Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hak Asasi Money 21+ [On Going]

***
18
Sang Idol

Firly Greta Anastasya.

Umurnya masih muda. Tahun ini, Firly 20 tahun. Sudah 3 tahun lamanya gadis itu berprofesi sebagai pelacur di Rumah Bordil Darmo karena sebuah alasan. Tentu banyak pengalaman panjang yang Firly dapatkan dari berbagai macam klien yang menyewanya. Dimulai dari berbagai umur, kalangan, pangkat, fetish, gaya hidup bahkan perlakuan di atas ranjang.

Postur tubuh Firly yang ramping dengan payudara mengkal alami, membuatnya semakin memiliki value di mata para lelaki berduit. Lebih-lebih di darahnya mengalir darah campuran Japanese. Semakin kokoh nama Firly menempati jajaran '10 pelacur terbaik di Rumah Bordil Darmo'.

Karena itulah, bisa dibilang Firly sedikit mahal dari ratusan pelacur di Rumah Bordil. Kliennya lebih banyak dari golongan gaji 3 digit, sesuai dengan penampilannya yang high class. Tentu saja harga yang ia patok sudah pasti minimal 2 digit bahkan bisa lebih jikalau ada kondisi di mana Firly diharuskan menemani klien semalam suntuk, tergantung siapa dulu klien yang menyewanya, dong.

Masalah harga sewa bercocok tanam dalam semalam, jelas dari para klien tarif 10 juta ke atas sepadan dengan servis yang Firly berikan. Itu dibuktikan akan kepuasan para klien tetap yang memberinya bintang 5. Top markotop. Ada kebanggaan tersendiri di dada Firly. Rasa sesal dan kemarahan karena dijual oleh ayahnya sendiri, perlahan lenyap. Tergantikan rasa senang berjibaku di dunia perlendiran.

Berbicara lebih lanjut soal klien, sejujurnya, Firly sedikit pemilih dalam melayani klien. Tak sembarang klien bisa dengan mudah tidur dengannya. Sebab, di samping sang klien wajib good rekening, Firly menuntut good looking dan mengedepankan selera. Tujuannya satu: mendapatkan kepuasan maksimal dalam berhubungan badan mau pun finansial. Pastinya, Firly berusaha supaya bukan klien saja yang puas, tetapi ia juga bisa mendapatkan kenikmatan. Begitulah wanita, banyak maunya.

Dimulai dari jam 19.00, Firly biasa melayani 3 sampai 5 klien berbeda dalam satu malam. Tidak termasuk bagi yang terlanjur nyaman sampai menginap di Rumah Bordil hingga pagi menjelang. Bisa dibayangkan bukan berapa dollar yang mengalir ke dalam rekening pribadi Firly? Tapi, seperti kata pepatah, uang masuk dengan mudahnya, dan keluar dengan mudahnya pula.

Selain daripada itu, Firly tergolong gadis friendly dan mudah menyesuaikan diri dengan siapa ia tidur. Salah satunya, Firly tak jarang memenuhi fantasi para klien. Memakai pakaian aneh-aneh lah, bercinta sambil ngobrol lah, dan banyak lagi.

Ada pula fantasi klien yang ingin bermain berdua mau pun bertiga. Kalau berempat sih tergantung kemauan para klien dan persetujuan Firly, tentunya. Momen langka yang jarang Firly dapatkan seperti gangbang, tak ia sia-siakan. Dengan kelihaian goda rayu Firly, gadis Jepang itu bisa mengakali para klien untuk bercinta two in one atau three in one dalam satu waktu. Tapi satu yang menjadi pantangan bagi klien: dilarang bermain di kamar mandi.

Kepiawaian Firly dalam menyenangkan lelaki di atas ranjang, kerap mengundang para klien untuk mengajukan tawaran menjadikan Firly simpanan pribadi dengan bayaran fantastis. Yang menggelikan, ada beberapa lelaki sebaya yang terlanjur baper dan jatuh cinta ingin menjadikan Firly istri. Masih belum jelas motif para lelaki pengumbar cinta ini. Mengangkat derajat seorang pelacur, atau semata-mata hanya ingin ngeseks gratis.

Namun dari semua itu, tak serta merta Firly respon secara gamblang. Ia menolak secara halus nan elegan jika dirinya akan selalu di sini dan setia melayani tanpa perlu drama percintaan klasik. Sebab, menurut pertimbangan Firly yang diobrolkan bersama sang manajer, Kuro, dari segi materi, Firly memang akan mendapat jauh lebih banyak cuan atas penebusan. Akan tetapi, tak ada jaminan jika Firly dipuaskan sepanjang waktu oleh sang penebus.

Alasan logis lainnya: Firly trauma dengan yang namanya lelaki. Bagi Firly, lelaki hanya ia anggap sebagai ATM berjalan dan mesin pemuas nafsu semata. Di hati Firly sudah tak ada lagi yang namanya cinta semenjak dirinya berakhir di tempat yang dijuluki surganya dunia ini.

Jarum jam menunjukkan pukul 19.20. Seperti biasa, Firly tampil cantik menggenakan pakaian jenis furisode yang terbuat dari sutra dan memiliki desain yang sangat cerah serta berwarna-warni. Khusus malam ini, kimono model furisode yang melekat di tubuh proporsional Firly bermotif sakura. Di mana, lengan panjangnya mencapai hingga pergelangan tangan atau bahkan hingga lantai. Lengan-lengan inilah yang menunjukkan status Firly yang memakainya sebagai gadis muda yang belum menikah atau baru saja masuk ke dalam dunia dewasa.

"Huh! Sudah 20 menit. Aku jadi gabut." Keluh Firly. Gadis blesteran Jepang ini tengah duduk santai melipat kedua kaki, standby menanti klien yang sudah menghubunginya beberapa jam yang lalu di bilik pribadinya. Sedikit mewah dibanding pelacur lainnya. Privilege seorang gadis muda idola para garangan jelas kentara perbedaannya.

Beberapa kali bercinta, Firly baru mengetahui jika nama kliennya adalah Akira. Akira-san, begitulah Firly memanggilnya. Pemuda yang juga blesteran Jepang, yang dua tahun lebih tua dari Firly.

Di mata Firly, selain kelemahannya di ranjang, Akira mempunyai value lain yang tak banyak dimiliki sebagian orang. Adalah anak muda yang menorehkan prestasi kesuksesan tanpa bayang-bayang orang tua. Akira bukanlah tipikal pengemis. Akira lebih suka mencari uang sendiri dengan keahlian yang ia miliki. Pun bagaimana Akira menghamburkannya di waktu yang bersamaan.

Karakter Akira memang kelihatan sedikit kaku, namun wajahnya yang tampan melunturkan persepsi buruk yang tersemat padanya.

Sret!

Pintu geser shoji terbuka. Menampakkan sosok tampan berbadan ideal. Putih bersih tanpa noda. Tato pun tak ditemui pada kulitnya yang seputih salju.

"Konbanwa, Firly-chan." (Selamat malam, Firly-chan.) Sapa lembut Akira, sembari membungkukkan badan.

Firly yang tengah duduk di atas bantal zabuton menanti kedatangan Akira, memberikan senyum semanis gula, sembari mengangguk kecil.

"Malam ini, bulan purnama bersinar terang. Hanya saja, ada yang kurang jika tak ada wajah manismu di bawahnya, Firly-chan."

"Meskipun kamu merayuku, aku tidak akan terbang, lho, Akira-san," sahut Firly dengan nada bercanda.

Tertawa ringan, Akira menarik Firly ke pangkuannya. Tangannya meraih buah dada Firly karena terlihat montok mengundang di balik furisode yang Firly kenakan. Diremas-remasnya seraya mendaratkan ciuman di leher Firly.

Meski sudah 3 tahun berkecimpung dengan banyak lelaki, rasa risih di benak Firly masih ada. Namun, Firly tak punya banyak pilihan. Passionnya adalah di sini.

Sejurus, Firly duduk di pangkuan Akira. Yang kemudian, si lelaki Jepang itu menggerayangi sekujur tubuh Firly. Untuk menutupi rasa risih itu, Firly pura-pura mendesis manja. Wajah Akira sudah diusap-usapkan ke payudara Firly yang menonjol dengan gemas, berikut tangannya mulai menyibak kain penutup bagian bawah Firly. Menggerayangi paha putih mulus si gadis.

Melihat Akira melakukan manuver, Firly melakukan hal yang sama, sambil mulai membuka furisode motif sakura.

Penuh kelembutan Akira turut membantu meloloskan pakaian jenis kimono Firly, sembari melepaskan kemeja putih yang ia kenanan hingga terlepas dari tubuhnya. Nampak jelas badan ideal dengan otot-otot yang terbentuk bagus.

Furisode Firly sudah melorot hingga ke lengan. Bongkahan susu yang terbungkus bra hitam berenda sudah tampak menantang.

Sedetik, Akira membenamkan wajahnya di antara gunung kembar Firly. Tangannya pun sudah bergerilya sampai di selangkangan dan mempermainkan vagina Firly dari luar celana dalam berenda senada.

Ada perasaan aneh yang menyelimuti hati Firly. Ia merasa sedang dilecehkan. Seolah malam ini bukan seperti dirinya. Namun, Firly adalah pelacur profesional. Untuk menyenangkan sang klien, ia kembali berpura-pura mendesah dan mendesis. Ia belai surai rambut hitam Akira yang dipotong model batok kelapa.

Tanpa tedeng aling-aling, Akira mengeluarkan satu persatu payudara Firly dari sarangnya, kemudian mendaratkan bibir tipisnya di puting Firly yang masih memerah mungil dengan areola cerah. Dikulumnya puting si gadis Jepang dengan penuh nafsu sambil mempermainkan lidahnya naik turun dan memutar.

Kenikmatan mulai menjalar pada tubuh Firly, saat di mana tangan Akira menyelinap di balik celana dalam Firly. mempermainkan biji klitoris mungil.

Firly memejamkan mata. Ia tak mau memperlihatkan wajahnya yang sudah memerah.

Klik!

Bra Firly, Akira buka. Lantas terlepas ke bawah. Terpampanglah buah dada padat nan bulat alami yang menjadi kegemaran para lelaki.

Akira mendesah kecil. Nafasnya panas terarah pada daging padat tersebut. Kembali Akira mengulumnya, dari satu puting ke puting lainnya. Sesekali menggigit kecil samping payudara Firly.

Merinding. Firly sampai tak sadar jika tubuhnya mulai merespon. Menggeliat. Seiring pahanya yang ikut merenggang.

Melihat itu, jari tangan Akira segera menyusup di liang senggama Firly. Si gadis blesteran Jepang merasa geli dan aneh dengan perlakuannya. Batinnya ingin berteriak marah. Akan tetapi, hal itu jelas tak mungkin Firly lakukan.

"Akira-san ... enak sekali ...." Desah Firly, untuk menutupi batinnya yang sedari tadi bentrok.

“aku ingin merasakan pussy kamu yang hangat ini, Firly-chan,” bisik Akira dengan suara parau, sembari menciumi leher si cantik.

Tanpa menunggu jawaban yang keluar dari bibir tipis bergincu merah Firly, lelaki Jepang itu merebahkan Firly ke atas kasur futon. Dan dengan bebasnya Akira dapat menyaksikan penuh nafsu keindahan bagian intim kewanitaan tembem Firly yang selama ini menjadi ladang cuan.

Firly juga wanita normal. Ia masih memiliki rasa malu, apalagi setelah Akira melepas celana dalam Firly. Spontan Firly menutupi vagina merah mudanya yang tanpa bulu kemaluan.

"Aku malu, Akira-san." Firly memainkan peran gadis polos.

"Kamu sungguh indah. Aku serasa sedang bersama bidadari." Tangan Akira menggeser lembut tangan Firly. "Aku ingin memakanmu."

"Oh, Akira-san."

Tanpa babibu, Akira membenamkan wajahnya di selangkangan Firly. Yang kemudian, Akira mengusap-usapkan bibirnya di vagina tembem si cantik. Ia melahap dengan nafsunya. Firly tak kuasa untuk tak memejamkan mata. Berusaha menikmati permainan bibir dan lidah Akira. Lebih baik Firly konsentrasi untuk menikmati, daripada mengikuti perasaan aneh yang sedari tadi menggelayuti sambil membayangkan aktor film porno idaman di dalam kepala. Usaha Firly membuahkan hasil. Perlahan, libidonya mulai naik. Ia tekan kepala Akira lebih dalam di ceruk vagina tembemnya.

"Ahhhh ... Akira-san ... enak ... hmmm ...." Firly paksakan mendesah guna menutupi kecanggungan birahi yang ia rasakan aneh.

Lick! Lick! Lick!

Cukup lama Akira menjilati vagina Firly sambil tangannya mempermainkan puting mungil Firly. Geli, kesal, nikmat. Semua bercampur menjadi satu emosi. Kembali Firly mendesah agak kuat, "Ahhhhh! Ahhhhh! Akira-san! Ughhhh! Aku mau lihat gajah besar Akira-san, dong."

Akira yang mendengar ucapan mengundang birahi dari bibir Firly, lantas berdiri.

Seelegan mungkin, Firly membuka celana panjang Akira, lalu menariknya turun. Kini, tinggal boxer yang melekat menutupi selangkangan Akira. Sekali lagi, Firly menarik celana boxer Akira turun.

Tuing!

Tampaklah penis kecil berkulup namun panjang sudah menegang. Wajar, penis layaknya seruling milik Akira itu tidak disunat. Nampak lucu sekali. Sangat berbeda dengan penus lelaki lokal yang pernah ia lihat.

Secara perlahan, Firly memegang batang seruling Akira sembari menatap mata Akira lekat. Dikocok lembut. Kulup penisnya terasa mengganggu tangan Firly mengocok. Terasa licin. Hampir tdak ada gesekan antara tangan lembut Firly dan batang penis Akira.

"Kamu suka milikku, Firly-chan?" tanya Akira, di sela kegiatan Firly.

Firly mengangguk untuk menyenangkan hati Akira. "Besar sekali. Pasti enak masuk ke pussy aku."

Akira menyodorkan penis di mulut Firly. Dengan senyum yang tak pernah luntur, Firly menggeleng. Ia justru mengusap-usapkan penis itu di pipinya, tapi tak pernah menyentuh bibir, lalu ia usapkan kepala penis ke puting.

"Sssshhh ... kamu pintar sekali, Firly-chan!" Akira mulai mendesah.

Firly yang berdiri di depan Firly langsung berlutut di antara kaki jenjang si cantik. Serta merta Akira menyingkap furisode yang belum sepenuhnya terlepas, lalu menyapukan kepala penis di bibir vagina Firly sambil memandang si cantik penuh nafsu seakan hendak menerkamnya hidup-hidup.

Ya, inilah Akira yang sebenarnya. Ia bagai hewan buas saat tengah bernafsu. Firly tak mengharapkan apa pun jika Akira sudah begini. Benar, Firly sudah bisa menebak hasil akhirnya.

Slebbb!

Sedetik, Akida mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Firly.

Kemudian ... cup!

Akira menciumi Firly penuh nafsu setelah berhasil memasukkan semua batang penis ke vagina. Dibandingkan dengan penis lelaki lain yang pernah bersarang di dalam vaginanya, penis model seruling milik Akira adalah yang paling kecil. Sungguh terasa aneh di vagina Firly. Apalagi Firly telah merasakan besarnya penis seseorang yang hanya sekali menyewa jasanya dan tak pernah terlihat lagi, terasa tak jauh beda dengan kocokan jari tangannya.

"Ughhhhh! Aku masuk ke dalam pussy kamu, Firly-chan!" lenguh Akira, merem melek. "Enak tidak punyaku?"

"Hmm ... kok tambah besar gajah kamu, Akira-san? Makin enak ... ayo goyang, Akira-san. Aku sudah tidak sabar," sahut Firly, sembari mengalungkan kedua tangan di leher Akira.

"Ahhhh! Terima ini, Firly-chan!" erang Akira.

BLESSSS!

PLOK! PLOK! PLOK!

Rasa aneh bertambah aneh ketika Akira secara tiba-tiba menghentak keras sampai mentok, lalu mulai menarik-cucuk penisnya. Seakan licin dan berlarian di lorong vagina Firly. Tak ada kenikmatan yang Firly rasakan, hanya geli dan lucu merasakan kocokan Akira, tapi Firly tetap mendesah-desah menutupi keanehan yang ada.

Akira menciumi leher Firly sambil meremasi buah dada dan memompa vagina Firly. Tangannya aktif menjamah setiap jengkal tubuh Firly. Pun dengan lidah Akira yang rajin menjelajah leher serta telinga Firly.

Firly menggelinjang geli. Bukan kenikmatan yang ia peroleh. Melainkan rasa geli. Sungguh siksaan tersendiri bsginya. Kalau boleh jujur, Firly lebih suka jilatan Akira yang bervariasi dibanding kocokan penisnya di vagina.

Tangan halus Firly meremas rambut hitam Akira. Ia ikut menggoyang pinggulku mengimbangi gerakan Akira. Pura-pura mendesah kenikmatan, semata mata untuk menambah gairah Akiea agar lebih cepat menyelesaikan permainannya.

Di luar dugaan, hampir sepuluh menit Akira memompa vagina Firly tanpa mengendurkan serangan, lalu minta ganti posisi.

Tercenung. Baru kali ini Firly melihat Akira bisa bertahan lebih lama dari sebelumnya.

"Belum keluar, Akira-san?" tanya Firly, lembut.

Akira tersenyum miring. "Belum. Rasanya pussy kamu jauh lebih enak dibanding sebelumnya. Aku jadi ingin menikmatinya lebih lama," jawabnya serak, seraya mengelus rambut hitam lurus Firly. "Nungging."

Firly mengangguk. Menyingkirkan berbagai pakaian yang berserakan ke pinggir, lalu memposisikan diri menungging seperti permintaan Akira.

BLESSS!!!

Tanpa aba-aba, Akira melesatkan penisnya ke dalam vagina Firly. Kontan saja Firly memekik kaget.

Firly kembali tersentak saat di mana Akira mulai menyodoknya dari belakang dengan tempo cepat, keras, kasar.

"Ohhhh! Pelan-pelan, Akira-san!" tegur Firly.

Plok! Plok! Plok!

Tak menghiraukan teguran Firly, Akira semakin menggila. Beberapa kali tubuhnya menghentak kasar vagina Firly. Sensasi yang nikmat. Harusnya! Tapi tetap saja Firly tidak bisa merasakan kenikmatan, padahal ia sudah memejamkan mata berkonsentrasi untuk meraih kenikmatan, namun hanya geli dan merinding saja yang ia dapat.

"Awww! Enak sekali, Akira-san! Ahhhh! Terussss! Sssshhh! Lebih cepat! Ahhhh! Luar biasa milikmu! Mentok sampai dalam! Ahhhhh!" desah Firly, pura-pura.

Plok! Plok! Plok!

Mendengar desahan Firly, Akira mempercepat sodokannya sambil meremas kuat buah dada Firly yang bergerak tak beraturan. Kedua tangan Akira memegangi kedua pundak Firly kuat. Ini dia! Ini saatnya!

"Ahhhh! Akira-san! Ayo! Lebih keras! Aku sudah mau keluar! Ahhhh! Ahhhh! Ahhhhh! Enaknya! Akira-san!" erangan Firly begitu manja dan menggairahkan. Fake orgasme yang ia mainkan sudah jelas akan menjadi trigger Akira untuk segera menuntaskan persetubuhan.

Firly turut menggoyang pantat bulatnya mengimbangi. Tubuh keduanya berimpit saling menggoyang.

Tak lama kemudian ...

"Firly-chan! Ahhhhh! Ahhhh! Ohhhhh! Sempit sekali! Becek! Aku juga mau muncrat! Ahhhh! Muncrat di pussy kamu! Firly-chan!" Akira melolong panjang, sembari menjambak rambut Firly yang terurai ke belakang.

Crot! Crot! Crot!

Cairan hangat keluar dari moncong penis Akira membasahi relung vagina Firly. Pun, Firly ikut berteriak mencapai klimaks mengikutinya.

Denyutan batang seruling Akira tak terasa begitu kuat. Filry goyangkan pantatnya lebih keras. Sampai akhirnya, tubuh Akira melemas.

Plop!

Sedetik, Akira menarik penisnya yang baru saja memuntahkan lahar dari dalam vagina Firly. Lelaki berdarah Jepang itu duduk lemas di atas futon. Tanpa disuruh, Firly mendampingi duduk di sampingnya. Lalu, disambutnya Firly dengan ciuman di pipi dan bibir.

Mengambil tisu. Firly membersihkan penis Akira telaten penuh kelembutan.

Setelah beres, Firly beranjak ke kamar mandi membersihkan vagina, lalu dengan berbalut handuk putih tebal di badan, ia kembali menghampiri Akira yang sekarang sudah telentang di atas futon.

"Minum dulu, Akira-san." Firly menyodorkan segelas air putih dingin.

Akira menyambutnya dengan nafas naik turun. Meneguknya perlahan. Lalu, meletakkan gelas yang sudah tandas di sampingnya, sebelum berkata, "Arigatou. Kamu memang luar biasa. Aku berasa dilayani istri sendiri."

"Hihihi. Sama-sama, Akira-san. Sudah menjadi tugasku melayanimu."

"By the way, kamu suka lihat bokep, tidak?"

"Suka, sih. Memangnya kenapa?"

“Ehm ... aku ingin main sambil nonton. Apa kamu mau?"

"Atau nonton sambil main?" goda Firly, sambil mengerling menggosa.

“Terserah. Yang jelas sama-sama enak," ucap Akira, sambil mencium pipi Firly.

"Di hapeku, atau di hape Akira-san, nih?" Firly bertanya terlebih dahulu. Memastikan.

"Hapemu aja. Tunjukkan aku bokep kesukaanmu."

"Baiklah."

Atas permintaan Akira, Firly nonton film porno koleksi Akira. Tepatnya hasil kegabutan Firly di kala gabut.

Terlihat Akira begitu menikmati film berdurasi 30 menit di layar ponsel Firly sambil meraba-raba tubuh Firly. Meski Firly tidak terlalu menikmatinya, ia balas memegang dan mengusap penis Akira.

30 menit berlalu, namun tidak terjadi apa-apa. Tentu saja Akira sedang recovery. Tetapi, setelah beberapa saat berlalu, Firly merasakan penis Akira mulai menggelist kala terlihat di layar ponsel Firly seorang wanita muda sedang dikerubungi lima orang pria negro. Entah apa yang ada di benaknya, tapi penisnya mulai bereaksi menegang.

Tak lama kemudian, sebelum film porno berakhir, Akira sudah mulai mencumbu Firly, nencium bibir, lalu meremas dan mengulum puting si gadis mata sipit.

Firly mendesah, yang membuat Akira menggeser dan memiringkan tubuh menghadap ke arah ponsel yang Firly letakkan di atas stand holder.

Sekarang, Akira berada di belakang Firly, lalu mengusap-usapkan penisnya di pantat sekal Firly. Kaki kiri Firly di angkat naik untuk memudahkan seruling Akira memasuki vagina.

Dengan sedikit susah payah karena penis Akira belum sepenuhnya keras ... blesss! Akhirnya, Akira berhasil melesakkan sepenuhnya penis miliknya ke vagina si cantik.

Sambil menonton film porno genre gangbang, Firly dan Akira memasuki ronde kedua.

Mula-mula Akira memaju-mundurkan penisnya dari belakang tubuh Firly dengan posisi tidur miring menghadap ke arah ponsel. Kedua tangannya tiada henti meremas remas payudara indah Firly. Akira begitu menikmati bercinta dan nonton film prono secara bersamaan.

Desahan bercampur jerit kenikmatan dari ponsel, kian membuat Akira bergairah menyetubuhi Firly. Seakan ia tengah bercinta dengan wanita bule yang cantik di film tersebut.

Firly tidak terlalu peduli akan fantasi laki-laki yang menyodoknya dari belakang ini, yang penting bagi Firly hanyalah menyelesaikan secepat mungkin, karena ia tidak bisa menikmati bercinta dengannya. Tidak untuk malam ini. Seolah ada sesuatu yang mendesaknya untuk menghentikan aktifitas mesum.

Dengan posisi seperti ini, kontan saja Firly kelimpungan menggoyang pantat atau pun pinggul, jadi sepenuhnya tergantung gerakan Akira. Entah sudah berapa lama keduanya bercinta dengan posisi seperti ini, film sudah berganti ke tayangan kedua secara otomatis.

Seiring dengan pergantian film, Akira ganti posisi. Ia menindih tubuh Firly. Bibirnya menyusuri leher jenjang dan dada atas Firly. Sejurus, Akiea menyusupkan tangan di balik punggung Firly, mengganjal hingga buah payudara si gadis naik lebih menekan tubuhnya. Pelukan posesif Akira semakin rapat seiring intensitas gerakan maju mundurnya. Pantat Akira sampai naik turun di atas tubuh Firly.

"Ahhhh ... ahhhhh ... terusss ... nikmat sekali ... aku mau keluar lagi, Akira-san! Ahhhh ... lebih kuat ... ahhhh ... ahhhhh ... Akira-san ... kamu tampan sekali ... aku keluar! Ahhhhh" Firly mendesah seolah dalam kenikmatan. Sampai-sampai ia akting hendak orgasme.

"Sssshhhh! Keluarkan saja, Firly-chan! Ahhhhh! Ahhhh! Hangat! Nikmat! Pussy kamu menjepit milikku, Firly-chan!" balas desah Akira. Bibirnya menyusuri leher jenjang Firly, sesekali kepalanya berpaling menyaksikan adegan di pomsel yang sudah mulai lagi.

Tak lama kemudian, sebelum adegan seks kedua berakhir, gerakan Akira semakin random. Kadang pelan, kadang cepat. Sedetik ...

Crot! Crot! Crot!

Kembali Akira menyemprotkan spermanya ke vagina Firly untuk kedua kalinya.

"Ahhhhh! Keluarrr! Panas sekali jusmu, Akira-san! Ahhhhh! Kimochi!" Firly menjerit nikmat. Drama.

Akira memeluk Firly lebih rapat hingga berakhirnya denyutan di penisnya. Tubuhnya yang putih penuh peluh ambruk di atas tubuh Firly. Nafasnya tersengal-sengal di dekat telinga Firly, berikut detak jantungnya kencang terasa di dada Firly.

Perlahan, penis seruling Akira melemas, mengkerut, dan keluar dengan sendirinya. Kemudian, Firly mendorong tubuh Akira menjauh karena gadis itu tak bisa bernafas terhimpit Akira. Sungguh tersiksa bercinta dengan Akira karena tak secuil kenikmatan yang dapat Firly dapatkan, hanya perasaan risih dan marah yang menumpuk di dada. Namun, yang seperti ini sudah biasa Firly alami. Paling tidak, hanya uang yang bisa mengobati rasa kesalnya.

"Hhhh ... sial. Kamu hebat, Firly-chan. Tubuhmu tidak berubah dan tambah bagus. Melonmu yang indah ini bikin aku semakin bernafsu, apalagi desahanmu bikin aku makin gemas kepadamu, Firly-chan," rayu gombal Akira.

Firly tak tahu harus menjawab apa, tak mungkin ia berkata jujur di depannya. "Akira-san juga tambah hebat. Bisa berturut-turut gitu. Mana lama lagi." Jawaban klise Firly, menghibur.

Firly bersihkan penis Akira dengan handuk kecil yang sudah ia siapkan. Ia rasakan sperma Akira meleleh keluar dari vaginanya. Tak banyak memang, tapi membuat Firly risih. Segera ia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci kewanitaannya. Sekalian Firly membersihkan tubuhnya.

Surrrrr!

Guyuran water heater shower yang hangat terasa menyegarkan dan memadamkan kedongkolan Firly.

Cukup lama Firly di kamar mandi, sampai-sampai ia tak menyadari jika Akira sudah berada di situ memperhatikan.

Firly terhenyak kaget, spontan ia menutup tubuh telanjangnya dengan tangan sebisanya. Belum pernah seumur-umur menjadi pemuas nafsu para pria hidung belang melihat Firly mandi meskipun klien itu spesial baginya. Tetapi, Firly segera tersadar bahwa Akira adalah klien tetapnya. Sia-sia Firly sekuat tenaga menutupi tubuhnya, toh lelaki Jepang itu sudah menikmati setiap jengkal tubuh Firly.

Dengan senyum dipaksakan, Firly menutupi ekspresi ketidaknyamanannya. "Ih. Akira-san bikin aku jantungan, deh!" pekiknya manja.

"Hehehe. Sini, aku mandikan." Akira tersenyum, menawarkan diri.

Agak ragu Firly menerima tawaran Akira. Karena selama ini Firly belum pernah mandi bersama dengannya dengan alasan privasi. Firly tak bisa menolak, toh ini untuk kepuasan klien juga. Selain itu, Firly penasaran dengan apa yang ingin Akira lakukan. Firly pun hanya bisa tersenyum menerima tawaran Akira.

Sedetik kemudian, Akira mengikuti Firly masuk ke dalam bathtub. Ia menggosok punggung mulus Firly dengan tangan, yang sebelumnya sudah berlumur sabun. Tangannya yang agak kasar kemudian menjelajah ke depan dan meremas buah dada Firly. Dipeluknya si gadis idola para pria hidung belang itu dari belakang. Firly merasakan geliat erotis tersendiri saat pelukan dalam licin busa sabun bercampur keringat feminim dari tubuhnya.

Firly membalikkan badan. Ganti ia yang menggosok tubuh Akira dengan sabun. Sementara tangan Akira tiads bosan menjamah buah dada Firly yang masih berbusa sabun.

Mereka kembali berpelukan, kali ini saling berhadapan. Sejurus, Akira menggesek-gesekkan badannya di tubuh Firly.

Tak mau larut lebih lama dalam erotisme ini, Firly menyalakan air shower menyiram dan membasahi tubuh mereka berdua.

Akira membalikkan tubuh langsing Firly, dan mendorong gadis itu ke dinding. Dengan posisi condong, pantat montok Firly tepat di depan penis seruling Akira. Kaki jenjang putih mulus Firly sedikit merenggang untuk memudahkan Akira memasukkan penisnya ke dalam intinya di bawah siraman hangat air shower

Keduanya kembali bercinta. Kali ini dengan posisi berdiri. Seiring pancuran air shower hangat membasahi tubuh, baru sekarang Firly dapat merasakan nikmatnya bercinta. Mungkin karena perasaan erotisme saat mandi bersama, kali ini Firly mendesah tanpa drsma. Tak bisa Firly pungkiri nikmatnya kocokan Akira sekarang.

Crek, crek, crek!

Kecipuk air mengiringi tusukan Akira.e Perlahan tapi pasti, gelora gairah Firly mulai naik. Semakin cepat Akira menusuknya, semakin cepat pula deru nafas Firly. Tak Firly hiraukan air membasahi rambutnya. Ia konsentrasi pada pencapaian puncak kenikmatan. Saking inginnya orgasme, kedua tangan Firly sampai mencengkeram kuat gagang shower. Tak lagi ia tahan desahan dan rintihannya.

Yang kemudian, tangan Akira kembali menjamah buah dadaku dan meremasnya. Firly imbangi genjotan Akira dengan goyangan maju mundur pinggulnya.

Clep! Clep! Clep!

Enak. Semakin enak Firly bermain dengan posisi ini. Ia serasa melayang di awang-awang. Hanya beberapa saat Firly menikmati permainan ini, tetiba Firly merasakan denyutan di vaginanya, seiring Akira menghujam mantap ke dalam rongga vagina Firly.

"AHHHHH! FIRLY-CHAN!" badan Akira bergetar hebat. Seiring kepalanya ditempelkan pada punggun Firly.

Sialan. Ternyata Akira telah mencapai puncak ejakulasinya terlebih dahulu. Alih-alih terus memompa, Akira justru mencengkeram payudara Firly kuat.

Di sisi lain, Firly mulai ngos-ngosan. Ia berinisiatif menggoyangkan pantat dengan cepat. Mengabaikan denyutan penis Akira pada vaginanya yang mulai reda. Mengabaikan teriakan kepuasan Akira.

Orgasme! Ya, Firly hanya ingin orgasme. Namun sayang, harapan tinggal harapan, ternyata penis Akira melemah. Semakin lemah dan mengecil. Tak lama kemudian, sebelum puncak orgasme berhasil Firly gapai, gelombang orgasme semakin menjauh, dan lenyap.

Kesal. Sungguh kesal. Seperti yang sudah-sudah, Akira tak dapat memberi kepuasan sedikit pun kepada Firly.

Sesaat kemudian, Firly tersadar. Memang bukan tugas Akira untuk memuaskan Firly, melainkan tugas Firly-lah untuk memuaskan Akira, kliennya. Jadi, tak ada yang salah dalam hal ini, Firly terlalu berharap.

Dengan menelan kekecewaan demi kekecewaan, Firly tetap berusaha tersenyum. Ia tutupi kekecewaan dengan mencuci penis Akira. Nampak jelas senyum kepuasan mengembang di wajah tampannya. Tak ingin kehilangan momen, terpaksa Firly ikut puas melihat kepuasan sang klien.

"Baru kali ini aku main sambil mandi. Ternyata sensasiya sungguh nikmat," kata Akira. "Arigatou, Firly-chan. Kamu memang yang terbaik."

Firly kaget mendengarnya. Ternyata si cantik hanya dijadikan kelinci percobaan. Terlalu kesal, Firly pun tak menjawab. Ia kembali meneruskan mencuci, agak sulit karena harus membuka kulit kulup kepala penis Akira. Entah mengapa, Firly masih merasa lucu melihat bentuk penis yang belum disunat.

Beres mandi, Akira kembali berpakaian bersiap untuk pulang. Sementara Firly hanya mengenakan handuk putih melilit tubuh seksinya.

Tak terasa hampir dua jam Firly menemani Akira dengan tiga kali bercinta. Firly hanya berharap Akira puas dan memberinya tip lebih atas pelayanan yang ia berikan malam ini.

Akira mengeluarkan ponsel. Berkutat dengan ponsel beberapa saat, lalu menyodorkannya padaku. "Sudah aku transfer ke rekeningmu."

Senyum cerah Firly melihat nominal yang terpampang di ponsel Akira. "Arigatou, Akira-san. Aku harap kamu tidak bosan denganku."

"Jangankan bosan, aku malah berniat ingin menjadikanmu kekasihku."

"Hihihi. Jangan bercanda, ah. Yuri-san mau dikemanakan coba?" kelakar Firly, seraya mengambil ponsel. Mengecek mobile banking-nya. Nominal di sana bertambah satu digit.

"Kalau Yuri bukan masalah. Lagipula kami sedang LDR."

"Kalau Akira-san bisa mengeluarkanku dari sini, aku mau, deh." Firly tak serius mengatakan itu. Karena ia tahu resiko besar yang nantinya akan ia hadapi jika memang Akira sanggup menebus Firly.

"Anu ...." Akira garuk kepala. Ia menunduk. Entah apa yang tengah ia pikirkan.

"Hihihi. Aku hanya bercanda. Walaupun hal itu mustahil, paling tidak kita bisa bertemu di sini kalau Akira-san merindukanku."

"Hahahaha. Kamu sungguh menggemaskan, Firly-chan. Tidak salah lagi kamu menjadi idola di sini. Kamu memang luar biasa. Sungguh. Pantas saja kamu jadi rebutan semua orang," ungkap Akira, sebelum akhirnya meninggalkan bilik kamar Firly, berikut memberinya ciuman di pipi, lalu pergi.

Kepergian Akira menyisakan kehampaan di dada Firly. Biar pelacur, Firly juga memiliki perasaan. Sedikit banyak ia menaruh harap jika suatu hari nanti akan datang waktunya seseorang menyelamatkannya dari lingkaran setan tiada habisnya ini. Andai saja ada orang baik yang menunjukkan effort itu, Firly akan berjanji untuk melayaninya seumur hidup. Tak masalah jika orang itu adalah si lemah syahwat Akira sekali pun. Sungguh tak masalah. Ya, asal Firly bisa kembali menghirup udara di luar Rumah Bordil Darmo.

Doa Firly dikabulkan.

Sesaat, seseorang datang. Duduk bersimpuh dari balik pintu shoji, lalu berkata, "Permisi, Nona Firly."

"Siapa?" Sahut Firly, seraya mengerutkan kening.

"Saya Yami. Ajudan Tuan Mada. Kedatangan saya ke mari atas mandat Tuan Mada untuk menyampaikan pesan kepada Nona Firly."

DEG!

Jantung Firly berdegup kencang. Kalau sang pemilik Rumah Bordil sudah memanggilnya, pasti ada apa-apa. Firly masih ingat betul cerita teman sesama pelacur di bilik sebelah jika seorang ajudan repot-repot datang menghampiri, ada sesuatu yang gawat.

Akira.

Pikiran Firly justru tertuju pada Akira. Apa pemuda itu mendatangi Mada dan melakukan pembicaraan mengenai penebusan dirinya? Apa Akira melakukan itu karena Firly sempat menyinggung soal penebusan sebelumnya?

"Pe-pesan?" ulang Firly. Terbata.

"Ya. Nona Firly diminta menghadap Tuan Mada. Beliau menunggu Nona Firly di rumah panggung."

Gelagapan Firly mengiyakan. Sebutir keringat dingin menetes dari dahinya. Perasaan aneh yang sedari awal Firly rasakan, apakah ini? Apa ... apa ... entahlah. Firly hanya bisa pasrah andai sesuatu yang buruk terjadi. Toh, dirinya tak lebih dari sekadar pelacur di tempat ini. Miris.

"Tunggu sebentar. Aku mau siap-siap."

"Baik, Nona Firly."
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd