Halo suhu-suhu, ini percobaan pertama saya buat cerita.
Monggo dikomen atau dikritisi kurang apa.
[HIDE]
Malam ulang tahun Harry yang ke 17, dia sempat berpikir semuanya sudah berakhir. Dia sudah dewasa secara usia dan dapat melakukan sihir kapanpun dia mau, bahkan dia sudah mendapatkan lisensi untuk ber-appparate. Ulang tahunnya sendiri pun sangat menyenangkan, dirayakan dengan teman-teman dan Keluarga Weasley, yang mana Harry sendiri menginap di rumah mereka selama sisa liburan musim panas.
Mungkin dia dapat dimaafkan kalau dia lupa sama sekali tentang apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia tetap punya musuh abadi, penyihir jahat terkuat sepanjang masa yang punya pasukan pelahap maut yang terus menerus mengejar Harry kemanapun dia pergi. Diakuinya kalau dia mengalami beberapa bulan yang sangat buruk. Setelah pengkhianatan Snape yang berujung pada kematian Dumbledore dan juga kematian Bill Weasley. Anehnya, kematian Bill ini malah membawa beberapa keuntungan. Goblin, yang biasanya tidak memihak penyihir manapun, karena mereka menganggap Bill sebagi “Teman Goblin” menjadi memihak pada pada mereka dan secara terang-terangan berperang pada Voldemort. Harry tidak tahu secara spesifik bagaimana bantuan para Goblin, hanya saja pengamanan di Kementrian Sihir jauh meningkat sehingga memberikan pengharapan kalau Kementrian dapat bertahan dari Voldemort setidaknya sampai Harry selesai sekolah di Hogwarts.
Benar, dia awalnya tidak ingin kembali lagi ke Hogwarts, tapi akhirnya karena terus menerus dibujuk oleh banyak orang dia memutuskan untuk tetap melanjutkan pendidikannya. Tapi alasan utama dia kembali ke Hogwarts adalah karena menurut Prof. Mcgonagall, yang sekarang menjadi Kepala Sekolah yang baru, Hogwarts tidak dapat buka kembali kecuali Harry kembali kesana, karena para orang tua terlalu takut untuk mengirim anak-anaknya kembali. Tapi karena mereka melihat Harry sebagai sebuah simbol harapan dan merasa kalau ada Harry disana, kondisi akan lebih aman.
Jadi, seperti yang dapat dibayangkan dengan berbagai peristiwa yang terjadi belakangan, wajar saja kalau Harry tidak sadar akan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Ketika dia akhirnya naik kekasur dan tertidur, mimpi-mimpinya terdiri dari banyak wanita. Wanita yang diciumnya, wanita yang dilihatnya tanpa sehelai benangpun, wanita yang sangat sedang berlutut di hadapannya dan memegang kontolnya. Wanita-wanita ini sebagian dia kenal, seperti Ginny mantan pacarnya dan Hermione teman dekatnya yang biasanya tidak dipikirkannya secara seksual tapi dalam mimpinya dia melihat bahwa toket Hermione lebih besar dari biasanya dan ketika dia sedang mengenyot toket besar itu, dia malah terbangun dan sadar bahwa yang dimimpikannya itu teman dekatnya sendiri.
Tapi, ketika dia terbangun, dia langsung sadar kalau dia merasakan perbedaan besar pada tubuhnya. Dia merasakan kekuatan besar ada dalam tubuhnya. Dia tidak yakin apa yang dialaminya ini, tapi perubahan ini cukup besar sehingga dia merasa kalau secara fisik dia pun ikut berubah.
Akhirnya dia bangun dari kasur, lalu melangkah menuju cermin besar yang ada di sudut ruangan. Dari pantulan yang ada di cermin, Harry melihat badannya menjadi semakin berotot, dadanya bidang, perutnya menjadi six pack, lengannya menjadi bergelombang dan bahkan mata hijaunya menjadi bersinar. Matanya pelan-pelan menuju pangkal pahanya yang mana disana tergantung kontol yang sangat besar. 2x lebih besar daripada biasanya. Urat-urat yang mengelilingi kontolnya menjadi timbul menambah kesan bahwa kontolnya bukan seperti kontol biasa tapi lebih seperti pentungan Troll.
Harry kemudian memakai baju, yang untungnya baju bekas sepupunya Dudley yang ukurannya sangat besar sehingga masih cukup untuk dipakai Harry walaupun dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Lalu dia pelan-pelan turun ke bawah, menuju dapur. Di dapur dia melihat mantan pacarnya Ginny sedang mencuci sayuran dengan hanya menggunakan daster tipis. Ginny belum sadar kalau Harry ada di belakangnya sehingga dia tetap mencuci sayurannya seperti biasa. Harry yang melihat Ginny, terkena siluet cahaya tahu kalau Ginny tidak menggunakan apa-apa lagi di bawah daster tipisnya. Harry dapat melihat bagaiman lekukan tubuh Ginny begitu menggoda, pantat nya yang cukup besar. Pinggir toketnya yang terlihat dari belakang sangat menggairahkan. Tak butuh waktu lama, kontol Harry mulai mengeras melihat pemandangan dihadapannya. Harry pun mencoba menutupi perubuhan di selangkangannya sebelum diketahui Ginny dengan duduk di meja dapur.
Ginny yang akhirnya tahu kalau ada Harry di dapur menoleh dan melihat Harry sedang duduk di meja.
“Kemana mamamu?” Tanya Harry.
“Sedang pergi keluar dengan ayah.” Jawab Ginny singkat.
“Yang lain masih tidur semua?”
“Iya, Cuma kamu yang baru bangun.”
Sambil mengobrol dengan Harry, Ginny dapat merasakan perubahan yang terjadi pada tubuh Harry. Bagaimana baju yang dipakai Harry biasanya kebesaaran, sekarang menjadi sempit, lengan nya yang bergelombang karena ototnya semakin membesar. Ginny menelan ludah melihat bagaimana mantannya itu semakin menggairahkan bagi dirinya. Ginny baru sadar kalau Harry baru melewati ultahnya yang ke 17 dan seperti pada penyihir lainnya Harry mengalami puber sihir nya. Yang sangat berbeda dengan puber yang biasa dialami oleh para Muggle.
Harry yang sadar kalau Ginny sedang menatapnya dengan tatapan seperti macan kelaparan, menjadi semakin salah tingkah. Dia ingat bagaimana dulu mereka ketika pacaran sering curi-curi waktu untuk berciuman di kelas-kelas kosong, dan bagaimana manisnya toket Ginny ketika dikenyot Harry. Hal ini semakin menambah keras kontol Harry.
Ginny yang melihat ada gundukan semakin besar di selangkangan Harry semakin merasa panas di selangkangannya sendiri. Gatal di sekitar memeknya karena melihat otot-otot Harry semakin terasa memuncak yang membuatnya sedikit gemeteran. Memek Ginny mengeluarkan cairan lumayan banyak, yang mana sebagian akhirnya menetes ke lantai. Tidak mau malu pada Harry, mantannya Ginny segera pergi ke kamarnya yang ada di lantai 2 dengan buru-buru-buru
Harry yang terkejut dengan perginya Ginny secara tiba-tiba baru melihat ada beberapa cairan di lantai bekas Ginny berdiri. Pelan-pelan Harry mendekat ke cairan itu, dan menyentuhnya dengan jarinya. Lalu Harry mendekatkan jarinya itu ke hidungnya dan mencium bau yang dulu sangat suka diciumnya, Bau memek Ginny. Harry akhirnya sadar kalau Ginny tadi sedang horny karena melihat dirinya. Harry lalu pelan-pelan beranjak ke lantai 2, ke kamarnya Ginny. Untung bagi Harry karena di lantai 2 ini Cuma ada kamar Ginny, sehingga memudahkan Harry untuk mendekat ke kamar Ginny tanpa diketahui saudara-saudaranya yang lain.
Didepan pintu kamar Ginny, Harry melihat kalau pintu itu tidak tertutup dengan sempurna karena sepertinya Ginny sangat buru-buru untuk masuk ke kamarnya. Pelan-pelan Harry mencoba melihat ke dalam kamar. Di ranjang Harry melihat Ginny sedang terlentang, kakinya terbuka lebar dengan lutut yang tertekuk. Tangan kanan Ginny sedang bergerak-gerak maju mundur tepat di atas memeknya. Kepala Ginny tertutup oleh bantal yang dipegang tangan kirinya agar suara desahannya tidak keluar kemana-mana. Harry yang merasa horny nya sudah sampai keubun-ubun lalu pelan-pelan masuk ke kamar Ginny, menutup pintunya dengan benar lalu mengeluarkan tongkat sihirnya dan berkata dalam hati “Muffliato”, mantra agar suara di ruangan itu tidak terdengar kemana-mana.
Harry langsung membuka semua baju dan celananya sendiri, kontolnya yang memang sudah keras dari dapur berdiri kokoh tanpa terhalang apapun. Harry langsung mendekati kasur Ginny, dengan pelan-pelan memegang tangan kanan Ginny dan menyingkirnkannya. Ginny yang terkejut langsung membuang bantal yang menutupi mukanya dan melihat Harry sedang berdiri telanjang dengan kontol yang berdiri kokoh, saking hornynya, Ginny Cuma bisa mengangguk pelan.
Harry yang merasa sudah medapat ijin, langsung mendekatkan kontolnya ke bibir memek Ginny. Pelan-pelan di sodoknya memek Ginny yang merah merona itu. Ginny menahan suara desahannya ketika merasa memeknya sangat penuh oleh kontol Harry. Harry mendekat ke telinga Ginny,
“Teriak aja, aku sudah menyihir ruangan ini menjadi kedap suara”.
Ginny mendengar itu langsung bersuara
“Ahhhhhhhh”
Harry yang awalnya mendiamkan kontolnya yang sudah bersarang di memeknya Ginny, mulai menggoyangkan pantatnya maju dan mundur.
“Terus Harry, kontolmu jadi besar sekali”
“Ahhh, Ahhh, Ahhh”
“OH, memekmu tambah sempit aja Ginny, enak sekali”
“Bukan memekku, tapi kontolmu yang kegedean”
Harry semakin mempercepat gerakan kontol dia di memek Ginny.
“Terus, lebih cepat Harry, lebih cepat. Aku mau dapet”
Akhirnya Ginny orgasme yang pertama pagi itu. Lolongan Ginny seperti lolongan werewolf memanggil temannya
Harry yang tahu Ginny sudah mendapat orgasme yang pertama, tidak berhenti malah semakin mempercepat gerakan kontollnya.
“Ahh Harry, aku capek, pelankan sedikit”
“Tidak bisa Ginny, memekmu enak sekali”
“Ohhhhh, harry, kamu kuat sekali”
Harry yang bosan dengan gaya itu, mengangkat Ginny kepangkuannya sehingga mereka duduk dan toket Ginny persis dedepan mulutnya. Tanpa menghentikan genjotan di bawah, Harry langsung mengenyot toket Ginny.
Ginny yang mendapat serangan kedua di toketnya, akhirnya menyerah dan merasa kalau orgasmenya yang kedua sudah maud atang.
“Oh harrryyyyy, ak lonte mu, ayo terusssss, aku mau dapet lagiii”
Mendengar Ginny yang bicara kotor, Harry juga merasa akan keluar. Dia tidak terlalu memikirkan berapa lama dia bisa bertahan.
“Ayoooo aku juga mau keluar, sama-sama”
“Ahhhhh”
Bersamaan dengan dirasakanya ada cairan yang menyemprot di kontolnya, Harry menembakkan spermanya langsung ke memek Ginny.
Mereka terdiam beberapa saat sambil menikmati sisa-sisa orgasme masing-masing. Lalu Harry melepas kontolnya yang mulai mengecil dari memek Ginny. Memungut baju dan celananya lalu langsung keluar dari kamar Ginny. Ginny yang merasa semua tulang dibadannya mau copot, langsung tertidur lagi karena kelelahan.[/HIDE]
Monggo dikomen atau dikritisi kurang apa.
[HIDE]
Malam ulang tahun Harry yang ke 17, dia sempat berpikir semuanya sudah berakhir. Dia sudah dewasa secara usia dan dapat melakukan sihir kapanpun dia mau, bahkan dia sudah mendapatkan lisensi untuk ber-appparate. Ulang tahunnya sendiri pun sangat menyenangkan, dirayakan dengan teman-teman dan Keluarga Weasley, yang mana Harry sendiri menginap di rumah mereka selama sisa liburan musim panas.
Mungkin dia dapat dimaafkan kalau dia lupa sama sekali tentang apa yang akan terjadi pada dirinya. Dia tetap punya musuh abadi, penyihir jahat terkuat sepanjang masa yang punya pasukan pelahap maut yang terus menerus mengejar Harry kemanapun dia pergi. Diakuinya kalau dia mengalami beberapa bulan yang sangat buruk. Setelah pengkhianatan Snape yang berujung pada kematian Dumbledore dan juga kematian Bill Weasley. Anehnya, kematian Bill ini malah membawa beberapa keuntungan. Goblin, yang biasanya tidak memihak penyihir manapun, karena mereka menganggap Bill sebagi “Teman Goblin” menjadi memihak pada pada mereka dan secara terang-terangan berperang pada Voldemort. Harry tidak tahu secara spesifik bagaimana bantuan para Goblin, hanya saja pengamanan di Kementrian Sihir jauh meningkat sehingga memberikan pengharapan kalau Kementrian dapat bertahan dari Voldemort setidaknya sampai Harry selesai sekolah di Hogwarts.
Benar, dia awalnya tidak ingin kembali lagi ke Hogwarts, tapi akhirnya karena terus menerus dibujuk oleh banyak orang dia memutuskan untuk tetap melanjutkan pendidikannya. Tapi alasan utama dia kembali ke Hogwarts adalah karena menurut Prof. Mcgonagall, yang sekarang menjadi Kepala Sekolah yang baru, Hogwarts tidak dapat buka kembali kecuali Harry kembali kesana, karena para orang tua terlalu takut untuk mengirim anak-anaknya kembali. Tapi karena mereka melihat Harry sebagai sebuah simbol harapan dan merasa kalau ada Harry disana, kondisi akan lebih aman.
Jadi, seperti yang dapat dibayangkan dengan berbagai peristiwa yang terjadi belakangan, wajar saja kalau Harry tidak sadar akan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Ketika dia akhirnya naik kekasur dan tertidur, mimpi-mimpinya terdiri dari banyak wanita. Wanita yang diciumnya, wanita yang dilihatnya tanpa sehelai benangpun, wanita yang sangat sedang berlutut di hadapannya dan memegang kontolnya. Wanita-wanita ini sebagian dia kenal, seperti Ginny mantan pacarnya dan Hermione teman dekatnya yang biasanya tidak dipikirkannya secara seksual tapi dalam mimpinya dia melihat bahwa toket Hermione lebih besar dari biasanya dan ketika dia sedang mengenyot toket besar itu, dia malah terbangun dan sadar bahwa yang dimimpikannya itu teman dekatnya sendiri.
Tapi, ketika dia terbangun, dia langsung sadar kalau dia merasakan perbedaan besar pada tubuhnya. Dia merasakan kekuatan besar ada dalam tubuhnya. Dia tidak yakin apa yang dialaminya ini, tapi perubahan ini cukup besar sehingga dia merasa kalau secara fisik dia pun ikut berubah.
Akhirnya dia bangun dari kasur, lalu melangkah menuju cermin besar yang ada di sudut ruangan. Dari pantulan yang ada di cermin, Harry melihat badannya menjadi semakin berotot, dadanya bidang, perutnya menjadi six pack, lengannya menjadi bergelombang dan bahkan mata hijaunya menjadi bersinar. Matanya pelan-pelan menuju pangkal pahanya yang mana disana tergantung kontol yang sangat besar. 2x lebih besar daripada biasanya. Urat-urat yang mengelilingi kontolnya menjadi timbul menambah kesan bahwa kontolnya bukan seperti kontol biasa tapi lebih seperti pentungan Troll.
Harry kemudian memakai baju, yang untungnya baju bekas sepupunya Dudley yang ukurannya sangat besar sehingga masih cukup untuk dipakai Harry walaupun dengan perubahan yang terjadi pada dirinya. Lalu dia pelan-pelan turun ke bawah, menuju dapur. Di dapur dia melihat mantan pacarnya Ginny sedang mencuci sayuran dengan hanya menggunakan daster tipis. Ginny belum sadar kalau Harry ada di belakangnya sehingga dia tetap mencuci sayurannya seperti biasa. Harry yang melihat Ginny, terkena siluet cahaya tahu kalau Ginny tidak menggunakan apa-apa lagi di bawah daster tipisnya. Harry dapat melihat bagaiman lekukan tubuh Ginny begitu menggoda, pantat nya yang cukup besar. Pinggir toketnya yang terlihat dari belakang sangat menggairahkan. Tak butuh waktu lama, kontol Harry mulai mengeras melihat pemandangan dihadapannya. Harry pun mencoba menutupi perubuhan di selangkangannya sebelum diketahui Ginny dengan duduk di meja dapur.
Ginny yang akhirnya tahu kalau ada Harry di dapur menoleh dan melihat Harry sedang duduk di meja.
“Kemana mamamu?” Tanya Harry.
“Sedang pergi keluar dengan ayah.” Jawab Ginny singkat.
“Yang lain masih tidur semua?”
“Iya, Cuma kamu yang baru bangun.”
Sambil mengobrol dengan Harry, Ginny dapat merasakan perubahan yang terjadi pada tubuh Harry. Bagaimana baju yang dipakai Harry biasanya kebesaaran, sekarang menjadi sempit, lengan nya yang bergelombang karena ototnya semakin membesar. Ginny menelan ludah melihat bagaimana mantannya itu semakin menggairahkan bagi dirinya. Ginny baru sadar kalau Harry baru melewati ultahnya yang ke 17 dan seperti pada penyihir lainnya Harry mengalami puber sihir nya. Yang sangat berbeda dengan puber yang biasa dialami oleh para Muggle.
Harry yang sadar kalau Ginny sedang menatapnya dengan tatapan seperti macan kelaparan, menjadi semakin salah tingkah. Dia ingat bagaimana dulu mereka ketika pacaran sering curi-curi waktu untuk berciuman di kelas-kelas kosong, dan bagaimana manisnya toket Ginny ketika dikenyot Harry. Hal ini semakin menambah keras kontol Harry.
Ginny yang melihat ada gundukan semakin besar di selangkangan Harry semakin merasa panas di selangkangannya sendiri. Gatal di sekitar memeknya karena melihat otot-otot Harry semakin terasa memuncak yang membuatnya sedikit gemeteran. Memek Ginny mengeluarkan cairan lumayan banyak, yang mana sebagian akhirnya menetes ke lantai. Tidak mau malu pada Harry, mantannya Ginny segera pergi ke kamarnya yang ada di lantai 2 dengan buru-buru-buru
Harry yang terkejut dengan perginya Ginny secara tiba-tiba baru melihat ada beberapa cairan di lantai bekas Ginny berdiri. Pelan-pelan Harry mendekat ke cairan itu, dan menyentuhnya dengan jarinya. Lalu Harry mendekatkan jarinya itu ke hidungnya dan mencium bau yang dulu sangat suka diciumnya, Bau memek Ginny. Harry akhirnya sadar kalau Ginny tadi sedang horny karena melihat dirinya. Harry lalu pelan-pelan beranjak ke lantai 2, ke kamarnya Ginny. Untung bagi Harry karena di lantai 2 ini Cuma ada kamar Ginny, sehingga memudahkan Harry untuk mendekat ke kamar Ginny tanpa diketahui saudara-saudaranya yang lain.
Didepan pintu kamar Ginny, Harry melihat kalau pintu itu tidak tertutup dengan sempurna karena sepertinya Ginny sangat buru-buru untuk masuk ke kamarnya. Pelan-pelan Harry mencoba melihat ke dalam kamar. Di ranjang Harry melihat Ginny sedang terlentang, kakinya terbuka lebar dengan lutut yang tertekuk. Tangan kanan Ginny sedang bergerak-gerak maju mundur tepat di atas memeknya. Kepala Ginny tertutup oleh bantal yang dipegang tangan kirinya agar suara desahannya tidak keluar kemana-mana. Harry yang merasa horny nya sudah sampai keubun-ubun lalu pelan-pelan masuk ke kamar Ginny, menutup pintunya dengan benar lalu mengeluarkan tongkat sihirnya dan berkata dalam hati “Muffliato”, mantra agar suara di ruangan itu tidak terdengar kemana-mana.
Harry langsung membuka semua baju dan celananya sendiri, kontolnya yang memang sudah keras dari dapur berdiri kokoh tanpa terhalang apapun. Harry langsung mendekati kasur Ginny, dengan pelan-pelan memegang tangan kanan Ginny dan menyingkirnkannya. Ginny yang terkejut langsung membuang bantal yang menutupi mukanya dan melihat Harry sedang berdiri telanjang dengan kontol yang berdiri kokoh, saking hornynya, Ginny Cuma bisa mengangguk pelan.
Harry yang merasa sudah medapat ijin, langsung mendekatkan kontolnya ke bibir memek Ginny. Pelan-pelan di sodoknya memek Ginny yang merah merona itu. Ginny menahan suara desahannya ketika merasa memeknya sangat penuh oleh kontol Harry. Harry mendekat ke telinga Ginny,
“Teriak aja, aku sudah menyihir ruangan ini menjadi kedap suara”.
Ginny mendengar itu langsung bersuara
“Ahhhhhhhh”
Harry yang awalnya mendiamkan kontolnya yang sudah bersarang di memeknya Ginny, mulai menggoyangkan pantatnya maju dan mundur.
“Terus Harry, kontolmu jadi besar sekali”
“Ahhh, Ahhh, Ahhh”
“OH, memekmu tambah sempit aja Ginny, enak sekali”
“Bukan memekku, tapi kontolmu yang kegedean”
Harry semakin mempercepat gerakan kontol dia di memek Ginny.
“Terus, lebih cepat Harry, lebih cepat. Aku mau dapet”
Akhirnya Ginny orgasme yang pertama pagi itu. Lolongan Ginny seperti lolongan werewolf memanggil temannya
Harry yang tahu Ginny sudah mendapat orgasme yang pertama, tidak berhenti malah semakin mempercepat gerakan kontollnya.
“Ahh Harry, aku capek, pelankan sedikit”
“Tidak bisa Ginny, memekmu enak sekali”
“Ohhhhh, harry, kamu kuat sekali”
Harry yang bosan dengan gaya itu, mengangkat Ginny kepangkuannya sehingga mereka duduk dan toket Ginny persis dedepan mulutnya. Tanpa menghentikan genjotan di bawah, Harry langsung mengenyot toket Ginny.
Ginny yang mendapat serangan kedua di toketnya, akhirnya menyerah dan merasa kalau orgasmenya yang kedua sudah maud atang.
“Oh harrryyyyy, ak lonte mu, ayo terusssss, aku mau dapet lagiii”
Mendengar Ginny yang bicara kotor, Harry juga merasa akan keluar. Dia tidak terlalu memikirkan berapa lama dia bisa bertahan.
“Ayoooo aku juga mau keluar, sama-sama”
“Ahhhhh”
Bersamaan dengan dirasakanya ada cairan yang menyemprot di kontolnya, Harry menembakkan spermanya langsung ke memek Ginny.
Mereka terdiam beberapa saat sambil menikmati sisa-sisa orgasme masing-masing. Lalu Harry melepas kontolnya yang mulai mengecil dari memek Ginny. Memungut baju dan celananya lalu langsung keluar dari kamar Ginny. Ginny yang merasa semua tulang dibadannya mau copot, langsung tertidur lagi karena kelelahan.[/HIDE]
Terakhir diubah: