Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG High School Detective

Bimabet
mantap...padet dan sekal nih update nya....

:tegang: juga baca adiguna dengan yuna main di mobil...
Lanjutin suhu...hajar terus jangan kendor...
:semangat:
 
Dokternya kalah telak kalo sampe impo ... Hahaha
 
Bimabet
File 67 From Hero to Zero

Larut malam Alex sampai di rumah kediaman inspektur Gozo.

"Tuan Gozo?!.." Alex pelan mengetuk pintu rumah Inspektur bertubuh gempal yang selama ini menjadi mentor Alex di kepolisian itu.

Krieet...!, ketukan ringan Alex malah membuat pintu rumah yang ternyata tak terkunci itu terbuka lebar.

Suasana rumah Gozo sangat sunyi dan senyap tidak seperti biasa-nya, lampu lampu ruangan-pun banyak yang dipadamkan membuat rumah itu nampak suram.

Insting Alex langsung berdering kencang, sesuatu yang tak beres sedang terjadi dalam rumah itu.

Tanpa pamit lagi dengan perlahan Alex melangkah masuk ke dalam rumah Gozo.

Bukan tidak mungkin nyawa Gozo dalam bahaya mengingat sedang maraknya serangan balasan dari WWW terhadap kepolisian.

Alex berjingkat menuju ke bagian belakang rumah tempat kantor Gozo berada. Demi keselamatan dan kenyamanan kerja, jauh jauh hari Gozo sudah memindahkan anak dan istri-nya ke luar Jakarta dalam perlindungan kepolisian.

Deg...jantung Alex berdetak tegang saat melihat bercak darah berceceran di depan pintu kantor Gozo dengan sebuah benda tergeletak di lantai.

Alex mengenali benda itu sebagai pistol-nya, senjata api pemberian kepolisian kepada-nya sebagai fasilitas untuk menjaga diri-nya selama bertugas.

"Hmmm...., bagaimana pistol ini bisa ada di sini?" Alex mengambil pistol-nya di lantai sambil menggumam heran, sebelum mengambil cuti liburan ke Bogor Alex sudah mengembalikan fasilitas senjata api itu pada Jackal, atasan-nya.

Sreet...., sesosok bayangan tampak berkelebat dalam gelap kantor Gozo.

Alex dengan sigap mendobrak masuk dalam ruang kerja Gozo itu.

"Jangan bergerak..."Alex masuk dalam ruang kerja Gozo dan mengacungkan pistolnya dalam posisi siaga ke arah sesosok tubuh yang tergeletak di dalamnya.

Alex langsung mengenali sosok tak sadarkan diri yang bersimbah darah itu sebagai Gozo, inspektur polisi bijak yang murah senyum.

"Tuan Gozo, ohh... tidak!!" Melihat mentor-nya itu terluka parah, reflek Alex mencoba memberi pertolongan pertama pada tubuh penuh luka Gozo di lantai itu.

Alex kuat kuat menekan dada Gozo berulangkali berharap nyawa Gozo dapat tertolong. Alex berusaha sekuat mungkin menyadarkan Gozo hingga seluruh baju dan tubuh Alex basah, penuh berlumuran dengan bercak darah Gozo.

Namun terlambat buat Alex, tembakan di dada dan kepala Gozo amat mematikan, inspektur polisi yang di kenal tegas dalam memberantas organisasi hitam WWW itu sudah terlanjur menghembuskan nafas terakhirnya.

"Tidak... anda tak boleh mati... tidaak" Alex menggeleng gelengkan kepalanya tak terima dengan kematian Gozo.

Di saat sedang berduka sekelebat bayangan sekilas terlihat keluar dari ruang kerja Gozo.

Orang itu pasti pembunuh Gozo!!.

Dipenuhi aura balas dendam, Alex menggenggam erat pistol di tangannya dan kemudian cepat mengejar perginya
bayangan pembunuh itu.

"Jangan larii pengecut!!, saya akan menangkapmu" Alex berteriak gahar, berlari keluar dari ruang kerja Gozo mengejar sosok hitam itu.

Sosok hitam itu berjumpalitan lincah menghindari kejaran Alex langsung menuju ke pintu keluar rumah Gozo.

Pembunuh itu tidak boleh keluar dari rumah ini tekad Alex dalam hati.

Namun Alex kalah cepat, bayang hitam pembunuh itu berhasil menggapai pintu keluar ke halaman rumah Gozo, lebih cepat dari Alex.

Melangkah kilat Alex bergegas menyusul sosok si pembunuh keluar dari rumah Gozo dan...

Blarr... begitu Alex keluar dari rumah Gozo, kedua mata Alex langsung silau akan sorot lampu terang yang mengarah tepat ke arah Alex.

Suara sirine belasan mobil polisi yang mengepung rumah Gozo meraung raung memekikkan telinga Alex.

Pihak kepolisian bergerak cepat mengirim armada-nya begitu mendapat kabar kematian Gozo.

Alex senang dengan datang-nya bala bantuan polisi itu, usaha-nya untuk menangkap pembunuh Gozo bakal lebih mudah.

"JANGAN BERGERAK ALEX!! LETAKKAN SENJATA-MU DAN MENYERAHLAH!!"Jackal yang berdiri di barisan depan barikade polisi berteriak lantang sambil mengacungkan pucuk senjata api ke arah Alex.

Tak ketinggalan puluhan laras senjata api lainnya ikut tertodong ke arah Alex hendak menangkap Alex.

Hei.., hei...hei...!! Kalian salah paham, bukan Alex yang harus kalian tangkap, tapi Shinobi si bayangan hitam yang Alex kejar tadi.

"Hei...saya Alex..., kalian salah sangka saya..." Alex mencoba meluruskan kesalahpaham-an ini.

"Jangan bergerak Alex!!, menyerahlah kami sudah mengepung tempat ini, jangan kau pikir setelah membunuh tuan Gozo kau bisa lari dari sini"Jackal kembali berteriak lantang.

Alex membunuh tuan Gozo??

Deg...!!, kata kata Jackal barusan seketika membuat Alex sadar bahwa diri-nya telah masuk dalam perangkap jebakan licik Shinobi dan Jackal.

Alex melihat baju-nya yang berlumur darah Gozo, sidik jari Alex di rumah dan sekujur mayat Gozo dan pistol di tangannya yang sebelumnya sudah ia kembalikan ke kepolisian.

Hampir dipastikan peluru dari pistol Alex-lah yang digunakan sang pembunuh untuk mengeksekusi Gozo.

Damm..!!, semua alibi di atas jelas jelas menyudutkan Alex dan memvonis Alex sebagai pembunuh Gozo, Alex menatap geram pada Jackal, ayah sekaligus rival-nya itu.

Jackal tersenyum licik, puas melihat keberhasilan jebakannya pada Alex.

"Ho..ho.. mampus kau Alex" batin Jackal, Jackal sengaja membawa banyak polisi kotor yang telah ia suap- kroni kroni WWW untuk ikut menangkap Alex malam ini.

Jackal bersiap memberi isyarat pada para oknum polisi itu untuk menghujani Alex dengan pelor panas.

Pembalasan yang sempurna jika Jackal bisa melihat Alex justru mati di tangan polisi, korps bhayangkara yang selama ini Alex bela dan bangga-kan

"Jangan tembak..!!"terdengar suara penuh berwibawa Jendral Jonathan, kepala polisi menggema mem-pending perintah Jackal yang hendak menembak Alex.

Jenderal Jonathan yang datang menyusul ke TKP pembunuhan Gozo bersama Mathew, tampak tak percaya bahwa Alex telah membunuh mentor-nya itu sendiri.

"Apa-apa-an ini Jackal?" Jonathan tampak mendengus kesal, tanpa koordinasi dengannya lebih dulu Jackal lancang mengerahkan kekuatan full kepolisian untuk menyerbu rumah Gozo.

"Lapor pak, anggota kita Alex telah bersengkongkol dengan WWW untuk membunuh inspektur Gozo" fitnah Jackal dengan keji.

"Hmmm.., apa? Apa kamu ada bukti-nya?" Selidik Jonathan.

"Ini ada transkip transfer ke rekening pribadi Alex sebesar 5milyar, diduga sebagai imbalan untuk membunuh Gozo" Jebakan untuk Alez sudah dipersiapkan dengan sempurna, Jackal dan Shinobi sudah ber-kongkalikong mentransfer uang milyaran ke rekening Alex.

"Tapi..." Jonathan mengkernyitkan dahi, meski bukti hitam di atas putih pengkhianatan Alex sudah sah, tapi kepala polisi itu masih saja membela Alex.

Saat Jonathan dan Jackal sedang berdebat, Shinobi bayangan hitam yang tadi di kejar Alex yang ternyata masih bersembunyi di dekat rumah Gozo diam diam menodongkan pistol-nya ke arah Jonathan.

"Got you Alex!!" Shinobi berbisik pelan dan....

Door..., Shinobi menembak barikade polisi langsung mengincar kepala Jonathan.

"Aaakh....!!" Jonathan berteriak kesakitan saat tembakan meleset Shinobi mengenai lengan-nya.

"Heii...!!, si pengkhianat itu mau membunuh Jendral Jonathan, ayo cepat tembak!!, habisi dia!!"Jackal sang provokator langsung melempar minyak membuat amarah para polisi kembali membara.

Tembakan Shinobi yang dikira berasal dari Alex itu seakan menegaskan pengkhianatan Alex.

Entah siapa yang memulai, para polisi itu kemudian saling bersahutan menembaki Alex yang berdiri di tengah halaman rumah Gozo dengan membabi buta.

Alex yang sadar diri-nya sudah jatuh dalam jebakan keji Jackal berguling cepat di tanah menghindari hujan peluru yang menghambur ke arah-nya.

Alex tak mau menyerah, Alex bertekad untuk bertahan hidup, melarikan diri dan membersihkan nama-nya dari fitnah ini.

Lulusan terbaik Akpol itu melompat, berguling dan berlari menerjang badai peluru, melarikan diri dari rumah Gozo.

"Kejaaar..., bunuuh diaa!!" Suara parau Jackal berkoar-koar tak henti mengharap kematian Alex.

Alex dengan lincah melompati pagar rumah Gozo setinggi satu meter setengah, begitu keluar dari rumah Gozo, Alex terus berlari, berlari dan berlari...

Puluhan polisi mengejar di belakang Alex.

Alex terus berlari cepat tak menghiraukan perih di lengan dan tubuhnya.

Suara desingan peluru terdengar kian samar samar.

Alex terengah engah berhenti di pojok jalan sepi.

Peluru polisi melukai lengan, punggung dan betis Alex, tembakan itu tidak mematikan namun gawatnya Alex bisa mati kehabisan darah.

Alex merobek pakaiannya dan mengikat luka luka tembakan untuk menghentikan pendarahan di tubuhnya.

Alex tak menyangka diri-nya bakal berbalik nasib menjadi buronan polisi.

Tidak ada yang bisa Alex percaya sekarang kecuali Ai.

Sambil tertatih kesakitan Alex menghilang dalam gelap malam dengan tujuan menemui Ai di Bogor.
*****
Bogor tengah malam, Aileen baru saja pulang mengantar Aya yang berangkat ke Jakarta untuk pulang ke London.

Sejak OTT Tanuwijaya, intensitas ancaman dan serangan organisasi WWW di seluruh dunia menjadi meningkat. WWW menebar teror-nya dengan target polisi. Aparat keamanan di berbagai dunia menjadi sasaran pelampiasan balas dendam WWW.

Untuk mengantisipasi serangan WWW, demi keselamatan para agen-nya di luar negeri, Interpol di London memanggil semua agen-nya pulang ke London, termasuk Aya, Rocky dan Tyson.

Ai tiba di depan rumah peninggalan orang tua-nya yang sekarang menjadi rumah Lily, kakak wanita Ai.

Selama di Bogor Ai tinggal bersama Lily, kakak kandung-nya yang berusia 3 tahun lebih tua daripada Ai.

Teras depan rumah Lily dipenuhi banyak bunga dan tanaman hias.

Sudah setahun lebih Lily melepas pekerjaan lama-nya sebagai suster perawat dan memilih melanjutkan bisnis kios bunga mendiang Saras sang ibunda.

Lampu rumah yang belum dinyalakan membuat rumah Lili nampak gelap gulita.

Ai berjalan meraba raba dalam gelap mencari saklar lampu teras rumah.

Sreeek...., terdengar suara gemerisik di dekat rerimbunan tanaman hias di samping rumah Ai.

Ai bergidik ngeri, jangan jangan ada kuntilanak atau genderuwo yang mengikuti Ai pulang ke rumah.

Ai berjalan cepat menubruk dua pot bunga di lantai, ingin segera masuk dalam rumah-nya.

Kreswk... kreswk... suara gemerisik itu semakin kencang saja.

"Ai..., Ai..."terdengar bisik pelan memanggil nama Ai.

Hiii...takuut!!, tubuh Ai langsung merinding disko, saat si "makhluk halus" itu memanggil jelas nama-nya.

Dengan tangan gemetar, buru buru Ai memasukkan anak kunci rumahnya.

"Ai...tolong, ini aku Alex.."bisik manusia di balik rerimbunan pohon itu.

"Alex?" Ai menajamkan pendengarannya, sosok di balik tanaman itu bener Alex atau genderuwo yang menjelma jadi Alex ya?

Kalo menghadapi setan Ai takut, tapi kalo orang jahat Ai siap menghajar-nya dengan jurus jurus judo Ai.

Dengan berjingkat takut Ai mendekati suara kreswk kreswk misterius itu.

"Alex!!, Alex kenapa?" Ai melongok ke balik pohon dan terkejut saat mendapati Alex dalam keadaan penuh luka tembak di tubuhnya.

Baru tadi siang Alex pamit pulang ke Jakarta dan kini Alex sudah kembali ke Bogor.

Setelah melarikan diri dari rumah Gozo dengan menggunakan motor curian Alex langsung pergi ke Bogor.

"Ai... WWW dan Jackal menjebak-ku, hati- hati...., jangan lapor polisi, banyak mata- mat..."belum sempat menyelesaikan kalimatnya Alex rubuh ke lantai tak sadarkan diri.

"Alex..."Ai menjerit histeris melihat kondisi kekasihnya yang penuh luka itu.

Ai memeluk erat Alex, Alex kehabisan banyak darah dan peluru peluru dalam tubuh Alex harus cepat dikeluarkan.

Dengan posisi Aya sudah di London, Ai kebingungan mau minta bantuan pada siapa.

Dengan mengkerahkan semua tenaganya tubuh mungil Ai memanggul Alex ke rumah pohon persembunyian mereka saat kecil yang ada di hutan belakang rumah Lily.

Ai menyelimuti tubuh Alex rapat rapat.

Mendadak Ai teringat pada profesi lama kak Lily sebagai suster sebelum kakak-nya itu mengelola kios bunga Saras.

"Kak Lily, Ai harus minta tolong sama kak Lily!" Desis Ai.
*****
Begitu kabar kematian Gozo terpublikasi, tayangan televisi tak henti menayangkan foto wajah Alex, pahlawan polisi yang ironis-nya kini menjadi kriminal buronan yang paling diburu oleh kepolisian.

Red notice sudah dikirim ke seluruh kepolisian wilayah se-Indonesia. Ribuan personil polisi dikerahkan untuk mencari Alex.

Beruntung Alex sudah lebih dulu tiba di Bogor sebelum status buronannya itu diterbitkan.

"Bravo Shinobi, detektif sekolah amatir itu sekarang menanggung akibatnya karena sudah berani melawan WWW"kekeh Jackal sambil menyulangkan segelas sampanye ke Shinobi.

Setelah kematian Gozo, Jackal mengajak Shinobi bertemu di tempat rahasia untuk merayakan keberhasilan menjebak Alex.

Namun meski kini Alex sudah jadi buronan polisi, Shinobi sepertinya masih nampak belum puas.

Hanya kematian Alex yang Shinobi inginkan saat ini.

"Jackal, apa mayat anak ingusan itu sudah ditemukan?" Tanya Shinobi, tak menikmati rasa sampanye di gelasnya.

"Belum Shinobi, tapi kepolisian seluruh Indonesia kini sedang memburu-nya wkk...wkk..."tawa Jackal.

"BODOH!!, SEBELUM PASTI KEMATIAN ALEX KITA TIDAK BOLEH LENGAH!!" Shinobi membanting gelas di tangan hingga hancur berkeping keping.

Nyali Jackal langsung ciut.

"Maaf ....maaf Shinobi..."

"Grr....apa kamu tahu kira kira kemana bocah itu kabur?" Tanya Shinobi dengan mata merah menahan amarah.

"Bocah itu tidak punya teman dan back up lagi saat ini, kecuali..." Jackal mendesis pelan saat teringat gadis mungil berdada besar berwajah lolli yang jadi obyek coli favorit-nya.

"Kecuali...?"selidik Shinobi.

"Aileen..., hanya Ai, Alex cuman bisa lari ke rumah Ai di Bogor..." gawat ini, Jackal tepat sekali menebak tujuan persembunyian Alex.

"Aileen, Bogor...??"Shinobi kenal dengan sosok gadis cantik kekasih Alex itu. Dua orang itu lengket bagai perangko, jadi amat wajar jika Alex berlindung pada Ai.

"Ya, Alex pasti ke Bogor!!"Jackal mengangguk mantap.

"Hmmm... kalo begitu saya akan mengirim para attacker sekarang juga ke Bogor!" setelah mengetahui keberadaan Alex, Shinobi tersenyum lega.

Malam itu juga Juve, pimpinan para attacker dan si kembar gila Puma-Panther berangkat ke Bogor.
*****
Lily melipat kedua tangannya erat di depan dada mencoba menghangatkan tubuhnya dari dinginnya udara malam saat duduk menunggu di klinik dokter Daniel di tengah kota Bogor.

Lily memiliki paras cantik dengan kulit putih mulus membalut tubuh tinggi langsing-nya, meski tubuh Lily tak semontok Ai, namun buah dada cup 32D yang menggelayut di dada gadis berusia 20 tahun itu tidak kalah indah dan menggiurkan dibanding Ai.

Setiap pria bakal bingung apabila harus memilih salah satu di antara Ai atau Lily untuk menjadi calon istrinya.

Saudari Ai itu memiliki sejarah penyakit asma yang cenderung akut jika tidak rutin mendapat perawatan. Sudah dua tahun sejak Lily sembuh dan kini mulai timbul kembali gejala gejala penyakit asma Lily hendak kumat.

Malam ini karena terlambat mendaftar Lily mendapat urutan antre-an terakhir saat hendak memeriksa kondisi penyakit asma-nya pada dokter Daniel.

Dokter Daniel adalah dokter paling terpandang di kota Bogor ini, teman lama Iichiro ini mengelola sebuah klinik pribadi.

Dokter Daniel-lah yang merawat penyakit asma Lily sejak kecil hingga sembuh dua tahun lalu.

Jam 12 malam, suasana ruang tunggu klinik dokter Daniel sudah sepi, hanya tinggal Lily seorang saja.

"Nona Lily silakan masuk"panggil suster Rianty, perawat yang merangkap resepsionis di ruang praktek dokter Daniel.

Sudah larut malam, Lily cepat melangkah masuk ke ruang praktek dokter Daniel yang berisi satu set meja kerja, almari alat,obat dan sebuah bed tempat diagnosa pasien di tengah ruangan.

Begitu mengantar masuk , karena banyak file pekerjaan yang harus direkap, Rianty meninggalkan Lily ruang praktek dokter.

"Ahh... nona Lily, lama tak bertemu.." Dokter Daniel yang berusia paruh baya menjilat bibirnya, dokter senior yang menjadi langganan keluarga besar Saras di Bogor itu menyapa ramah Lily.

Lily yang polos membalas sapaan dokter Daniel ramah.

"Anak ini makin cantik saja" Daniel duda satu anak itu memuji ke-geulis-an Lily dalam hati sambil melirik ke dada Lily yang membusung.

"Ada apa neng, koq tumben main ke sini lagi"tanya dokter Daniel.

"Ini dokter, Lily sering sesak nafas lagi, asma Lily sepertinya mau kumat lagi."keluh Lily pada dokter Daniel yang sudah menjadi dokternya sejak Lily berusia 5 tahun, hingga sudah dianggap orang tua sendiri oleh Lily.

Dokter Daniel menjilat bibirnya yang menjadi kebiasaan dokter senior itu sambil diam diam kembali melirik ke tonjolan buah dada Lily.

"Uedan..., Susu Lily gede banget, pantes aja nafasnya sesak mungkin gara gara jantungnya kedesak ama susu gedenya itu hee..he.."dokter Daniel bergumam mesum dalam hati.

"Lily silakan duduk sini dulu, coba Oom periksa"Dokter Daniel mengeluarkan stetoskop dari laci mejanya.

Lily dengan patuh duduk di atas bed pasien di samping meja kerja dokter Daniel.

Sudah larut malam, Lily ingin cepat pulang, kasihan Ai sendirian di rumah.

"Coba sini Oom periksa detak jantungnya" Dokter Daniel berdiri berhadapan dengan Lily kemudian mengulurkan stetoskop di tangannya ke arah dada membusung Lily.

Dokter Daniel menempelkan bagian bulatan stetoskop ke dada Lily.

"Yang sering sesak di sini?"tanya dokter Daniel sambil menekan nekan sekitar tulang belikat Lily.

"Ya Oom, di sana kadang kadang nyeri..."jawab Lily.

"Hmm... coba Oom cari bagian lain yang nyeri ya"dokter Daniel lagi lagi melirik gundukan montok di dada Lily.

Dokter Daniel menekan nekan stetoskop-nya ke seluruh bagian dada Lily, semakin lama makin turun hingga...

"Aaaihh...."Lily memekik pelan saat tangan dokter Daniel tak sengaja menyenggol bulatan payudara kanan Lily. Tubuh perawan Lily belum pernah dijamah atau disentuh pria mana-pun.

Wajah Lily sontak merona merah malu saat tubuh sensitifnya itu disentuh pria.

"Woow... empyuk banget..." gumam Dokter Daniel dalam hati sambil pura pura sok cool di depan Lily, namun dalam hati bersorak senang mendapat durian runtuh payudara Lily.

Harus Daniel akui, Lily kecil yang dulu ia rawat kini telah berubah menjadi gadis sintal sempurna yang menggiurkan.

Setan biadab mulai meracuni pikiran dokter kepercayaan warga Bogor, kejantan-an duda yang sudah di tinggal cerai istri-nya 15 tahun itu menggeliat hebat.

Dokter Daniel tahu betul karena saking percaya-nya Lily pada-nya, gadis polos di depannya itu pasti akan patuh menuruti segala perintahnya.

Sebuah ide busuk terlintas dalan benak dokter Daniel.

"Hmmm..., wah susah ini.." Daniel memasang wajah serius kebingungan.

"Ada apa Oom, ada yang salah dengan detak jantung Lily ya?"tanya Lily lugu.

Tidak..., ooh tentu saja tidak ada yang salah dengan payudara mengkal yang membunting di dada-mu itu Lily, Oom cuman gemes dan pingin mencobai bulatan kenyal itu, pikiran kotor merajalela dalam benak dokter Daniel.

"Ooh enggak, cuman Oom takut hasil pemeriksaan detak jantung dengan stetoskop Oom ini kurang akurat saja"jelas dokter Daniel.

"Kurang akurat? memang ada yang salah Oom.."tanya Lily.

"Ohh, jangan galau gitu dong Ly, semua baik baik saja koq, cuman stetoskop Oom sedikit kesulitan membaca detak jantung Lily karena terhalang baju yang Lily pake sekarang, kain-nya terlalu tebal Ly, jadi stetoskop yang Oon pake ini jadi kurang peka membaca frekuensi detak jantung Lily."Dokter Daniel mulai melancarkan muslihat jahat-nya.

"Nnngh... jadi baik-nya gimana ya Oom?"tanya Lily polos.

"Oom sebelumnya minta maaf dulu ya Ly, tapi kalo pingin hasilnya akurat, Oom minta tolong coba baju Lily di angkat dikit ya biar Oom bisa periksa dada kamu" si serigala berbulu domba mulai memburu mangsanya.

"Gluuk... Lily harus buka baju?"Lily berbisik pelan wajahnya bersemu merah apel.

Dokter Daniel menggeleng pelan.

"Baju Lily cuman perlu disingkap sedikit saja koq, masa sama Oom sendiri Lily malu sih?" Rayu dokter Daniel.

Lily sudah menganggap dokter Daniel seperti orang tua-nya sendiri jadi Lily yakin permintaan dokter Daniel pada-nya untuk membuka pakaiannya itu murni permintaan seorang dokter profesional pada pasiennya. Lily percaya dokter Daniel tak mungkin berbuat macam macam padanya.

Sambil menundukkan wajahnya malu, Lily perlahan menggulung baju yang ia kenakan ke atas hingga bagian dada Lily yang mulus sentosa terbuka.



Dokter Daniel tercekat melihat dada Lily yang putih mulus, cup bra kekecilan yang mengkekang kedua bulatan payudara besar Lily menciptakan celah cleavage yang indah menggiurkan di belahan dada gadis 20 tahun itu.

Dokter Daniel menjilat bibir bawah-nya tertegun menatap kesempurnaan gunung merbabu di dada Lily itu.

"Bra-nya sekalian di angkat dikit ya Ly..."

"Kyaa....., jangan Oom!"Lily memekik panik saat tanpa menunggu persetujuan-nya lagi, dokter Daniel dengan lancang seenaknya saja menyibak kedua cup bra yang membungkus payudara Lily, hingga buah dada Lily nan indah itu kini polos telanjang di hadapan dokter Daniel.

Lily cepat cepat menyilangkan kedua lengannya ke depan dada gembul-nya untuk menutupi ketelanjangannya, namun tangan dokter Daniel lebih cepat menyodorkan stetoskop di tangan-nya menyentuh puting merah muda di puncak payudara Lily.

"Kyaaa.... geli...uuuhh..!!" Lily menggelinjang hebat saat bulatan logam stetoskop yang dingin itu menggesek puting sensitifnya.

"Jangan...!!, dada Lily jangan ditutup pake tangan. Jangan takut Oom cuma mau periksa jantung Lily"gombal dokter Daniel sambil memasang mimik muka serius.

Melihat akting Daniel yang menyakinkan itu, akhirnya Lily pasrah saja membiarkan stetoskop dokter Daniel menggerilya payudara sintal-nya.

Dokter Daniel menjilat bibir bawah-nya sengaja menyentil nyentil puting kanan susu Lily yang imut menggemaskan dengan stetoskop di tangannya.

"Nnnghh... nnnghhn...!"Lily duduk resah di atas kasur periksa, sekuat tenaga menahan rasa geli dan gatal yang merajam kedua puting susu-nya itu.

Melihat Lily pasrah diperdaya oleh-nya membuat dokter Daniel jadi kepengen mencabuli Lily lagi, lagi dan lagi...

"Hmm..sudah saya duga, asma Lily bisa kumat lagi pasti ada hubungannya sama payudara Lily"dokter Daniel menerbitkan diagnosa asal bunyi demi mendapatkan tubuh Lily.

"Payudara Lily?, emang apa yang salah dengan payudara Lily Oom?"Lily pernah belajar menjadi perawat dan selama ini Lily belum pernah tahu ada study yang menjelaskan korelasi antara penyakit asma dengan payudara.

"Buka...!"Dokter Daniel merogoh saku baju putihnya dan mengeluarkan sebuah tali meteran dari saku itu.

"Buka...? Maksud Oom?"Lily bingung dengan instruksi dokter Daniel.



"Hmm... baju Lily dibuka saja, Oom mau mengukur volume dada Lily supaya Oom bisa menghitung dosis obat yang tepat buat mencegah asma Lily kumat lagi"

Hah..apa? apa Lily ga salah dengar ya? Oom Daniel menyuruh Lily melepas semua baju atas-nya komplit plus bra ketat yang Lily kenakan.

"Lho koq Lily malah ngelamun?, ini udah larut malam lho.."dokter Daniel tidak sabar melihat baju Lily terlucuti dari tubuh gadis ayu itu.

Lily melirik jam di dinding yang sudah menunjuk jam 12 malam, Ai di rumah pasti khawatir apabila Lily selarut ini belum pulang.

Lily akhirnya menyanggupi perintah Daniel karena Lily berpikir Dokter Daniel yang terhormat itu tak mungkin mengkorbankan reputasi hebatnya untuk mencabulinya.

Slurut..., melalui sela ketiak baju yang Lily kenakan terlolosi dari tubuh putih mulus Lily.

Gluk...!, dokter Daniel lagi lagi menjilat bibir bawahnya. Pura pura mencatat keluhan Lily di catatan historis pasien, ekor mata dokter Daniel melirik cermat mengintip bulatan kedua payudara Lily yang berayun pelan akibat gerakan Lily melepas bajunya tadi.

Payudara yang tak pernah sekalipun dijamah oleh seorang pria itu terlihat sangat kenyel dan elatis, hmmm.... bener bener yummy...!!

Kini Lily duduk berhadapan dengan dokter Daniel dengn tubuh bagian atas polos tanpa sehelai benang-pun menutupi properti megah di dada Lily.

"Eeh..., Jangan di tutupi pake tangan!!"melihat gerakan tangan Lily yang hendak menutupi buah dada-nya, dokter Daniel cepat cepat melarangnya.

Deg...deg..., Selarut ini berdua saja dalam satu ruangan bersama dokter Daniel apalagi dalam kondisi setengah telanjang begini membuat jantung Lily berdetak cepat, perasaan takut campur aduk dengan rasa malu.

Lily berharap sesi kontrol dengan dokter Daniel ini cepat berakhir.

Dokter Daniel berdiri dan berpindah berdiri di belakang Lily.

"Coba sini Oom ukur dulu ya lingkar dada Lily" melalui sela sela ketiak Lily dokter Daniel melingkarkan seutas tali meteran mengelilingi dada Lily tepat di bagian payudara Lily.

"Nnghh.." Lily pasrah tak berdaya saat dokter Daniel menarik tali meteran itu hingga melilit kedua pentil payudara-nya kencang.



Dokter Daniel tersenyum mesum, ditariknya lagi kuat kuat tali meteran yang melingkar di dada Lily hingga tali plastik selebar satu centi itu menggencet dan menjepit puting susu Lily kencang.

"Aahh... sakit Oom...aaahh!!" Lily merintih kesakitan saat dokter Daniel sengaja memutar mutar tali meteran yang membelit susu Lily itu hingga kedua puting payudara Lily terpelintir dan tergesek gesek tali kasar itu.

Erang kesakitan Lily membuat dokter bejat itu makin konak saja.

"Sakitnya di tahan dikit ya Lily, sebentar lagi selesai koq"dokter Daniel tersenyum mesum saat melihat kedua puting sensitif susu Lily yang tergesek gesek tali meteran di tangannya itu berlahan membesar.

"Aaah... aaah...."Lily mendesah saat tali yang mengelilingi dadanya itu makin kuat menjepit putingnya, Sakit...tapi Lily sekaligus merutuk-i puting susu sensitif-nya yang malah terangsang dan membengkak karena tergesek tali yang melilitnya itu.

"Hmmm... 32B atau 32D ya?, Ukuran dada kamu sungguh spesial Lily, Oom jadi ragu ragu dan penasaran sama ukuran yang sebenarnya"dokter Daniel melepaskan tali yang melingkar di dada Lily dan kembali berpindah posisi berhadapan dengan Lily.

"Memang ukuran dada Lily buat apa Oom?" Selidik Lily yang mulai curiga dengan tingkah genit dokter Daniel yang matanya tak pernah lepas nanar menatap-i bongkahan payudara Lily dari tadi.

"Lho jangan under estimated seperti itu Lily, ukuran dada Lily ini jelas besar pengaruh-nya sama penyakit asma yang kamu derita ini. Makanya Oom kudu bener bener memastikan ukuran dada kamu..." teori cabul penuh dusta meluncur dari mulut gombal Daniel.

"Gimana Oom?, apa Oom mau mengulang mengukur lingkar dada Lily lagi?"tanya Lily panik.

"Hee... hee..., iya Oom harus mengukur ulang ukuran dada kamu, tapi kali ini tidak menggunakan tali meteran lagi" jawab Daniel sambil mengulurkan kedua tangannya ke arah bongkahan payudara montok Lily.

"Kyaa....., Oom..., jangan kurang ajar!!"Lily menjerit protes saat tiba tiba tangan kasar Daniel mencengkeram dan langsung meremas remas buah dada punel Lily.

"Udah Lily nurut dan diem saja, Lily kepengen asma Lily sembuh kan?"rayu dokter Daniel.

Lily teringat siksa sesak nafas akibat asma yang dideritanya. Positif thinking saja Lily, siapa tahu emang begini cara menyembuhkan sakit asma menahunnya.

"Tapi...tapi...uuungh..."Lily melenguh saat dokter Daniel memerah payudara kanan-nya.

"Kalo diukur langsung pakai tangan hasilnya lebih afdool Ly..., Oom bisa pas menentukan besar cup payudara kamu" Dokter Daniel berkata ngibul demi mendapatkan kesempatan menggrepe dada Lily.



Gyut... gyut..., tak ada perlawanan dari Lily membuat dokter Daniel kian gencar meremas remas gemas payudara montok Lily yang melumer hangat dalam genggaman tangannya.

"Ooh... susu kamu empuyuk banget Lily, hhmm...lembut, alus... dan woow..!! gede banget...!!" Dokter Daniel tak tahan lagi dan meracau memuji ke-molek-an payudara Lily yang sedang penyot penyot teremas remas dalam genggaman tangan dokter Daniel.

"Sudah ... please stop Oom..." Lily makin risih saja pada tangan tangan nakal dokter Daniel yang menggerayangi payudara-nya itu.

Dokter Daniel yang sudah menduda belasan tahun memanfaatkan momen ini untuk memuaskan dahaga-nya akan tubuh wanita.

Payudara Lily dalam genggaman tangannya itu diunyel-unyel seenak-nya, sebentar di elus elus, sebentar di remas, sebentar di tepok tepok dan kemudian ganti di remas remas kasar lagi.

Setelah lebih lima menit Dokter Daniel mengkendurkan cengkeraman tangannya yang mengowol owol susu Lily.

Kulit payudara Lily yang putih mulus tampak ganti merona merah di sana sini meninggalkan noda setelah diobok obok dokter durjana itu.

"32 D...pasti 32D...!!"gumam dokter Daniel seraya ganti mencubit dan memilin milin kedua pentil susu Lily hingga Lily meringis kesakitan.



"Jangan... jangan... Oom..!!"Lily terisak saat dokter Daniel terang terangan melecehkan tubuhnya dengan melinting linting kedua pentil susu imut-nya itu.

"Payudara kamu indah sekali Lily, apalagi puting susu kamu yang imut, oooh... sungguh mungil dan menggemeskan"puji dokter Daniel terang-terangan.

Meski sudah jelas dokter Daniel telah bermaksud mencabuli-nya, namun karena segan dan rasa hormatnya pada dokter senior itu membuat dari tadi Lily hanya bisa pasrah saja membiarkan tangan tangan kotor Daniel menggerilya dada-nya.

Lily akhirnya memberanikan diri untuk melawan pelecehen itu.

"Apa asma Lily ada obat-nya Oom?" Dengan sopan Lily menepis tangan Daniel yang menempel di dada-nya, dan mencoba mengalihkan perhatian dokter Daniel supaya fokus lagi pada penyakit asma Lily.

"Obat?, obat untuk susu gede Lily?..eeh untuk asma Lily maksud saya"Wajah Dokter Daniel nampak ketus ketika Lily melepaskan cengkeraman tangannya yang sedang asyik meremas-i dada Lily.

Dokter Daniel tersenyum kecut apalagi ketika Lily kemudian mem-barikade buah dada-nya dari ancaman Daniel dengan tegas menyilangkan kedua tangan di depan dada montok Lily.

Dokter Daniel menjilat bibir bawahnya, sebuah ide cabul kembali melintas di otak ngeres-nya.

"Ada... ada ini Oom resep-in obat minum buat kamu, tapi Oom khawatir asma kamu udah akut, jadi supaya pemulihannya cepat biar Oom bantu pakai antibiotik suntik"Dokter Daniel kembali ke bangku kerja dan mencoret coret resep untuk asma Lily.

Lily bernafas lega karena investigasi di dada-nya sudah selesai.

EITTS..!!, tapi jangan seneng dulu Lily karena kamu belum menyadari niat-an busuk dokter Daniel selanjutnya.

"Sekarang kamu berbaring dulu saja di kasur Ly, ini Oom suntik biar kamu cepet sembuh"dokter Daniel mengambil obat dan alat suntik di meja kerja-nya.

Dokter Daniel bersiap menyuntikkan jarum suntik ke pantat Lily.

Tanpa prasangka buruk pada dokter langganan keluarga-nya itu Lily kemudian berbaring menelungkup di bed periksa pasien.

Dokter Daniel tersenyum licik, alih alih menyiapkan antibiotik untuk Lily, Daniel malah mengisi jarum suntik di tangannya dengan obat penenang dosis tinggi.

Efek obat penenang ini akan menimbulkan rasa nyaman, ngantuk, membuat tubuh lemas, hingga pemakai-nya bisa tak sadarkan diri.

"Sini saya suntik dulu" dokter Daniel menjentik ujung jarum suntik yang tajam.

Lily memandang ngeri ke arah jarum di tangan dokter Daniel.

"Jangan takut Lily, ini tidak akan sakit koq"rayu dokter Daniel berjalan mendekati Lily yang menelungkup di bed pasien.

"Unngh..."tubuh Lily menggelinjang saat dokter Daniel menyingkap rok dan celana dalam Lily hingga bulatan bokong putih Lily menyembul keluar.

"Gluuk... putih bener...digigit pasti uenak ini...."dokter Daniel meneguk ludah membayangkan meng-unyah bokong punel Lily yang menggiurkan.

Dokter Daniel tak sabar menusuk-kan jarum di tangannya ke bulatan pantat Lily, setelah disuntik dengan obat penenang tubuh Lily akan lemah karena efek obat penenang sehingga tubuh semlohai itu akan sah jatuh dalam cengkeraman dokter Daniel.

"Oom... Lily takut disuntik...aiyaaa...!"tubuh molek Lily menggeliat saat jarum suntik menyengat buah pantat-nya.

Dokter Daniel terus menyuntikkan obat penenang ke pantat Lily hingga tuntas, meninggalkan rasa panas di permukaan kulit pantat Lily.

Pinggul Lily tersentak sentak ke atas, pantat putih mulus itu menyundul nyundul indah.

Goyangan buah pantat Lily yang menggeyol kesakitan itu seketika membuat pertahanan etika dokter Daniel ambrol, dalam benak dokter Daniel kini hanya ada tekad untuk menyetubuhi tubuh molek gadis 20 tahun yang ada di ranjang praktek-nya itu.

Sesaat setelah disuntik Lily merasakan kantuk melanda dan kepalanya terasa ringan.

Badan Lily menjadi lemas sekali tak bertenaga hingga untuk bangkit dari bed pasien saja Lily tak sanggup.

"Oom... aduh... Lily lemes banget Oom..., Lily di suntik pakai obat apa?"Lily meminta tolong pada dokter Daniel.

Dokter Daniel menjilat lidah bawahnya dan tersenyum mesum.

"Itu adalah obat penenang APTX produksi USA, setelah mengkonsumsi-nya tubuh kamu akan tenang, rileks dan lemas seperti sekarang Lily..."Dokter Daniel mencerocos menjelaskan obat yang baru diinjeksi ke bokong Lily.

"Obat penenang... untuk apa?"tanya Lily polos.

"Obat penenang itu untuk membuat Lily relaks dan tidak akan berontak lagi hee.... hee..." wajah dokter Daniel yang kalem dan bijak berubah bengis dan cabul, kemudian...

Breet... breet... dengan kasar dokter Daniel merobek paksa dan menarik lepas rok panjang yang menutupi paha dan tubuh bawah Lily itu.

"Kyaaa.... jangan Ooom.... jangan..."Lily menjerit ketakutan namun tubuhnya seakan lumpuh tak bisa digerakkan.

Dokter Daniel melemparkan robekan rok Lily ke lantai kemudian menyeringai jahat menatap bokong Lily.

"Sekarang kita periksa anal dan tempik kamu yang cantik itu neng! Hii...hii..."dokter Daniel terkekeh.

Tanpa perlawanan dari Lily dengan mudah dokter Daniel menarik dan mengangkat pinggul Lily ke atas hingga posisi Lily di atas bed kini menungging dengan posisi pantat menonjol ke atas.

Slurut... celana dalam mungil yang Lily kenakan di tarik paksa oleh dokter Daniel hingga menyusul melorot lepas, meluncur melalui sela paha mulus Lily.



"Jangan... Lily ga mau!!" Lily merengek menangis, merasa sungguh malu dan hina karena dipaksa mempertontonkan tubuh perawan-nya dalam posisi memalukan di hadapan pria tua yang seumur-an kakek-nya itu.

"Lepasin Lily..."Lily menjerit histeris saat merasakan tangan kotor Daniel masuk menggerayangi anal-nya.

Daniel mencengkeram dua bantalan bokong Lily itu, dengan kasar dokter Daniel membelah sela bulatan bokong Lily hingga kuntum anal Lily di tengahnya mekar merekah lebar.

"Huu... huuu... anal perawan memang yahud..."dokter Daniel menusukkan jari kelingking-nya menembus kuntum anal Lily membuat tubuh Lily menggelinjang dan melengkung huruf U kesakitan.

Otot Anal Lily menciut dan bereaksi spontan menjepit kencang jari dokter Daniel di dalamnya.

Nduut...nduut...liang anal Lily berdenyut denyut singset menyedot nyedot jari kotor Daniel itu.

"Uedan... imut dan ...rapet banget, anal Lily is the best hii...hii..."dokter Daniel tertawa, seakan tak puas dokter Daniel mendorong jari makin dalam mencoblos anal Lily dan kemudian mengkorek korek liang tabu itu.

"Aiiyaa.... aaaiyaa... sakit... aaakh... lepasin Lily" kenikmatan yang di dapat dokter Daniel berbanding lurus dengan derita dan sakit yang mendera pantat Lily.

Clep...clep..clep... dokter Daniel mencelup celupkan jari-nya ke liang anal Lily yang kering kerontang itu membuat pinggul Lily mengejan perih.

Plop... puas mengorek orek anal Lily, dokter Daniel akhirnya menarik keluar kelingking yang menancap di anal Lily itu.

Tubuh Lily ambruk mendlosor di atas bed, lemas oleh rasa perih di sela pantatnya itu.

"Sniff...snifff.... hmmm.... harum-nya" dokter Daniel mengendus endus menikmati aroma khas yang semerbak di kelingkingnya itu.

"Dasar orang gilla.."maki Lily.

"Hee...hee... jangan marah Lily, sebentar lagi saya akan membuatmu kelojot-an nikmat!" Dokter Daniel menyeringai, membuka bagian depan celananya hingga batang konti-nya menjulur keluar.

Konti berukuran sedang yang keriput dengan bulu lebat tegang menggandul gandul di selangkangan sang dokter.

Dokter Daniel berniat menyuntik Lily dengan jarum.. eh... pentol suntik pribadi-nya.

"Hee... neng Lily sini biar Oom petik perawan-mu hee.."dokter Daniel naik ke atas bed dan duduk berlutut menghadap pantat Lily yang menungging ke atas.

"Jangan... Lily ga mau... pergi..!!"teriak Lily panik saat dokter Daniel menempelkan dan menggesekkkan selangkangannya ke bongkahan montok bokong Lily seperti anjing minta kimpoi.

Lily merasa jijik saat dokter Daniel memaksa menempelkan konti keriput-nya itu ke kulit alus paha Lily.



"Istimewa.... istimewa sekali... tubuh Lily bener bener istimewa.."dokter Daniel memanjat ke bokong Lily dan dengan ganas mendusal dusalkan konti-nya ke sela belahan pantat Lily mencari kuncup tempik perawan Lily.

"Jangan... hik...hik..."air mata berlinang di pelupuk mata Lily, rasa ngeri menghantui-nya saat merasakan pentol konti dokter Daniel menonjok nonjok bibir tempiknya yang tembem itu.

Dengan sisa tenaga Lily mengibas ibaskan pantat-nya berkelit dari sodokan konti dokter Daniel.

Konti Daniel yang hanya setengah tegang karena faktor usia dan bibir vagina Lily yang masih kering karena belum terlumasi sempurna oleh cairan Lily membuat konti keriput dokter Daniel berulang kali meleset untuk menjebol liang perawan Lily.

Dengan gusar dokter Daniel mengkocok kocok kontinya supaya tegang maksimal, kali ini dibidiknya titik mulut vagina Lily setepat mungkin, kali ini pentol konti dokter Daniel tidak mungkin meleset lagi menjebol tempik Lily.

"Hiaaa.... "dokter Daniel meraung keras bersiap memperawani Lily, namun....

Tok...tok... tok.... terdengar suara ketukan keras di pintu ruang praktek dokter Daniel membuat si dokter melonjak kaget dan suntikan titit-nya ke tempik Lily lagi lagi meleset.

Tok...tok... tok... suara ketukan terdengar sekali lagi membuat Daniel melompat turun dari tubuh Lily.

"Siapa sih ganggu saja nih!!" Bentak dokter Daniel ke arah pintu.

"Ini Arianty dokter, Maaf ganggu... Arianty pamit pulang dulu ya..." terdengar suara suster berwajah manis Arianty berpamitan.

Suster Arianty, perawat yang bekerja di klinik dokter Daniel berpamitan pulang karena jam kerja-nya sudah lewat.

"Iya, silakan pulang saja"jawab dokter Daniel ketus.

"Tolong.... tolong ... Lily..."Lily berteriak memelas minta tolong. Arianty-lah harapan terakhir Lily untuk lolos dari malam durjana-nya itu.

Tidak ada jawaban dari Arianty, suasana depan ruang kerja dokter Daniel juga sepi senyap.

Takut kehabisan angkutan umum karena sudah larut malam, setelah berpamitan Arianty langsung buru buru pulang.

Lily kini benar benar seorang diri di dalam ruang praktek dokter Daniel.

"Kini tidak ada lagi yang mengganggu kita hii... hii..."dokter Daniel melangkah perlahan ke tempat Lily berbaring pasrah.

"Kyaa...."Lily memekik saat dokter Daniel membalik posisi tubuhnya hingga kini Lily ganti terbaring menelentang di atas bed pasien.

"Jangan... lepasin Lily Oom..." Lily merengek memohon iba saat dokter Daniel menangkap kaki Lily dan kemudian merentangkan kedua paha Lily lebar ke samping hingga Lily berbaring dengan kaki mengangkang di atas bed.



Dengan kaki membentang luas seperti ini dokter Daniel dengan jelas dapat memandang puas panorama elok kemaluan Lily yang menggiurkan.

Lesung tempik perawan Lily tersembunyi di balik belahan bibir Vagina Lily yang tembem di tengah kemaluan Lily, tepat di bawah dinding kemaluan Lily yang ditumbuhi bulu bulu pubis tipis halus yang tercukur rapi.

Lily sungguh telaten merawat area intim-nya itu hingga terjaga mulus, bersih rapet dan wangi.

Sungguh tak menyangka kalau dokter Daniel si tua cabul inilah yang bakal menikmati keindahan itu dan mereguk kesucian Lily.

"Gluk...."dokter Daniel meneguk ludah berulang kali.

"Kyaaa.... jangan ... dasar bedebah.., aaakhh!!"Lily berusaha berontak namun tak kuasa melawan saat dokter Daniel menyibak belahan bibir Vagina.

"Hii.. hii.. hii...., jangan sok jual mahal Lily, sebentar lagi Lily juga bakal keenakan hii..."dokter Daniel mencubit klitoris imut di balik bibir vagina Lily, kemudian dikiwil-kiwil-nya biji kecil yang sangat sensitif itu hingga tubuh Lily menggeletar kegeli-an.

"Aaahh.... stop... aaahh... stop... Lily ga mau... aaah" jerit teriak penolakan Lily tenggelam dalam desahan merintih Lily.

Klitoris imut Lily yang dikucek kucek dokter Daniel membengkak, kulit-nya menjadi merah dan sangat peka pada rangsangan.

Ransangan bertubi tubi di bibir vagina-nya itu perlahan membuat liang tempik Lily basah, cairan cinta mulai membasahi tempik Lily.

"Hii...hii... basah juga, ternyata doyan juga kamu di obok obok gini"ketawa dokter Daniel.

Melihat liang tempik Lily yang sudah basah dan siap dijebol, Daniel kembali menyiapkan batang suntik saktinya.

Dokter Daniel mengkocok kocok konti-nya dan bersiap mengarahkan batang keriput itu ke kemaluan Lily.

Tok...tok.. tok...!! Pintu ruang praktek dokter Daniel kembali digedor oleh seseorang, hingga konti dokter Daniel lagi lagi meleset dari kemaluan Lily.

"Dasar perawat kurang ajar, sudah disuruh pulang masih balik balik aja, apa Arianty mau minta diajak threesome sekalian apa?"gerutu dokter Daniel. Selama suster Arianty-lah yang menjadi obyek pelampiasan nafsu birahi dokter Daniel.

Dokter Daniel-lah yang selama ini membiayai biaya sekolah adik adik Arianty dan menopang kehidupan keluarga-nya, hingga Arianty tak bisa menolak dijadikan budak seks oleh Daniel selama ini.

Tok...tokk...tok...gedor-an di pintu semakin kencang.

"Iya sabar ..sabar Ari,sini saya kontol-in juga kamu malam ini"sambil bersungut sungut dokter Daniel berjalan ke arah pintu ruang prakteknya.

Dokter Daniel membuka pintu ruang praktek-nya lebar dan...

"Kyaa...jijik!!"Ai yang berdiri di depan pintu menjerit histeris melihat dokter Daniel menyambutnya dengan celana melorot dan batang konti terkatung katung diluar sarang-nya.

"Ooh....Ai... koq kamu di sini"dokter Daniel panik saat mendapati Ai yang ada di depan pintu bukan Arianty.

"Ai tolong kakak...!!"jerit Lily lirih.

Duuuaggg!! Melihat keadaan Lily yang mengenaskan itu tanpa pikir panjang lagi Ai langsung mengayunkan kaki-nya menghajar selakangan Daniel tepat di kantong zakar-nya.

Praaak...!! terdengar suara benda pecah kencang, dokter Daniel melotot kesakitan saat dua telor-nya remuk ditendang Ai.

"Aduuuhhh..... matik aku" Dokter Daniel menggonggong kesakitan dan ambruk ke lantai.

"Kak Lily baik saja kan?" tak peduli pada dokter Daniel yang meringkuk kesakitan, Ai cepat melompat menghampiri Lily saudari-nya yang hampir dinodai Daniel.

"Syukurlah kamu datang Ai"Lily nampak sangat bersyukur dengan kehadiran Ai.

Begitu kedatangan Alex yang terluka parah, Ai segera mencari Lily kakak-nya yang pernah sekolah keperawatan untuk meminta pertolongan menyembuhkan Alex.

Begitu tahu Lily ada janji temu dengan dokter Daniel, Ai segera menyusul sang kakak ke klinik dokter Daniel.

Beruntung kedatangan Ai tidak terlambat hingga dokter Daniel urung merengut keperawanan Lily.

Ai membantu Lily berpakaian dan berdiri dari bed periksa pasien berseprei putih itu.

"Ai koq bisa nyusul kakak ke sini?"tanya Lily.

"Hik...hik... kakak, Ai mau minta tolong, hik... hik... Alex terluka parah..."sambil sesenggukan Ai menangis menceritakan kondisi Alex yang penuh luka tembak.

"Cup...cup jangan nangis, kalo kondisi Alex kritis seperti itu ayo kita harus bergegas menyelamatkannya" Lily mengusap rambut adik semata wayang-nya itu.

Tak menghiraukan tubuhnya yang masih lemah karena pengaruh obat penenang APTX, Lily tertatih berjalan dan membuka almari obat yang ada di belakang meja kerja dokter Daniel.

Meski kecil tapi klinik dokter Daniel memiliki alat alat medis dan obat obat-an komplit.

Lily mengambil alat alat untuk mengambil peluru dan menjahit luka Alex,perban dan obat luka, cairan infus, kantong darah golongan B, serta obat pereda nyeri secukupnya.

"Ayo kak Lily, sekarang juga kita pulang!"Ai yang khawatir dengan keadaan Alex mengajak Lily buru buru pulang.

Kedua gadis itu beranjak hendak meninggalkan dokter Daniel, tapi saat melintas-i tubuh dokter Daniel yang terbujur kesakitan di lantai, Lily menghentikan langkahnya.

"Sebentar Ai, dokter cabul itu harus diberi pelajaran, Ai jaga dia supaya jangan lari ya!"desis Lily.

Ai menganggukkan kepala dan langsung menginjak punggung dokter Daniel ke tanah.

Lily kembali ke almari obat, gadis lulusan akademi keperawatan itu sibuk meracik obat dan sebentar kemudian kembali sambil membawa alat suntik di tangan.

"Jangan Lily, jangan suntik saya pakai itu... ampun...ampun..." dokter Daniel panik mengetahui resep racikan obat dalam jarum suntik itu.

Campuran obat Lily itu akan merusak organ reproduksi Daniel, membuat-nya impoten dan tidak bisa ereksi lagi selama-nya.

Creesh.. tak peduli permohonan maaf dokter Daniel, Lily menancapkan jarum suntik yang akan membuat burung Daniel koit itu langsung ke paha dokter Daniel.

Dokter Daniel ambruk pingsan tak sadarkan diri mengetahui dirinya bakal impoten abadi.

Lily tersenyum menang setelah meng-kebiri kimiawi dokter Daniel, dokter yang dulu pernah menjadi pahlawan buat-nya karena telah menyembuhkan Lily dari penyakit asma-nya.

Kini di mata Lily dokter Daniel hanyalah seorang pecundang cabul.

"Ayo kita selamatkan Alex..."Lily mengajak Ai meninggalkan klinik dokter Daniel.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd