Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI HISTORY OF AXEL

AXEL
#13 WELLCOME !


Suasana di lorong depan kelas 1A hingga 1D cukup ramai oleh para siswa yang mengobrol santai menunggu jam masuk di depan kelas mereka masing-masing. Ada yang duduk di bangku keramik depan kelas, ada juga yang duduk di bebatuan pinggir kolam, bersandar di tiang dan ada juga yang duduk jongkok. Kelas 1A hingga 1D ini secara lokasi memang lebih asri dibandingkan kelas 1E hingga 1F yang berada di lantai dua, karena persis si seberang kelas mereka, depan lorong, ada taman dengan pot-pot bunga yang indah serta pepohonan yang tingginya 7-8 meter hingga mencapai atap genting di lantai 2. Bahkan taman ini juga ada kolam yang berisi puluhan ekor ikan hias. Taman tersebut bukan cuma ada di depan gedung kelas siswa kelas 1. Di depan gedung kelas 2 dan 3 juga ada taman yang identik.

Ikan-ikan tersebut di rawat oleh penjaga sekolah dan ada papan larangan untuk mengganggu keberadaaan ikan tersebut dengan melemparkan sisa makanan sembarangan ke dalam kolam. Jika ada yang melanggar bisa kena hukuman cukup berat, yakni membantu penjaga sekolah menguras dan membersihkan kolam ikan setelah jam pulang sekolah. Memang hukumannya nampak sepele, tapi untuk ukuran sekolah elite SMA NEGERI XXX, itu aib dan bisa menjadi bahan tertawaan siswa lainnya.

Tetapi meski ada larangan yang jelas terpasang, tetap saja ada siswa bodoh yang menganggap papan larangan itu hanya tempelan semata dan tanpa ia sadari, kebodohannya tersebut di kemudian hari di jadikan "jalan masuk" bagi seorang siswa baru yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah barunya, sedang memikirkan beberapa rencana untuk "mengacau" sekaligus memilah karakter apa yang akan ia mainkan di SMA NEGERI XXX.

Calon siswa baru tersebut siapa lagi kalau bukan Axel The Joker.

***

Pagi itu, ada satu siswa kelas 1D yang cukup bengal dan menganggap remeh aturan "DI LARANG MELEMPARKAN SEGALA MACAM MAKANAN, SAMPAH KE DALAM KOLAM" tersebut. Dengan santainya sambil menunggu bel tanda jam masuk terdengar, Vendri diam-diam melemparkan makanan snack pilus ke dalam kolam ikan. Siswa tersebut, Vendri namanya.


VENDRI - KELAS 1D (SMA NEGERI XXX)

"Vend, mau cari masalah sama guru BP lo?" beberapa teman Vendri mencoba mengingatkannya.

"Halah, gak ada kelihatan guru di sekitar sini, santuy. Lagian kasihan ini para ikan-ikan pada kelaperan belum sarapan, tuh liat pada ngumpul dan rebutan pilus kayak Adam di rebutin para bencong-bencong terminal, hahaha," tukas Vendri yang kali ini malah membawa-bawa nama Adam, siswa 1D paling pandai, pendiam namun merasa dikucilkan teman sekelasnya, entah apa alasannya.


Anak-anak siwa cowok 1D yang sedang nongkrong di depan kelas tertawa mendengar kelakar Vendri dan di saat yang bersamaan, Adam keluar dari kelas untuk membuang pulpennya yang sudah rusak ke tempat sampah, menoleh dan menatap ke arah Vendri yang menyinggung namanya. Sadar anak yang ia sebut namanya melihat ke arahnya, Vendri langsung menatap ke arah Adam sembari berteriak menantangnya, "Kenapa elo lihat-lihat ? gak terima nama elo gue sangkutin sama bencong terminal ?"


ADAM - KELAS 1D (SMA NEGERI XXX)

Adam yang sadar dia lemah dan yang cari gara-gara adalah Vendri, akhirnya hanya diam menunduk dan berjalan kembali masuk ke dalam kelas.

"Hahaha ! dasar lu orang aneh bin cemen !" tukas Vendri sambil menuang pilus ke telapak tangannya kemudian di lemparkan ke arah Adam. Beberapa butir pilus ada yang terbang dan mendarat di atas rambutnya yang bergelombang ke arah kriwil, yang sialnya, di sisir menyamping oleh Adam sehingga, pilus tersebut tidak mudah jatuh ke bawah karena tersangkut di rambutnya.

Otomatis, Vendri dan teman-temannya tertawa terpingkal melihat hal ini.

"Anjirr, kasihan pilusnya woi, mau turun gak bisa ! jadi tawanan di rambut Adam ! haha !" Vendri pun makin girang mendengarnya dan makin tambah semangat mem-bully Adam.

TEEEETTT !!! TEEEETT !!

Beruntung, bel tanda jam masuk sekolah berbunyi dua kali, di susul satu bel yang berbunyi agak panjang yang menjadi penanda langsung masuk jam pelajaran pertama. Adam menghembuskan nafas lega karena ia bisa segera masuk ke kelas dan Vendri berhenti, untuk sementara, mengganggunya. Namun, Adam merasa yang tiba-tiba merangkulnya dari belakang dengan kasar.

Adam menoleh dan melihat Vendri merangkulnya sambil berjalan masuk ke kelas.

"Dam, lagi-lagi gue lupa bawa duit hari ini nih, padahal gue mulai lapar. Ntar elo traktir gue sarapan di kantin ya. Wajib hukumnya. Elo tahu akan apa yang terjadi kalau gue lagi laper tapi elo gak nurut apa kata gue, " ancam Vendri dengan suara pelan.

"I-iya..." Adam dengan sangat terpaksa mengiyakan todongan dari Vendri tersebut. Meski di dompetnya kini hanya tersisa uang 35 ribu karena uang jajannya minggu ini, nyaris ia habiskan kemarin untuk membeli komik di Gramedia. Mentraktir Vendri sarapan di kantin itu sama dengan uangnya berkurang 15 ribu, sehingga tersisa uang 20 ribu. Sementara baru besok lusa, ia mendapat uang mingguan dari Ibunya. 20 ribu untuk dua hari. Adam cuma bisa pasrah dan bersiap membawa bekal roti sandwich dari rumah untuk menghemat uang makan di sekolah selama dua hari.

"Nah gitu dong," kata Vendri sambil melepas rangkulannya di pundak Adam, yang menurut Adam itu bukan rangkulan tetapi mendekati pitingan.

Setelah Vendri membiarkan dirinya pergi, dengan langkah gontai Adam berjalan ke arah tempat duduknya yang berada di deretan meja paling, menempel ke dinding. Mejanya berada di bagian tengah. Berbeda dengan semua teman sekelasnya, tidak ada siapa-siapa yang duduk di dekatnya. Bangku di sebelah bangkunya sudah kosong, karena jumlah murid di kelasnya berjumlah 39 anak alias ganjil.

Awalnya kelas 1D ini memiliki jumlah murid yang sesuai dengan kapasitas siswa tiap kelas yakni 40 siswa, tetapi Oman, siswa kelas 1D setelah menyelesaikan semester 1, mengundurkan diri dari SMA NEGERI XXX karena ikut pindah orang tuanya yang bekerja di Singapura dan meneruskan sekolah di sana.Oman ini tadinya duduk semeja sama Adam. Sehingga semenjak kepindahan Oman, praktis Adam duduk sendirian, tidak ada teman sekelasnya yang berminat duduk dengan Adam karena Adam terkenal pelit, tidak suka meminjamkan barang-barangnya ke temannya, terutama memberikan contekan pada saat ulangan dan ia juga di anggap sedikit nerd karena penampilan fisiknya. Kurus ceking dan berambut keriting.

Adam juga merasa enjoy aja sih duduk sendiri, ia malah lebih bebas dan leluasa. Meski dalam hatinya ia merasa kesepian, tidak ada satupun teman di kelasnya yang membela dirinya ketika Vendri secara terang-terangan mem-bully seperti tadi. Ia cuma jadi bahan olokan dan barusan dari meja di belakangnya ia mendengar cekikian dua orang siswa perempuan yang mentertawakan kacang pilus yang masih bertenggger di atas rambut keritingnya.

Adam lalu menyibak-nyibakkan rambutnya agar pilus yang ada di rambut keritingnya yang kaku dan memang beberapa pilus jatuh, jatuh di meja belakangnya, membuat dua penghuninya berteriak marah kepada Adam.

"Kenapa lo buang kesini, ihhhh jijik !!! pasti itu pilus ada ketombenya, euhhhhh !" ujar salah satu di antara mereka.

Adam menengok ke belakang, ia melihat Sintya dan Fanny mendelik marah kepadanya. Fanny lalu memukul pilus yang berada di atas meja dengan buku sehingga terlempar ke arahnya, SIntya dengan cekatan menyemprotkan hand sanitizer di atas meja, bekas tadi pilus berjatuhan dari rambutnya ke atas meja, lalu di lap dengan beberapa lembar tisu.

"Don, geser lagi meja lo ke belakang," dengus Fanny kepada Doni yang berada di meja belakangnya.

Donny yang duduk di meja paling belakang bersama Cipto, lalu bertanya kepada Fanny, "Kenapa gue mundurin meja gue lagi woi, sempit nih di belakang," protesnya.

"Pokoknya geser lagi ke belakang, gue gak mau meja gue kena bakteri ketombe dari rambutnya Adam yang keriting kayak jembut," jawab Fanny kasar.

"Wahahaha ! lu pernah liat jembutnya Adam, Fan ?? wuidihhh. Kontinya Adam gimana ? anaconda apa belut !"

"Amit-amit !! kayak gak ada cowok lain ! dah cepat geserr !" rengek Fanny sambil mendorong-dorong mejanya.

Donny tidak mau ribut dengan duo cewek paling cerwet di kelasnya, akhirnya mengalah dan menggeser mejanya ke belakang. Fanny dan Sintya kemudian menggeser kursi dan mejanya lebih ke belakang, sehingga ada jarak sekitar 10 cm antara meja mereka dengan kursi Adam.

"Awas kalau elo ikut-ikutan mundurin kursi lo Dam !" ancam Fanny kepada Adam.

Adam yang mendengar pembicaran di belakangnya, hanya diam saja. Ia sudah terbiasa mendengar omongan kasar dari teman sekelasnya, entah siswa cowok apa cewek, sama saja mulutnya, tidak segan mengeluarkan umpatan kasar yang di tujukan kepadanya. Dalam hati Adam bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah dirinya sedemikian menyedihkan sampai-sampai tak ada satupun orang di kelas ini yang sudi berteman dirinya ?"


***


"Bur, berhenti di sini saja," pinta Axel kepada Burhan, sopir barunya.

"Kenapa Mas, sekolah Mas Axel masih mayan jauh," tanya Burhan heran.

"Jauh apaan, itu udah kelihatan gedungnya, paling dua tinggal 100 meter lagi. Stop sini, gue gak mau di cap siswa baru belagu nan sombong, udah telat, di antar pake Alphard pulak."

Burhan pun menurut saja dengan permintaan majikannya, mobil menepi ke sisi kiri.

"Pulang gak usah jemput gue, gue balik sendiri," pesan Axel kepada sebelum ia keluar dari mobil.

"Memangnya Mas Axel udah hafal alamat rumah ?"

"Hilih kintil, elo pikir gue anak TK gak bisa pulang sendiri ? kan gue bisa balik Gocar," kata Axel kemudian keluar dari mobil.

Burhan bimbang, ia sudah mendapat tugas khusus dari Bu Heni, kepala pelayan sekaligus orang kepercayaan Nyonya William, untuk mengantar jemput Axel ke sekolah. Ia di minta melakukannya sampai mobil kesayangan Axel, Nissan GT-R 135, yang di kirim dari Kota RRR tiba di Kota XXX.

"Yawislah, kalau dia mau pulang sendiri, tinggal laporan apa adanya saja gue mah ke Bu Heni," gumam Burhan pelan.

Burhan membuka kaca penumpang di sisi kiri, ia mengangguk sopan dan mengklakson pelan saat ia melewati Axel yang sedang berjalan menuju gerbang, Axel tersenyum saja.

"Kalau wajah gue seganteng, postur gue tinggi semampai dan setajir Mas Axel, beuhhh, udah gue habisin perawan-perawan bahenol di mari," gumam Burhan sekali lagi saat ia melewati gerbang sekolah SMA NEGERI XXX yang memang terkenal dengan siswa-siswa cantik bak model atau artis.

Setelah Burhan pergi, Axel melihat jam tangannya, jam 9.15, padahal ia di minta untuk bertemu Albert, Kepala Sekolah SMA NEGERI XXX jam 08.00. Namun Axel tetap santai, ia yakin Albert sudah tahu siapa dirinya serta siapa keluarganya.

"Permisi Pak," Axel yang sudah sampai di depan gerbang, memanggil satpam yang sedang sibuk menulis sesuatu di pos nya. Axel tahu gerbang ini pasti sudah di kunci.

Satpam yang bernama Sobri menatap heran seorang siswa yang mengenakan seragam sekolah SMA NEGERI XXX berdiri di luar gerbang di jam segini. Tapi di saat yang sama, Sobri yakin ia belum pernah melihat siswa ini sebelumnya. Sobri bahkan sempat merasa ada turis nyasar karena siswa yang di lihatnya benar-benar ganteng khas bule.

Sobri kemudian menghampiri Axel dan tanpa membuka pagar, ia bertanya apa keperluan Axel sambil menambahkan keterangan bahwa pintu sudah di tutup dari Jam 08.00. Siswa tidak akan di perkenankan masuk dengan alasan apapun, kecuali orang tua siswa sudah izin langsung ke Bu Rini sehari sebelumnya dan si Guru BP memberikan izin.

"Iya, maaf saya telat Pak, maklum hari pertama. Saya Axel, siswa baru pindahan dari Kota RRR, " Axel memperkenalkan dirinya dengan sesopan mungkin.

Sobri diam saja, ia sedang mengingat sesuatu. Seingat Sobri, Bu Rini tidak memberikan pesan apa-apa padanya. Jadi tidak ada alasan baginya untuk membukan pintu gerbang sekolah, termasuk murid pindahan sekalipun.

"Maaf, kembali saja besok atau silahkan telepon ke sekolah, nomor telepon sekolah ada di papan nama sekolah di luar. Minta sambungkan ke Bu Rini, guru BP. Jika beliau memberikan izin, baru saya membukakan pintu gerbang."

Axel melongo mendengar jawaban tegas dari Sobri, si satpam sekolah yang disipilin taat protokoler. Axel nyaris tertawa terbahak-bahak, tapi ia menahannya dan menuruti saran dari Sobri. Sambil melihat ke papan nama, Axel menempelkan ponsel di kuping dan sibuk menelepon.

Sobri mengira Axel menuruti sarannya dan meminta izin ke Bu Rini. Tak lama kemudian, telepon yang ada di pos satpam berdering. Di saat Sobri mengira yang menelepon adalah Bu Rini, tapi ia salah dan terkejut sendiri saat mendengar suara gahar dari ujung telepon.

"Sobrii, bukakan pintu gerbang sekolah sekarang dan itu yang di depan putra nya Bapak Hamka Sidharta !! anggota DPR, sekjen Parpol XXX sekaligus owner Sidharta Group ! setelah kamu persilahkan dia masuk, arahkan di parkir mobilnya di parkiran khusus guru, lalu antar dia ke ruangan saya !"

"Eh ?" Sobri terdiam saat menyadari itu adalah suara Pak Albert, sang kepala sekolah. Sobri terkejut bukan main sambil melihat ke arah Axel yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Sobri jadi serba salah karena rupanya ini anak baru rupanya anak pejabat negara !

"86 Pak Albert ! eh siap Pak Albert!" jawab Sobri.

"Sob, kamu antar dia ke lobi saja, biar saya yang sambut Axel di lobi," terang Pak Albert.

Makin terkejutlah Sobri mendengarnya, seumur-umur dia kerja sebagai satpam SMA NEGERI XXX selama tiga tahun, baru kali ini dia mendengar Pak Albert akan menyambut sendiri siswa baru dengan status murid pindahan.

Ini anak sakti banget, batin Sobri.

"Izin menutup teleponnya Pak," kata Sobri.

KLIK

Tapi rupanya Pak Albert yang terlebih dahulu menutup sambungan telepon.

Sobri langsung dengan sigap keluar dari pos satpam dan membuka pintu gerbang selebar mungkin, karena pikir Sobri, Axel bawa mobil karena ia melihat ada mobil Honda Jazz berhenti di depan sekolah.

"Mari masuk, maaf-maaf, baru saya bukakan sekarang," pinta Sobri sambil setengah menunduk, jika Pak Albert saja sampai menemui dan menyambut langsung anak ini, ia mesti "hormat" juga sama ini anak, batinnya.

"Iya Pak, gak apa-apa," jawab Axel.

"Mobilnya bisa di masukkan dan di parkir di sini saja," ujar Sobri sambil menunjuk ke area parkir khusus Guru yang ada di halaman sekolah. Edan, baru kali ini ada mobil siswa yang di izinkan parkir di parkiran mobil khusus bagi para guru.

"Saya gak bawa mobil Pak, tadi kesini saya naik Gocar," jawab Axel.

"Owalah. Mari saya antar ke lobi, Pak Albert menunggu di sana," ujar Sobri sesopan mungkin.

"Waduh, saking gak sabarnya ingin memarahi saya karena terlambat satu jam, Pak Albert sampai turun ke lobi segala," ujar Axel sambil berpura-pura menampakkan wajah khawatir.

Sobri melirik Axel, di detik ini, dia langsung memiliki perasaan tidak suka dengan anak baru ini.

"Mari saya antar ke lobi," ujarnya sambil berusaha menampakkan sikap sopan maksimal.

"Lobi di sana kan?" tunjuk Axel.

Sobri mengangguk. "Iya."

"Saya kesana saja sendiri Pak, gak perlu di antar," kata Axel.

Sobri ingin mengiyakan, tetapi ia ingat perintah Pak Albert, ia harus mengantar Axel sampai ke lobi.

"Gak apa-apa, saya antar sebentar, sekaligus saya jelaskan sedikit tentang denah sekolah ini," tukas Sobri.

Axel merasa Sobri, nampak agak "memaksa", padahal lobi udah jelas kelihatan 10 meter dari sini. Tapi Axel tahu, pasti ia hanya melaksanan perintah dari Albert.

"Oke, baiklah. Memang dari luar kelihatan, sekolah ini punya banyak gedung dan luas sekali," Axel membalas kesopanan Sobri.

Axel dan Sobri pun berjalan menuju ke lobi. Baru juga mereka sampai lobi dan Sobri mempersilahkan Axel untuk duduk di bangku yang ada di sana, mereka berdua mendengar suara orang berjalan dengan tergesa-gesa dari arah lorong gedung admininistrasi.

Axel melihat seorang pria berusia sekitar 50 tahun, bertubuh pendek gemuk dan rambut klimis tersisir rapi belah pinggir, mengenakan kemeja biru polos yang nyaris tidak bisa menahan perutnya. Axel tertawa sinis dan membatin, Ah tepat seperti bayangan gue sosok kepsek mata duitan yang ada di sekolah ini. Dia sih gampang sekali untuk gue jinakkan.

Albert melihat di lobi sudah ada seorang siswa cowok yang bertubuh tinggi ramping, wajahnya sangat tampan khas bule, jauh lebih tampan daripada foto yang ada di dokumen di meja kerjanya. Lebih dari itu, Albert mencium bau harum dari siswa tersebut, apalagi kalau bukan aroma yang menjadi favoritnya sepanjang ia hidup, yakni aroma fulus dari keluarga Super duper kaya, keluarga Sidharta.

Begitu sampai di lobi, Albert langsung menyeka peluh di keningnya dengan sapu tangan karena ia tergopoh-gopoh berjalan cepat dari ruanganya menuju ke lobi utama sekolah untuk langsung menyambut Axel Sidharta William.

"Axel, Selamat datang di Kota XXX, selamat datang di SMA terbaik nasional, SMA NEGERI XXX !!" sambut Albert sembari memasang wajah seramah dan tak lupa membanggakan status prestise sekolahnya.

Axel pun tersenyum lebar dan nyaris menyeringai, karena ia punya feeling serta amat sangat yakin,, kota dan sekolah ini akan menjadi "tempat bermain" paling menantang kecerdasan dan kekuatannya !

Get ready, the Joker is on the house !!

XXX *** XXX



TRIT TENTANG PREMIUM CONTENT LPH BISA KLIK DI LINK DI BAWAH :


https://www.semprot.com/threads/premium-content.1360970/
 
Terakhir diubah:
AXEL
#13 WELLCOME !


Suasana di lorong depan kelas 1A hingga 1D cukup ramai oleh para siswa yang mengobrol santai menunggu jam masuk di depan kelas mereka masing-masing. Ada yang duduk di bangku keramik depan kelas, ada juga yang duduk di bebatuan pinggir kolam, bersandar di tiang dan ada juga yang duduk jongkok. Kelas 1A hingga 1D ini secara lokasi memang lebih asri dibandingkan kelas 1E hingga 1F yang berada di lantai dua, karena persis si seberang kelas mereka, depan lorong, ada taman dengan pot-pot bunga yang indah serta pepohonan yang tingginya 7-8 meter hingga mencapai atap genting di lantai 2. Bahkan taman ini juga ada kolam yang berisi puluhan ekor ikan hias. Taman tersebut bukan cuma ada di depan gedung kelas siswa kelas 1. Di depan gedung kelas 2 dan 3 juga ada taman yang identik.

Ikan-ikan tersebut di rawat oleh penjaga sekolah dan ada papan larangan untuk mengganggu keberadaaan ikan tersebut dengan melemparkan sisa makanan sembarangan ke dalam kolam. Jika ada yang melanggar bisa kena hukuman cukup berat, yakni membantu penjaga sekolah menguras dan membersihkan kolam ikan setelah jam pulang sekolah. Memang hukumannya nampak sepele, tapi untuk ukuran sekolah elite SMA NEGERI XXX, itu aib dan bisa menjadi bahan tertawaan siswa lainnya.

Tetapi meski ada larangan yang jelas terpasang, tetap saja ada siswa bodoh yang menganggap papan larangan itu hanya tempelan semata dan tanpa ia sadari, kebodohannya tersebut di kemudian hari di jadikan "jalan masuk" bagi seorang siswa baru yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah barunya, sedang memikirkan beberapa rencana untuk "mengacau" sekaligus memilah karakter apa yang akan ia mainkan di SMA NEGERI XXX.

Calon siswa baru tersebut siapa lagi kalau bukan Axel The Joker.

***

Pagi itu, ada satu siswa kelas 1D yang cukup bengal dan menganggap remeh aturan "DI LARANG MELEMPARKAN SEGALA MACAM MAKANAN, SAMPAH KE DALAM KOLAM" tersebut. Dengan santainya sambil menunggu bel tanda jam masuk terdengar, Vendri diam-diam melemparkan makanan snack pilus ke dalam kolam ikan. Siswa tersebut, Vendri namanya.


VENDRI - KELAS 1D (SMA NEGERI XXX)

"Vend, mau cari masalah sama guru BP lo?" beberapa teman Vendri mencoba mengingatkannya.

"Halah, gak ada kelihatan guru di sekitar sini, santuy. Lagian kasihan ini para ikan-ikan pada kelaperan belum sarapan, tuh liat pada ngumpul dan rebutan pilus kayak Adam di rebutin para bencong-bencong terminal, hahaha," tukas Vendri yang kali ini malah membawa-bawa nama Adam, siswa 1D paling pandai, pendiam namun merasa dikucilkan teman sekelasnya, entah apa alasannya.


Anak-anak siwa cowok 1D yang sedang nongkrong di depan kelas tertawa mendengar kelakar Vendri dan di saat yang bersamaan, Adam keluar dari kelas untuk membuang pulpennya yang sudah rusak ke tempat sampah, menoleh dan menatap ke arah Vendri yang menyinggung namanya. Sadar anak yang ia sebut namanya melihat ke arahnya, Vendri langsung menatap ke arah Adam sembari berteriak menantangnya, "Kenapa elo lihat-lihat ? gak terima nama elo gue sangkutin sama bencong terminal ?"


ADAM - KELAS 1D (SMA NEGERI XXX)

Adam yang sadar dia lemah dan yang cari gara-gara adalah Vendri, akhirnya hanya diam menunduk dan berjalan kembali masuk ke dalam kelas.

"Hahaha ! dasar lu orang aneh bin cemen !" tukas Vendri sambil menuang pilus ke telapak tangannya kemudian di lemparkan ke arah Adam. Beberapa butir pilus ada yang terbang dan mendarat di atas rambutnya yang bergelombang ke arah kriwil, yang sialnya, di sisir menyamping oleh Adam sehingga, pilus tersebut tidak mudah jatuh ke bawah karena tersangkut di rambutnya.

Otomatis, Vendri dan teman-temannya tertawa terpingkal melihat hal ini.

"Anjirr, kasihan pilusnya woi, mau turun gak bisa ! jadi tawanan di rambut Adam ! haha !" Vendri pun makin girang mendengarnya dan makin tambah semangat mem-bully Adam.

TEEEETTT !!! TEEEETT !!

Beruntung, bel tanda jam masuk sekolah berbunyi dua kali, di susul satu bel yang berbunyi agak panjang yang menjadi penanda langsung masuk jam pelajaran pertama. Adam menghembuskan nafas lega karena ia bisa segera masuk ke kelas dan Vendri berhenti, untuk sementara, mengganggunya. Namun, Adam merasa yang tiba-tiba merangkulnya dari belakang dengan kasar.

Adam menoleh dan melihat Vendri merangkulnya sambil berjalan masuk ke kelas.

"Dam, lagi-lagi gue lupa bawa duit hari ini nih, padahal gue mulai lapar. Ntar elo traktir gue sarapan di kantin ya. Wajib hukumnya. Elo tahu akan apa yang terjadi kalau gue lagi laper tapi elo gak nurut apa kata gue, " ancam Vendri dengan suara pelan.

"I-iya..." Adam dengan sangat terpaksa mengiyakan todongan dari Vendri tersebut. Meski di dompetnya kini hanya tersisa uang 35 ribu karena uang jajannya minggu ini, nyaris ia habiskan kemarin untuk membeli komik di Gramedia. Mentraktir Vendri sarapan di kantin itu sama dengan uangnya berkurang 15 ribu, sehingga tersisa uang 20 ribu. Sementara baru besok lusa, ia mendapat uang mingguan dari Ibunya. 20 ribu untuk dua hari. Adam cuma bisa pasrah dan bersiap membawa bekal roti sandwich dari rumah untuk menghemat uang makan di sekolah selama dua hari.

"Nah gitu dong," kata Vendri sambil melepas rangkulannya di pundak Adam, yang menurut Adam itu bukan rangkulan tetapi mendekati pitingan.

Setelah Vendri membiarkan dirinya pergi, dengan langkah gontai Adam berjalan ke arah tempat duduknya yang berada di deretan meja paling, menempel ke dinding. Mejanya berada di bagian tengah. Berbeda dengan semua teman sekelasnya, tidak ada siapa-siapa yang duduk di dekatnya. Bangku di sebelah bangkunya sudah kosong, karena jumlah murid di kelasnya berjumlah 39 anak alias ganjil.

Awalnya kelas 1D ini memiliki jumlah murid yang sesuai dengan kapasitas siswa tiap kelas yakni 40 siswa, tetapi Oman, siswa kelas 1D setelah menyelesaikan semester 1, mengundurkan diri dari SMA NEGERI XXX karena ikut pindah orang tuanya yang bekerja di Singapura dan meneruskan sekolah di sana.Oman ini tadinya duduk semeja sama Adam. Sehingga semenjak kepindahan Oman, praktis Adam duduk sendirian, tidak ada teman sekelasnya yang berminat duduk dengan Adam karena Adam terkenal pelit, tidak suka meminjamkan barang-barangnya ke temannya, terutama memberikan contekan pada saat ulangan dan ia juga di anggap sedikit nerd karena penampilan fisiknya. Kurus ceking dan berambut keriting.

Adam juga merasa enjoy aja sih duduk sendiri, ia malah lebih bebas dan leluasa. Meski dalam hatinya ia merasa kesepian, tidak ada satupun teman di kelasnya yang membela dirinya ketika Vendri secara terang-terangan mem-bully seperti tadi. Ia cuma jadi bahan olokan dan barusan dari meja di belakangnya ia mendengar cekikian dua orang siswa perempuan yang mentertawakan kacang pilus yang masih bertenggger di atas rambut keritingnya.

Adam lalu menyibak-nyibakkan rambutnya agar pilus yang ada di rambut keritingnya yang kaku dan memang beberapa pilus jatuh, jatuh di meja belakangnya, membuat dua penghuninya berteriak marah kepada Adam.

"Kenapa lo buang kesini, ihhhh jijik !!! pasti itu pilus ada ketombenya, euhhhhh !" ujar salah satu di antara mereka.

Adam menengok ke belakang, ia melihat Sintya dan Fanny mendelik marah kepadanya. Fanny lalu memukul pilus yang berada di atas meja dengan buku sehingga terlempar ke arahnya, SIntya dengan cekatan menyemprotkan hand sanitizer di atas meja, bekas tadi pilus berjatuhan dari rambutnya ke atas meja, lalu di lap dengan beberapa lembar tisu.

"Don, geser lagi meja lo ke belakang," dengus Fanny kepada Doni yang berada di meja belakangnya.

Donny yang duduk di meja paling belakang bersama Cipto, lalu bertanya kepada Fanny, "Kenapa gue mundurin meja gue lagi woi, sempit nih di belakang," protesnya.

"Pokoknya geser lagi ke belakang, gue gak mau meja gue kena bakteri ketombe dari rambutnya Adam yang keriting kayak jembut," jawab Fanny kasar.

"Wahahaha ! lu pernah liat jembutnya Adam, Fan ?? wuidihhh. Kontinya Adam gimana ? anaconda apa belut !"

"Amit-amit !! kayak gak ada cowok lain ! dah cepat geserr !" rengek Fanny sambil mendorong-dorong mejanya.

Donny tidak mau ribut dengan duo cewek paling cerwet di kelasnya, akhirnya mengalah dan menggeser mejanya ke belakang. Fanny dan Sintya kemudian menggeser kursi dan mejanya lebih ke belakang, sehingga ada jarak sekitar 10 cm antara meja mereka dengan kursi Adam.

"Awas kalau elo ikut-ikutan mundurin kursi lo Dam !" ancam Fanny kepada Adam.

Adam yang mendengar pembicaran di belakangnya, hanya diam saja. Ia sudah terbiasa mendengar omongan kasar dari teman sekelasnya, entah siswa cowok apa cewek, sama saja mulutnya, tidak segan mengeluarkan umpatan kasar yang di tujukan kepadanya. Dalam hati Adam bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah dirinya sedemikian menyedihkan sampai-sampai tak ada satupun orang di kelas ini yang sudi berteman dirinya ?"


***


"Bur, berhenti di sini saja," pinta Axel kepada Burhan, sopir barunya.

"Kenapa Mas, sekolah Mas Axel masih mayan jauh," tanya Burhan heran.

"Jauh apaan, itu udah kelihatan gedungnya, paling dua tinggal 100 meter lagi. Stop sini, gue gak mau di cap siswa baru belagu nan sombong, udah telat, di antar pake Alphard pulak."

Burhan pun menurut saja dengan permintaan majikannya, mobil menepi ke sisi kiri.

"Pulang gak usah jemput gue, gue balik sendiri," pesan Axel kepada sebelum ia keluar dari mobil.

"Memangnya Mas Axel udah hafal alamat rumah ?"

"Hilih kintil, elo pikir gue anak TK gak bisa pulang sendiri ? kan gue bisa balik Gocar," kata Axel kemudian keluar dari mobil.

Burhan bimbang, ia sudah mendapat tugas khusus dari Bu Heni, kepala pelayan sekaligus orang kepercayaan Nyonya William, untuk mengantar jemput Axel ke sekolah. Ia di minta melakukannya sampai mobil kesayangan Axel, Nissan GT-R 135, yang di kirim dari Kota RRR tiba di Kota XXX.

"Yawislah, kalau dia mau pulang sendiri, tinggal laporan apa adanya saja gue mah ke Bu Heni," gumam Burhan pelan.

Burhan membuka kaca penumpang di sisi kiri, ia mengangguk sopan dan mengklakson pelan saat ia melewati Axel yang sedang berjalan menuju gerbang, Axel tersenyum saja.

"Kalau wajah gue seganteng, postur gue tinggi semampai dan setajir Mas Axel, beuhhh, udah gue habisin perawan-perawan bahenol di mari," gumam Burhan sekali lagi saat ia melewati gerbang sekolah SMA NEGERI XXX yang memang terkenal dengan siswa-siswa cantik bak model atau artis.

Setelah Burhan pergi, Axel melihat jam tangannya, jam 9.15, padahal ia di minta untuk bertemu Albert, Kepala Sekolah SMA NEGERI XXX jam 08.00. Namun Axel tetap santai, ia yakin Albert sudah tahu siapa dirinya serta siapa keluarganya.

"Permisi Pak," Axel yang sudah sampai di depan gerbang, memanggil satpam yang sedang sibuk menulis sesuatu di pos nya. Axel tahu gerbang ini pasti sudah di kunci.

Satpam yang bernama Sobri menatap heran seorang siswa yang mengenakan seragam sekolah SMA NEGERI XXX berdiri di luar gerbang di jam segini. Tapi di saat yang sama, Sobri yakin ia belum pernah melihat siswa ini sebelumnya. Sobri bahkan sempat merasa ada turis nyasar karena siswa yang di lihatnya benar-benar ganteng khas bule.

Sobri kemudian menghampiri Axel dan tanpa membuka pagar, ia bertanya apa keperluan Axel sambil menambahkan keterangan bahwa pintu sudah di tutup dari Jam 08.00. Siswa tidak akan di perkenankan masuk dengan alasan apapun, kecuali orang tua siswa sudah izin langsung ke Bu Rini sehari sebelumnya dan si Guru BP memberikan izin.

"Iya, maaf saya telat Pak, maklum hari pertama. Saya Axel, siswa baru pindahan dari Kota RRR, " Axel memperkenalkan dirinya dengan sesopan mungkin.

Sobri diam saja, ia sedang mengingat sesuatu. Seingat Sobri, Bu Rini tidak memberikan pesan apa-apa padanya. Jadi tidak ada alasan baginya untuk membukan pintu gerbang sekolah, termasuk murid pindahan sekalipun.

"Maaf, kembali saja besok atau silahkan telepon ke sekolah, nomor telepon sekolah ada di papan nama sekolah di luar. Minta sambungkan ke Bu Rini, guru BP. Jika beliau memberikan izin, baru saya membukakan pintu gerbang."

Axel melongo mendengar jawaban tegas dari Sobri, si satpam sekolah yang disipilin taat protokoler. Axel nyaris tertawa terbahak-bahak, tapi ia menahannya dan menuruti saran dari Sobri. Sambil melihat ke papan nama, Axel menempelkan ponsel di kuping dan sibuk menelepon.

Sobri mengira Axel menuruti sarannya dan meminta izin ke Bu Rini. Tak lama kemudian, telepon yang ada di pos satpam berdering. Di saat Sobri mengira yang menelepon adalah Bu Rini, tapi ia salah dan terkejut sendiri saat mendengar suara gahar dari ujung telepon.

"Sobrii, bukakan pintu gerbang sekolah sekarang dan itu yang di depan putra nya Bapak Hamka Sidharta !! anggota DPR, sekjen Parpol XXX sekaligus owner Sidharta Group ! setelah kamu persilahkan dia masuk, arahkan di parkir mobilnya di parkiran khusus guru, lalu antar dia ke ruangan saya !"

"Eh ?" Sobri terdiam saat menyadari itu adalah suara Pak Albert, sang kepala sekolah. Sobri terkejut bukan main sambil melihat ke arah Axel yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Sobri jadi serba salah karena rupanya ini anak baru rupanya anak pejabat negara !

"86 Pak Albert ! eh siap Pak Albert!" jawab Sobri.

"Sob, kamu antar dia ke lobi saja, biar saya yang sambut Axel di lobi," terang Pak Albert.

Makin terkejutlah Sobri mendengarnya, seumur-umur dia kerja sebagai satpam SMA NEGERI XXX selama tiga tahun, baru kali ini dia mendengar Pak Albert akan menyambut sendiri siswa baru dengan status murid pindahan.

Ini anak sakti banget, batin Sobri.

"Izin menutup teleponnya Pak," kata Sobri.

KLIK

Tapi rupanya Pak Albert yang terlebih dahulu menutup sambungan telepon.

Sobri langsung dengan sigap keluar dari pos satpam dan membuka pintu gerbang selebar mungkin, karena pikir Sobri, Axel bawa mobil karena ia melihat ada mobil Honda Jazz berhenti di depan sekolah.

"Mari masuk, maaf-maaf, baru saya bukakan sekarang," pinta Sobri sambil setengah menunduk, jika Pak Albert saja sampai menemui dan menyambut langsung anak ini, ia mesti "hormat" juga sama ini anak, batinnya.

"Iya Pak, gak apa-apa," jawab Axel.

"Mobilnya bisa di masukkan dan di parkir di sini saja," ujar Sobri sambil menunjuk ke area parkir khusus Guru yang ada di halaman sekolah. Edan, baru kali ini ada mobil siswa yang di izinkan parkir di parkiran mobil khusus bagi para guru.

"Saya gak bawa mobil Pak, tadi kesini saya naik Gocar," jawab Axel.

"Owalah. Mari saya antar ke lobi, Pak Albert menunggu di sana," ujar Sobri sesopan mungkin.

"Waduh, saking gak sabarnya ingin memarahi saya karena terlambat satu jam, Pak Albert sampai turun ke lobi segala," ujar Axel sambil berpura-pura menampakkan wajah khawatir.

Sobri melirik Axel, di detik ini, dia langsung memiliki perasaan tidak suka dengan anak baru ini.

"Mari saya antar ke lobi," ujarnya sambil berusaha menampakkan sikap sopan maksimal.

"Lobi di sana kan?" tunjuk Axel.

Sobri mengangguk. "Iya."

"Saya kesana saja sendiri Pak, gak perlu di antar," kata Axel.

Sobri ingin mengiyakan, tetapi ia ingat perintah Pak Albert, ia harus mengantar Axel sampai ke lobi.

"Gak apa-apa, saya antar sebentar, sekaligus saya jelaskan sedikit tentang denah sekolah ini," tukas Sobri.

Axel merasa Sobri, nampak agak "memaksa", padahal lobi udah jelas kelihatan 10 meter dari sini. Tapi Axel tahu, pasti ia hanya melaksanan perintah dari Albert.

"Oke, baiklah. Memang dari luar kelihatan, sekolah ini punya banyak gedung dan luas sekali," Axel membalas kesopanan Sobri.

Axel dan Sobri pun berjalan menuju ke lobi. Baru juga mereka sampai lobi dan Sobri mempersilahkan Axel untuk duduk di bangku yang ada di sana, mereka berdua mendengar suara orang berjalan dengan tergesa-gesa dari arah lorong gedung admininistrasi.

Axel melihat seorang pria berusia sekitar 50 tahun, bertubuh pendek gemuk dan rambut klimis tersisir rapi belah pinggir, mengenakan kemeja biru polos yang nyaris tidak bisa menahan perutnya. Axel tertawa sinis dan membatin, Ah tepat seperti bayangan gue sosok kepsek mata duitan yang ada di sekolah ini. Dia sih gampang sekali untuk gue jinakkan.

Albert melihat di lobi sudah ada seorang siswa cowok yang bertubuh tinggi ramping, wajahnya sangat tampan khas bule, jauh lebih tampan daripada foto yang ada di dokumen di meja kerjanya. Lebih dari itu, Albert mencium bau harum dari siswa tersebut, apalagi kalau bukan aroma yang menjadi favoritnya sepanjang ia hidup, yakni aroma fulus dari keluarga Super duper kaya, keluarga Sidharta.

Begitu sampai di lobi, Albert langsung menyeka peluh di keningnya dengan sapu tangan karena ia tergopoh-gopoh berjalan cepat dari ruanganya menuju ke lobi utama sekolah untuk langsung menyambut Axel Sidharta William.

"Axel, Selamat datang di Kota XXX, selamat datang di SMA terbaik nasional, SMA NEGERI XXX !!" sambut Albert sembari memasang wajah seramah dan tak lupa membanggakan status prestise sekolahnya.

Axel pun tersenyum lebar dan nyaris menyeringai, karena ia punya feeling serta amat sangat yakin,, kota dan sekolah ini akan menjadi "tempat bermain" paling menantang kecerdasan dan kekuatannya !

Get ready, the Joker is on the house !!

XXX *** XXX


TRIT TENTANG PREMIUM CONTENT LPH BISA KLIK DI LINK DI BAWAH :

https://www.semprot.com/threads/premium-content.1360970/
Makasih updatenya Om MorgueVanguard
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd