Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI HISTORY OF AXEL

mantap ceritanya.....selain cerita ngentot, jenis cerita begini juga gw suka
 
AXEL #6 MEDIUM-RARE



Jam 09.30 pagi tepat, pesawat yang membawa penumpang dari Kota RRR mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya. Salah seorang penumpangnya, seorang pemuda berwajah rupawan sedang asyik bersenda-gurau dengan salah seorang penumpang perempuan berusia paruh baya. Sang perempuan sedikit mendengus kesal karena satu jam perjalanan dari Kota RRR menuju Kota Surabaya terasa cepat sekali. Pemuda ganteng yang duduk di sampingnya ini yang membuat perjalanan terasa menyenangkan.

Saat pesawat sudah berhenti sempurna, pemuda tengil yang siapa lagi kalau bukan Axel, segera berdiri dan mengambilkan koper milik Tante Hana, 42 tahun.




“Terimakasih Axel,” ucap Tante Hana.

Selama di perjalanan, Axel duduk di kursi 30 B sementara di 30 A ada satu penumpang perempuan yang menarik sekali di mata Axel. Rambutnya panjang bergelombang dengan sedikit highlight, make-upnya pas tidak menor dan anting bulat yang ia kenakan menyempurnakan keanggunannya. Aroma parfum dari perempuan di sampingnya sebenarnya tidak terlalu kuat, namun menimbulkan kesan menggoda. Sehingga Axel pun coba mengajak ngobrol. Apalagi kursi di 30C kosong tidak ada penumpangnya.

“Kalau ini tantenya judes, gue tidur aja lah,” gumam Axel sesaat sebelum menyapa perempuan di sebelahnya yang sedang membaca majalah yang di sediakan di selipan bangku depan mereka.

“Tante, mau pulang atau pergi ke Surabaya, kalau boleh tahu,” sapa Axel ramah.

Hana, nama perempuan tersebut, menoleh dan terkesan dengan keberanian pemuda di sampingnya, menyapanya terlebih dahulu.

Ganteng banget nih anak kayak artis, apa dia artis ya? batin Hana.

Hana pun memutuskan meladeni obrolan pemuda di sampingnya karena tentu lebih menyenangkan punya teman ngobrol di perjalanan.

“Oh saya mau pulang ke Surabaya, abis nengok anak saya yang kerja di Kota RRR,” meski suka karena duduk dekat berondong cakep, tapi Hana secara tidak langsung ingin memberitahu statusnya.

“Oh kerja di Kota RRR, kerja di mana anak tante kalau boleh tahu?”

“Di Bank BCA, posisi Head Teller. Jangan tanya alamat kantornya ya, nanti anak tante kamu godain lagi,” ujar Hana.

Axel tertawa. “Keputusan yang bijaksana tante, kalau Mamanya secantik ini, pasti anak tante ya 11-12 lah cantiknya.”

Kali ini Hana tertawa yang tertawa mendengar kelakar Axel.

“Nama saya Axel tante, mahasiswa semester I S1 Hubungan Internasional Universitas Negeri RRR, hobi ngeband, warna kesukaan biru,” terang Axel sambil mengulurkan tangan.

Lagi-lagi Hana terhibur sekali dengan perkataan Axel saat mengenalkan diri. Axel memang sengaja berbohong. Dengan mengaku sebagai anak kuliah, peluangnya untuk dapat “bonus” jauh lebih besar daripada berkata jujur kalau dia masih kelas 1 SMA. Lagipula siapapun tidak akan curiga kalau dia mengaku sebagai anak kuliah, itu semua berkat darah bule dalam dirinya, sehingga terlihat lebih dewasa daripada usia aslinya.

Hana menyambut uluran tangan Axel.

“Hana. Oh kamu mahasiswa, tante pikir kamu artis sinetron.”

“Hehehe gak bisa akting saya tante. Saya orangnya minderan. Gak semua orang ganteng itu rasa percaya dirinya tinggi.”

Obrolan keduanya pun makin akrab. Axel beralasan dia ke Surabaya untuk menghadiri persiapan pernikahan sepupunya. Karena semakin nyaman ngobrol dengan Axel, tanpa di minta pun, Hana menceritakan bahwa ia mempunya satu orang putri yang kerja di Kota RRR, sementara ia sendiri tinggal di Mojokerto, punya usaha toko kue dan katering. Sementara suaminya adalah seorang kapten kapal pesiar.

Dari sini, seorang penjahat kelamin macam Axel sudah bisa menangkap sinyal halus dari MILF yang ada di sampingnya. Kalau ia tidak menunjukkan ketertarikan,kenapa pula ia bercerita tentang keluarganya kepada seseorang yang baru ia kenal di perjalanan Kota RRR - Kota Surabaya?

Axel pun juga melempar sinyal dengan beberapa kali seolah tanpa sengaja tangannya menimpa lengan dan tangan Hana. Lama-lama Axel makin berani saat Hana membiarkan saja, bahkan Hana juga tetap tidak menunjukkan penolakan saat Axel mengusap punggung tangan Hana.

“Sudah berapa lama suami Tante tidak pulang?”

Hana terdiam, ia sedang tidak menghitung kapan terakhir kali suaminya pulang, melainkan sedang mempertimbangkan jawaban yang akan ia lontarkan. Hana bukanlah perempuan “bodoh”, ia tahu benar pemuda di sampingnya ini menunjukkan ketertarikan dan semakin bertindak berani dengan mengelus-elus tangannya. Semuanya karena ia bercerita bahwa suaminya sedang pergi berlayar keliling dunia.

Jika Hana ingin menyudahi sesi flirting ini, cukup dengan menepis tangan Axel lalu mengatakan, “Seminggu lagi suami saya pulang dan berada di rumah hingga 1-2 buan ke depan.”

Selesai perkara.

Hanya saja, yang kemudian meluncur dari bibir Hana adalah jawaban. Jawaban sekaligus undangan. Undangan untuk memupus paling tidak rasa sepinya terhadap sentuhan laki-laki. Pemuda seganteng dan se-charming Axel, sayang untuk di lewatkan begitu saja, meski hanya untuk bersenang-senang yah untuk hari ini saja.

“Dua bulan lagi suami saya baru balik. Kenapa nanya-nanya tentang suami saya? Mau nemenini tante sampai suami tante pulang, gitu?” jawab Hana lirih.

Axel tersenyum dan kali ini menggenggam tangan Hana.

“Kalau sampai dua bulan ke depan, saya gak bisa tante. Tapi kalau pagi sampai siang ini, saya ada waktu luang…”

Hana tidak menjawab sampai pesawat mendarat, namun ia tidak melepaskan jemari Axel yang kini menggenggamnya. Pegangan tangan keduanya baru terlepas saat Axel berdiri untuk mengambil tas punggungnya miliknya sendiri dan juga koper milik Hana.

Saat Hana dan Axel sudah berada di lounge kedatangan, Hana langsung berbisik kepada Axel.

“Waktu Tante juga cuma sampai siang ini karena ada acara di Mojokerto. Mau temanin tante di hotel dulu?Tante udah booking Hotel Neo dekat dengan bandara.”

Axel kemudian memegang pinggang ramping Hana. “Udah gak tahan ya Tante?”

Hana mencubit ujung hidung Axel yang mancung. “Gara-gara kamu nih, tante jadi gerah.”

20 menit kemdian di sebuah kamar hotel Neo tidak jauh dari Bandar Udara Internasioan Juanda, Axel sedang bercumbu dengan Hana yang usianya nyaris 3 x umur Axel. Hana lalu mendekatkan wajahnya kepada Axel. Hana kali ini menciumi, memagut bibir Axel sampai kedua pipinya di pegang erat. Dan kali ini Axel tidak berdiam diri, ia membalas ciuman Hana tak kalah agresif. Axel menciumi bibir atas dan bibirnya bawah Hana di kombinasikan dengan gigitan-gigitan kecil. Hana merespon dengan menjulurkan lidahnya yang langsung segera di kulum dan di hisap kuat-kuat oleh Axel. Tanpa melepas bibir Axel, lidah Hana bermain di rongga-rongga mulut Axel mencari targetnya yakni lidah Axel. Axel membiarkan lidah Hana membelit lidahnya sampai dia puas, kemudian gantian lidah Axel menyusuri langit-langit mulut Hana. Dan begitu ujung lidah kedua bertemu, langsung saling membelit sampai menimbulkan bunyi berkecipak.

Axel mengangkat wajah Hana.

“Axel mau ludahmu tante.” kata Axel sembari membuka lebar mulutnya dan Hana merespon dengan membuka mulutnya dan aliran ludahnya merembes turun masuk ke mulut Axel. Tidak ada rasanyanya sih tapi itu menimbulkan rangsangan yang luar biasa.

“Kamu suka ya?”

Axel mengangguk.

“Bagaimana kalau sambil tante giniin.”

Tangan Hana dengan cekatan masuk ke balik baju Axel dan langsung menggesek-gesek ujung putingnya. Axel langsung merasa geli. Rasa geli tersebut juga merambat turun ke kontolnya. Selama ini Axel tidak pernah mengetahui apa fungsi puting bagi seorang pria. Dan hari ini, Hana membuatnya tahu bahwa puting juga menjadi salah satu titik sensitif bagi pria.

“Uhh enakk…geli…sayangg…Ahh mana ludahmu…Axel hauss tante.”

Sambil menggosok-gosok kedua putingku dengan jempolnya, Hana meludahkan air liur dari dalam mulutnya kepada Axel.

Hana semakin liar ketika dia merosot ke bawah dan menyingkap kaos Axel ke atas. Axel berinisiatif dengan membuka baju kaosnya sampai lepas. Kini Axel sudah bertelanjang dada.

“Wow…badanmu bagus juga,” puji Hana memandangi perut dan dada Axel.

Axel mengerang lagi saat Hana menciumi kedua putingku bergantian, jika Hana menciumi puting kiri Axel maka puting kanannya digosok dan disentil-sentil dengan ujung jemari Hana yang memiliki kuku panjang namun terawat rapi. Begitu juga sebaliknya. Geli yang Axel rasakan adalah jenis geli yang berbeda ketika badan kita digelitik. Ini gelinya seperti menjalar ke seluruh tubuh dan menuntut penyaluran.

Ciuman di dada Axel diselingi dengan ciuman dilehernya, membuat Axel mendongak meminta agar Hana juga menciumi dagunya. Hana mengelak ketika Axel mencoba untuk mencium bibirnya. Hana menaruh jari telunjuknya di bibir Axel, menyuruh agar Axel tetap diam menikmati servisnya

“Tubuhmu tegang sekali…rileks…sayang…santai…tidak usah terburu-buru…”

“Ouhh…iya…Tante hebat..”

Baru kali ini mnemukan lawan yang dan mempunya pengalaman seks yang jauh lebih piawai dan Axel memutuskan mengikuti permainan seks dari Hana.

Slurp…slurppppppppp

Axel mengerang ketika tiba-tiba Hana mencucup puting kanannya kuat-kuat dan mencubit puting Axel yang satunya, membuat darah Axel berdesir dan tentu saja mengalir hingga ke bagian kemaluan Axel yang sejauh ini masih terbungkus rapi di celana dan belum disentuh sekalipun oleh Hana. Sesekali kontol Axel yang mengeras tergesek oleh gerakan Hana yang aktif mengeliat di atas tubuhnya. Tangan Axel yang bebas, kemudian berada di atas pantatnya yang sekal. Uh akhirnya Axel bisa menyentuh dan meremas-remas pantat Hana.

Axel memegang bongkahan pantat Hana yang entah sejak kapan tinggal mengenakan celana dalam warna putih nan menggemaskan ini. Axel meremas dengan gemas dan menyusuri belahan pantat Hana dan di ulangi terus hingga membuat hisapan mulut Hana di puting Axel terlepas karena dia tidak kuat untuk tidak mendesah. Axel merasakan celana dalam yang Hana kenakan mulai basah. Axel lalu memasukkan tangannya ke dalam celana dalam sehingga Axel bisa merasakan kulit pantatnya yang sangat halus, tanpa cela. Axel menyusuri bongkahan pantat Hana mencoba menjangkau lubang pantatnya namun tidak sampai. Hingga akhirnya tamparan, cubitan menjadi cara Axel melampiaskan rasa gemas terhadap pantat Hana.

“Auuu.. Nakal kamu…tampar-tampat pantat tante.. kamu suka banget ya dengan pantat tante?”

“Bukan lagi suka…tapi Axel sangat suka, uhh sangat menggemaskan sekali !” Kata Axel sambil menampar pantat Hana sampai berbunyi “plak” cukup keras. Hana membalasnya dengan menjilati puting Axel dengan lidahnya yang panas memutari dada Axel. Mereka berdua seperti saling berlomba merangsang tubuh sampai salah satu diantara mereka menyerah. Setelah 15 menit, akhirnya Axel duluan yang tidak kuat menerima serangan dari Hana. Kombinasi rangsangan yang Axel terima di dada serta puting di tambah dengan genggaman tangan di pantat Hana membuat Axel tidak tahan lagi.

“Hana…Tante Hana..cukup…cukup sayang…” Kata Axel sambil terengah-engah.

Sambil menjilati belahan dada Axel yang bidang, Hana menatap Axel lalu tersenyum. Lidahnya naik menyusuri dada lalu naik ke leher, dagu kemudian lagi-lagi dia menutup bibir Axel dengan jari-jarinya.

“Hehehehe…sudah tidak tahan ya….sudah tidak tahan mau ngapain memangnya..?” Godanya. Ternyata wajah Hana juga mulai merah pertanda dia juga mulai terangsang. Tetapi dia masih mencoba mengendalikanku, batin Axel.

“Tidak tahan…mau….mau….mau menerkam tante, menciumi bongkahan pantat tante…menikmati tubuh tante…”

“Hanya….mau…menikmatinya saja?? Yakin kamu cuma mau menjilati pantatku…?? Kamu ga pengen….dengan vagina tante ?” Kata Hana manja.
“Axel MAU PANTATMU….Axel MAU VAGINAMU….Axel MAU MULUTMU…Axel MAU SELURUH TUBUHMU !”

Melihat Axel sudah mulai tidak bisa mengendalikan diri, Hana mencium bibir Axel lalu merayap ke bawah tubuhnya. Lalu dengan nafas tertahan Axel melihat Hana dengan cekatan membuka kaitan celana dan resliting. Menariknya bersamaan dengan boxer yang Axel pakai. Hana menjerit kecil melihat batang kontol Axel melenting terbebas dari celana.

“Gede bangett kontolmu….seksi banget….dan wow bahkan tanganku tidak cukup untuk menggenggamnya dan panjang....udah basah ya hihihi.”

Clop….clopp….clopppp…clopppp.

Axel yang sudah ditelanjangi oleh Hana, hanya bisa memejamkan mata menikmati kocokan cepat jemarinya yang halus di batang kontolnya. Dari semula hanya memegang dengan satu tangan kini Hana menggunakan kedua tangannya untuk mengurut batang kontol Axel yang telah menegang memperlihatkan urat-uratnya. Cairan precum yang berleleran keluar dari saluran lubang kontol, membuat gesekan tangan Hana semakin lancar. Axel membuka mata merasakan pijatan yang berbeda ia rasakan di batang kemaluannya. Rupanya tangan kiri Hana memegang pangkal kontol dan tangan kanannya ditangkupkan di ujung kontolnya lalu kemudian Hana mengusap, mengocok secara bersaman. Axel tidak tahan untuk tidak berteriak, bahkan Hana kemudian mencaplok salah satu buah zakar Axel ke dalam mulutnya, lalu dimainkan dengan lidahnya ketika sudah berada di dalam mulut. Ngilu bercampur perasaan luar bisa geli, itu yang di rasakan Axel.

Axel kemudian merasa kepala kontolnya masuk ke dalam sesuatu yang basah tetapi hangat. Axel menengok ke bawah dan ujung kontolnya sudah masuk semua ke dalam kuluman mulut Hana. Hanya sebatas ujung kontol yang mampu masuk ke dalam mulutnya. Itupun Axel lihat mulut Hana harus merenggang selebar-lebarnya agar bisa masuk. Namun, Hana melepasnya karena susah bernafas. Tetapi dia tidak mau menyerah, beberapa percobaan lagi, akhirnya dia bisa menahan kepala kontol Axel di mulutnya lebih lama. Batang kontol Axel yang di luar mulut basah karena leleran air liur dari dalam mulut, Hana kocok Hana cepat. Tidak ketinggalan kedua buah zakarku diremasnya bergantian.

Axel mendesah hebat karena siksaan penuh nikmat yang diberikan Hanal. Ketatnya mulut Hana membuat Axel seperti terjepit benda lunak yang basah, belum lagi lidahnya terus mengulik lubang kencing Axel, membuat bulu kuduk Axel berdiri merinding. Di sekitar mulut Hana menimbulkan buih-buih air liur merembes keluar bahkan hingga berbusa-busa.

Glokhh…glokhh…glokhhhh..

“AIHH INI ENAK BANGET TANTEE,” desah Axel sambil membelai-belai rambut Hana yang bergelombang. Hana sudah mengeluarkan air mata, dia sudah nampak kepayahan. Axel yang tidak ingin menyiksanya mencoba untuk menarik kontol yang diemutnya. Tetapi Hana malah menahan ketika Axel ingin mencabut kontolnya, Hana melihat ke arah Axel sambil menggeleng cepat. Yang ada dia malah semakin mempercepat kocokannya.

Tubuh Axel merespon dengan mengeliat kesana-kemari, bahkan sampai terangkat ke atas ketika sapuan lidah Hana terus mengenai lubang kencinnya. Axel sudah sering merasakan oral seks dari banyak cewek, tetapi ini beda. Jauh berbeda sensasinya. Karena Hana dia sejak awal mendominasi, menyiksa dan mempermainkan birahi Axel. Hana memperlihatkan dominasinya dalam bercinta.

“Arrrrgghhhhhh.. !” satu hisapan panjang Hana membuyarkan apa yang Axel pikirkan dan menjebol pertahananku. Rangsangan yang Hana berikan dengan binal ini, sudah terlalu nikmat dan tidak bisa Axel tahan lagi. Terasa kedutan merambat cepat dari buah zakar yang memproduksi sperma, melesat dengan sangat cepat menggesek sepanjang jalur lubang kencing dan saking nikmatnya Axel berteriak terbata-bata.

“Arrrrghhhhh-!” Axel tidak sanggup meneruskan desahanku, tubuhku menegang ke atas.

Melihat reaksi Axel yang semakin heboh, Hana melepas kontol Axel dari mulutnya dan mengocoknya dengan brutal meggunakan dua tangan.

CROOOOOOT….JROTTTT....CROTT…..CROOOOOOTTTT!

Beberapa gumpalan cairan berwarna putih kental bermuncratan menyembur ke atas dengan deras lalu membasahi perut Axel. Kontol Axel kini berlumuran sperma yang meleleh keluar dari kontolnya karena Hana terus mengocoknya tanpa ampun, menguras semua sperma yang tersimpan.

“Hahaha…luar biasa…Tante bisa merasakan kedutan dan desakan spermamu di sekujur batangmu sebelum kamu orgasme…uhhh seksiii banget.” Kata Hana yang kini terengah-engah.

Lalu Hana mencolek sisa-sisa sperma yang berada di atas perut Axel, putih kental dan terasa hangat.

“Uh hangat sekali spermamu …”Kata Hana sambil memainkan sperma di atas perut Axel.

Axel hendak mengambil tisu yang berada di meja samping tempat tidur untuk membersihkan sisa-sisa sperma, tetapi tiba-tiba Hana menjulurkan lidah, menjilati sperma yang tumpah di atas perut. Hana membenamkan wajahnya di perut Axel dan lanjut menjilati dan menyeruput sisa sperma Axel. Dengan cepat semua sisa sperma telah berpindah ke mulutnya. Hana menunjukkan sperma yang berada di mulutnya, lidahnya terjulur sehingga ada sperma yang meleleh keluar. Dan dengan sekali gerakan, Hana menelannya di hadapan Axel lalu tersenyum dengan bibir terkulum.

“Enak…enak bangett sperma kamu sayang..Sperma brondong ganteng memang gurih.”

Kontol Axel kembali menegang lagi melihat kebinalan Hana.

“Ya ampun…kontolmu masih kuat ya….bagus…Tante juga sudah tidak tahan…vagina Tante sudah basah dan gatal sekali….!” Hana berdiri di tempat tidur lalu menanggalkan bajunya hingga melorot ke bawah. Tidak hanya baju, Hana juga melolosi bra dan celana dalam sehingga kini dia berdiri bugil di hadapan Axel. Axel berdecak kagum melihat tubuh telanjang Hana meski sudah berkepala 4 namun sepasang payudara yang masih kencang menggantung sempurna dengan puting kecoklatan, kulit putihnya yang tidak tertutup apapun seakan bersinar. Vaginanya terlihat tembam dengan bulu kemaluan yang dicukur rapi membentuk segitiga di atas lubangnya.

Hana kemudian memutar badannya ke belakang, menunjukkan bongkahan pantatnya yang masih memerah karena terus Axel tampar dan remas. Tidak hanya menunjukkan tubuh bagian belakangnya, Hana juga membuka lebar-lebar kesamping bongkahan pantatnya lalu berlutut dan menunggingkan pantatnya memamerkan lubang anal dan segaris lipatan vagina.

“Axel…sayang…dua lubang kenikmatanku siap untuk kamu masukin sekarang,” katanya sambil menengok ke belakang ke arah Axel dengan tatapan wanita yang tengah birahi, dia menggosok-gosokkan tangannya sendiri di lubang vaginanya dan sesekali dimasukkan ke lubang analnya. Dan tanpa merasa jijik, Hana memasukkan jarinya ke mulut dan mengemutnya sambil mendesah. Axel belum pernah melakukan anal seks namun melihat Tante Hana menawarkan satu lubang selain liang vagina membuatnya ingin mencoba anal seks. Akh Axel sudah tahan, Axel segera bangkit dan berlutut membelakanginya. Ia mendorong punggung Hana agar ia merebahkan badannya kecuali pantatnya. Malahan Hana menarik kedua telapak kakinya ke depan, membuat area selangkangannya mengangga semakin lebar.

Axel jadi berpikir untuk mengerjai Hana balik, setelah ia dengan sukses menyiksanya di awal. Axel menggesek-gesekan ujung kontolnya di depan liang vagina dan juga lubang anal Hana. Sesekali ditepuk-tepukkan di pantat Hana. Axel ulangi terus sampai akhirnya kontolnya sudah pulih dan siap untuk pertarungan yang sesungguhnya. Hana merengek-rengek minta segera dientot, bahkan sampai tangannya mencoba menggapai ke kontol Axel namun Axel tepis tangannya.

“Akhh…sayang cepat masukkin…Memek tante sudah gatal banget..”

Axel lalu mengarahkan kepala kontol ke liang vagina yang sudah mengkilat basah. Wah sudah sangat terangsang sekali. Tubuh Hana bereaksi dan nafasnya semakin cepat ketika baru kepala kontol masuk. Axel mendorong pelan sehingga tusukan kontolnya hanya bisa masuk setengahnya karena tertahan tanganku. Sambil memegang pinggulnya dengan tangan kiriku, langsung Axel membenamkan dan menghajar sekuatnya, Sungguh nikmat. Tubuh Hana terlonjak-lonjak dan suara desahannya mengeras tiap kontol Axel menusuk masuk.

“Tusuk….sayang…uhh...AH…AHHHH..!” Desah Hana.

Axel girang karena vagina tante Hana bisa menampung semua batang kontolnya. Gesekan dinding kemaluannya sangat terasa di sekujur batang kemaluan yang beurat. Lima menit berikutnya Axel mencabut kontolnya dari dalam liang vagina Hana. Axel tanpa merasa jijik menciumi lubang anal Hana sekaligus meludahinya hingga benar-benar basah, lalu Axel memposisikan ujung kontolnya di depan lubang anal Hana kemudian ia hentakkan kuat-kuat hingga tubuh Hana roboh di atas tempat tidur.

“SAKIT….SAKITTT…AXELLL… KONTOLMU KEGEDEAAAN…AAAAKHH..BERI WAKTU SEBENTAR..PERIH!” Jerit Hana sambil meremas sprei tempat tidur.

Tubuh Axel ikut tertarik ke bawah saat Hana ambruk di tempat tidur, rupanya kontolku sudah masuk setengah dan terjepit lubang analnya yang sempit menggerinjal. Hana sudah sering di anal oleh suaminya, namun kontol suaminya tidak sebesar milik Axel sehingga ia mengerang bahkan sampai menangis. Axel mencabut kontolnya dari lubang anal Hana. Axel berjongkok dan kembali meludahi lebih banyak lagi air liur di lubang belakang Hana. Setelah di rasa sudah kembali basah, Axel mengarahkan lagi kontolnya perlahan masuk ke lubang pembuangan Hana.

“Pelan….pelan sayang….” Pinta Hana.

Axel memegang pinggul Hana, sedikit demi sedikit Axel menekan masuk kemaluannya sekali lagi. Ketika dirasa Axel menusuk terlalu cepat, Hana memegang meremas tangan Axel. Axel bersabar menunggu hingga remasan tangan Hana memgendur yang menjadi pertanda dia sudah bisa membiasakan diri. Hingga akhirnya pelan tapi pasti kontol Axel tertanam sempurna di sela lubang pantat Hana. Axel seperti berada di dimensi lain, karena setiap gerakan sedikit saja ia sudah merasa begitu nikmat. Axel lalu berdiri, mengangkat tubuh agar Hana ikut berdiri. Axel menarik ke belakang kedua tangan Hana dan sambil memegang tangannya dari belakang, pinggul Axel mulai mengayun-ayun merojok lubang anal Hana.

“AKKHHH….YESSSS…OUHHHH….SAYANG…LEBIH KENCAAAANG.” Teriak Hana yang sudah terbiasa dengan kehadiran kontol Axel di lubang analnya. Axel tidak peduli jika ada orang yang mendengar teriakannya. Mana mungkin Axel memperhatikan keadaan sekitar ketika ada surga tersembunyi sedang meremas-remas sekujur batang kontolnya. Otot-otot anus Hana semakin mengencang membuat nafas Axel tersengal-sengal.

Hujaman Axl semakin menguat. Ketika Axel meremasi payudara Hana yang menggantung dari belakang, Hana sudah mencapai langit ketujuh. Tubuhnya bergetar bahkan mengelepar. Hana sedang melayang terbawa gelombang orgasme. Kedua matanya terbeliak ke atas.

“AKHHHHHHHHHHHHHHHHHH !!!”

Lolongan panjang dari Hana menjadi pertanda Hana sudah takluk. Tubuhnya melemas, Axel menurunkan badan Hana kecuali pantatnya yang menjadi sumber kenikmatan Axel pagi ini. Sepuluh menit kemudian Axel juga sudah merasakan gatal-gatal. Dengan susah payah Axel mencabut kontolnya dari anus Hana sehingga menimbulkan bunyi plop. Axel mengocok sebentar kontolnya sambil menelungkupkan tubuh Hana, nafasnya naik turun dengan cepat. Axel menarik lagi pinggang Hana ke belakang hingga Hana kembali dalam posisi nungging. Tanpa membuang waktu, Axel membenamkan kontolnya ke lubang vagina Hana yang semakin becek. Sambil memegang pantatnya dari belakang, Axel menghujamkan kontolnya dengan tempo cepat.

“Arrgghhh…tanteeh..”

“Ouhhh…ahhh…..sayang….kamu…kuu..aaat…bang…eettt!”

Erangan keduanya saling bersahutan, merangsang daya visual siapapun yang mendengarnya. Karena Axel sudah sempat orgasme sekali, membuat sesi yang kedua ini Axel lebih bisa mengatur nafas dan lebih lama. Setelah sepuluh menit, perasaaan menggelitik itu datang lagi menghampiri kedua insan manusia yang memiliki perbedaan usia 26 tahun! Axel mempercepat tempo tusukan. Axel tidak menyadari bahwa gerakan brutalnya menyetubuhi Hana dari belakang, mengantarkan Hana pada orgamenya yang kedua.
Axel sudah berada titik genting, tidak bisa menahan lebih lama. Axel mencabut kontolnya dan membalik tubuh Hana yang lemas mengocok kontolnya tepat di depan muka Hana yang sedang terpejam karena masih di hantam gelombang orgasme.

“Axel…..KELUAR !!!! ARGGGGHHHHH…TANTEEE HANAAAAA !”

CROTT…CROTT…CROTTT..CROTT…CROTT…CROTTT..

Sperma Axell muncrat membasahi permukaan wajah Hana yang tersenyum puas meski belepotan sperma berondong. Axel mengambil tisu di meja dan membersihkan wajah Hana dari sisa orgasmenya hingga bersih. Kemudian Axel berbaring di samping Hana sambil mengatur nafas, keduanya sama-sama bermandikan keringat.

“Kamu gila..kuat…” puji Hana sambil menoleh ke arah Axel. Namun Hana terkejut karena Axel sedang mengurut kembali kontolnya hingga kembali mengeras.

Axel menindih Hana dan menciumi Hana. “Tante, aku belum selesai..belum puas..”


***

satu jam kemudian…

“Kamu kalau ke Surabaya lagi, kontak-kontak tante lho ya,” kata tante Hana sambil memeluk badan Axel dari belakang, saat Axel baru saja selesai mandi, rapi-rapi dan kini sedang memakai sepatu. Kedua tangannya meraba-raba perut serta dada Axel, bahkan tak segan Tante Hana menciumi tengkuk leher Axel. Axel hanya tertawa mendapat perlakuan dari Tante Hana yang sepertinya tidak rela ia pergi setelah keduanya terlibat persetubuhan yang cukup seru dan menggairahkan.

Axel kemudian menuju Hotel Merlin menggunakan Taxi yang ada di sekitar Hotel Neo dan sampai di lobi Hotel Merlin jam 11.55. Tepat jam makan siang. Karena Ary Hamka Sidharta, Ayah Axel adalah CEO di Sidharta Group yang menaungi 65 Hotel Merlin yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, maka kedatangan Axel, sang putra mahkota big boss, benar-benar di sambut dengan baik. Para sekurity yang sedang berjaga di depan langsung menyapa Axel.

“Selamat siang Mas Axel, ada bawaan koper Mas?”tanya Kholik, salah seorang sekuriti yang langsung menghampiri Taxi dan membukakan pintu untuk Axel.

“Gak ada, gue cuma bawa satu backpack aja,” sahut Axel sambil memberikan selembar uang 100 ribu kepada sopir Taxi. Si sopir sumringah karena ongkos Taxi 46 ribu namun sang penumpang berbaik hati tidak meminta uang kembalian. “Buat beli rokok Bapak saja,” lanjut Axel.

“Terimakasih Mas,” ucap sang sopir Taxi senang.

Di luar sifatnya yang sukar di tebak, pada dasarnya Axel ini punya manner yang bagus ke semua orang dan terkesan ramah, tidak sombong. Ia mudah bergaul dengan siapa saja, bahkan sepanjang perjalanan dari Hotel Neo menuju Hotel Merlin, Axel mengajak si sopir Taxi mengobrol daripada asyik dengan ponselnya.

“Selamat siang Mas Axel, apa kabarnya, lama nih gak main ke Surabaya? Mas kok gak telepon saya langsung Mas, biar bisa saya jemput ke bandara,” sapa Zizi, Front Office Manager yang langsung menyalami Axel ketika Axel sudah di lobi.



“Halo Mbak Zizi, gue gak mau ngrepotin Mbak Zizi lah. Tadi di jemput sama teman terus mampir bentar ke rumahnya baru ke sini kok,” balas Axel sembari menyambut jabatan tangan dari Zizi.

“Gak ngrepotin kok Mas, kan bandara Juanda gak begitu jauh dari hotel.”

“Pokoknya pantang buat gue ngrepotin cewek Mbak hehe. Emm gue amati Mbak Zizi sepertinya makin kurusan eh bukan cuma kurus tetapi terlihat makin ramping dan segar, pokokknya makin cantik, sepadan dengan kerja kerasnya di gym.”

“Haduh, bisa aja Mas. Berarti dulu saya gemuk ya, haha. Eh kok Mas Axel tahu, saya sering ke gym?”

“Bukan gemuk Mbak, tapi semok hahaha. Ya tahu dong, kan Mbak Zizi aktif banget di Instagram,” puji Axel mengeluarkan rayuan. Padahal dalam hati Axel bilang, “mau olahraga kek gimana pun karena dasarnya lo semok, perut ma lengan bisa kurusan, tapi tetek sama pantat tetap aja gede”

“Wah jadi malu saya hehehe, ini Mas Axel key card kamarnya, Ambassador Suite seperti biasa sudah di siapkan,” kata Zizie sembari memberikan kunci kamar kepada Axel.

I’d love to stay here tonight tetapi agenda gue di Surabaya hanya ngobrol sambil makan siang sama Papa. Terus jam 3 sore ambil flight balik ke Kota RRR,” kata Axel sembari mengembalikan kartu akses kepada Zizi.

“Waduh buru-buru banget langsung ambil flight sore mas.”

“Iya Mbak, masih ada acara nanti malam soalnya.”

“Mesti acara jalan-jalan sama pacar ya Mas, hayoooo..”

“Bukan, gue mah gak punya pacar Mbak. Kalau Minggu malam udah jelas acaranya, tugas klasik anak sekolah, ngerjain PR haha.”

“Iya gak punya pacar, tapi tiap kelas punya kekepan minimal 3 cewek, iya kan?”

“Duh kebongkar dah rahasia gue, tolong jangan bilang ke Papa yah!”

Zizi tertawa.

“Mas Axel, Pak Hamka sudah menunggu di resto ya di meja pojok seperti biasa,” kata Zizi mengingatkan.

“Okey sip, makasih ya Mbak,” kata Axel meninggalkan Zizi yang menatap punggung Axel yang sepertinya makin tinggi tegap. Kadang ia lupa kalau Axel ini masih anak sekolahan. Soalnya kalau sudah ngobrol sama Axel, bawaannya santai. Ia dari keluarga tajir melintir, punya darah dan fisik ala bule tetapi sifatnya sangat orang Indonesia banget, humble dan easy going. Zizi tidak pernah tertarik dengan cowok yang masih sangat belia tetapi ia punya pengecualian untuk Axel. Namun Zizi tidak pernah berpikir terlalu jauh karena ini anak adalah putra kesayangan CEO tempat ia bekerja, Sidharta Group.

Axel langsung menuju ke spot di mana Papanya biasa duduk, di halaman teras hotel yang berdekatan dengan kolam berisi ikan dan gemericik suara air yang sangat menenangkan. Axel melihat Papanya sedang menelepon, Papanya tersenyum melihat kedatangan putra kesayangannya. Bahkan ia langsung menyudahi teleponnya.

“Halo Pah,” sapa Axel yang segera di sambut dengan pelukan dari Papanya.

“Halo my boi, wah makin tinggi kamu y?”

“Ya iyalah, masa-masa pertumbuhan nih!”

“Haha good-good, gimana lancar perjalanan? Sampai Surabaya jam berapa?”

“Lancar, sampai Surabaya jam setengah 10 tepat,” jawab Axel lalu keduanya duduk.

“Main kemana kamu sebelum ke sini?”

“Ke rumah teman dulu Pah.”

“Hmm, teman cowo apa cewe?” tanya Papanya tajam.

Axel cuma nyengir. “Cewek Pah. Cuma ngopi bareng ajah.”

Hamka mengangguk-angguk. “Belum makan kan?”

“Belum, sengaja gak makan, kan mau have a lunch sama bos,” jawab Axel.

Hamka tertawa. Ia lalu memanggil salah satu waitress. Satu waitress perempuan berpenampilan menarik langsung sigap menghampiri meja dan menyapa keduanya.

“Selamat siang Pak Hamka, Mas Axel. Saya Vita. Sudah siap dengan pesanannya?”

Hamka memesan Wagyu Rib-eye sementara Axel Wagyu Tenderloin.

“Saya medium rare, kamu apa?” tanya Hamka kepada Axel.

“Sama.”

Kemudian sambil menunggu, keduanya mengobrol ringan. Hamka memang sengaja tidak langsung bertanya apa yang mau Axel sampaikan, karena ia ingin mengobrol banyak dahulu dengan Axel. Karena ia jarang punya quality time dengan anak-anaknya. Paling sebulan sekali ia bisa bertemu dan menghabiskan waktu dengan putranya, itu pun harus Axel yang mendatanginya karena pekerjaan Hamka menuntut mobilitas tinggi, ia mesti membagi waktunya sebagai wakil rakyat di Senayan serta pengusaha. Sementara dengan Alexa, putri sulungnya jauh lebih jarang. Mungkin 3-4 bulan sekali. Biasanya Hamka dan Mary Jane, istri serta Mama Axel, yang pergi ke Oxford, Inggris untuk menengok putri mereka.

Quality time dengan keluarga adalah sebuah “kemewahan” untuk Keluarga Sidharta. Mary Jane adalah senior lawyer di firma yang cukup terkenal di Amerika dan selama beberapa tahun terakhir tinggal di New York. Hamka, Mary Jane, Alexa dan Axel hanya bisa berkumpul secara lengkap setahun sekali di momen liburan akhir tahun. Di luar momen tersebut, keempatnya sibuk dengan pendidikan serta pekerjaan masing-masing. Meskipun begitu, komunikasi di keluarga Sidharta sangat erat. Keempatnya sering mengadakan conference video call untuk sekedar melepas rindu dan menjaga komunikasi.

Axel pun demikian, ia tidak buru-buru mengatakan hal yang hendak ia sampaikan ke Papahnya. Dia ingin menikmati makan siang yang tenang dan normal dengan Papahnya. Hingga akhirnya keduanya selesai menyantap makan siang.

“Jadi..Kamu mau minta apa sama Papah?” tanya Hamka langsung.

Axel menyeka mulutnya dengan tisu dan meneguk air putih sebelum menjawab pertanyaan Papanya. Axel yang sudah hafal dengan sifat Papahnya lalu menjawab dengan lugas.

“Axel mau pindah sekolah.”

Hamka tetap bersikap tenang. Padahal putranya baru saja mengatakan ia ingin pindah ke sekolah. SMA NEGERI RRR adalah salah satu SMA negeri terbaik di Indonesia. Namun karena ini bukan untuk yang pertama kalinya Axel menyampaikan niat ingin pindah sekolah, Hamka masih bersikap santai. Sebenarnya untuk urusan memindahkan Axel ke sekolah lain, itu hal yang amat sangat mudah. Axel bisa pindah ke SMA manapun yang ia mau, cukup sekali telepon ke Kepala Dinas Pendidikan yang menaungi SMA yang Axel mau, beres segala urusan administrasi. Meski tanpa pengaruhnya pun, nilai akademik sangatlah bagus. Sejak SD ia selalu masuk ke dua besar nilai akademik terbaik di angkatannya dan berlanjut hingga ia SMA. Ia sebenarnya salut dengan mental Axel, karena Hamka sendiri sudah lupa sudah berapa kali Axel pindah sekolah semenjak ia SD. Namun lingkungan sekolah yang baru dalam waktu singkat, sepertinya bukan menjadi masalah buat Axel. Ia selalu bisa dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya, ia supel dan komunikatif.

“Jawab dulu pertanyaan Papa. Kenapa kamu mau pindah dari SMA NEGERI RRR ? Padahal ini baru selesai semester ganjil dan itu sekolahan kualitasnya bagus. Kalau kamu gak bisa kasih alasan ke Papa yang logis, Papa akan menolak permintaanmu. Atau dengan kata lain kamu tetap lanjut di SMA NEGERI RRR.”

“SMA NEGERI RRR memang kualitas pendidikannya bagus Pa, guru-gurunya juga sangat baik dan semuanya akrab dengan para murid. Tetapi pengawasannya sangat lemah karena Kepala Sekolahnya terlalu takut dengan profil para orang tua muridnya. Akibatnya beberapa anak sekolah di biarkan saja, berbuat onar di dalam maupun luar sekolah namun tidak mendapatkan hukuman. Dan situasi di sekolah sedang mencekam karena banyak terjadi aksi saling serang, tinggal tunggu waktu dah pecah tawuran.”

Hamka diam saja lalu meneguk jus orange.

“Kalau Papa gak percaya, Papa bisa cek saja berita-berita kriminal di Kota RRR. Bukannya Axel takut Pa. Kalau ada yang macam-macam sama gue, gue bisa beresin. Hanya saja, Axel gak mau ikut campur ke urusan receh. Axel pen fokus sekolah dengan tenang.”

Intonasi Axel tenang dan terstruktur dengan baik. Axel bersikap tenang, tidak mencoba bermain keras dengan memaksakan kehendak kepada Papanya. Axel tahu bahwa Papanya untuk urusan sekolah ia ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai seorang tua yang banyak bepergian untuk urusan pekerjaan, Hamka tidak mempunyai sisi tawar yang kuat jika anaknya meminta sesuatu yang masuk akal. Ia beruntung punya putra-putri yang tidak menuntut kedua orangtuanya agar selalu ada di dekat mereka seperti keluarga-keluarga lain. Pengaruh budaya Barat yang kuat dalam keluarga Sidharta bahwa setelah 15 tahun, Alexa dan Axel sudah di anggap dewasa dan mesti mandiri. Dan selama ini, kedua anaknya tidak pernah mengecewakan ia dan istrinya.

Alexa dan Axel is such a good kids.

Hamka menatap putranya yang rupawan dan sangat bule mirip dengan istrinya.

“Kamu sudah tahu mau pindah ke SMA mana?” tanya Hamka sambil mengetuk-ketukkan jarinnya di meja, sebuah kebiasaan yang Axel hafal benar bahwa sang Papa sedang menimang-nimang sebuah pilihan.

Ini pertanda baik, batin Axel yang menunjukan poker face di depan Papanya.

“Sudah.”

“Kemana?”

“Ke SMA Papa, di Kota kelahiran Papa.”

“SMA NEGERI XXX di Kota XXX,” gumam Hamka.

“Tepat sekali. Kali ini Axel janji Pah tidak akan pindah sekolah lagi. Axel akan selesaikan SMA di situ.”

Senyum Hamka terkembang. Axel juga ikut tersenyum. Axel tidak kuasa menahan senyum kemenangan karena Papanya 99% sudah memberikan restu serta ijin.

Saatnya melaksanakan langkah selanjutnya yang tak kalah penting, batin Axel.



XXX *** XXX

 
Oh...................ini Axel yang itu ya.......yang mati kena kangker, yang juniornya takut sama hujan.....hehehe lanjut.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd