Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI HISTORY OF AXEL

Bimabet
AXEL
#14 FRESH MEAT


"Sampai di Kota XXX, kapan ?" tanya Albert setelah ia mempersilahkan gue duduk. Njir, penjilat banget ini orang. Gue kan cuma murid baru, tapi berasa sekali mendapatkan perlakuan istimewa. Tingkah Albert seperti ia kedatangan orang dari dinas Pendidikan atau orang penting lainnya. Gue sih bukan orang penting, tetapi bokap gue yang orang penting. Jadi Albert terlihat sekali berusaha keras menyambut gue dengan sebaik mungkin.

"Tadi malam, Pak."

"Wah dan besoknya langsung masuk sekolah ya ? ya, ya, bisa saya maklumi kenapa kamu telat datang hari ini."

"Apakah saya kena hukuman pak ? kalaupun iya saya kena hukuman, saya siap menerimanya Pak. Karena bagaimanapun, meski saya statusnya siswa baru per hari ini, saya sudah melanggar aturan jam masuk."

"Oh, tidak-tidak. Itu bukan kesalahanmu, saya bisa kasih dispensasi khusus buatmu, karena mungkin saja kamu masih kelelahan sesuai perjalanan dari Kota RRR."

"Terimakasih banyak ya Pak ! duh baru hari pertama saja sudah merepotkan Pak Albert."

"Tidak sama sekali merepotkan," jawabnya cepat.

"kelelahan seusai perjalanan dari Kota RRR?"

Anjing lebay, kan gue naik pesawat dan lama perjalanan cuma sejam, goblog hahahaha ! baru kali ini gue ketemu orang sepenjilat dia. Udah pasti jago kasih cewek-cewek cunilingus ini mah. Atau malahan dia suka kasih blowjob ke para cowok bertulang keras ? kok gue ngeri ya. hahaha!

"Oia, mau minum apa ? kamu sepertinya haus," tanya Albert.

Byajingfang, kini gue di tawari mau minum apaan.

Terimakasih Tuhan, gue lahir dari rahim seorang bule Amrik berprofesi pengacara yang di buahi oleh pejuh pejantan lokal, dimana kini beliau jadi salah satu tokoh politik penting dengan jabatan sekjen Partai Golongan XXX, anggota hewan eh dewan, CEO Sidharta Group, sehingga sekarang ini kepala sekolah gue yang baru, sampai-sampai nawarin gue minum, hahaha tolol !

Coba saja kalau status gue bukan anak bungsu dari Hamka Sidharta dan Mary-Jane William, melainkan anak kelima dari sebelas bersaudara yang masuk ke SMA NEGERI XXX lewat jalur beasiswa.

Udah pasti gue kena damprat plus di maki-maki sebagai siswa tidak di untung..

"Ah, tidak usah Pak," gue menampik tawarannya dengan halus.

Tadinya gue mau kerjain dia dengan pesan sebotol bir karena gue mau liat apa ekspresinya, tetapi gue urungkan niat karena belum saatnya ini orang tahu kedok gue yang sebenarnya. Karena dengan "mengakrabinya" dia bisa memberikan gue benefit yakni status auto imun dari segala macam peraturan sekolah yang 99% akan gue langgar nantinya selama di sini.

Untuk semakin memperlancar hubungan "friends with benefit", saatnya gue keluarkan jurus ampuh yang tidak akan bisa di tolak oleh kepala sekolah, siapapun orangnya.

"Oia, Pak. Sebelum saya mohon diri, ke kelas baru saya, saya mau sampaikan pesan dari Papa."

Sumpah demi apapun, gue melihat kedua bola mata Albert langsung membesar dan senyumannya terkembang.

"Boleh, boleh, pesan apakah itu ?" tanyanya sambil memajukan kursinya, sehingga perutnya yang buncit menempel ke pinggiran meja.

"SMA NEGERI XXX adalah salah satu sekolah SMA terbaik secara nasional selama bertahun-tahun, dimana sistem pendidikan dan tenaga pengajar yang berkualitas, berkompetensi. Terutama sejak sekolah ini di pegang oleh Pak Albert yang sangat kredibel dan berpengalaman. Maka tanpa mengurangi rasa hormat dan tanpa maksud meremehkan dana operasional yang di miliki oleh pihak sekolah, Papa sangat terbuka jika seandainya Pak Albert memiliki rencana untuk menambah fasilitas di area sekolah, merenovasi atau butuh hibah berupa kendaraan operasional atau apapun itu untuk meningkatkan kualitas SMA NEGERI XXX, Pak Albert bisa menyiapkan proposal yang bisa di titipkan kepada saya. Saya akan langsung meneruskan proposal tersebut kepada Papa.

Apalagi status Papa yang juga merupakan alumni SMA NEGERI XXX beberapa puluh tahun silam, beliau merasa ingin berbuat sesuatu untuk sekolah ini yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari kisah sukses perjalanan hidup beliau. Bukan hanya bantuan operasional secara materi, namun Papa juga siap melobi para koleganya, membantu jika OSIS sekolah, misalnya mengadakan acara yang sifatnya sosial dan butuh narasumber setingkat pejabat atau pengusaha."

Ada beberapa hal yang membuat muka seseorang menjadi kemerahan, karena malu, marah atau emosi. Namun wajah kemerahan di muka Albert yang macam bakpao di mix dengan bakso jumbo, menunjukkan ia sedang merasakan euforia kebahagiaan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Gue malah bisa melihat ada balon fantasi membumbung di atas kepalanya, yang sudah memikirkan bukan cuma satu projek tetapi beberapa projek sekaligus yang hendak ia ajukan ke Papa.

"Tentu, tentu saja ! memang sekolah mempunyai beberapa rencana pembangunan fasilitas serta infrastruktur tambahan yang membuat siswa maupun para guru bisa memaksimalkan segala potensinya. Namun kesempatan yang di tawarkan oleh Bapak Hamka, tentu patut kami pertimbangkan. Apalagi tidak salahnya bagi kami untuk membantu Pak Hamka berkontribusi terhadap SMA NEGERI XXX, nanti saya kabari lagi ya," ujar Albert dengan wajah semringah.

Tentu saja, di setiap projek atas nama sekolah tersebut, beberapa puluh persen dari nominal projeknya, masuk ke perutnya sendiri. Gue sih gak peduli kalau Albert mau "makan" duit bokap yang bertema bantuan hibah atau program CSR dari Sidharta Group, yang penting, status gue naik menjadi Untouchable Student, murid favorit Albert haha.

"Yasudah Pak, kalau begitu, saya mohon diri mau segera ke kelas saya yang baru."

Tiba-tiba Albert berdiri dari kursinya. "Mari-mari saya yang antar ke kelasmu yang baru, kamu ke kelas 1D."

"Duh pak, gak usah merepotkan, saya bisa ke sana sendirian, saya yakin Bapak punya pekerjaan yang lebih penting daripada mengantar saya ke kelas," kata gue berbasa-basi.

"Ah, mengantar siswa baru yang punya prestasi seperti kamu, juga bagian dari pekerjaan seorang kepala sekolah yakni membantu siswa untuk segera beradaptasi dengan lingkungan yang baru."

"Saya sih saking seringnya pindah-pindah sekolah, udah terbiasa dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Tapi saya punya feeling, sekolah di sini akan sangat menyenangkan dan saya harap bisa lulus dari SMA NEGERI XXX dengan menjadi siswa terbaik, sama seperti yang Papa lakukan beberapa puluh tahun yang silam."

"Putra Bapak Sidharta memang luar biasa, mari saya antar," katanya.

Gue gak bisa nolak lagi "kebaikan" si buncit yang satu ini. Gue pun berdiri. Tapi kemudian telepon di ruang kerjanya berdiri, Pak Albert mengangkat telepon.

"Pak, saya tunggu di luar saja ya," kata gue karena gue males nguping pembicaraannya.

Sepertinya telepon tersebut penting, karena dia mengangguk dan mengacungkan jempol ke arah gue.

Njir. Sok CS lu bangsat !

Gue lalu keluar dari ruanganya dan juga ruangan para guru. Gue menunggu di luar, duduk di sebuah bangku yang ada di lorong.

Ruangan para guru nampak lengang karena pagi ini mereka semua mengajar. Saat gue sedang memperhatikan kolam ikan yang ada di depan ruang guru, insting gue menangkap sinyal ada yang memperhatikan gue.

Gue menoleh ke kiri dan melihat di lorong, ada dua siswi cantik berjalan di lorong, sepertinya mereka hendak ke ruang guru jadi mereka kini berjalan mendekati gue. Gue pun mengamati mereka berdua.

Yang kiri badannya cukup tinggi mengenakan kacamata dan rambut di kuncir, sementara yang kanan berpostur tidak setinggi temannya, berambut pendek sebahu. Mereka berdua punya banyak kesamaan.

Sama-sama mengenakan seragam putih OSIS yang bodypress, sehingga mengekspose tonjolan payudara yang menggiurkan, kulit mereka juga putih bersih, rok abu-abu model panjang yang mereka pakai juga mengetat, menampakan liukan badan bak gitar spanyol.

Seketika itu juga gue merasa "haus", melihat gadis cantik seksi mengenakan seragam SMA yang ketat, memang selalu menjadi favorit gue.

Gue pun tersenyum ke arah mereka dari jauh, mereka berdua membalas senyuman gue bersamaan, yang kiri bahkan berbisik ke temannya sambil menatap gue. Entah apa yang dia katakan, tetapi ia tertawa sampai menutup mulutnya.

Saat mereka mendekat, gue berdiri dan menyapa mereka yang malu-malu seperti kucing betina yang sedang birahi.

"Halo, maaf, gue boleh tanya sesuatu gak?" mereka berdua lalu berhenti berjalan.

"Ya, boleh." jawab si cewek cantik yang berambut panjang. Karena mereka berdiri di depan gue, gue bisa melihat nametag di dada kiri. Yang berambut panjang, mengenakan kacamata dan barusan menanggapi pertanyaan gue, bernama Inge, sementara temannya yang berambut pendek bernama Mega.

Dari nametag mereka, gue mengetahui kalau mereka satu kelas, IPS 3C.

Wah rupanya mereka anak kelas 3.

"Kelas 1D di mana ya kak Inge ?"

Inge nampak tersipu saat gue memanggil namanya karena itu tandanya dia tahu nama gue karena gue melihat ke arah nametagnya yang nampak membusung.

"Oh itu di ujung dekat lapangan basket. Kelas 1D persis di pojokan di samping tangga menuju lantai 2. Eh kamu anak 1D ? kok perasaan baru liat ada anak kelas 1 yang super ganteng, hihi," ujar Inge.

"Iya, gue anak baru, pindahan dari Kota FFF, baru hari ini masuk," kata gue. Ada alasan kuat dimana gue perlu menyembunyikan asal-usul sekolah gue terdahulu.

"Oh pantas. Eh siapa nama lo? mungkin elo udah tahu nama gue, Inge, dan nama teman gue ini, Mega, karena elo liat nametag kami, tapi gak asyik rasanya kalau kenalan tanpa berjabat tangan."

Wah Inge ini anaknya asyik dan supel. Sepertinya gue udah dapat target anak sini yang bakalan gue ewew untuk pertama kalinya.

Gue mengulurkan tangan ke arah Inge terlebih dahulu, "Axel."

"Hai Axel..." Inge langsung menjabat tangan gue agak lama, baru dia melepas tangan gue. Kemudian ganti gue menjabat tangan Mega.

"Axel, elo blasteran yah ?" tanya Mega.

"Iya. Kegantengan gue ini asalnya dari Mama gue, beliau orang Amerika. Kalau kegagahan dan aura macho gue, dari Papa, asli orang Indonesia."

"Wah pantesan, makanya gue tadi rada aneh ngeliat ada anak bule pakai seragam sekolah. Gue kira ada program pertukaran pelajar, siswa dari luar negeri ke sini. Tapi ternyata chasing elo aja yang bule, tetapi daleman lokal, haha !" ujar Mega centil, seakan tak mau kalah dengan Inge.

"Gak juga," kata gue.

"Apanya yang gak juga ?" Mega bertanya balik.

"Ada bagian dari daleman gue yang menunjukkan kalau gue asli bule bukan kaleng-kaleng, ahahah !"

Setelah beberapa detik, keduanya langsung paham apa yang gue maksud. "Idihhh jorok beneer luu !" Mega terkejut dan pipinya bersemu merah sambil tertawa.

Reaksi yang berbeda di tunjukkan Inge gue lihat sempat menggigit bibir bawahnya, "Wew, jadi penasaran."

Mega lalu menyikut pelan Inge dan mengenai sisi dada Inge. "Udah punya cowok, masih ganjen aja lo," sahut Mega.

Inge lalu cemberut, "Ah elo kenapa cerita yang gak penting sih dan kenapa pula elo nyikut-nyikut toket gue ? iri elo toket gue lebih gede ?"

"Gue iri sama toket lo ? maksud lo gue iri sama toket yang sering di maninin Johan ?"
Lah malah berantem sendiri.

"Mega, Inge kenapa kalian ada di luar kelas ?" gue mendengar suara si Albert buncit dari belakang.

"Aduh gara-gara ketemu cowok super ganteng, kita jadi lupa untuk segera mengambil buku di Meja Bu Titin," ujar Inge.

Inge lalu menarik lengan Mega. "Sampai jumpa lagi dedek ganteng," ujar Inge pelan saat melewati gue.

"Ini kami di minta untuk mengambil buku tugas yang di kumpul ke meja Bu Titin kemarin pak," tukas Inge, menjawab pertanyaan Albert.

"Yasudah."

Kemudian dia menghampiri gue. "Maaf agak lama, tadi ada telepon penting dari kolega. Yuk Bapak antar ke kelas mu," ujarnya.s

Sejak kapan ada kepala sekolah minta maaf ke muridnya ? mungkin cuma gue aja yang dapat perlakuan istimewa dari Albert.

Gue lalu berjalan mengikutinya, sembari berjalan menuju kelas, Albert menjelaskan tentang tata letak SMA NEGERI XXX. Dari sekian banyak penjelasannya, cuma dua tempat yang menarik perhatian gue.

Schoo; Cafe XXX, kantin bergaya coffe shop yang di kelola oleh koperasi sekolah dimana sudah terisi beberapa counter makanan, minuman yang sudah lumayan terkenal sehingga untuk harga terbilang agak mahal, hanya siswa elit yang punya uang saku ratusan ribu yang biasa nongkrong di sini.. Cafe XXX berada di lantai 2 tepat di atas lobi utama sekolah.

Lalu ada kantin umum yang terbilang, kantin seperti pada umumnya yang ada di sekolah-sekolah lain.

"Kalau kantin yang di dekat gedung parkir motor di sisi belakang sana, jangan kamu bayangin dengan kantin di sekolahmu yang terdahulu. Kantin di sana ada dua lantai sehingga bisa menampung dua ratus siswa di waktu yang bersamaan. Kalaupun kantin penuh, di dekat kantin ada taman sekolah yang di lengkapi dengan bangku-bangku taman, cocok buat siswa yang sukan makan di outdoor. Pilihanan makanan serta minumannya sangat bervariasi dan beragam yang di sediakan oleh para penjual, persis dengan foodcourt yang ada di mall-mall, tinggal pilih dan harganya jelas sesuai dengan kantung para siswa," papar Albert, nampak bangga.

Gue sendiri rada kaget juga sih mendengar kantin ala food court di sekolahan ini, terdiri dari dua lantai dan bisa menampung hingga dua ratus siswa. Keren juga.

Gue cuma tertarik dengan letak dua kantin tersebut karena kalau gue mencari kenalan para siswa genit yang bisa di ajak bersenang-senang, gue bisa pergi ke School Cafe XXX.

Kalau gue mencari para berandal sekolah ini, mau seberapa elit level sekolahnya, pasti tetap saja, ada sekumpulan siswa cap berandalan, gue tinggal pergi ke kantin sekolah.

"Nah itu kelasmu yang baru, " ujar Albert.

Di depanku ada pintu yang tertutup dan di atasnya tertera plakat aklirik. Samar-samar gue bisa mendengar ada suara perempuan yang tengah menerangkan salah satu subjek mata pelajaran Geografi..

1D

TOK...TOK..

Albert mengetuk pintu kelas dan dari dalam, ada seseorang, guru perempuan, membukakan pintu.

"Selamat Pagi Bu Tanti," sapa Albert.

"Pagi Pak," ujarnya lalu sejurus kemudian guru yang bernama Bu Tanti melihat ke arah gue. Gue mengangguk dan tersenyum.

"Ini murid barunya ya Pak ?" tanya Bu Tanti.

Ya, iyalah !! masa iya gue anaknya Albert, batin gue.

"Iya, Bu tolong Axel di kenalkan kepada teman-teman barunya. Saya ada pekerjaan lain," pinta Albert.

"Baik Pak."

"Axel, selamat belajar dan berinteraksi dengan teman-teman barumu ya," kata Albert kemudian pamit pergi kembali menuju ke ruangannya.

Syukurlah si babi ini pergi.

"Mari Axel masuk," Bu Tanti lalu mempersilahkan gue masuk ke dalam kelas.

Gue tadi sempat mendengar suara obrolan para siswa di dalam kelas, ketika Bu Tanti membukakan pintu.

"Anak-anak, kalian dapat teman baru. Silahkan Axel perkenalkan dirimu," ujar Bu Tanti memberikan pengumuman kecil di belakang kelas, gue pun melangkah masuk ke dalam kelas dengan santai.

Terdengar suara riuh rendah, terutama dari para siswa cewek saat melihat gue, berdiri tegap di depan kelas. Belum juga gue bersuara, para cewek udah mulai histeris, kayak gak pernah ketemu sama cowok blasteran apa ya? apa jangan-jangan karena gue terlalu ganteng ? ahah anjing.

"Selamat pagi."

"PAGIIII !!" suara sahutan mayoritas dari para siswa cewek.

"Perkenalkan, nama gue Axel William, cukup panggil saja Axel. Gue ini bukan siswa pertukaran pelajaran dari Amerika. Meski gue bertampang bule, gue ini 100 % WNI dan blasteran Amerika - Indonesia. Lahir dan besar di Indonesia. Mulai hari ini gue bergabung dengan kelas 1D SMA NEGERI XXX dengan status siswa baru dari SMA NEGERI FFF. Tolong gue jangan di ajari nakal ya, terimakasih," ujar Axel sembari memamerkan senyum terbaiknya di depan kelas.

"Udah punya pacar belum ?" tanya cewek berhijab yang duduk di deretan meja paling depan.

"Ya ampun, Reni, belum juga Axel selesai ngomong, kamu udah nyeletuk saja. Ada yang mau memberikan pertanyaan kepada Axel ? sebelum saya meminta Axel duduk dan kita lanjutkan kembali pelajaran yang tertunda," ujar Bu Tanti.

Langsung gue melihat hampir semua siswa cewek mengangkat tangannya, lalu riuh dan ribut karena mereka semua bertanya hampir bersamaan.

"Jawab dong udah punya pacar belum?"

"Rumahnya dimana ?"

"Hobi lo apa ?"

Axel cuma tertawa sambil mengusap-usap rambutnya.

Wew, cewek-cewek di kelas gue boleh juga nih, cepat atau lambat bakal gue sikat miring elo semua, batin Axel.

"Rumah gue di Royal Palace Residence, hobi gue main gitar dan gue jomblo, terimakasih."

***


3rd POV

Semua cewek di kelas langsung mabuk kepayang karena selain ganteng puol karena blasteran amrik, dia tinggal di kawasan paling elite di Kota XXX sehingga langsung ketahuan dia anak orang kaya, udah gitu hobi Axel yang main gitar juga membuat mereka kian meleleh. Axel yang mengaku jomblo, membuat aura persaingan antara para siswa cewek di kelas 1D mulai panas. Mereka para cewek yang merasa cantik, berbadan seksi mulai menyiapkan berbagai macam siasat untuk mendapatkan pejantan premium seperti Axel.

Axel yang sudah punya pengalaman tidur dengan puluhan siswa cewek di sekolah-sekolah terdahulunya, langsung bisa merasakan bahwa rahim para betina di kelasnya menghangat..

Di saat yang sama, para siswa cowok terbagi menjadi dua. Pertama, mereka akan berusaha menjadi kawan dekat Axel dengan harapan bisa kebagian cewek di sekitaran Axel. Salah satunya adalah Vendri

Kedua, mereka para cowok yang tidak menyukai kehadiran Axel karena dia langsung menjadi psuat perhatian di kelas. Mereka menatap Axel dengan pandangan tidak suka

Namun ada satu lagi siswa, yang merasa semakin terasing dengan kehadiran Axel yakni Adam. Adam menganggap sosok Axel terlalu sempurna, dengan wajah seganteng itu dan anak orang kaya, tanpa berbuat apa-apa, para cewek sudah berbaris di depannya.

Fyuh..Adam menghela nafas. Satu-satunya hal yang bisa membuat Adam merasa terhibur adalah, boleh jadi Axel paling ganteng tetapi untuk urusan kepintaran dan nilai akademik, dirinya tetap sang juara kelas...

Sang juara kelas yang kesepian dan di anggap tidak "ada" oleh teman-temannya.

Sesi tanya jawab berakhir dan Bu Tanti meminta Axel untuk segera duduk. Karena satu-satunya kursi yang kosong ada di samping Adam, Adam tiba-tiba merasa grogi karena ia akan duduk satu meja dengan anak baru paling populer di kelas.

Axel pun sudah berjalan menuju bangku di meja Adam, sebelum akhirnya Vendri memanggil Axel.

"Bro, duduk sama gue aja sini," pintanya.

Satu siswa bernama Ade yang tadinya duduk satu meja sama Vendri, di paksa Vendri untuk pindah dan menempati bangku semeja dengan Adam. Ade tidak kuasa menolak karena bukan cuma Vendri yang memaksanya angkat kaki, tetapi Rosa dan Windi, dua siswi tercantik di 1D yang menempati meja di depan meja dia dan Vendri, juga ikut memaksa Ade untuk pindah.

"De, elo pindah gih cepetan, biar Axel duduk di sini sama Vendri," ujar Rosa.

"Iya, sayang banget kalau kita gak segera akrab sama Axel," tambah Windi.

Karena Ade juga tidak berani melawan omongan Vendri, maka Ade mengambil tasnya dan berdiri. Dengan langkah gontai, Ade berjalan menuju meja yang di tempati Adam sendiri.

"Minggir lu, gue di bangku yang dekat tembok," ujar Ade kesal dan melampiaskan kekesalannya dengan mengambil posisi bangku Adam.

Adam yang penakut, hanya bisa menurut, ia berdiri mengambil tasnya yang ia selipkan di laci, bertukar tempat dengan Ade yang menampakkan wajah masam.

"Axel, ayo duduk sini," Rosa bahkan tanpa malu-malu, berdiri dan melambai ke arah Axel. Axel tahu sih, kalau kursi yang di siapkan untuknya, tepat berada di belakang dua siswi yang bagi Axel cukup cantik, tadinya sudah di tempati. Tetapi kemudian siswa tersebut pergi dan pindah ke bangku lain yang tadinya mau ia tempati.

Axel tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi, ia mengiyakan saja dan kemudian duduk di meja barisan tengah, deret paling kanan. Sekilas Axel mengamati, memang tempat duduknya mayan strategi karena berdekatan dengan beberapa siswa dan siswi terpopuler di kelas 1D.

"Gue Vendri," Vendri memperkenalkan dirinya kepada Axel saat ia baru saja duduk.

"Hai Axel, Gue Rosa," Rosa yang duduk persis di depan Axel duduk memutar ke arah Axel.

Teman sebangku Rosa, yakni Windi tak mau kalah, ia juga mengenalkan dirinya kepada Axel.

Axel membalas semua salam perkenalan mereka bertiga dan mulai mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, meski terlambat satu jam lebih, Axel dengan cepat mengejar ketertinggalannya dan di akhir pelajaran, ia sudah mempunyai pemahaman yang sama dengan teman sekelasnya. Seusai pelajaran Bahasa Indonesia, rupanya Pak Yono guru Sosiologi berhalangan hadir karena sakit, sehingga mereka mendapatkan tugas mengerjakan buku soal yang mesti di kumpulkan di akhir pelajaran.

Rosa, Windi dan Vendri menggunakan kesempatan jam kosong ini dengan mengajak mengobrol Axel, dengan harapan mereka menjadi circle terdekat Axel yang pertama di sekolah. Buat Vendri, jika ia punya sohib sekeren dan sepopuler Vendri, pasti ia juga jadi ikut terkenal dan jadi punya semakin banyak kenalan cewek-cewek cakep di sekolahan.

Karena sudah sering berpindah-pindah sekolah dan nyaris mendapatkan perlakuan yang sama dari teman sekelas, di sukai oleh mayoritas siswa cewek karena ganteng dan tajir, Axel sudah terbiasa menerima kebaikan dari orang di sekelilingnya. Ada yang memberikan jadwal mata pelajaran di sekolah, ada yang menawarkan siap meminjamkan buku materi karena memang Axel belum bersiap mengurus keperluannya di sekolah.

Tapi lama-lama mulai jengah karena ketiganya terus saja mengoceh, sok akrab dengan dirinya. Axel memang tipe orang yang sebenarnya paling tidak tahan jika di kelilingi oleh orang-orang yang seolah menjadikan dirinya sebagai pusat pembicaraan atau subjek. Pujian-pujian sehingga tatapan-tatapan nakal, gestur yang mulai agresif di suatu titik, justru membuat Axel muak. Rasa-rasanya Axel ingin menghajar mereka bertiga plus beberapa siswa lain yang coba mengerumuninya di kelas.

Norak bangsat kalian semua, batin Axel.

Axel lega saat mendengar bel tanda pelajaran Sosiologi telah usai, ia baru saja menyelesaikan menulis jawaban di buku tulis karena belum punya buku soal, tak sabar ingin segera keluar dari para zombie yang mengelilinginya.

Akan tetapi...

Rosa menghampiri bahkan menggandeng lengannya, membuat siku kiri Axel bisa merasakan gundukan dada Rosa.

"Axel ke cafe sekolah yuk. Kita ngobrol sama ngupi-ngupi dulu," pinta Rosa sembari menggoyang-goyangkan lengan Axel, sehingga sikut Axel tergesek-gesek dadanya.

"Asyik gue ikut dong," Vendri mencoba mengekor mereka.

Tetapi Rosa menolak. "Dih, ngapain elo ikut, biasa juga elo pergi ke kantin sekolah, bukan ke cafe sekolah, memangnya lo punya duit?" sahut Rosa kasar.

Mendengar jawaban Rosa yang cukup kasar, membuat muka Vendri memerah. Ia pun pergi terlebih dahulu dengan muka masam.

"Akhirnya si preman terminal itu menyingkir sejenak dari pandangan muka gue," ujar Rosa.

Axel mulai emosi sebenarnya dengan sifat binal agresif si Rosa. Rosa memang badannya bagus dan cantik, tetapi masih kalah cantik jika di bandingkan dengan Inge dan Mega, dua siswa cewek pertama yang Axel kenal di sekolahan ini. Mereka berdua meski jelas-jelas tertarik dengannya tetapi mereka lebih santai dan tidak berlebihan.

Beda dengan Rosa yang super genit dan mulutnya juga agak kasar.

Kalau saja kelas ini sepi, tinggal dirinya dan Rosa, Axel bersumpah akan memperkosa Rosa sampai ia menjerit minta ampun, kalau perlu Axel akan perkosa lubang anusnya Rosa biar mampus !! Oke fix, Axel sudah mencanangkan target pertamanya, yakni Rosa yang akan dia garap. Untuk caranya, akan Axel pikirkan kemudian, yang jelas, Rosa bakal dia ewek dengan hardcore !!

Axel pun akhirnya mengikuti ajakan Rosa. Rosa masih saja tidak melepas pegangan tangannya di lengan Axel. Rosa seolah memamerkan kepada para siswa cewek lain, kalau tidak ada yang bisa ganggu Axel karena. Siswi lain pun jengah dengan sikap agresif Rosa. Tetapi karena Rosa juga terkenal judes dan tidak ragu main tangan kepada siswi lain yang di anggap jadi pesaingnya dalam urusan cowok, memilih diam saja.

Sebelum Axel keluar dari kelas, ia sempat melihat Vendri mendatangi salah satu anak cowok. Raut muka anak yang bertampang culun dan berambut keriting tersebut nampak ketakutan saat di datangin Vendri. Siswa tersebut sebenarnya akan menjadi teman semejanya, tetapi kursi kosong di samping anak itu, tiba-tibah sudah di tempati oleh siswa lain dan Axel pun kini merasa "terjebak" duduk di kelilingi tiga siswa yang luar biasa caper.

Hal yang terakhir Axel lihat sebelum Rosa menariknya keluar dari kelas, anak tersebut mengeluarkan dompet dan Vendri merampas dompet anak tersebut.

"Wah-wah si rambut jagung itu tukang palak rupanya," gumam Axel pelan kemudian senyum terkembang di wajah Axel.

Ia sudah menemukan pintu mana yang akan ia buka, untuk memulai aksinya sebagai The Joker di SMA NEGERI XXX.

Jika Axel saat ini tengah di repotkan dengan Rosa dan teman satu geng yang mengekor dirinya menuju cafe sekolah, lain halnya dengan Adam.

Adam benar-benar bingung, ia lapar tetapi Vendri barusan merampas paksa semua uang yang ada di dompetnya, sehingga dompetnya tidak ada uang satu peser pun. Memang di kantung celananya, ada uang lima ribu, tetapi itu ongkos buat pulang nanti naik bus. Jika ia pakai uang tersebut untuk membeli gorengan, lumayan untuk mengganjal perutnya, tetapi pas pulang nanti, ia tidak punya ongkos dan mesti pulang berjalan kaki sejauh lima kilometer.

Adam pun memilih untuk menahan lapar dan hanya meminum air putih dari tumbler yang ia bawa dari rumah, daripada ia nanti pulang berjalan kaki. Ia lalu pergi ke perpustakaan untuk melanjutkan membaca lanjutan cerita buku Oliver Twist yang ada di rak perpus. Perpustakaan menjadi tempat paling menenangkan bagi Adam, karena di perpustakaan, suasana hening adalah hal yang biasa.

Tiga puluh menit yang sunyi tenang di perpustakaan adalah momen yang paling Adam nikmati selama bersekolah.

Namun ketenangan yang Adam peroleh di jam istirahat pertama, hanya berlaku di perpustakaan. Begitu ia kembali ke kelasnya, ia kembali berhadapan dengan pengasingan, siksaan tak kasat mata. Bahkan Ade, teman semejanya yang baru juga bersikap dingin, sama sekali tidak mengajaknya mengobrol.

Sebenarnya Adam itu memang jenius dan sangat pandai, karena di tengah tekanan mental karena di anggap "tidak ada" oleh teman-teman sekelasnya, ia masih bisa menggunakan otaknya dan memperoleh nilai terbaik hampir di semua mata pelajaran. Cuma, ketakutan-ketakutan yang ada di pikirannya justru membuat teman sekelasnya yang lain menganggap Adam memang anak yang aneh dan seperti hidup di dalam cangkang fantasinya sendiri.

Masa SMA buat sebagian orang mungkin masa yang menyenangkan tetapi tidak sedikit yang menganggap masa SMA adalah masa terburuk dalam kehidupannya.

Dan masa terburuk dalam kehidupan SMA-nya Adam, sebentar lagi akan naik ke level yang lebih tinggi. Tidak bisa lagi di sebut sebagai masa terburuk tetapi lebih tepat jika di sebut dengan "masa tergelap" dalam babak kehidupan Adam. Labirin tergelap yang akan di lalui Adam, sudah di mulai begitu ia sampai di kelas setelah jam istirahat pertama selesai.

Saat semua siswa menunggu kehadiran Pak Gery, guru Fisika, yang muncul justru Ibu Rini ke kelas mereka, dia adalah Guru BP yang killer. Jika Bu Rini sudah muncul di depan kelas, itu artinya akan ada satu atau dua siswa yang akan dia panggil. Siapapun siswanya, sudah pasti, akan mendapatkan hukuman berat di sertai panggilan kepada orang tua siswa bermasalah.

"Vendri Hariadi, sudah ada di sini? kalau ada, berdiri."

Semua terkejut dan menoleh ke arah Vendri karena namanya di sebut oleh Bu Rini. Vendri yang bingung, kenapa namanya di panggil, tak punya pilihan lain. Ia kemudian berdiri. "Saya bu."

"Sekarang kamu ikut dengan saya ke ruang BP, " ujar Bu Rini lalu keluar dari kelas.

Jika semua siswa termasuk Axel, masih menatap ke arah Vendri, Vendri memiliki asumsi kenapa ia di panggil langsung oleh sang Guru BP.

Sambil berjalan menuju pintu keluar, Vendri menatap tajam ke arah Adam. Sebelum keluar dari kelas, Vendri sempat membuat gestur membuat tanda menyilang di depan lehernya, yang di tujukan kepada Adam.

Adam bergidik ngeri, ia tahu ia akan mendapat masalah besar terlebih melihat reaksi Vendri menunjukkan gestur yang jika di artikan berarti "You're death" kepada dirinya.

Jika semua siswa tidak tahu apa yang tengah terjadi antara Adam dan Vendri, ada satu siswa yang tersenyum puas...

"Here We Go Again...." ucapnya pelan.



XXX *** XXX







TRIT TENTANG PREMIUM CONTENT LPH BISA KLIK DI LINK DI BAWAH :

https://www.semprot.com/threads/premium-content.1360970/


 
Terakhir diubah:
our fucking hero, akhirnya menemukan celah dimana dia akan menyusup dan memulai petualangan perdananya di SMA NEGERI XXX.

first step from many


:cool:

Indeks episode udah gw update di pejwan

enjoy AXEL #14 FRESH MEAT

:beer:
 
Ketika axel menginjakan kaki di sekolah barunya, langsung terdengar suara jeritan rahim para ciwik-ciwik disekolah barunya..
;););)
Mereka belum tahu siapa axel..jadi tambah penasaran, apa axel akan membantu adam? Sebagai bagian dari skenarionya..

Makasih updatenya master..
:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd