Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI HISTORY OF AXEL

Lama2 akan sepi forum ini, TS kelas master banyak yg sudah balik padepokan, tetep semangat semuanya
 
AXEL #10 BASTARD


"Nah kebetulan kamu lagi ada di sini, Axel, kamu di tunggu Pak Yohan di ruangannya ya," ujar Bu Sari ketika melihat Axel membawakan empat puluh buku tulis berisi tugas Geografi milik teman sekelasnya yang wajib di kumpulkan di meja Pak Burhan yang berhalangan mengajar hari ini, sebelum jam istirahat kedua.

"Saya bu?"

"Iya kamu, memang ada berapa banyak siswa yang namanya Axel," tukas Bu Sari.

"Ada bu, anak kelas 3A, yang jadi ketua OSIS," jawab Axel sengaja menggoda Bu Sari. Bu Sari ini di mata Axel cukup spesial karena selain berparas cantik, dia tipikal guru berhijab namun seragamnya lumayan ketat menampakkan lekuk tubuhnya, pandai berdandan, tetap terlihat segar meski mengajar sampai siang, beliau juga cukup aktif upload foto maupun video Tik-Tok-nya di Instagram. Ya tipikal guru kekinian yang awet muda meski berusia 45 tahun dan sudah memiliki tiga orang putra berkat rajin olahraga.

Kesan Axel tentang Bu Sari singkat saja.

MILF.

"Kalau dia mah Alex Subrata. Kamu pikir Ibu gak bisa bedain mana Alex Subrata mana Axel Sidharta," tukas Bu Sari, Guru Mata Pelajaran Ekonomi.

"Heheheh jelas Ibu Sari bisa bedain saya dengan Alex, karena udah jelas siapa di antara kami berdua yang paling ganteng, tentu gantengan saya kan Bu? hehehe," goda Axel.

"Dasar narsis. Yah malah ngobrol kita. Udah di tunggu Pak Yohan di ruangannya. Temuin sekarang biar kamu sempat istirahat," ujar Bu Sari.

"Mending ngobrol sama Bu Sari sih daripada ngobrol sama Pak Yohan." goda Axel. Axel berani menggoda Bu Sari karena di ruang para guru saat ini hanya ada mereka berdua. "Kapan ada waktu Bu.. Axel pengen ngobrol dengan Bu Sari.. tentang pelajaran tentu saja," pancingnya.

"Ya bisa di atur kalau kamu mau ngobrol dengan Ibu. Ngobrol tentang pelajaran," jawab Sari sambil berlalu keluar dari ruangan sembari mengerlingkan satu mata ke Axel.

Axel menatap Sari yang seolah melempar kode ke arahnya. Giliran dah mau cabut dari sekolah ini, umpan gue di makan sama Bu Sari eheheh, batin Axel sambil menatap gurunya dari belakang. Pemandangan Sari berjalan dengan rok panjang ketat sayang untuk di lewatkan. Birahi Axel terpancing melihat geolan pinggang dan pantat Sari dari belakan ketika berjalan. "Sepertinya gue mesti cari celah waktu khusus, siapa tahu dapat les privat dari Bu Sari," gumam Axel.

Sebagai seorang wanita dewasa yang menyadari dia mempunyai wajah cantik, badan terawat, Sari sudah paham gelagat pemuda macam Axel, yang menatap bagian belakang tubuhnya ketika ia berjalan keluar dari ruangan. Sari yang mempunyai sisi eksib dalam dirinya menikmati tiap tatapan para "haus" dari para murid laki-laki ketika ia mengajar khususnya saat ia membelakangi mereka dan menulis sesuatu di whiteboard kelas. Sari sengaja berlama-lama menulis di papan membiarkan para murid laki-laki yang mulai menginjak usia masa puber, panas dingin berimajinasi dengan menatap tonjolan pantatnya yang terbungkus rok terusan ketat. Bukan cuma para murid laki-laki, beberapa guru pria juga sering-kali curi pandang ke arahnya bahkan menggoda namun semuanya masih berada dalam batas kewajaran.

"Nakal sekali kamu Axel, Ibu berikan pelajaran ketagihan kamu nanti, hehe." Sari menggumam dan tertawa kecil.

Axel segera menuju ke ruangan Pak Yohan, Kepala Sekolah SMA NEGERI RRR, ia mengetuk pelan dan terdengar dari dalam suara, "Masuk." Axel pun masuk ke dalam ruangan. Hawa AC yang dingin terasa menyegarkan namun PaK Yohan sendiri merasa panas karena satu jam yang lalu di telepon oleh Ary Hamka Sidharta, wali murid paling populer sekaligus ayah dari Axel Sidharta.

Awalnya Pak Yohan terkejut namun girang saat melihat layarnya menunjukkan nama penelepon.

Bp. Ary Hamka Sidharta.

Pak Yohan yang tadi sedang berbincang dengan beberapa guru tentang dua murid, Hito siswa kelas 1 dan Coki siswa kelas 3 yang kemarin sore masuk Rumah Sakit karena terlibat perkelahian di luar sekolah, langsung masuk ke dalam ruangannya dan mengangkat telepon tersebut sesegera mungkin.

Pak Yohan tidak tahu apa yang membuat Ayah Axel menelepon dirinya, Mungkin saja mau memberikan hibah atau bantuan ke sekolah, batinnya girang. Apalagi di awal pembicaraan, nada suara Pak Ary terlihat senang, tidak tergesa-gesa, bertanya tentang kabar dirinya, kabar sekolah, lalu di saat Pak Yohan ingin bercerita secara tersirat bahwa ia berencana merenovasi masjid di area sekolah dan dengan senang hati menerima donasi, sebuah kalimat yang tidak terlalu panjang namun bagaikan petir di siang bolong meluncur dari mulut Pak Ary.

"Jadi begini Pak Yohan, saya mau menyampaikan bahwa per hari ini putra saya, Axel Sidharta mengundurkan diri dari SMA yang Pak Yohan pimpin karena alasan pribadi. Hari ini setelah jam makan siang selesai, Fatin, salah satu asisten saya akan ke sekolah untuk menyampaikan surat pengunduran diri sekaligus mengurus hal administrasi termasuk surat yang di perlukan untuk mengurus pendaftaran di SMA barunya.

Jika ada biaya kompensasi atau sejenisnya yang perlu di bebankan ke saya, tidak usah sungkan, sampaikan saja ke Fatin. Pokoknya semua beres dan selesai hari ini juga. Mohon di bantu ya Pak Yohan. Sekalian saya mau ucapkan terimakasih karena sudah mendidik putra saya selama satu semester ini dan mohon maaf jika sekiranya putra saya sudah banyak merepotkan Pak Yohan dan para guru."


Pak Yohan terhenyak mendengarnya. Jadi tujuan utama Pak Ary meneleponnya untuk menyampaikan hal tidak enak tersebut. Bahkan belum sempat ia bertanya alasan pribadi apa yang membuat Axel pindah ke SMA lain, sambungan telepon sudah terputus. Pak Yohan penasaran "alasan pribadi" tersebut karena keinginan Pak Ary atau keinginan dari Axel. Jika alasan pribadi tersebut berasal dari Bapak Ary ia tidak mungkin bisa merubah keputusannya, tetapi jika alasan pribadi tersebut adalah keinginan dari Axel, ia mungkin masih sempat mengubah pendirian Axel sebelum asisten dari Pak Ary datang memproses kepindahannya. Maka dari itu, ia ingin berbicara langsung dengan Axel.

Kepindahan siswa dengan background sekaliber keluarga Sidharta, bukanlah berita yang sedap di dengar oleh wali murid yang lain, dimana mereka bisa mengira Bapak Ary memindahkan putranya ke sekolah lain karena faktor sistem, manajemen dan kualitas pendidikan yang kurang baik. Bahkan bisa saja di hubung-hubungkan dengan tingkat perkelahian para siswa yang semakin sering terjadi akhir-akhir ini.

“Duduk Axel,” pinta Pak Yohan kepada Axel.

“Siap Pak,” sebelum Axel duduk di kursi yang tersedia persis di depan meja, ia menutup pintu ruangan Pak Yohan rapat-rapat baru kemudian ia duduk dengan memasang wajah ceria.

Sikap Axel yang terlihat baik-baik saja ini justru membuat Pak Yohan makin susah menebak, apa alasan dia ingin pindah sekolahan.

“Axel, Bapak memanggilmu karena ingin membicarakan sesuatu. Kamu benar mau pindah sekolah?"

Axel mengangguk. "Iya Pak."

"Kenapa kamu mau pindah sekolah di pertengahan semester ? apakah kamu ada alasan pribadi yang membuatmu tidak betah atau apapun sehingga ingin pindah dari sini?" tanya Pak Yohan.

Dia nyaris saja menyambung dengan kalimat "Tidak mudah pindah di pertengahan semester apalagi di terima ke sekolah negeri yang reputasinya minimal sama baiknya dengan SMA NEGERI RRR."

Beruntung dia tidak keceplosan karena hambatan tersebut untuk putra dari Pak Ary Hamka, anggota DPR sekaligus pengusaha yang menjabat ketua KADIN, adalah persoalan yang sangat remeh. Apalagi nilai akademik Axel sangat baik di semester pertama ini. Axel tinggal tunjuk sekolah negeri manapun yang ia mau, satu kali sambungan telepon dari sang Ayah ke Kepala Sekolah, selesai. Semudah itu.

"Coba ceritakan sama Bapak, siapa tahu Bapak bisa bantu menyelesaikannya sehingga yah kamu tetap merasa nyaman dan lanjut pendidikan hingga lulus dari sini. Prosentase siswa kelas 3 alumni SMA NEGERI RRR yang di terima di PTN pilihan pertama di angka 90 %. Bahkan kami punya jaringan beasiswa ke Universitas terbaik di Malaysia, Singapura bahkan ke Jepang."

Bla....bla....bla....

Axel diam saja mendengarkan celoteh panjang lebar dari sang Kepsek yang kini lebih mirip sales instansi pendidikan mempromosikan hal-hal positif tentang SMA NEGERI RRR. Memang apa yang di bangga-banggakan oleh Pak Yohan benar, SMA NEGERI RRR masuk dalam sepuluh besar SMA Negeri terbaik di Indonesia. Lima menit berlalu dan Pa Yohan masih mengoce membuat Axel mulai bosan dan jengah, Ia sengaja menguap lebar-lebar di depan Pak Yohan.

"Hooahhenmmm, panjang amat lo pak ngomongnya. Jadi ngantuk gue."

"Eh..?"

Pak Yohan tertegun ucapan bernada kasar dari Axel yang biasanya sopan.

"Udah stop. Elo ngomong sampai berbuih-buih juga gue tetap pindah sekolah. Gak ada yang bisa mengubah keputusan gue. Toh papa gue kasih izin gue pindah sekolah. Jadi kita buat sederhana saja Pak, gak usah berbelit-belit. Lo tinggal tanda tangan saja semua surat yang di sodorkan oleh asisten Papa yang mengurus kepindahan gue dari sini. Eh bagi aernya, elu yang ngoceh gue yang haus," Axel dengan santai meminum air putih yang ada di gelas milik Pak Yohan yang masih utuh.

Pak Yohan terdiam melihat perbuatan kurang ajar Axel.

"Tapi gue hargai itikad baik dari elo Pak, udah promo di depan gue. Ini pak silahkan di minum, elo pasti haus kan Pak abis ngoceh panjang benar. Sembari elo nikmatin minuman dingin ini, gue akan ceritakan dua alasan utama kenapa gue pindah dari sekolah yang lo bangga-bangga'in," tukas Axel sambil menaruh kembali gelas minuman yang tinggal separuh airnya.

"Oia, biar gue ceritanya lancar, gue ijin ngrokok yak," Axel kemudian merogoh sebungkus rokok beserta Zippo dari saku celananya. "Yah, tinggal sebungkus, jadi maaf gak bisa nawarin Pak. Sama ijin gue buka jendela dikit biar asapnya keluar."

Hampir dua puluh tahun Pak Yohan menjadi seorang kepala sekolah namun baru kali ini ia menjumpai siswa yang luar biasa kurang ajar seperti Axel. Setelah meminum air putih dari gelas yang biasa ia pakai, ia kini merokok dengan santai di depan mukanya ! di ruangan kerjanya pula ! Pak Yohan geram bukan main, ia sudah masa bodo dengan keputusan Axel pindah sekolah, namun ia membiarkan saja polah Axel karena ia penasaran dengan dua alasan kenapa ia pindah sekolah.

"Alasan pertama yakni alasan pribadi. Secara pribadi gue udah bosan bersekolah di sini. Atau lebih tepatnya gue udah bosan ngentoin meki para cewek-cewek populer di sini. Arneta, Melani, Lidya, Aisah, Farah, Yunita, Mery, Debbie, Vivi, Karina ya pokoknya sebut saja siswa cewek favorit lo mulai dari siswi yang genit siswi yang alim dan lainnya, gue udah pernah ngentot, unboxing sama mereka semua. Meski gue udah bosan, namun yah gue tetap perlu bersyukur karena mayoritas gue yang buka segel perawan mereka ahaha. Kalau gak percaya, tanya aja sama mereka. Kalau mereka membantah, tinggal WA gue aja Pak, gue akan share foto naked dan gamger siswi yang elo mau, gue punya semua dokumentasi mereka pas ngentot sama gue, huehehhee."

Pak Yohan terhenyak, ia kini duduk bersandar di kursinya. Ia tidak tahu lagi mau ngomong apa, ia merasa Axel sedang tidak membual.

"Pak, ga ada asbak ? kalau gak ada asbak, gue pake gelasnya buat asbak ? Eh ini mau di habisin dulu gak airnya ? sayang kalau gak di habisin," tanya Axel kurang ajar. Pak Yohan terpekur dengan wajah memerah menahan amarah sambil menatap ke arahnya. "Ye di tanya malah bisu, yaudah, gue jadiin asbak," Axel menjentikkan abu rokok ke dalam gelas Pak Yohan yang tadi ia sempat minum separuh.

Pak Yohan geram sekali. Namun pada saat yang sama, ia membiarkan Axel saja bertingkah seenaknya, ia ingin melihat sampai sejauh mana sifat asli Axel, sifat yang ia sembunyikan dengan baik di depan para guru termasuk dirinya, mungkin juga ia tutupi dari keluarganya sendiri, terutama Ayahnya.

"Alasan kedua, alasan akademik. Elo tadi jelasin, kalau sekolah ini masuk ke sepuluh besar SMA negeri terbaik secara nasional. Yah lumayan peringkat sepuluh. Pak coba tebak, sekolahan terbaru gue nanti ada di peringkat berapa ? jangan kaget atau jantungan yah dengarnya. Mulai semester depan gue resmi jadi murid SMA NEGERI XXX, SMA Negeri terbaik saat ini. Kualitasnya jauh di atas sekolahan ini. Selain hal tersebut, gue juga ingin balik ke kota asal Papa sih plus beliau adalah alumni SMA NEGERI XXX, sebagai seorang putra yang berbakti, gue ingin menapaki sekolah yang sama dengan Papa gue. Tapi gak perlu minder atau merasa inferior dengan sekolahan terbaru gue tersebut karena, SMA NEGERI RRR adalah sekolah batu loncatan yang baik. Meki para siswanya juga gurih cuma selera gue terlalu tinggi dan cepat bosen, ahhahahahaha !"

Makin merah padam muka Pak Yohan, ia tidak terkejut karena Axel bisa di terima di SMA NEGERI XXX namun ia merasa terhina karena bocah ini sudah menyebut sekolah yang sudah ia pimpin selama sepuluh tahun terakhir, sebagai sekolah batu loncatan !

Pak Yohan ingin memaki Axel karena betapa ia kurang ajar, dari cara ia bersikap, berbicara bahkan ia sudah bertindak cabul dengan para siswa cewek, namun saat ia menatap Axel, entah kenapa, keberaniannya tidak muncul. Ia heran, dia yang sudah berusia 53 tahun bisa gentar dengan tatapan anak bau kencur ini. Ia sudah kenyang berhadapan dengan para siswa bandel tetapi anak ini sangat extraordinary, bukan cuma background keluarganya namun secara personal, Axel remaja yang....mengerikan.

"Well, dari sikap lo yang sedang mikir keras, ada pertanyaan lagi kah? karena kalau gak ada, gue mau ke kantin cari kopi. Anjing Ngantuk bet gue pak semalaman ngentot sama pembantu seksi di rumah gue."

Axel lalu memasukan puntung rokok ke dalam gelas yang airnya sudah berwarna kelabu karena tercampur dengan abu rokok. Sambil bersiul dan memasukkan kedua tangannya di saku, Axel berjalan menuju pintu. Sebelum memutar knop pintu, Axel lalu mengucapkan sesuatu yang membuat Pak Yohan bersyukur anak sebangsat dan sebejat mulai besok sudah angkat kaki dari sekolahan ini.

"Pak, sekedar reminder, apa yang kita bicarakan tadi, cukup hanya kita berdua yang tahu karena gue ingin pertemuan ini menjadi hal yang terakhir kalinya kita bertemu. Tapi kalau elo masih ingin ngobrol dan berurusan sama gue, yah silahkan ceritakan pembicaaraan kita siang ini kepada guru lainnya atau malah di laporkan ke Papa gue. Gue sih gak ada masalah, namun jika itu terjadi, pertemuan kita berikutnya akan menjadi pertemuan yang sangat tidak menyenangkan bagi satu pihak, hehehe. You know what i mean, old man."

Sebenarnya masih ada satu alasan, prime reason kenapa Axel pindah sekolah karena tentu saja, besok selasa akan menjadi puncak rencananya. Akan lebih baik dia sudah tidak ada di sekolah ketika para begundal SMA SWASTA RRR menyerang SMA NEGERI RRR. Sehingga Axel sengaja memenuhi otak Pak Yohan bahwa imej seorang Axel adalah siswa penjahat kelamin, bukan siswa berandalan dan tidak ada sangkut pautnya dengan kerusuhan besar yang akan terjadi besok.

Begitu Axel keluar dari ruanganya, Pak Yohan langsung menyeka keringat yang mengucur di keningnya. Ancaman halus dari Axel membuat dirinya memutuskan cukup ia yang tahu kedok asli Axel, lagipula wibawanya akan hancur jika ada yang tahu, bagaimana orang tua seperti dirinya bisa gentar dengan seorang siswa.

Siswa paling jahanam yang pernah ia temui sepanjang kariernya di dunia pendidikan.

Di saat yang sama, Axel yang sudah berada di kantin, sedang santai menikmati kopi hitam. Ia tidak terburu-buru kembali ke kelas meski bel tanda jam istirahat sudah usai, berbunyi lima menit yang lalu. Setelah kopinya habis ia baru kembali ke kelas. Ia terkejut karena menjumpai Bu Sari. Axel tersenyum karena ia baru ingat jam ke 7 dan 8 di isi ole beliau.

"Maaf bu telat," ucap Axel sopan di depan pintu.

"Iya, masuk saja."

"Terimakasih Bu."

Axel lalu melenggang masuk ke dalam kelas tanpa di tanya-tanya kenapa ia telat kembali ke kelas, karena Bu Sari tahu ia tadi menghadap bertemu Pak Yohan, jadi wajar jika Axel telat kembali ke kelas. Pelajaran Ekonomi pun kembali berlangsung. Axel yang sudah tidak minat lagi mengerjakan tugas yan di berikan Bu Sari di sisa jam pelajaran, lebih memilih terus-terusan menatap Bu Sari yang tengah mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Sari juga lama-lama ngeh di perhatikan oleh Axel, ia hanya melempar senyum kepada Axel. Sari memerah mukanya karena tatapan Axel kepadanya sudah bukan lagi tatapan seorang murid kepada guru, tapi tatapan ketertarikan seorang cowok remaja terhadap perempuan yang lebih tua.

Sari yang sedang membuka Whastsapp Web di latptop, lalu mengirim chat kepada Axel.

SARI
Kamu malah ngliatin Ibu terus, nanti Ibu malu lho.
soalnya di kerjakan gih, dua puluh menit lagi harus sudah selesai.
13.10

Sari melihat Axel menunduk, kemungkinan besar ia tengah membaca WA darinya. Sari deg-degan saat melihat Axel is typing...

AXEL
Ibu keterlaluan sih cantiknya..
Bu, nanti sore makan berdua yuk.
Axel butuh "pelajaran tambahan" dari Ibu.
13.16

Kurang ajar benar ini anak, berani benar dia ngajakkin aku, gurunya, ketemuan, batin Sari kaget melihat jawaban dari Axel. Ini anak mesti di berikan pelajaran nih biar tahu tata krama!

SARI
Ya ampun Axel, kurang ajar kamu.
Yaudah, ibu nanti sore akan ke rumahmu.
13.18

tak lama kemudian, balasan dari Axel membuat Sari wajahnya memerah.

AXEL
Temui saya di sini.
Crystal Hotel kamar no 666. sore ini jam 5
13.20

Dada Sari berdegup kencang, jiwa nakal yang lama ia pendam seolah muncul kembali.

SARI
siapa takut !
13.22


XXX *** XXX



TRIT TENTANG PREMIUM CONTENT LPH BISA KLIK DI LINK DI BAWAH :

https://www.semprot.com/threads/premium-content.1360970/
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd