Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG I N S Y A F

Yakana dek wak maso nan lamo,... Banyak tacampak calom presiden di puri melati hahahah,.... Sm puri2 lain gai
 
Waaahhh maksih hu atas penyajian ceritanya.

Sama- sama hu. Terima kasih udah mampir

Izin buka lapak suhu ....
Awalan yg menarik....bakal banyak intrik ke depannya....
Sehat selalu suhu

Siap Hu.. Semoga senang :cendol:

Makasih updatenya om @bidjimu,

Terimakasih sudah mampir hu
:beer:

Yakana dek wak maso nan lamo,... Banyak tacampak calom presiden di puri melati hahahah,.... Sm puri2 lain gai

Kini ndak aman di Puri lai Da 😂

Seru intriknya siap ngikutin

Patut dinanti

Besok update meluncur suhu-suhu semua. Semoga terkondisi 2 part/pekan.
Salam Hangat persaudaraan :cendol:
 
IV. Melawan Arus



Rossa




Malamnya sekitar pukul delapan Hamid, Geri, Hasan, Chairul, Rizal telah bersiap-siap menuju selatan kota, mereka menunggu Rafi yang mengantar pak Herman dulu ke rumahnya. Hasan dengan tenangnya dan sesekali tertawa nampak tengah melinting *****, terapi untuk menstabilkan emosi, begitu ungkap Hasan. Setelah jadi beberapa lintingan, Hasan membagikannya kepada Geri, dan Chairul, sementara Hamid Rizal sepakat menolak.

"Hamid dan Rizal ini kakak adik yang bercita-cita jadi polwan" Hasan tertawa, lalu menghisap lintingan ***** pelan pelan, tawa Hasan ditimpali Geri dan Chairul.

"Kita bertahan untuk hidup, bukan untuk meracuni, Da" jawab Hamid diplomatis seraya tersenyum.

"Ini hasil alam, Da Mid, Bukan Racun. Hahaha" Chairul menimpali

"Biar saja, mau atau tidak, urusan pribadi. Yang jelas urusan wanita semuanya pasti satu selera, tidak akan ada yang menolak, ha ha ha" Geri tertawa

Lintingan ***** sudah habis, bertepatan dengan itu, mobil Rafi memasuki pekarangan rumah besar

"Itu Rafi sudah datang, ayo berangkat" Sela Geri
Mereka berjalan menuju mobil Rafi

"Fi, kita berangkatnya dua mobil saja, biar enak nanti kalau bawa buah tangan"
"Ya terserah aja Ger."

Chairul dan Rafi menaiki mobil Rafi, sementara Hamid dan Hasan bersama dengan Geri. Mereka perlahan meninggalkan rumah besar menuju ke selatan kota.

15 menit di perjalanan ketika memasuki kawasan pecinan, Geri meminggirkan mobilnya pelan pelan, lalu berhenti di sebuah toko yang menjual beragam minuman keras. Geri turun dan tidak berama lama kembali lagi dengan menenteng kresek berisi minuman keras merek impor.

"Knapa beli disini Ger?"
"Di dalam mahal, dua kali lipat" geri menjawab pertanyaan Hasan dengan singkat.

Mereka berenam memasuki tempat hiburan malam yang masih sepi tersebut. Maklum, masih pagi jam 10 pun masih satu jam lagi. Musik berdentum keras di dalam ruangan tempat hiburan tersebut, seperti hall kira-kira, ada meja yang tersusun berjejer seperti di restoran sementara di bagian ujung, ada semacam panggung tempat para dancer beraksi lengkap sound system nya.

Mata Hamid menatap ke arah panggung, nampak 3 orang perempuan berpakaian minim seperti bikini berwarna hitam dengan bahan latex menari meliuk-liukan tubuhnya seirama dengan dentuman musik yang menghentak hingga ke dada. Hasrat kelelakian Hamid menggeliat, pemandangan seperti itu belum pernah di lihat Hamid seumur hidupnya.

Sementara Geri dan Hasan tengah berbincang di sebuah meja bar entah mengobrolkan apa, tidak lama keluar dari balik pintu di sebelah meja bar 4 orang perempuan berpakaian minim, dress ketat yang membalut tubuh sintal, dengan rok yang hanya beberapa senti di bawah pangkal paha. Dua orang gadis yang mengenakan dress hitam ketat, menggandeng tangan Geri dan Hasan, sementara dua orang gadis lain, yang mengenakan rok mini ketat berwarna biru mempertontonkan paha nya yang mulus dan padat berjalan di belakang mereka

"Mid" yang pakai baju biru untuk kau" Bisik Geri kepada Hamid

Hamid tercengang, belum usai keterkejutan Hamid, Gadis itu menggandeng tangan Hamid, payudaranya yang bulat penuh itu ditempelkan ke lengan Hamid, sontak jantung Hamid berdegup kencang, Hamid beristighfar di dalam hati, merasakan lembutnya payudara yang montok itu di lengannya. Lutut Hamid sedikit bergetar ketika melangkahkan kaki, mengikuti Geri dan Hasan yang sudah duluan di depannya, mereka menaiki tangga menuju lantai atas, lalu memasuki sebuah ruangan yang agak luas, di dalamnya ada tv dan sofa yang berjejer.

Di ruangan ini musik di lantai bawah tidak lagi terdengar, rupanya di lantai 2 adalah khusus ruangan untuk karaoke. Hamid memilih duduk di pojokan agak gelap degup jantungnya masih tak beraturan. Hamid menghempaskan dirinya ke sofa, lalu kembali dihampiri oleh Geri

"Selesaikan dengan jantan Mid, jangan mau jadi perjaka seumur hidup"

Mendengar Geri berkata seperti itu, Hamid malah bingung dengan wanita disampingnya, yang tiba-tiba merangkul Hamid dan membenamkan kepalanya ke leher Hamid. Payudara wanita itu sangat ketat menempel ke lengat Hamid, mata Hamid melotot meliat belahan payudara gadis itu, samar terlihat seperti lembah nan kelam, bersamaan dengan itu, degup jantung Hamid semakin berantakan, dada nya bergemuruh hebat.

Seorang waiters mengetok pintu, lalu masuk, mempersiapkan peralatan untuk berkaraoke, serte mengetes dua buah mic. Sebelum kembali keluar ruangan, waiters tadi menanyakan pesanan kawanan Hamid. Mereka cuma memesan beberapa botol bir dan minuman ringan untuk Hamid.

Seisi ruangan itu mulai di sibukkan dengan urusan masing-masing. Perempuan yang bersama Geri sangat aktraktif, dia langsung memilih lagu dan mulai bernyanyi diiringi sesekali oleh Rizal dan Chairul, yang malam itu memang tidak ditemani wanita.


Perempuan yang memakai terusan ungu disamping Rafi tiba-tiba berjoged ketika musik dangdut mulai berputar di dalam ruangan yang sedikit temaram itu. Pantatnya yang bulat tampak sedikit menungging dalam balutan busana ketatnya meliuk-liuk ke kanan kiri mengikuti suara musik, tidak berapa lama, kemudian ketiga perempuan lain termasuk yang tengah bersama Hamid ikut berjoged, tampak begitu sensual, terlebih karena goyangan mereka menonjolkan bagian-bagian sensitif milik wanita yang tentu saja membangunkan hasrat kelelakian.

Setelah beberapa lagu, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing, perempuan yang bersama Hamid, meminum minuman ringan yang ada di meja, ketika ditawari minumal beralkohol oleh Hasan, dia menolaknya. Berbeda dengan tiga orang temannya, yang sepertinya sudah biasa dengan minuman beralkohol, terlihat santai menenggak minuman yang memang rasanya tidak enak sama sekali menurut Hamid

Gadis yang disamping Hamid memeluk pinggang Hamid, kembali menyandarkan payudaranya ke lengan Hamid, Pelan dia berbisik ke telinga Hamid

"Nama saya Rosa, nama abang siapa?" pertanyaan itu di akhiri dengan lidah Rosa menjilat cuping telinga Hamid lalu menghadiahi gigitan kecil disana.

Hamid bergedik, tubuhnya meremang, cairan menetes di kemaluannya, sudah dari tadi Hamid menahan gejolak di bawah sana.

Hamid tiba-tiba berdiri, lalu setengah berteriak, bertanya ke Chairul, letak kamar mandi dimana. Pertanyaan Hamid yang seperti itu memancing gelak tawa seisi ruangan. Dengan setengah berteriak pula Hasan menimpali dengan sambil tertawa

"Dasar perjaka dari goa kau Mid, baru digesek seperti itu saja, sudah mencari kamar mandi"

Sontak semua orang di dalam ruangan kembali tertawa. Tentu saja Hasan dengan ketawanya yang khas.
Sampai di toilet Hamid membuang hajatnya, lalu terlintas di fikirannya bayangan Halimah, seorang gadis yang dalam angan-angan Hamid ingin dijadikan iisteri lalu tidak jadi karena belum sempat niat diutarakan, Halimah sudah di nikahi orang lain.

"Oh Halimah, andai saja kau yang disampingku saat ini" gumaman Hamid di dalam hati.

"Kok lama Bang Hamid? Jangan dibuang semuanya dulu, sisakan lagi buat nanti" Rosa berkata kepada Hamid sambil kembali merangkul Hamid, Seperti biasa, Hamid cuma tersenyum, tanpa banyak bicara.

"Hati-hati kesenggol ya Ca, nanti pecah, masih bersegel barangnya" salah satu teman Rosa yang mengenakan dress hitam menyela, kembali kalimat tersebut memancing tawa

"Mau kemana setelah ini?" Rosa bertanya sambil menggenggam tangan Hamid dan memindahkan ke atas perutnya
"Pulang" Hamid menahan nafas dan degup jantungnya yang semakin berantakan. Sementara tangan Hamid menjadi kaku, seperti tidak ada darah yang mengalir disana.

"Saya ikut abang ya" bisik Rosa lalu mencium pipi Hamid.

Hamid hanya terdiam, menahan gejolak di dadanya. Sambil sesekali beristighfar di dalam hati. Bayangan Halimah kembali melintas di kepala Hamid, membuat dia menarik nafas dalam-dalam dan kembali lamat-lamat menatap ke arah wajah Rosa yang bersandar lekat di dadanya dan membelai rambut Rosa

Hamid tidak lah paham, di usia nya yang masih 23 tahun, baru kali ini Hamid sangat dekat dengan tubuh wanita, apakah getarannya sama dengan waktu Hamid menyukai Halimah, entahlah, yang jelas Hamid merasakan nyaman bersama Rosa dalam keadaan seperti itu.

Rosa semakin mengeratkan pelukannya ke pinggang Hamid, sambil sesekali menciumi dagu Hamid, sementara Hamid masih diam, pengalaman pertama sehingga Hamid tidak mengerti apa yang harus dilakukannya, kemudian Rosa mengarahkan tangan Hamid ke payudaranya. Hamid kembali terkejut, ketika tangannya menyentuh gundukan daging besar dan empuk itu

"Di remas bang" Rosa kembali berbisik di telinga Hamid, entah kenapa nafsu Rosa memuncak ketika berdekatan dengan Hamid, liang senggamanya berkedut, sudah mulai basah di bawah sana. Tangan Hamid yang cenderung pasif, mau tak mau harus dipandu Rosa untuk meremas payudaranya, hanya sebentar namun kembali tangan Hamid berhenti, mau tidak mau Rosa pun mengambil alih untuk terus memancing Hamid, tangan Rosa mulai bergerilya ke bawah, mengelus tonjolan kemaluan Hamid dari luar celana jeans yang dikenakan Hamid.

Rosa perlahan melonggarkan ikat pinggang Hamid, lalu membuka kancing celana serta menurunkan resluitingnya, pelan-pelan telapak tangan Rosa yang halus menyentuh kemaluan Hamid yang sudah mengeras sejak tadi, jemari tangan Rosa memijit lembut kemaluan Hamid yang terasa agak panas, dan jempolnya mengusap dengan lembut kepala kemaluan Hamid. Rosa mengadahkan kepalanya, mencium bibir Hamid yang terkatup rapat, dan menghisap bibir Hamid di sudut bawah.

Hamid menggeliat, tubuhnya yang memang sudah panas dari tadi mulai terbakar api syahwat, Hamid mengelus bahu Rosa yang lembut dan halus, sementara tangannya yang lain mulai kurang ajar dengan meremas payudara dengan tidak tertib, maklum saja, Hamid masih hijau dalam urusan syahwat. Tidak ada lagi suara yang didengar oleh telinga, Hamid sepertinya tengah berkonsentrasi penuh menikmati pengalaman barunya, yakni kehangatan yang diberikan Rosa, semua seperti diam, meski musik masih mengalun, Rizal dan Chairul masih bernyanyi, sementara semua sibuk dengan hajat masing-masing.

Rosa masih telaten memijit kemaluan Hamid dengan lembut. Sesekali jempolnya, mengusap lubang kemaluan Hamid yang sudah dibasahi cairan precum. Lidah Rosa menjilat bibir Hamid dengan pelan sekali, seperti gerakan slow motion, perlahan lalu turun keleher Hamid, Hamid menggelinjang geli, dan ber efek ke remasan tangannya di payudara Rosa, dirangsang sedemikian rupa, membuat Hamid meremas payudara Rosa dengan sedikit kuat, Rosa sedikit mengerang, lalu berbisik ke telinga Hamid,
"Jangan terlalu keras, bang. Pelan-pelan saya, yang lembut seperti tadi" kemudian kembali Rosa menjilat cuping telinga Hamid.

"Pulang yuk" Geri berteriak.
Sontak Hamid terkejut, melepaskan tangannya dari payudara Rosa, dan menarik tangan Rosa dari dalam celananya. Hamid berdiri lalu berbalik memunggungi Geri berdiri, membenahi celananya. Geri cuma geleng-geleng kepala melihat Hamid, lalu Hasan memberi kode dengan menaikkan alisnya, dan memonyongkan bibirnya ke arah Rosa.

Geri memanggil Rosa, lalu berbisik ke telinga Rosa, entah apa yang dibisikkan Geri, yang jelas, baik Rosa maupun Geri tertawa setelah itu. Geri pun berbisik ke Rafi, nampak Rafi cuma mengangguk lalu tersenyum.

"Kita pulang sekarang ya, malam minggu baru kesini lagi, sampai pagi lalu geri menyelipkan uang kepada perempuan yang ada di ruangan tersebut. Khusus untuk Rosa sepertinya Geri memberikan uang berlebih.

3 orang teman Rosa sudah meninggalkan ruangan tersebut, tinggal Rosa di dalam sambil memulas kembali dandannya.

"Apa rencananya Ger? " tampak Geri Hasan dan Rafi merembukkan sesuatu di sudut ruangan

"Hamid kita antar ke hotel, biar besoknya Hasan yang jemput. Bentuk terima kasih kita, dan sekalian ucapan selamat datang kepada Hamid" Ucap Geri membalas Rafi
Rafi mengangguk

"Ke Hotel, jangan ke wisma, nanti kena razia SK4 pula" Hasan menimpali

"Iya ke Hotel tempat biasa, San. Biar aman"

Tahun itu memang urusan SK4 kalau untuk merazia permesuman, semacam polisi pamong praja untuk jaman sekarang. SK4 ini dulunya mulai razia di atas jam 11 malam. Memaauki wisma-wisma yang memang dihadiri tempat mengadu syahwat pada masa tersebut. Ya, dulu disini wisma lebih laris, karena hotel tidak sebanyak sekarang. Kalau sekarang wisma dan hotel jelas jadi pembeda kelas. Yang hanya dengan budget minim sila ke wisma, yang punya uang banyak bisa ke hotel. Banyak pilihan, karena tidak satu jalan saja yang bisa menuju enak. Sepakat?

Sementara itu, di lantai bawah tempat hiburan, di sebuah ruangan di belakang meja bar, ada obrolan serius antara dua orang. Yang satu berpakain sangat rapi, sedangkan yang satunya tampak mukanya lebam, bekas kena pukulan sepertinya

"Perempuan yang tempo hari dimana?"

"Perempuan yang mana bang?" yang berpakaian rapi menanyai balik

"Yang dipakai si boss di ruangan atas, waktu club ini belum buka"

"Oh ha ha ha.. Rosa, namanya Rosa, cantik memang, baru datang dari pulau seberang. Dia di atas sudah dibawa sama anak bupati Kabupaten sebelah"

"Anjing, Geri ya? Yang rambutnya gondrong?

"Iya bang, sama bang Rafi juga"
"Pantek, sudah duluan saja mereka ke tempat ini"

"ha. Ha. Ha.. Santai bang, masih ada perempuan lain kok, atau kalau abang mau, besok kesini lagi, bisa saya atur jadwal untuk Rosa. Maklum bang, barang baru seperti Rosa banyak peminatnya. Ha.. Ha.. Ha.." si pakaian rapi kembali tertawa.

"Baiklah, saya minum dulu "

" Oh silahkan bang Hendra, nanti seperti biasa diskon khusus"

Pemuda berwajah lebam tadi ternyata Hendra, bodyguard Pak Azwar yang tadi siang dipukul Hamid.

Hendra menuju meja bar, lalu memesan Wiskhy kegemarannya, bersamaan dengan itu, rombongan Hamid dan kawan-kawan nampak menuruni tangga lantai atas. Mereka tertawa-tawa, sontak Hendra melirik ke arah tawa tersebut, karena sedikt remang, Hendra tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang tertawa tersebut. Tapi karena pintu keluar letaknya disamping meja bar yang dengan pencahayaan sedikit terang, tampaklah oleh Hendra mula-mula Dan Chairul belakang mereka Rizal, yang paling mencengangkan adalah, ketika Hendra melihat Rosa dengan manja berjalan sambil menggandeng tangan Hamid. Lalu di belakang mereka ada Hasan dan Geri. Geri dan Hasan melangkah menuju meja Bar, sementara yang lain terus keluar.

Hendra sedikit bergidik ngeri ketika Geri dan Hasan menuju meja bar, karena posisinya juga di dekat meja bar tersebut. Hasan yang pertama kali melihat Hendra, lalu menyikut Geri dan memberikan tanda dengan matanya. Geri mengikuti arah mata Hasan, lalu tatapannya beradu dengan mata Hendra. Geri menatap tajam dan meludah ke lantai.

Hendra hanya diam dan menekurkan kepalanya. Kalau dalam posisi sendirian seperti ini hilang sudah nyali Hendra. Geri melanjutkan pembayaran di meja kasir, sementara Hasan melangkah menuju meja tempat Hendra duduk, sambil berjalan, Hasan mengikat rambutnya yang gondrong hampir sepinggang.

Sampai di meja Hendra, Hasan berbisik
"Bagaimana keadaan muka kau, Ndra?"

Lalu dengan cepat Hasan meminum minuman Hendra yang ada di atas meja. Sampai Habis hingga gelas berisi Wiskhy itu hanya menyisakan es batu di dalamnya.

"Seperti yang kau lihat, San, lumayan", karena agak ngeri juga kalau memancing emosi Hasan, Hendra cuma sebenarnya menjawab pertanyaan Hasan.

"Jangan sesekali kau melakukan lagi perbuatan busuk, kau dan si Azwar itu akan kuhabiskan"

"Tapi kejadian tadi pagi bukan pekerjaan kami"

"Jangan menyangkal dulu, satu pelaku sudah di kantor polisi" Hasan mengedipkan matanya ke arah Hendra, lalu berlalu menuju pintu arah luar dimana Geri sudah menunggu.

Hendra, hanya mampu menyumpah di dalam hati, lengkap sudah kesialannya hari ini, bahkan minuman yang baru dinikmati sedikit sudah dihabiskan pula oleh Hasan.
"Akan kubalas kalian semua" gumam Hendra di dalam hati

"Apa yang kau katakan kepada anak buah si ular itu San? Tanya Geri ketika Hasan sudah sampai ketempatnya, sembari mereka menuju keluar.

"Kalau berani macam-macam, lubang duburnya akan saya colek pakai besi panas "
" Setan kau, San. Ha.. Ha.. Ha.." Geri tertawa

Mereka terus berjalan ke arah mobil Geri terparkir.
Sampai disana, Rafi, Rizal, Chairul, Hamid dan Rosa telah menunggu.

"Bagaimana?" Rafi menyongsong dengan pertanyaan

"Saya, Hamid dan Hasan mau mengantar Rosa dahulu, Rizal dan Chairul kau antar ke rumah besar ya Fi."

Rafi tersenyum sambil mengangguk.

"Hati-hati di jalan ya" Geri berpesan. Dibalas dengan anggukan lagi oleh Rafi.
Mereka bersalaman dulu sebelum berpisah menuju mobil masing-masing.
Hamid duduk di jok belakang mobil yang dikemudikan Hasan, Rosa tetap saja ke menggelendot manja kepada Hamid. Hamid lalu membuka kemeja yang dipakainya hingga menyisakan kaos dalam saja. Lalu memberikan kemejanya kepada Rosa, sambil memberi isyarat supaya Rosa menutupi dadanya, memang pakaian yang dikenakan Rosa berbelahan sangat rendah sehingga menampakkan hampir setengah payudaranya yang seperti hendak meloncat keluar, karena branya pun tidak kuasa menahan lama-lama onggokan daging padat yang bulat penuh tersebut.

"Ke hotel yang di dekat pantai saja San" Geri memecah keheningan di dalam mobil

"Tidak usah ke hotel bang, ke kontarakan saya saja, aman kok" Rosa memotong Geri, sebelum dijawab Hasan

"Yakin aman, Cha?"

"Iya bang, aman kok. Saya yang jamin" kata Rosa sembari setengah tertawa

"Beri tahu arahnya ya"

"Kita masuk dari depan kodim, bang, nanti ke kiri, masuk ke gang yang di sebelah bengkel itu"

Hasan dan Geri berpandangan sebentar lalu meyahut bersamaan
"Gang yang ada pos ormas itu ya?"
Dan Rosa pun mengangguk. Memang daerah tempat tinggal Rosa, adalah daerah mayoritas yang isinya kontrakan. Jadi tidak terlalu bercampur dengan pribumi. Makanya aman dari istilah "penggrebegan warga"

"Rumahnya jauh dari pos ormas tersebut Cha?" kembali Hasan bertanya
"Tidak bang, cuma 4 Rumah sebelah dari gang masuk.

"ok" Hasan membalas dengan singkat.

Memasuki gang rumah Rosa, ada sebuah pos yang di cat warna khas sebuah ormas, tampak beberapa orang tengah berkumpul sambil menenggak minuman keras. Hasan menepikan mobil, lalu turun bersama Geri. Hamid hanya diam sambil memperhatikan dari dalam mobil. Geri dan Hasan disalami oleh pemuda yang tengah berkumpul di pos tersebut. Tampak Hasan menunjuk-nunjuk ke arah kontrakan Rosa, kemudian Geri mengeluarkan dompetnya lalu memberikan beberapa lembar uang kepada salah seorang pemuda yang ada di pos tersebut. Pemuda yang menerima uang tersebut tersenyum sambil mengangkat jempolnya. Kemudian Geri dan Hamid kembali berbalik menuju mobil sebelumnya disalami kembali oleh pemuda yang berkumpul di pos tersebut.

"Bener Cha, kalau disini aman. Masih kawasan kita" ucap Geri ketika mobil kembali melaju pelan.

"iya bang, tetangga Ocha, juga ada kok yang bawa tamu lawan jenis menginap, aman kok"

Hasan menginjak pedal rem, mobil pun berhenti. Rosa membuka pintu mobil lalu turun seraya menggamit tangan Hamid, Geri memberi tanda dengan anggukan kepala, tapi Hamid belum mau turun. Sementara Rosa sudah meninggu di depan pagar kontrakannya

"Kau malam ini tidur di tempat Rosa dulu mid"

"Jangan Da. Apa kata tetangga nanti kalau saya ikut tidur di sini sama lawan jenis?"

Hamid menjawab Geri sambil pergulatan bathinnya. Disatu sisi dia ingin menunaikan hasrat kelelakiannya, di sisi lain Hamid sangat takut melanggar norma norma agama. Hamid diposisi yang membingungkan. Hamid takut melanggar batas batas yang sebenarnya sudah dilangkahinya sejak tadi. Ada dosa besar yang membayanginya jika ia menuruti keinginan Rosa untuk tidur di tempatnya.

"Tadi saya bertemu Hendra ketika hendak keluar dari tempat hiburan, dia sepertinya tau kalau Rosa bersama kau Mid, saya khawatir dia juga mengincar Rosa untuk balas sakit hati"

"Hendra siapa? "

"Yang kau pukul tadi siang Mid" jawab Hasan.

Sontak saja Hamid langsung bergegas turun dari Mobil, Hasan dan Geri menahan tawanya.
"Besok dijemput Hasan ya Mid"

Hamid yang sudah berdiri di sebelah Rosa mengangguk. Rosa lalu menarik tangan mengajak masuk ke dalam rumah, terdengar suara klakson mobil, lalu mobil yang dikendarai Hasan tersebut kembali melaju ke arah jalan raya.

"Kau lihat tadi Ger, Hamid langsung melompat turun ketika saya bilang Hendra mengincar Rosa
Geri cuma terkekeh mendengar perkataan Hasan

"Hamid itu masih polos San. Dia bereaksi spontan memukul Hendra, karena merasa dekat dengan kita. Cuma saya takut kalau dia jatuh cinta sama Rosa. Kau tau lah tabiat perempuan malam itu seperti apa, setiap hari berganti teman tidur, tidak ada cinta di hati mereka"

"Jangan berprasangka Ger. Kita lihat besok bagaimana Hamid, saya rasa Hamid bukan tipe orang yang bisa jatuh cinta. Dia cocoknya berkelahi"

"Ha.. Ha.. Ha.. " ya kita lihat bagaimana nanti"

Mobil yang dikendarai Hasan pun perlahan melaju membelah sepinya Kota Padang.

*******
Sementara itu di kontrakan Rosa, Hamid masih duduk di ruang tamu, menunggu Rosa yang katanya mau bebersih dan ganti baju, bermacam pikiran berkecamuk di kepala Hamid, termasuk mempeajari situasi rumah Rosa kalau - kalau Hendra menyerang kesini.

Tidak lama Rosa keluar dari kamar, Rosa mengenakan baju tidur berdada rendah berbahan satin seperti lingerie bermotif bunga berwarna merah muda, tampak belahan payudara Rosa sangat menggoda, sementara bawahannya hangat tertutup sedikit di bawah pangkal paha, sehingga ketika Rosa berjalan, memperlihatkan celana dalam berenda yang juga berwarna merah muda. Tubuh sintal padat yang dibalut busana seminim itu mau tak mau membuat kemaluan Hamid kembali menggeliat. Terlebih, ketika ia menatap ke arah dada Rosa, putingnya tercetak dengan jelas dari balik pakaiannya. Sepertinya Rosa tidak lagi mengenakan bra nya.

Rosa berjalan pelan menuju Hamid, lalu Rosa mendekati Hamid,kedua tangannya di tumpukan ke lutut Hamid, nampak seperti tengah menungging, kalau di lihat dari belakang baka tampak lah pantat Rosa yang besar dan padat itu.

"Abang mau minum apa? " Rosa bertanya seperti itu sambil menggesekkan ujung hidungnya ke hidung Hamid, gelagapan sambil matanya melihat ke arah payudara besar yang menggantung itu, hampir semua bagian payudara itu bisa dilihat Hamid, kecuali putingnya.

"te.. te.. teh aja" Hamid tergagap menjawab pertanyaan Rosa.

Rosa kemudian naik ke pangkuan Hamid, dengan lembut Rosa mencium bibir Hamid, lalu membelai kepala Hamid dan menatap mata Hamid dengan dalam, Hamid pun membalas tatapan Rosa, ada geliat lain dalam dirinya yang ikut hidup ketika saling bertatapan seperti itu. Rosa membelai kepala belakang Hamid, lalu kembali menghisap bibir Hamid dengan lembut, kemudian melepaskannya, ketika Rosa hendak turun dari pangkuan Hamid, entah keberanian dari mana, Hamid menahan tubuh Rosa, lalu memeluknya dengan erat dan membenamkan mukanya ke leher Rosa, terkejut dengan perlakuan Hamid yang seperti itu, Rosa membalas pelukan Hamid dengan erat, dan membelai lagi kepala belakang Hamid dengan lembut.

"Sebentar bang, saya membuatkan abang teh dulu", Hamid mengendurkan pelukannya, lalu mengangguk, Rosa pelan-pelan turun dari pangkuan Hamid. Sebelum berbalik menuju dapur, Rosa kembali memberikan bibir Hamid ciuman ringan. Rosa berjalan menuju dapur, Hamid menatap Rosa dari belakang, memperhatikan goncangan pantat Rosa yang tampak sangat indah bergerak seirama ayunan kaki pemiliknya.

Sampai di dapur, Rosa memanaskan air sebentar, sambil menunggu air, Rosa tertegun mengingat Hamid. Di tempat hiburan malam tadi, dia dibisikkan Geri untuk menemani Hamid, dan tidak itu saja, Geri membayar 2x lipat tarif Rosa, yang sebenernya memang tergolong mahal, kerena itu, golongan pejabat saja yang bisa menikmati tubuhnya. Ada getar lain dan perasaan nyaman ketika Rosa bersama dengan Hamid sepanjang waktu tadi. Mungkin juga dikarenakan oleh kepolosan Hamid, entahlah, yang jelas Rosa merasakan kenyamanan bersama Hamid, terlebih ketika Hamid membuka kemejanya, dan menyuruh Rosa menutupi dadanya, makanya Rosa memilih mengajak Hamid ke kontrakannya ketimbang ke hotel yang dipilih Geri.

Rosa menyudahi lamunannya, lalu segera membuatkan teh untuk Hamid. Rosa menaruh teh di meja kecil yang ada di depan Hamid, Hamid kembali melirik ke arah payudara Rosa yang menggantung, Rosa hanya tersenyum sembari kembali duduk kembali dipangkuan Hamid, Hamid membenamkan kepalanya ke leher Rosa, tercium aroma wangi di leher Rosa membuat Hamid mulai menghirup dan menciumi kulit leher jenjang Rosa, Rosa mendesah pelan mengadahkan kepalanya, memberi ruang untuk Hamid menjelajahi lehernya. Hamid semakin mendekap erat tubuh Rosa, tangannya naik turun membelai punggung Rosa.

"Pindah ke kamar saja bang"

Rosa berbisik, bangkit dari tubuh Hamid lalu mengunci pintu depan, Rosa menarik tangan Hamid berdiri, lalu melangkah menuju kamar tidur, Hamid yang ditarik seperti itu seperti kerbau dicucuk hidungnya mengikuti langkah Rosa menuju kamar.

Rosa berdiri di pinggir tempat tidur, perlahan menarik kaos Hamid ke atas, Hamid hanya pasrah mengikuti Rosa, sambil menebak-nebak di dalam hati apa yang akan dilakukan Rosa selanjutnya. Setelah melepas kaos Hamid, Rosa merapatkan tubuhnya ke tubuh Hamid, lalu mencium bibir Hamid dengan lembut, Rosa menjilat bibir Hamid, lalu berkata
"Buka mulutnya, bang" Hamid pun sedikit membuka mulutnya, dan lidah Rosa pun mulai memasuki rongga mulut Hamid, Hamid gelagapan ketika lidah Rosa menari nari di dalam mulutnya. Lalu Hamid merengkuh tubuh Rosa semakin erat, Hamid semakin terbang ke awang-awang karena perlakuan Rosa, sementara itu tangan Rosa mulai menggapai ke bagian bawah Hamid, Rosa menarik ikat pinggang Hamid, membuka kancing celananya, lalu menurunkannya. Tangan Rosa masuk ke celana dalam Hamid, lalu menggenggam batang kemaluan Hamid yang sangat keras dan hangat.

Setelah beberapa saat, Rosa mengajak Hamid berbaring di tempat tidur, Hamid mengikut patuh. Ketika Hamid sudah berbaring, Rosa melepas pakaiannya, tinggalah satu-satunya celana dalam berenda berwana merah muda membungkus gundukan daging tembem di selangkangannya, Rosa tersenyum ke arah Hamid, lalu naik ke tempat tidur sambil memilin puting payudara yang berwarna merah muda. Hamid menatap lekat payudara besar yang berayun di tubuh Rosa, perlahan Roaa menarik ke bawah celana dalam Hamid, Hamid yang memang sudah pasrah mengikuti saja kemauan Rosa.

Rosa merangkak menuju kemaluan Hamid. Hamid bergidik, seluruh urat di tubuhnya menegang ketika Rosa mulai menggenggam batang kemaluannya. Kemaluan Hamid yang sudah berdiri kokoh seperti Jam Gadang tampak penuh dalam genggaman tangan Rosa, Rosa mengarahkan mulutnya ke kemaluan Hamid, lalu lidah Rosa mulai menjilati kepala kemaluan Hamid, lidah Rosa menari-nari di kemaluan Hamid sambil sesekali mengecup dan menghisap kepala kemaluan Hamid. Pelan-pelan Rosa memasukkan kemaluan Hamid ke dalam mulutnya, lalu menggerakkan kepalanya naik turun, sambi sesekali melakukan hisapan-hisapan ke kepala kemaluan Hamid, sementara tangan Rosa memainkan testis Hamid.

Tiba-tiba saja Hamid mengejang, lalu meremas bahu Rosa, tapi Rosa malah makin cepat mengocok dan menghisap kemaluan Hamid. Terdengar Hamid sedikit mengerang.

"Aaaarrrggghhhh... Keluar, Cha." erangan Hamid tertahan

Rosa tidak menghentikan gerakan bibir dan mulutnya yang menghisap kemaluan Hamid, Rosa membiarkan kemaluan Hamid mengeluarkan cairan semen di dalam mulutnya, dia terus menghisap kemaluan Hamid, hingga tiada lagi sperma yang dikeluarkan, Rosa baru berhenti, mengangkat kepalanya dari kemaluan Hamid milik Hamid, lalu menelan semua cairan sperma. Rosa melakukannya sambil tersenyum menatap Hamid, sementara sebelah tangannya masih mengocok naik turun kemaluan Hamid yang sudah mulai lemas.

Rosa lalu turun dari tempat tidur lalu melangkah ke luar kamar. Hamid menerawang, sekejap saja, semua pantangan norma agama sudah dilanggar Hamid, Hamid tersentak kaget ketika pintu kamar terbuka kembali, tampak tangan Rosa membawa sebotol air mineral, Rosa menyerahkan botol air tersebut ke arah Hamid, Hamid menerimanya lalu meminumnya, setelah puas, Hamid menyerahkan kembali botol tersebut kepada Rosa, lalu Rosa menaruh nya di meja sebelah tempat tidur.

"Abang capek? "

Hamid cuma tersenyum dan menggeleng, Rosa menaiki tempat tidur dan merebahkan kepalanya di dada Hamid, sementara itu pahanya menindih paha Hamid, tangan Rosa mengelus lembut dada Hamid.

" Abang baru pertama kali ya?"

Kembali Rosa bertanya kepada Hamid
Hamid mengangguk, lalu tangan kanan Hamid membelai pelan rambut Rosa. Hamid menceritakan kepada Rosa, bahwa selama ini dia tinggal di dalam pesantren dan tidak pernah dekat dengan wanita, bahkan sedekat ini dengan Rosa pun baru dirasakan Hamid malam ini. Rosa semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh Hamid.

Hamid merasakan nyaman bersama Rosa, rasa ini sama ketika Hamid kenal dengan Halimah dulu, ada semacam rasa yang ingin terus bertatapan atau terus berdekatan. Entah apa namanya, Hamid pun kurang bisa menterjemahkan perasaannya dengan bahasa.

"Bagaimana Ocha bisa sampai kesini? "
Rosa terdiam mendengar pertanyaan Hamid, lalu menarik nafas dalam-dalam. Rosa mulai menceritakan kisah hidupnya sambil menahan genangan di matanya agar tidak turun ke bawah. Hamid mendengar dengan seksama sambil membelai rambut Rosa. Hamid menerawang memikirkan nasib Rosa yang yatim piatu seperti diri nya. Rosa yang melawan kerasnya hidup akhirnya pasrah mengikuti alur hidupnya sebagai wanita malam. Hati Hamid terasa pedih sekali mendengar cerita Rosa yang seperti itu, terdengar pelan isakan Rosa olehnya, dan sepertinya dada Hamid juga mulai basah kejatuhan air mata Rosa.

"Kita sama, Cha, saya juga yatim piatu sepertimu, dan kalau diijinkan, biarkan saya menjaga mu" ucap Hamid untuk menenangkan Rosa.

Rosa mengangkat kepalanya dan tersenyum ke arah Hamid, lalu mwngangguk. Hamid tersenyum dan menyentuh bibir Rosa dengan jarinya. Rosa kemudian naik ke tubuh Hamid, lalu mencium wajah Hamid, mengecup bibir Hamid, lalu turun ke dada Hamid, sedangkan Hamid cuma mengelus-ngelus punggung Rosa.

Rosa menarik tangan Hamid ke arah pantatnya, dan menyuruh Hamid meremasnya, Hamid pun mulai berani meremas pantat Rosa, kali ini Hamid melakukannya dengan lembut dan hati-hati, takut menyakiti Rosa, dengan sedikit mendesah Rosa menggesekkan memek tembemnya yang masih terbungkus celana dalam ke kemaluan Hamid yang mulai keras kembali.

Rosa yang mulai tidak tahan akan rangsangan birahinya perlahan berdiri mengangkangi Hamid dan membuka sendiri celana dalamnya. Hamid melongo melihat tontonan seperti itu, kemaluan wanita pertama kali seumur hidupnya terpampang jelas di mukanya. Hamid masih terdiam melihat memek tembem milik Rosa tersebut.

Rosa kembali merangkak di atas tubuh Hamid, lalu menciumi bibir Hamid, kali ini Hamid sudah paham dan sudah mulai mengikuti permainan lidah Rosa meski masih sedikit kaku. Sementara lidahnya dan bibirnya menghisap bibir Hamid, tangan Rosa menjangkau kemaluan Hamid dan menggesekkan ke belahan memeknya yang sudah kembali basah.

"AHHH.... UHHH.. AHH.. "

Rosa mendesah ketika kemaluan Hamid membelah belahan memek tembemnya. Pelan-pelan Rosa mencoba memasukkan kemaluan Hamid ke dalam memeknya, meski memeknya sudah basah tapi masih agak sedikit susah, karena ukuran kemaluan Hamid yang cukup besar. (Ya sangat aneh, kalau kemaluan tokoh pria di cerita panas dibuat kecil)

"UUUUUUHHHHH..."
"AAAAHHHHHHH.."

Rosa mendesah agak keras ketika kemaluan sudah memasuki memeknya, memek Rosa terasa terganjal benda tumpul, terasa penuh memek Rosa diisi kemaluan Hamid. Rosa mendiamkan sebentar dan mencoba beradaptasi dengan kemaluan yang baru saja memasuki memeknya. Sementara Hamid hanya mengernyitkan keningnya ketika kemaluannya menerobos memek Rosa.

Rosa perlahan menaik turun kan pantatnya pelan pelan, tubuhnya melengkung ke belakang di tahan tangannya yang mencengkram paha Hamid

PLAAAKK PLAAAKK PLAAAKK.

mulai terdengar bunyi daging pantat Rosa yang padat beradu dengan paha Hamid

"AAAAHHHHHHH "
" UUUUUUHHHHH "
" OOOUUUGGGHH"

Rosa mendesah tidak karuan menahan nikmat di memek nya yang dimasuki kemaluan Hamid, semakin lama semakin mempercepat gerakannya. Hamid yang diperlakukan seperti itu cuma mencoba bertahan lebih lama sambil menikmati pijatan dinding memek Rosa pada kemaluannya.

Rosa kemudian berhenti sejenak, lalu menegakkan tubuhnya sambil menumpukan kedua telapak tangannya ke perut Hamid lalu mulai kembali menarik turunkan pantat nya mengurut kemaluan Hamid dengan memeknya.

Hamid yang melihat payudara besar Rosa yang mengayun ngayun mengikuti gerak tubuhnya, membuat Hamid berinisiatif untuk menjangkaunya, dan meremasnya dengan lembut sambil memainkan puting payudara yang berwarna merah muda tersebut.
Rosa memandu tangan Hamid untuk meremas payudaranya dengan sedikit kuat,

"AAAHHHHHHH"
"OUUUHHHHHHH

Rosa mendesah sambil mnambah ritme pantatnya lebih cepat naik turun, erangan Rosa terdengar sangat memabukkan di telinga Hamid, dan mulai berinisiatif menggerakkan pantat nya supaya kemaluannya masuk lebih dalam ke memek tembem Rosa.

"Iya sayang, seperti itu yaangg... Ahhhhh.... Ooohhhh... terus sayang aaaahhh.. , Aaaahhhh... Ooohhhh... "

Rosa mendesah dan terus memotivasi Hamid supaya kemaluan Hamid lebih cepat menusuk memeknya.

" ougggghhhh... Aaaahhhh.... "

Hamid mengangkat sedikit pantat Rosa, lalu mengambil alih kemudi, dan mulai menggerakkan pantat nya naik turun sehingga kontolnya keluar masuk di memek rosa lebih cepat..

" Aaaaaahhhhhhhh.... Udaaaaaahhhh yaaaaaaanggg... "

Rosa mencengkram dada Hamid lalu membenamkan kontol Hamid dalam dalam ke liang memeknya, Rosa mencapai orgasme pertamanya, tampak peluh sudah membasahi tubuh Rosa
Sementara kemaluan Hamid di dalam memek Rosa terasa dipijit dan dihisap dalam-dalam, lalu tersiram cairan hangat, ketika Rosa orgasme tadi. Rosa lalu turun dari tubuh Hamid, lalu berbaring di sebelah Hamid, Rosa mengode Hamid supaya naik ke tubuhnya, Rosa terlentang sambil membuka lebar pahanya, memperlihatkan memek tembem yang merah merekan dan sangat basah di dalamnya. Hamid menuntun kemaluannya untuk menerobos memek Rosa, setelah beberapa kali namun selalu meleset. Rosa Paham, lalu menjangkau kemaluan Hamid, di gesekkean sebentar ke mulut memeknya, lalu perlahan-lahan Rosa menekan kemaluan Hamid ke dalam liang memeknya

"Aaaaaaaaaahhhh... "

Rosa mendesah panjang ketika seluruh kemaluan Hamid terbenam di dalam memeknya, kemudian pelan-pelan Hamid mulai menggoyangkan pantatnya maju munjur, terasa hangat dan sangat basah di dalam memek Rosa, dinding-dinding memek Rosa yang bergerinjal terasa dengan lembut menghisap dan memijit-mijit kemaluan Hamid.

Rosa menikmati tusukan kemaluan Hamid yang mulai cepat menghujam memeknya, Rosa mengangkangkan pahanya lebar-lebar sembari jarinya memainkat iitlnya yang tampak mengkilat dan sedikit menonjol sebesar biji kacang.

"AAAAAAHHHHHHHH.... "

Teruskan sayang.. Tusuk lebih dalam"

AAAAAAHHHHHHHH"

"OOOOOUUUGGHHHH... "

lebih kuat sayang...

Tusuk lebih cepat"

AAARGGGHHHHHH"

Rosa mendesah dan terus memotivasi Hamid untuk menghujam memeknya lebih cepat. Hamid pun menambah kecepatan tusukannya, sambil sebelah tangannya menjangkau payudara besar rosa yang ikut tergoncang karena genjotannya, lalu meremas-remas gumpalan daging yang lembut tersebut.

"AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH"

Rosa mendesah panjang, badannya melenting ke belakang pantatnya bergetar, sembari mengepitkan pahanya, tangannya menahan paha Hamid supaya menghentikan genjotannya, Hamid yang melihat Rosa mengejang seperti itu, dengan cebat mencabut kemaluannya dari memek Rosa, lalu merengkuh tubuh Rosa dan disandarkan ke dadanya, tampak kecemasan di wajah Hamid yang tengah mendekap tubuh Rosa dengan sangat erat.
Diperlakukan seperti itu Rosa pun tersenyum sambil berkata dalam hati "Hamid memang selugu itu, bahkan untuk melihat wanita orgasme saja dia tidak paham"

"Kamu tidak, apa-apa, Cha? Hamid bertanya akan kekhawatirannya

"Tidak apa-apa sayang. Itu tadi namanya orgasme, sama seperti abang mengeluarkan sperma, perempuan juga bisa mengalami sensasi yang sama sama seperti laki-laki"
Rosa membelai pipi pria yang memasanga wajah cemas tersebut dengan lembut, terbesit pertanyaan di hatinya, apakah cuma dengan berhubungan seks dengan perempuan seperti ini Hamid bisa jatuh cinta kepada perempuan?

"Kita lanjutkan lagi sayang.. "
Rosa kembali membelai pipi Hamid, lalu keluar dari dekapan tubuh Hamid. Rosa melihat ke arah kemaluan Hamid yang tampaknya sudah terkulai lemah, lalu tersenyum ke arah Hamid.
Rosa menggenggam kemaluan Hamid yang tengah tertidur, mengecup kepalanya dengan sedikit lama, dengan hisapan kecil Rosa lalu mengulum kembali kemaluan Hamid. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kemaluan Hamid kembali berdiri tegak perkasa.

Rosa berjongkok diatas kemaluan Hamid, lalu pelan pelan menekan memeknya ke arah bawah, menenggelamkan semua batang kemaluan Hamid...

"Aaaaaahhhhhhhh.. "

Rosa mendesah ketika seluruh batang kemaluan Hamid sudah terbenam dalam liang senggamanya. Lalu kedua tangan Rosa menggengam tangan Hamid dan mulai menggeal geolkan pinggulnya kanan kiri,

" Arrrrrrgggghhhh"

terdengar erangan Hamid ketika menerima perlakuan Rosa yang seperti itu, Hamid merasakan tulang lunak kemaluannya seperti di lumat habis dalam memek tembem Rosa yang basah dan hangat.

Hamid sudah mulai bisa mengimbangi gerakan Rosa menyodokkan pinggulnya ke atas, lirih languhan dan desahan mereka sahut menyahut memenuhi ruangan, dua tubuh telanjang anak manusia tengah berpacu memenuhi hasrat purba mereka. Aroma liar birahi pekat tercium di dalam kamar Rosa saat ini. Rosa terus menggerakkan pinggulnya memutar ke kiri ke kanan, naik turun, Hamid pun tidak kalah, dengan giat menusukkan kemaluannya ke memek tembem Rosa dengan cepat, hingga tiba disuatu perhentian, Hamid dan Rosa mengerang panjang, kemaluan Hamid ditusukkan dalam-dalam ke memek Rosa, sementara Rosa mencengkram dada Hamid dengan kuat.

"AAAAARRGGGGGHHHHHHH"

"OOOOUUUUUGGGGHHHHHH"

erangan dan desahan mereka keluar bersamaan dengan pelepasan di kemaluan masing - masing. Tangan Hamid masih mencengkram erat pinggul Rosa ketika kemaluannya menembak kan sperma ke dalam Rahim Rosa, dan Rosa pun kembali orgasme ketika semburan sperma memenuhi rahimnya.

Rosa menjatuhjan tubuhnya ke atas tubuh Hamid, lalu bibir mungilnya mengecup dada bidang tubuh yang tengah berbaring itu. Hamid membelai pelan rambut Rosa sambil membiarkan kemaluannya tetap di dalam memek Rosa. Hamid menerawang, mengingat kembali sensasi nikmat saat melepaskan keperjakaannya. Hamid yang benar-benar buta soal hubungan dengan wanita, malam ini baru saja merasakan pengalaman luar biasa, bercinta dengan wanita yang sangat mampu memanjakannya, tanpa sadar Hamid mendekap tubuh Rosa dengan erat, ada rasa takut akan kehilangan sosok Rosa dalam dirinya. Entah karena cinta, entah karena Rosa adalah wanita pertama yang ditidurinya. Entahlah. Semua itu hanya Hamid yang tau.

Rosa sendiri pun tesenyum dan semakin nyaman ketika tubuh kekar Hamid, memeluknya dengan erat. Ada rasa aman ketika Hamid memeluknya, rasa yang belum pernah dirasakan Rosa ketika bercinta dengan pria-pria yang membayarnya. Hubungan seksual yang sangat hambar yang dirasakan Rosa selama ini, dimana dia dibayar untuk melayani kebutuhan nafsu, lalu semua selesai setelah si pembayar membuang spermanya. Hati Rosa sepertinya mulai tertambat kepada pemuda lugu dan polos yang bernama Hamid.

Rosa tidak ingin waktu yang ia lewatkan bersama Hamid lewat begitu saja, ingin rasanya menghentikan waktu, lalu tetap dekapan Hamid, selamanya..
Kemaluan Hamid dalam memek tembem Rosa semakin mengecil, Rosa menarik pelan-pelan tubuhnya lalu terlepaslah kemaluan mereka.

Rosa tetap menelungkupkan tubuhnya di atas tubuh Hamid, dengan gerakan kecil, Rosa beringsut ke atas mencium lembut bibir Hamid, lembut sekali ciuman Rosa, ciuman tanpa nafsu, ciuman yang didasari rasa sayang mungkin. Baik Rosa maupun Hamid tetap membiarkan tubuh mereka telanjang seperti itu, hingga mereka sama.-sama tertidur, dan memasuki alam mimpi masing-masing.

Sementara di atas meja di ruang tamu segelas teh yang dibuatkan untuk Hamid telah digerayangi oleh semut dengan mesra namun tanpa tata krama.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd