisa loncat dengan galah. Haeh.... berapa rekor dunia lompat galah yang paling tinggi? Kalau tidak salah, rekornya sekitar 6,16 meter. Orang Perancis... itu jadi bahan becandaan di CIA tentang seberapa tinggi orang Perancis bisa kabur ketika suami dari perempuan yang sedang ditiduri tiba-tiba muncul di pagar rumah. Hey, just kidding!

Namun yang aku hadapi kini adalah tembok 8 meter, dengan gulungan kawat berduri. Apakah berlistrik juga? Haaaeeeehhhhhhh......

Aku menemukan sebatang bambu kuning tergeletak tidak jauh dari sana. Panjangnya sekitar 6 meter. Duh, tidak cukup ya? Tapi hanya ini yang bisa aku dapatkan. Dan demi kekasihku, malam ini aku mau melakukan hal gila ini, yang tidak pernah aku lakukan. Dan aku tidak punya kesempatan untuk berlatih sama sekali. Bagaimana kalau aku salah dalam melompat? Sangat tidak lucu. Sangat nekad!

Tapi aku lakukan juga.

Aku mengambil ancang-ancang, 50 meter di lapangan dinding belakang. Batang bambu aku pegang kuat-kuat di bagian yang diameternya kecil, sementara bagian yang tebal ada di depan. Karena berat, bambu ini melengkung ke bawah. Lumayan setengah mati menahannya di tangan! Untuk membantuku mengangkat, aku menggetarkan tanganku. Seluruh batang bambu itu menjadi berayun ke atas, dan di saat itulah aku terus berlari dengan kecepatan penuh.

48 meter aku lintasi dengan waktu kurang dari satu detik. Aku hanya bisa merasakan dinding itu begitu dekat, jadi ujung bambu aku hujamkan ke tanah, sementara aku memegangi ujung bambu satunya lagi sekuat tenaga, lantas aku melompat ketika merasa ujung bambu itu tertahan oleh tanah. Hantamannya membuat tanganku sakit, tapi aku terus bertahan berpegangan sambil merasa diriku terlontar ke atas. Refleks, aku melepaskan peganganku pada bambu. Aku kini melayang seperti... seperti spiderman? Seperti inikah rasanya?

WUZZZ.... aku melesat melewati tembok dan kawat berdurinya, malah terus meluncur hampir menghantam dinding bangunan. Aku menekuk kaki, membuat badan menjadi seperti bola, sambil berusaha menghadapkan kaki ke dinding dan menunggu tumbukan terjadi.

DUGGG! Aku menahan tumbukan dengan kedua kaki. Rasanya sakit! Semoga tidak ada yang patah. Aku terus berjejak di dinding sehingga tubuhku kembali mencelat ke arah dinding belakang bagian bawah. Aku menjatuhkan diri ke atas hamparan rumput di belakang dinding, terus bergulingan sambil mencari tempat gelap. Harus bersembunyi.

Aku tersenyum. Nampaknya perjalanan ini tidak sia-sia.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd