Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT IMMORAL PERVERSION (racebannon)

Bimabet
Thanks udah sampe end suhu
Masih berharap Sinta kembali me "aku"
 
Selamat Hu
Tamat sudah
Ditunggu karya2 berikutnya ya Hu

Sukses selalu Hu
 
Tamat? Pendek tapi padet juga.

Dan smart, membiarkan imajinasi pembaca menerka² mau jadi kaya apa Sinta.

Tengkiu, Suhu 🍺!
 
Akhirnya berlabel tamat juga Suhu. Yeah, ketika kita sudah mengusahakan kunci untuk dibuka, namun si empunya kunci udah kadung nyaman dan gak mau membuka pintu itu ya mau gimana lagi. Hidup udah singkat, masak mau diberatin lagi ama ketidakmauan berubah. Ya sudahlah...
 
IMMORAL PERVERSION - PART 14

----------------------------------------------------


clarit10.jpg

“Sinta mau kontol…”

Sial. Apa-apaan ini?

“Diem aja. Jangan ngapa-ngapain” bisik Rey. Aku mengangguk dengan enggan, walau darahku rasanya mendidih. Aku berusaha menahan perasaan apapun, sesuai dengan instruksi Rey. Lagipula, kondisinya benar-benar mencekam untukku.

Lelaki tampan tadi lalu membuka celananya tanpa ragu. Dia kini hanya mengenakan atasan saja, dengan penis yang berdiri tegak, tepat di depan muka Sinta. Dan tanpa ragu-ragu, Sinta langsung mengulumnya. Tangan kanannya menggenggam penis itu dengan lembut, sambil mengocoknya pelan, seakan-akan dia menikmatinya.

Beberapa lelaki mengeluarkan handphone mereka dan mengabadikan momen ini.

“Jangan nyebar ya foto atau videonya, kalau ada yang nyebar, udah tau kan bakal gimana?” Ivonne tertawa kecil, sambil mulai merayap pelan ke arah sofa. Tanpa diminta beberapa lelaki langsung menurunkan celana atau celana dalam mereka.

73473610.jpg

Ivonne langsung mengulum penis pria yang terdekat, dan tangannya menjelajah ke penis-penis lain. Kegilaan sudah dimulai.

Beberapa lelaki mulai bangkit dengan penis mereka yang sudah tegak. Aku menelan ludah. Mereka mengelilingi Sinta dan Ivonne. Sinta mulai mengocok dua penis yang tegak di kanan kirinya. Di belakang Sinta, seorang lelaki mulai meremas buah dadanya dan memainkan vaginanya.

Ivonne tampak sibuk. Beberapa lelaki menggerayanginya, ada juga yang berusaha dengan liar menjilat buah dadanya.

Aku seperti melihat adegan langsung kebejatan di kota Sodom dan Gomorah ataupun Pompeii. Atau pesta-pesta kaisar Caligula.

52892710.jpg

“Mnnhh…” Sinta tampak menikmatinya. Ini benar-benar di luar dugaanku. Gerakannya mengulum dan memainkan penis dengan tangannya benar-benar berbeda dengan yang sebelumnya. Mereka mulai melucuti pakaian dalam Sinta. Mereka tampak ganas dan tak sabar.

Beberapa pria yang lain hanya duduk di bar, sama sepertiku dan Rey. Tapi mayoritas mulai mengeroyok Sinta dan Ivonne. Lebih banyak yang mengerumuni Sinta tapi. Seorang pria mulai tiduran di kasur tersebut dan Sinta duduk di atas wajahnya. Sambil sibuk memuaskan beberapa pria dengan mulut dan tangannya, pria tersebut menjilati vagina Sinta dengan gerakan yang tampak kasar.

Sinta tampak luwes di tengah para lelaki itu. Payudaranya dimainkan beberapa orang sekaligus. Sesekali, dia mengeluarkan penis pria yang pertama dan iseng menjilati dan mengulum beberapa penis yang mengarah kepadanya bergantian.

“Nggh.. Ah!” Ivonne merintih kencang di sofa. Seorang pria yang tampaknya tidak sabar, langsung menghunjamkan penis ke vaginanya. Ivonne menungging di depan sofa, sambil digauli dari belakang. Dia juga menjilati beberapa penis bergantian, sambil mengocok ke kanan kiri.

“Kalau mau… Ah… Keluar di dalem… Silakan.. Ah… Ahhnn…” Ivonne membebaskan para pria itu untuk ejakulasi di dalam tubuhnya dan Sinta.

Mereka semua mengantri, menunggu giliran untuk menikmati oral seks dari Sinta dan Ivonne, walau Ivonne sudah digagahi dari belakang.

“Mnn….. Mhh.. Ah!” Sinta meringis saat ada yang menggigit putingnya. Beberapa pria tertawa melihat reaksinya. Sinta lantas melanjutkan kegiatannya mengulum penis kesana kemari. Pria tampan yang pertama mulai menelanjangi dirinya sendiri. Dia tampak sibuk berbicara kesana kemari, menahan beberapa orang yang tampak terlalu bernafsu, mengatur ritme para orang bejat itu menggauli Ivonne dan Sinta.

“Fuck gue mau keluar sekarang” salah seorang dari mereka menyahut dengan suara yang bergetar. Penisnya sedang berada di dalam mulut Sinta. “Ah!”

“Nnn…” penis tersebut meledak di dalam mulut Sinta. Sperma kental membasahi bagian dalam mulut Sinta. Beberapa orang mundur sambil meledek pria itu. Beberapa tetes sperma jatuh ke kasur itu, dan Sinta sedang berjuang keras untuk meminum sperma pria yang lemah itu.

“Jangan lupa yang netes dijilat ya” perintah sang lelaki tampan. Sinta mengangguk. Dan setelah dia menelan sperma yang pertama keluar di mulutnya, dia menungging sambil menjilati tetesan sperma yang jatuh di kasur. Vaginanya terekspose. Beberapa pria melihatnya dengan tatapan penuh nafsu. Seorang berinisiatif untuk memasukkan jarinya ke dalam vagina Sinta.

“Mnnn…. Ah… Ahh…” Sinta mengerang kecil. Seorang pria lagi iseng memasukkan jarinya ke lubang anus Sinta. Payudaranya masih digerayangi.

Ivonne masih sibuk mengulum penis-penis yang tersisa.

“Gue harus ngeliat ini sampe beres?” mual rasanya.
“Terserah” bisik Rey, membalasku enggan.

Sinta sudah selesai menjilatin tetesan sperma yang jatuh. Dia lantas berbaring di atas kasur, sambil mengelus-ngelus vaginanya sendiri. Kata-kata selanjutnya mendadak membuat jantungku putus.

“Memek Sinta sudah siap……. Yang mau make Sinta lewat pantat sabar ya….”

Sinta. Tersenyum nafsu. Sambil melihat ke arah para pria tersebut. Adegan berikutnya jangan ditebak, karena sudah pasti seseorang maju untuk menggagahi Sinta. Dikelilingi penis sebanyak itu, dia tampak tak kewalahan. Sementara Ivonne ditelanjangi, digerayangi dan digagahi beramai-ramai di sofa.

Rasanya seperti ladang pembantaian. Tapi korbannya pasrah, dan malah mengundang.

“Cukup” aku bangkit dan berjalan keluar ruangan itu. Tidak ada yang memperhatikanku sama sekali, kecuali Rey dan seseorang berbadan tegap yang sigap membukakan pintu keluar untukku.

Aku keluar. Aku tidak tahan lagi. Dengan otomatis aku mengeluarkan rokok dari saku celanaku dan mulai membakarnya. Tanganku gemetar.

Rey menyusulku dari belakang.

“Gila” aku bergumam sendiri, sambil membuang masker yang kupakai tadi entah kemana.
“Well…” Rey berdiri di sampingku. Aku menghadap ke kolam renang yang besar itu.

“Dia…”
“Bener Tanto bilang”
“Apa?” tanyaku dengan emosi ke arah Rey.

“Sinta udah ilang, dia nikmatin itu semua sekarang”

“Gila apa?”
“Dia udah kebiasa digangbang gitu… Udah sukarela dan bener-bener mau” sambung Rey.

“Kacau….”
“Lo gapapa?”
“Gapapa gimana? Terus apa gunanya selama ini gue berusaha bantuin dia?” marahku.
“Gak ada gunanya”

“Fuck….”

“Ya mau gimana, udah gitu beberapa dari mereka suka spoiling Sinta segala macem…. Sinta yang sekarang, udah beda men….”

“Hh…”
“Udah, kalo gue bilang, mending kita pulang aja”
“Bangke….”

Aku bergidik, sambil berjalan pelan ke arah kami datang tadi. Semua harapanku melihat Sinta hidup dengan benar, hilang. Dia sudah terjebak dalam permainan seperti itu. Aku sudah tak sanggup lagi. Aku sudah kehilangan muka, dan kehilangan harapan akan dirinya.

Melihat Sinta menikmati kegiatan bejat tadi, semangatku hilang. Rasanya seperti tolol. Semua perjuanganmu menjadi nihil.

Sudahlah. Aku pulang saja. Tak ada gunanya aku disini malam ini.

----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------


Entah sudah berapa bulan berlalu. Aku sudah mulai belajar untuk melupakan Sinta.

Life must go on. Aku sedang menjalani kehidupan pribadiku sendiri dengan aman dan nyaman tanpa perasaan khawatir sedikitpun atas Sinta.

Malam itu, aku berubah, seperti Sinta yang sudah berubah juga. Sinta mungkin masih tenggelam dalam kondisi yang sama. Terlena dalam uang hasil prostitusi yang ekstrim. Entah apa yang terjadi kalau orang sudah bosan dengan dirinya. Semakin lama pasti adegan seksnya semakin ekstrim dan aku sudah tidak bisa lagi membayangkan hal tersebut.

Aku semakin menjauh dari dunia gelap, dan fokus pada kehidupan pribadiku. Fokus di kantor, fokus di keluarga, dan fokus untuk berubah ke jalan yang benar. Bisa dipastikan aku salah satu orang yang bertanggung jawab dalam tenggelamnya Sinta ke dunia itu.

Karena aku pernah bejat, dan karena aku tidak tegas sedari awal. Semuanya sudah terlambat, dan sebelum aku ikut tenggelam dalam masalah Sinta, lebih baik aku menyelamatkan diri sendiri dulu, dengan tidak ikut-ikutan lagi.

itemed10.jpg

Dan aku sedang menatap seorang perempuan yang cantik, yang ada di depanku.

“Seniorku ngeselin banget, dia masa mau cuti akhir bulan nanti, ke eropa dua minggu, baru ngasih taunya tadi”
“Kamu bakal kelimpahan kerjaannya dong?” tanyaku dengan senyum ke arah perempuan itu.

“Ya setim bakal kelimpungan” dia mengambil gelas yang berisi wine di depannya, menyesap sedikit isinya dan tersenyum balik.

Dia pacarku sekarang. Sudah dua bulan aku memacarinya. Kami bertemu secara baik-baik, di tempat yang baik dan hubungan kami baik-baik pula. Segala tindakan mesum dan bejatku di masa lalu kusimpan rapat-rapat.

Aku menjalani hubungan ini dengan bahagia dan nyaman. Tidak ada drama sejauh ini.

“Ngeselin ya”
“Ya gitu….. Kesel kalo dipikirin, mendingan mikirin yang enak-enak aja deh, weekend jadi ke Bandung?” senyumnya.

Manis. Manis sekali. Rambutnya ikal, panjang, dan dandanannya sungguh berkelas dan feminim. I like her so much. Orangnya sopan, dan tindak tanduknya sungguh lembut.

Mudah-mudahan hubungan kami….. wait? Siapa itu?

Aku melihat sosok yang tak asing. Seorang perempuan bertubuh mungil, berambut pendek seleher lewat di sudut mataku. Dia menuju smoking area di luar restoran ini. Aku menelan ludahku sendiri.

“Eh, bentar, boleh aku nelpon dulu gak di luar?” aku memotong obrolan pacarku.
“Boleh… mendadak amat” dia mengernyitkan dahinya sambil tersenyum lucu.
“Bentar ya”
“Pasti sambil ngerokok deh…”
“Haha”
“Kurangin ya sayang kalo bisa” dia tersenyum lagi. Aku tersenyum balik, dan mulai beranjak ke smoking area.

Dengan langkah tak pasti aku berusaha mengejar sosok itu.

"Kont..."
"Eh Sori, maaf Mas..." Aku menabrak sesosok pria gondrong brewokan yang tangannya penuh tato. Tatapannya kaget saat kutabrak. Mukanya terlihat familiar. Orang terkenal kah? Entahlah.

"Oh gapapa... Ati-ati mas jalannya" balasnya setelah kaget. Aku lantas mengangguk dan bergegas ke arah luar.

Ya, aku tak salah lagi. Aku melihatnya tepat di depanku.

Perempuan bertubuh mungil yang manis, berambut pendek seleher, dengan dandanan yang terlihat makin berkelas. Dia mengenakan cardigan berwarna gelap, tank top hitam, ankle pants hitam, dan choker di lehernya. Dia menghisap rokoknya dalam-dalam.

“Sinta”
“Ah?”

Dia kaget, sambil menatapku dengan muka terkejut.

“Kak…”

“Ngapain disini?”
“Lagi… Makan…”
“Oh… Sekarang ngerokok?” tanyaku dengan suara sinis.

“Hmm… Iya..”
“Kamu gimana? Udah kuliah?”

“Belum..”

“Orang tua gimana? Sehat?”
“Sehat”

“Masih gitu-gitu aja atau udah lebih baik keluarga kamu?”
“….”

Sinta terdiam. Dia menatap ke arah lantai tanpa berani melihatku sedikitpun. Tampilannya sungguh cocok dengan restoran mewah ini. Tidak ada yang menyangka dia anak guru SD yang kesulitan dana, dan terjerembab ke dunia prostitusi ekstrim.

“Gak dijawab” aku menyalakan rokok dengan malas. Sambil menatap nanar ke arah Sinta.
“Itu…”

“Kuliah enggak, dan kayaknya kalo dari jawaban kamu, keluarga kamu masih gitu-gitu aja, jadi apa gunanya kamu kayak sekarang gini? Masih kan?”

“Masih apa?” tanyanya balik dengan nada tolol.
“Masih suka kayak kemaren-kemaren itu?”
“Oh…”

“Masih?”
“Masih…..”

“Sampe kapan?”

AKu bertanya dengan harapan dia bisa menjawabnya. Sial. Aku jadi ingat semua adegan anonoh yang pernah Sinta lakukan. Semuanya masih terekam di otakku.

“Engg… Enggak tau…” jawabnya dengan pelan.

“Yaudah” aku mematikan rokokku yang baru kubakar itu.
“Eh?”

“Yaudah, aku ga tau harus ngomong apa lagi…” Aku masuk kembali ke dalam ruangan, dan menatap punggung pacarku dari belakang. Aku melirik sejenak ke arah Sinta yang tampaknya sudah menghisap rokoknya lagi sambil memainkan handphonenya.

Aku menarik nafas panjang, sambil berjalan ke arah mejaku.

Aku merasa beruntung.

Beruntung karena sudah tidak naif lagi.

Meninggalkan Sinta adalah keputusan terbaik dalam hidupku. Berusaha menolongnya menjadi sebuah pelajaran. Pelajaran bahwa, sekuat apapun orang mau menolong kamu, tapi kalau kamu tidak mau menolong dirimu sendiri, kamu tidak akan bisa kemana-mana.

Kamu akan terjebak dalam kehidupan yang seperti itu saja.

Tenggelam dalam kegiatan amoral. Tenggelam dalam kegiatan asusila.

I’m done with it. Dan aku sedang menatap masa depanku.

Masa depan yang lebih baik.

Maaf Sinta, rasa ibaku sudah berubah. Dan aku yakin, ini adalah keputusan terbaik yang pernah kuambil.

Semoga.

----------------------------------------------------

TAMAT
Ending yg mantapss...seru...tq gan..kweren 👍👍
 
Bagus bnget karyanya suhu, bacanya sampai ngulang2 trus
Mohon buat lagi karya semacam ini
 
Akhirnya! Bener ternyata dugaan gw. Sinta terlanjur terjerumus dan nggak ada keinginan untuk keluar.
MC-nya apes sih, mau nolongin tapi gak ditanggepin.

Makasih banyan buat Bung @racebannon atas hiburannya yang super nyesek. 👍
 
satu2nya jalan emang kudu pake cara ekstrim kayanya. Pas Shinta nawarin tubuh ke si aku, sikat aja. Pas Shinta tiba2 nyepong, si akunya jgn marah, nikmati aja. Trus nyatain cinta, trus nikahin lamar ke ortunya. dgn ikatan pernikahan si aku jd punya landasan untuk keep Shinta.

Klo ky sekarang, mungkin yg ada di pikiran Shinta, "Siapa elu atur2 gw?" :lol:
 
Yahh sejak dulu begitulah sinta, deritanya tiada akhir.. hekekek

Ya it happened sometimes. Kita kadang ga pernah capek nasehatin orang biar dia bisa ninggalin "dunia baru"nya yang menurut kita salah. Tanpa pernah kita (cari) tahu, ternyata dia menikmatinya.

Thx cerita TOMAT nya hu.. hekekek
 
Endingnya unexpected, suhu. Ane kira bakal ending yang ketebak kaya cerita pendek suhu yang lain. Ditunggu kelanjutan MDT nya huuu
 
Bimabet
Lah sutepan kont..... nongol di ending,wkwkwk..
Siap2 MDT 2 lanjut nih..
Makasi banyak om RB..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd