Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG I'm not a Loser

Bimabet
BAB V


Keesokan Paginya

Setelah sarapan, Katsia berangkat menuju kantornya. Setibanya di kantor, walaupun dia sudah mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, namun, beberapa hal yang berkaitan dengan Karna terus mengalir di benaknya. Baik itu argumen yang terjadi kemarin siang, kekecewaan Karna atas keputusannya, hingga masakan rumah yang dia persiapkan tadi malam. Apalagi, ketika dia tiba tadi pagi, sebuket bunga yang indah menyambutnya di meja kerja. Perasaan yang meluap-luap menyebabkan Katsia tidak dapat memberikan banyak perhatian pada pekerjaan, dan itu adalah hal yang jarang terjadi.

Bingung dengan perasaannya, akhirnya, Katsia tidak tahan. Dia meminta sekretarisnya untuk memanggil Karna ke ruangannya.

Di ruang R&D, Karna pun tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Kejadian-kejadian kemarin, hingga orgasmenya tadi pagi di mulut Devina masih memenuhi isi kepala Karna. Dan, ketika dia menerima telepon dari sekretaris ruangan CEO yang memintanya untuk datang. Sedikit banyak, dia merasa cemas. "Aduh, apa Katsia tidak suka dengan bunga yg gw kasih ya? Atau lebih parahnya, jangan-jangan Devina cerita macem-macem ke dia", pikirnya. Karna tidak tahu apa yang diinginkan Katsia.

Namun, Karna tetap berangkat menuju lantai 20, ruangan Katsia. Setelah sedikit berbasa-basi dan meminta maaf dengan Sekretaris CEO, Karna berjalan menuju ruangan CEO. Karna mengetuk pintu dan bersiap untuk masuk. Tepat pada saat itu, HP Katsia berdering. Panggilan HP yang tiba-tiba ini, menghancurkan seluruh konsentrasi Katsia yang sedang memikirkan apa saja yang harus dibicarakan dengan Karna. Caller ID menunjukkan bahwa panggilan itu berasal dari Jonathan Putra, kakak laki-lakinya Katsia.

Dengan wajah murung, Katsia menjawab telepon itu,"Kenapa loe telepon gw?"

"Gw rasa loe tau kenapa gw telepon loe", sebuah suara tidak kalah ketus menjawab dari ujung sana.

Katsia menjawab dengan dingin,"Klo loe mau ngomongin pertunangan, loe gausah telepon gw! Gak bakalan terjadi!"

"Eh Katsia, inget ya, perjanjian udah disepakatin. Loe gak punya suara dalam hal ini"

"Oh Really? Tapi gw udah menikah sekarang. Gak mungkin kan gw tunangan lagi?", kali ini terdengar nada kemenangan dalam suara Katsia.

Dengan marah, Jonathan berkata, "Menikah? Kapan loe nikah? Gausah ngarang-ngarang loe!"

"Mau ketemu suami gw? Sini, gw tunjukin buku nikah gw!"

"Grrrrr..." Jonathan yang berada di ujung telepon sangat marah. "Gw gak peduli, sandiwara macam apa yang loe lakuin! Tapi loe ga bisa lari! Loe harus nikah sama--"

Belum sempat Jonathan melanjutkan kalimatnya, Katsia memotongnya. "Enough! Gw ga peduli loe mo ngomong apa. Gw udah married. Titik!"

Katsia kemudian mematikan telepon itu. Pada saat ini, Karna yang sedang berdiri di depan pintu mau tidak mau mengerutkan kening. Jelas, Karna menyadari bahwa Katsia marah, karena dipaksa menikah oleh keluarganya. Tidak lama, dia mengetuk pintu, agar Katsia menyadari kehadirannya.

TOK TOK TOK, "Katsia?", kata Karna, lembut. Katsia yang tidak menyangka Karna ada di ruangannya agak terkejut.

"Eh.. Karna... Udah lama?"

"Lumayan"

"Eeeh.. Loe denger pembicaraan gw?"

"Iya...."

"...", seketika terjadi keheningan yang awkard. Memecah keheningan, Karna berkata "Eeh, kalau waktunya gak tepat, nanti gw balik lagi deh"


"Jangan.... Errhnng.. Ehemm.. Gw-eeh.. Aku mau minta maaf sama kamu..", kata Katsia pelan.

Karna tersenyum hangat, dan menenangkan Katsia. Dia berkata "Udah, jangan dipikirin ya. Gw--eeehm.. Aku udah gak marah sama kamu kok. Kejadian kemarin udah aku lupain."

"Eerrrr... Aku bener-bener gaenak sama kamu, Karna. Aku udah bawa-bawa kamu untuk kepentinganku pribadi, trus aku udah salah paham dan terlalu cepet ambil keputusan. Maafin aku ya. Daann... Eeehem... Terimakasih ya bunganya.. Aku suka", kata Katsia malu-malu.

Karna mengangguk sambil tersenyum. "It's not a big deal kok. Aku juga minta maaf karena bertindak terlalu bar-bar di perusahaan kamu."

-----

Clara masih saja duduk di meja kerjanya, sementara Karna sudah pulang daritadi. Malam itu, hujan masih terus mengguyur. Karena malas terjebak macet, Clara melanjutkan pekerjaannya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, dimana dia menjadi satu-satunya karyawan yang belum pulang, selain satpam yang berjaga. Clara tampak cantik dengan dress biru kotak-kotak yang digunakannya.




Setelah dirasakan cukup, Clara pun beres-beres. Dia bersiap untuk pulang. Ketika dia berjalan menuju lift, tak disangka, dia berpapasan dengan Pak Romli, satpam yang berkeliling memantau lingkungan kantor.

"Eh, mbak Clara, baru pulang?", sapa Pak Romli, pria berperawakan tua berusia sekitar 50an dengan tubuh yang cukup berotot.

"Malam Pak Romli, iya pak. Biasa, ada laporan harus di submit ke bos", kata Clara. Pak Romli lalu membantu menekan tombol lift.

"Terima kasih pak"

"Sama-sama mbak. Mari, saya mau check lagi kedalam", ucap Pak Romli sambil terlihat berkomunikasi seseorang dengan HT nya.

Clara nampak letih. Namun, senyum manisnya tetap menghias di wajahnya. Iringan suara hak tinggi menemani langkahnya di Basement 1. Suasana sudah sepi dan gelap. Ketika Clara berjalan menuju mobilnya, sambil mencari kunci, tiba-tiba mulutnya didekap oleh seseorang. Kemudian, ada orang lain yang memegangi tangannya. Clara pun terkejut dan tak berdaya.

Salah satu dari kedua orang misterius mengikat mulutnya dengan kain. Clara mencoba berontak untuk melawan, namun tentu saja tenaganya tidak cukup kuat. Setelah beberapa lama meronta, tenaga Clara mulai menghilang. Diserang rasa takut yang amat sangat, akhirnya Clara tidak sadarkan diri.

Tubuh Clara diletakkan di sebuah kasur yang sudah usang pada sebuah gudang. Ketika dia mencoba membuka matanya, tempat itu gelap dan asing baginya. Mulutnya masih tersumpal kain, dan kedua tangan serta kakinya kini terikat tali. Dia semakin takut dan kalut. Samar-samar, dia melihat ada tiga orang laki-laki di depannya.

"Pak, benar ini ceweknya?", ujar Tono.

"Benar. Kerja bagus", kata Clara, sedikit terkejut. Dia mengenali suara itu. Tidak lama, pintu sedikit terbuka, dan cahaya masuk menerangi ruangan itu. Clara semakin terkejut! Wajah-wajah didepannya mulai terlihat, ketika dua orang lain masuk ke dalam ruangan itu dan menyalakan lampu.

Saat ini, Clara yang sedang terikat, dikelili oleh lima orang pria. Kelima orang itu adalah Pak Ronald sang Direktur Keuangan, Dede, si satpam yang mencuri sekantong pill dan menuduh Karna sebagai pelakunya, Romli, satpam yang berpapasan dengannya tadi, serta kedua orang lain yang tidak dikenalnya, Tono dan Fikri.

Pak Ronald mulai mendekati Clara, dan membuka penutup mulutnya. Serentak, Clara pun berteriak,"Pak Ronald... Tolong pakk... Tolong.." Clara berteriak sekuat tenaga, keringat dan air mata mulai mengalir. Bibirnya tampak gemetar.

PLAKKKKK!!!! Sebuah tamparan keras dilayangkan ke mukanya.

"Lonte bangs*t!!!! Gara-gara mulut loe gw kehilangan pekerjaan", ucap Dede marah.

"Ampunn pakk... Ampunn.. Apa salah saya pak???", suara Clara terdengar memelas dan putus asa.

"Loe gak tau salah loe? Gara-gara laporan loe ke Bu Devina, gw dipecat!!!!"

Seketika Clara tersadar. Kemarin, dia menyampaikan kejadian di ruangan R&D kepada ibu Devina. Rupanya, setelah diinvestigasi, Dede adalah maling yang menjebak Karna. Tentu saja, Devina langsung mengambil langkah tegas dan memecatnya. Suara tangisan Clara semakin terdengar keras.

"Yaelah, pake nangis lagi loe!", ucap Dede sambil mau menamparnya. Namun, seketika tangan Pak Ronald menahan tangan Dede.

"Clara cantik, bapak mau tanya sama kamu. Ada hubungan apa kamu sama Karna, sampai kamu membela dia mati-matian di depan ibu Devina?", ucap Ronald sambil mengelus pipi Clara.

"Pak Ronaaalld.. Hiks.. Hikss.. Tolong saya pakk..Sa-sa-saya ga ada hubungan apa-apa dengan Ka-ka-Karna", jawab Clara sambil terisak.

"Kamu tahu? Akibat tindakan kamu, saya gagal menyingkirkan orang itu? Gara-gara kamu juga Dede sampe kehilangan pekerjaan?". Tangan Ronald yang tadinya mengelus pipi Clara, dengan cepat berpindah dan menjambak rambutnya.

"Arrrghhhh.. A-a-aammpunnn pak... Maafin sayaaa", Clara memohon sambil menangis.

"Udah, kamu gausah nangis. Ini Dede mau maafin kamu kok.. Hahahahahah"

Dede mendadak bersikap lembut kepada Clara, sambil mengelus rambutnya, dia berkata "Pak Ronald bener kok cantik.. Gw bakal maafin loe.. Tapi ada syaratnya!"

Tangan Dede kemudian mulai memelorotkan dress yang digunakan Clara hingga ke perut. Kini, bra putih yang menutupi payudaranya terpampang di hadapan mereka.

"Waaahh, mulus juga De! Mantab..Hahahahah", tawa Pak Romli sambil memandangi payudara Clara yang bulat berukuran 32A. Kemudian dia maju. Ditariknya dengan kuat dress itu hingga tersobek.

"Janggaaan pakk....A-a-ampuun... Tolong saya paakkkk..."

PLAK. Sebuah tamparan mendarat lagi. Pipinya mulai tampak merah akibat tamparan dari Dede. Tamparan itu membuat tubuh Clara terjatuh di kasur usang itu. Suara tangis terus mendera Clara. Sejenak Dede memandang tubuh putih yang terhampar didepannya. Tangannya kemudian mengelus payudara Clara.

Clara mencoba bangkit dan menepis sentuhan Dede sambil berteriak "Jangaaan pakkkk".

Dede kemudian mencekik Clara dan menariknya, sehingga tubuhnya terduduk. "Heh Lonte!!! Sekarang loe nikmatin balasan dari gw..Hahahahaha".

"Dede.. Mundur!" kata Pak Ronald tiba-tiba. Melihat secercah harapan, Clara dengan nada memelas kini memohon kepada Pak Ronald.

"Paakkk Ronalld..Tolong saya pak... Ampunnn"

Diluar dugaan, Pak Ronald terlihat sibuk melepaskan celandanya, sampai akhirnya terpampang dihadapan Clara, kontor besar tapi pendek miliknya. "Hahahahah.. Kamu salah Clara.. Saya mau cicipin kamu duluan baru yang lain boleh gantian icipin kamu" tawa Pak Ronald sambil mengacungkan kontolnya ke muka Clara.

Clara memejamkan mata dan membuang mukanya, menghindari kontol Pak Ronald. Kali ini, bibir terkunci rapat. Pak Ronald yang melihat itu, kemudian menekan kedua hidung Clara, membuatnya kehabisan nafas. Hal itu memaksa Clara untuk membuka mulutnya. Dengan cepat, Pak Ronald menjelali kontolnya ke dalam mulut mungil itu..

"Mmmm...mm.***...mmm"", Clara berontak. Aroma khas kontol mulai membuat Clara mual. Namun, kini dia tidak bisa menghindar, karena kontol yang perlahan mulai membesar, kini sudah bersarang di mulutnya. Pak Ronald kemudian menggerakan kepala Clara maju mundur, dengan menjambak rambutnya.

Tangan Dede dan Romli kini mulai aktif mempreteli bra putih yang dikenakan Clara, dan meremas kedua bongkah payudaranya. Sementara itu, Tono dan Fikri meloloskan sisa dressnya kebawah, sekaligus menarik celana dalam Clara. Bulu-bulu halus terlihat menutupi belahan vaginanya.

Clara masih mencoba untuk berontak. Namun, kuatnya jambakan Pak Ronald serta tangan-tangan lain yang menjamah tubuhnya membuat Clara tidak bisa berbuat banyak. Airmatanya seakan habis. Clara mulai pasrah menghadapi kelakuan mereka. Kepalanya pun masih terus dipaksa untuk dan dijambak maju mundur, mengulum kontol Pak Ronald.

Payudara putih dan ranum Clara yang kini menggantung bebas, terus diremas oleh Romli dan Dede. Sesekali, puting mungilnya dipilin, membuat tubuh Clara merinding. Perlakuan ini membuat tubuhnya seakan berhenti melawan. Detak jantungnya mulai terpacu, ssperti ada rasa lain di dadanya pada dinginnya malam itu atas perlakuan mereka. Matanya kini terpejam, saat Jemari Tono mulai bermain di lubang vaginanya.

"Wuih, basah bro!!" seru Tono.

"Hahaha lont* , ternyata loe sange juga diginiin?", kata Romli sambil mulai menjilati payudara Clara.

Cukup lama mulut Clara dijejali kontol Pak Ronald. Lipstiknya kini sudah hilang dari bibir mungilnya. Clara tersedak beberapa detik dan sulit bernapas, ketika Pak Ronald menahan kontolnya dalam-dalam, hingga sampai ke tenggorokannya. Lalu mencabutnya perlahan. Kontolnya kini sudah tegak sempurna, dan terlihat basah dengan liur Clara.

"Hueeekkk.. Ahhh.. A-a-ampunn pak Ronald...", ujar Clara terengah-engah.

Pak Ronald kini melepaskan ikatan tali pada kedua kaki Clara. Namun, tubuhnya yang sudah terlalu lemas tidak kuasa untuk melawan lagi. Rasanya tenaganya mulai habis. Clara mulai pasrah saat Pak Ronald membaringkan tubuhnya, dan merentangkan kedua pahanya.

"Paakk... Errrgghhhh... Udaaaahhhh.... SShhhhh Ahhhhhh", erang Clara, saat kontol pak Ronald mulai menyeruak memasuki vaginanya. Disaat yang bersamaan, Romli memainkan payudara Clara. Dengan gemas, diremasnya payudara mungil itu memelintir putingya. Sementara lidah Dede terus mengulum puting itu sambil sesekali menggigitnya. Tono menarik tangan Clara, memintanya untuk mengocok kontolnya. Fikri pun tidak tinggal diam, kontolnya kini sudah bersarang di mulut Clara.

Menerima perlakuan mereka semua, tidak terasa Clara mulai terangsang. Sodokan-sodokan Pak Ronald mulai mengenai gspot nya. Semakin mereka mempermainkan putingnya, semakin Clara merasakan getaran pada tubuhnya. Sesekali, dia mengejang dan tanpa sadar erangan keluar dari mulutnya. Dia mencapai orgasme pertamanya.

Melihat tubuh Clara mengejang, Romli dan Dede berhenti sejenak, mereka saling melihat, kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahahaha.. Dasar Lonte!!!! Keenakan ya loe? Hahahahaha", tawa Dede.

"Eerrrggh... Paakkk... Udaahahhh" ucap Clara lirih.

Saat itu, Pak Ronald masih terus menyodoki vagina Clara. Jepitan vagina itu terasa sangat nikmat saat Clara orgasme.

"Arrghh.. Memek kamu legit bangett..." erang Pak Ronald.

Tono dan Fikri kini berganti posisi dengan Romli dan Dede. Kali ini, Clara sudah tidak melawan. Tangannya dengan sukarela mengocok kontol besar Ramli, dan mulutnya maju mundur mengulum kontol Dede.

"Hahahahaha.. Keenakan ya loee?" kata Tono penuh nafsu sambil mencubiti puting Clara. Nafsunya kini benar-benar dipermainkan.

"Enak gak!! Jawab !! Klo gak gw terus cubitin nih" kata Fikri ikut mencubit puting Clara.

"Iyaaaa.... Ee-e-enaaaak banggg.."jawab Clara tidak ada pilihan. Kini payudaranya merah, sesekali ada bekas cupangan dari Fikri dan Tono. Clara hanya mendesah dan mengerang. Mencoba menutupi rasa nikmat dihadapan mereka.

Tidak lama, Pak Ronald menghujam kerasa vaginanya, Dede pun menjejali kontolnya dalam-dalam ke mulut Clara. Tak lama, mereka mengeluarkan spermanya. Pak Ronald di vaginanya dan Dede di mulut nya.

CROTTT... CROOTTTT.. Cariran putih kental hangat dan perlahan menetes keluar dari mulut serta vagina Clara. Tubuhnya kini sangat lemas.

"Arrrghhh... Mantab.. hahahaha... Ton, Fik, giliran loe nih" ucap Pak Ronald sambil membetulkan celananya.

"Siap pak!", kata Tono. Dengan mudah, kontolnya memasuki vagina Clara, dan ditekannya dalam-dalam sampai mentok.

"arrggghhh" desah Clara.

"Ahhh.. Mantab memang memek orang kantoran. hahahahaha" ucap Tono sambil menggenjot Clara. Mulutnya kini dipenuhi kontol Fikri. Cukup lama mereka bersamaan menghajar vagina dan mulut Clara, sampai akhirnya Tono membalikkan tubuh Clara ke posisi menungging. Tono dan Fikri adalah preman pasar yang biasa dibayar Ronald untuk melakukan pekerjaan kotornya.

Setelah beberapa menit, Tono berkata pada Fikri, "Fik, gantian, gw pengen rasain mulutnya".

"Oke bang"

Kini, Fikri menghajar vagina Clara dengan posisi doggy. Kontolnya melesak lebih dalam, membuat sesekali Clara meringis ketika kontolnya mentok di dinding rahimnya. Beberapa menit vaginanya dihujami kontol, Fikri sesekali meludahi anus Clara dan memasukkan jari tengahnya. Seketika Clara melepas kontol Tono yang dimulutnya dan berteriaak

"Ampunn bangg... Jangan disitu..."

Fikri mengabaikannya. Jari tengahnya disodok dalam-dalam ke anusnya. Semakin lama, Fikri menambah jarinya, hingga kini tiga jari sudah bersarang dalam lubang anusnya.

Rasa sakit bergantian dengan nikmat, rasa yang tidak biasa bagi Clara. Baru kali ini vagina dan anusnya dimasuki benda tumpul secara bersamaan, sambil mulutnya dijejali oleh kontol. Mendapatkan sensasi ini, tubuhnya malah mengejang sesekali. Clara kembali mengalami orgasme. Saat dia orgasme, Fikri melepaskan kontolnya. Clara kini mencoba mengatur napasnya, namun tanpa disadari, ternyata Fikri mulai menekan keras-keras kontolnya kedalam anus Clara.

"Arrrgghhh..Sakittt.. Jangan disitu...."teriak Clara. Saat itu kontol Tono terlepas dari mulutnya.

"Fikri, bentar-bentar, kita ganti posisi" kata Tono. Kemudian, Tono berpindah kebawah tubuh Clara, dan mulai mengarahkan kontolnya ke vagina Clara. Setelah kontolnya masuk sempurna, sekarang Tono dan Fikri sama-sama menggenjot Clara dengan cepat.

"Arrrgghhh... Arghhhh..Engghghh...Arrgghhh" rintih Clara saat kedua kontol mengaduk lubang vagina dan anusnya. Rasa sakit nya berubah menjadi rasa nikmat. Rambutnya kini dijambak oleh Fikri, dan kedua payudaranya dikenyot bergantian oleh Tono. Tanpa disadari, Clara kini menggoyangkan tubuhnya sesuai irama.

Lima belas menit kemudian, Fikri merasakan orgasme yang sudah tak tertahankan.

"Arrgrhhh mbakk.. GW keluarrrr...." erang Fikri. Keluarlah peju Fikri memenuhi lubang anus Clara. Dibawah, Tono masih terus menggenjot vagina Clara tanpa ampun. Sesekali dia mencium bibir Clara. Clara yang sudah dikuasai nafsu birahi, membalas ciuman Tono. Tidak begitu lama, Tono pun mengerang dan mengeluarkan spermanya di dalam vagina Clara, berbarengan dengan orgasme Clara yang ketiga.

"Arrrrghhhh... Mbakkkkkk..." erang Tono.

"Hahahahha.. Bagaimana Clara?" tanya Pak Ronald yang sudah berpakaian rapih. Tangannya memegang HP merekam persetubuhan tadi.

"Ingat!! Kamu jangan ikut campur lagi sama urusan saya!!! Jangan pula kamu belain Karna kalau ada kejadian lain lagi. Dan, pastikan tidak ada orang lain tahu kejadian ini, atau, adikmu juga saya perkosa didepan bapakmu yang sekarat. Hahahahaahha", kata Pak Ronald.

Clara agak terkejut. Kenapa Pak Ronald tahu bahwa dia memiliki seorang adik? Dan bagaimana dia bisa tahu bahwa ayahnya sudah lama terbaring dikasur karena stroke? Membayangkan apa yang akan terjadi, Clara bergidik. Secepat kilat dia menganggukkan kepala.
Satu persatu dari kelima orang itu mulai meninggalkan tubuh Clara yang terkulai lemas dengan sperma dimana-mana. Perlahan, Clara mengumpulkan kekuatannya, merapihkan pakaiannya dan meninggalkan tempat itu. Dengan perasaan hancur, Clara berusaha berjalan ke mobilnya sambil menangis. Dia tak habis pikir, Pak Ronald, Direktur Keuangan yang dikaguminya tega berbuat ini.

Di tempat lain, HP Pak Ronald berdering. Dengan cepat Pak Ronald mengangkat telepon itu. Terdengar suara dari sisi sana.

"Jangan kebanyakan main-main. Kalau cewek itu uda diberesin, sekarang beresin laki-laki itu", suara dingin seorang pria terdengar.

"Siap pak. Akan segera saya lanjut ke rencana berikutnya".

-------

Malam itu, keadaan dirumah Katsia terasa lebih hangat. Permintaan dan rekonsiliasi mereka tadi siang membuat hubungan Katsia dan Karna menjadi jauh lebih harmonis. Sekarang, Karna bisa sesekali bercanda dengan Katsia. Setelah makan malam, Karna melihat Katsia yang sedang duduk dan membaca di sofa sambil mengeryitkan kening, membuat Karna sedikit penasaran.

"Sayang, ada apa?"

Katsia memelototi Karna dengan matanya yang indah, tapi berbeda dengan sebelum-sebelumya, Katsia tidak memarahinya. Sebagai gantinya, dia memberikan sebuah dokumen dan berkata. "Coba kamu baca ini"

"Ini----" Karna mengambil dokumen itu dan melihatnya. Setelah membaca isinya, Karna terkejut.

"Katsia? Kamu gak salah? Ini bukannya dokumen penting perushaaan?"

"Gak kok, aku gak salah. Aku mau kamu baca dokumen ini. Tolong kamu pelajarin ya, soalnya minggu depan akan dibahas di meeting BOD perusahaan"

Kali ini, Karna tercengang,"Meeting BOD?"

"Iya, kita akan ada meeting untuk menentukan vendor di perusahaan. Aku mau kamu ikut hadir."

"Tapi, ini -" Karna tidak mengerti mengapa dia harus terlibat dalam urusan perusahaan sepenting ini.

Katsia menatap mata Karna dan berkata dengan suara lembut, "Sekarang, kamu adalah suamiku. Kalau kamu terus-terusan cuma menjadi staf biasa di perusahaanku, tidakkah orang lain akan merasa aneh?"

Mendengarkan Katsia, Karna akhirnya memahami tujuan di balik tindakannya, "Apakah ini masih ada hubungannya dengan urusan keluargamu yang memaksa kamu untuk menikah?"

Katsia mengangguk kecil. Karna kemudian mengambil dokumen itu dan berkata dengan serius.

"Oke. Aku gak akan kecewain kamu."

----
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd