Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT IMMORAL PERVERSION (racebannon)

IMMORAL PERVERSION - PART 5

----------------------------------------------------


unname11.jpg

“Mnnhh…. Nnnngghhh…”

Sinta mengerang tertahan. Aku berbaring, dan dia ada di atasku. Dia menduduki kemaluanku, dan penisku bergerak naik turun di dalam dirinya. Penis Rey sedang dikulum oleh Sinta dan payudaranya dimainkan oleh Eddy dan Surya.

Sinta sudah berkali-kali kami gagahi bersama-sama. Mungkin sudah yang kelima kalinya. Aku masih ingat saat dia kuantarkan ke halte bus. Muka tanpa jiwa nya masih menghantuiku, dan entah kenapa aku masih ada disini sekarang.

Nafsuku masih bisa mengalahkan nuraniku lupanya. Aku melirik ke arah sofa, dimana Tanto tampak bosan melihat kami berlima. Radi tidak ikut malam ini.

Rambut Sinta yang sudah agak memanjang diikat dengan manisnya, dan membuatnya terlihat makin polos.

“Gue udah bosen” sahut Tanto mendadak.
“Bosen sama Sinta?”
“Mungkin”

Aku menelan ludah. Mungkin hari ini hari terakhir Sinta sebagai mangsa kami. Dalam hati aku agak bersyukur.

“Yaudah, mau cari cewek lain, atau kita udahan aja?” sambar Eddy.
“Bukan gitu…”
“Gimana maksud lo?”

“Gini gini aja”
“Gini gini aja gimana?”

“Ya gak ada variasi”

“Maksudnya?” sambar Rey.
“UHHKK” Rey menekan kepala Sinta, memaksanya melakukan deep throat dengan cara kasar.

“Gue lagi ngajakin beberapa orang lain, mungkin kalo cowoknya makin banyak, makin seru” seringai Tanto.
“Eh sembarangan, kalo di luar circle kita, ntar bocor kemana-mana soal perek ini” jawab Eddy.

“Tenang, ini temen-temen gue ga bakal ngasih tau sapa-sapa lagi kok. Kalian pikir, circle bejat gue itu cuman kalian doang?”
“Lah, ini lo baru ngasih tau orang lain, gimana sih” Eddy tampak gusar.

“Daripada bosen? Dari kemaren-kemaren cuman ngentot ganti-ganti posisi, nyepong sana nyepong sini, nembak di muka lah, suruh dia minum peju lah… bosen tau!”

“Lo emang kacau sih” tawa Surya sambil menggigit kecil payudara Sinta.

“Nhhh!”

“Gimana, lo mau kan dientot lebih banyak orang lagi?” ledek Tanto, yang tentunya tidak dijawab sama sekali oleh Sinta.
“Kok gak jawab?” bingung Rey.
“Lagi konsen sama titit lo, bego!” hardik Eddy dengan nada yang tak nyaman.

“Lo sewot ya kalo ada orang laen yang ngewein bocah favorit lo ini selain kita?” Tanto tampak menyeringai ke arah Eddy.
“Asal ga bocor gapapa sih… Cuman…”
“Cuman apa?”

“Emang dia mau?”

“Lah ini, sekarang? Kemaren-kemaren dia nangis kan, nolak-nolak… Sekarang disodorin banyak titit langsung disepongin ama dia”

Tapi tidak mungkin, Sinta menyukainya. Dia hanya jadi agak terbiasa dengan adegan semacam ini. Mungkin dia juga berpikir ini uang yang mudah. Tinggal merendahkan harga diri, dan uang yang katanya ia tabung, bisa ia terima.

“Mau kan ya pasti, more dick more money kan Sinta?” tawa Tanto dengan nada yang mencurigakan. “Cuman, kalo tititnya lebih banyak, tempatnya mesti agak besar”

“Maksudnya?”

“Misi” Tanto bangkit dari sofa. Kami semua terdiam, menunggu apa yang akan Tanto lakukan. “Minggir dulu boleh kali”

“Lo mau ngapain?” tanyaku dengan bingung. Eddy dan Surya mundur perlahan, dan Rey mengeluarkan penisnya dari mulut Sinta.

“Kak…..”

“Pegangin tangannya, jangan sampe dia gerak-gerak”
“Apaan?”
“Pegangin dulu”

Rey tampak penasaran dan dia menggenggam kedua pergelangan Sinta dengan paksa.

“Kakak mau ngapain….” Wajah Sinta yang dari tadi kaku, kini tampak terlihat takut.
“Udah lemesin aja… BTW sori ya bro, kalo rada awkward” sambung Tanto.

Tanto menekan punggung Sinta. Badan Sinta tengkurap di atas badanku.

“Kak….”

“Lo mau pake lobang bo’ol nya? Ntar berak lho” tawa Eddy.
“Gak, ada waktunya nanti” Tanto meremas pantat Sinta dengan keras.

“Ah!”

“Permisi, maaf kalo ganggu, dan lo jangan kemana-mana” Tanto memerintahku dan aku Cuma bisa diam, sambil penasaran, kegiatan apa yang akan dia lakukan.

“Men? Apa-apaan…”

“AAAKKHH…. Sakit!!! Gak mau!!”
“Biar lobang memek lo makin longgar” ledek Tanto.

7a46d410.jpg

Sial. Tanto memaksakan penisnya masuk juga ke dalam lubang vagina SInta. Aku merasakan hal yang aneh. Baru kali ini penisku beradu dengan penis laki laki lain.

“Fuck… Men…” aku mengeluh.
“Udah, santai aja”
“Gila, dua titit dalam satu lobang… Hahaha” tawa Rey.

“Nnngggh… Sakittt….” Sinta meringis, sambil meronta-ronta saat penis Tanto masuk ke dalam Vaginanya. Dua penis dalam lubang kewanitaannya.

“Seru kan?” tawa Tanto.

“Hnnngg… Sakit…. Ah.. Ahh.. Ahhh….” Sinta berteriak tak karu-karuan. Penis Tanto menghunjam masuk dengan paksa, dan dia bergerak dengan asal-asalan.

“Berisik banget” Eddy menggelengkan kepalanya.
“Aaaahhhhh…. Kak.. Lepasin.. Ah! Ah! Aa….”

Sinta memejamkan matanya, mulutnya meringis, dia tampak tidak nyaman. Tubuh mungilnya yang telanjang bulat ini dipermaikan dengan cara-cara yang lebih pervert lagi.

“Daripada pantat lo yang gue tusuk” Tanto menampar pantat Sinta dengan keras.

“AH!”

“Bekep aja mulutnya, berisik banget, tar kedengeran keluar” tegur Eddy. Surya langsung mengambil inisiatif, karena Rey sedang memegangi tangan Sinta agar tak berontak.

“Hmmmpphh.. Nnngg…. Mmnnnggg” Sinta meracau tak jelas. Dua penis di dalam Vaginanya jelas menyiksa.

“Fuck, untung kita semua udah make memeknya dia” Eddy menggelengkan kepalanya.
“Ntar rame-rame aja kita tembak mukanya, kan kita masih belum pada keluar….”

“Men, gue ga tahan lagi” aku menegur Tanto yang bergerak tak jelas, karena itu berpengaruh pada kondisi penisku. Absurd sekali rasanya. Agak-agak berasa so gay, tapi, entah kenapa teman-temanku malah jadi excited. Eddy malah masturbasi sendiri melihat Sinta disiksa seperti ini.

“Hnnnggggg…. Nnnhhhhh…” Sinta tampak makin kesakitan. Surya menahan teriakannya dengan tangannya.

“Fuck, gue mau keluar” adegan ini berlangsung cepat. Tanto langsung mengeluarkan penisnya dan menarik badan Sinta dari badanku. Dia membopong Sinta dengan kasar dan membaringkannya di karpet.

Teman-temanku langsung mengerumuninya, dan mengarahkan penis mereka semua ke muka Sinta.

“Nn!” Sinta tampak kaget saat sperma demi sperma muncrat di depan wajahnya. Mukanya masih merah karena menahan sakit dua penis di dalam vaginanya tadi. Sekarang teman-temanku malah ejakulasi di muka Sinta secara bersamaan.

unname12.jpg

Wajah polosnya basah oleh sperma. Mukanya terlihat mual dan tak berdaya.

“Kalian gila apa?” Aku berdiri, berusaha untuk protes.
“Kenapa lo?”
“Ini udah kelewatan” aku akhirnya bersuara, mengutarakan rasa tak nyamanku.

“Lo keberatan titit lo kegesek ama titit gue?” jawab Tanto.
“Kalian mau apain dia lagi sih?” penisku mengecil. Rasanya sudah tidak bernafsu lagi aku menggauli Sinta malam ini.

“Santai aja kenapa sih, sewot amat lo….”
“Dia kesakitan”
“Dia perek, dia dibayar”

“Lo nanya dia dulu gak, mau lo kayak gituin tadi?”
“Lo germonya?” Tanto tampak tidak nyaman atas protesku.

“Gue..”
“Party pooper. Jelas-jelas dia perek, mau kita apain terserah dong, asal bayar” sanggah Tanto.

“Udah, ngapain sih berantem gara-gara dia” Eddy menahan perseteruan kami. “Kalo lo gak suka, ga usah ikutan, dan lo…” dia menunjuk ke arah Tanto. “Kalo mau aneh-anehin dia, minimal kasih tau kita dulu mau ngapain…”

“Kenapa lo tadi ga nahan gue?” suara Tanto terdengar makin tinggi.
“Gue juga bingung kali, lo mau ngapain....”
“Udah jelas kan? Antara gue mau merkosa pantatnya atau masukin tambahan titit ke memek” sambung Tanto.

“Udah lah guys…. “ Rey menggelengkan kepalanya. Dia lantas menatap ke arahku. “Kalo lo rese lagi Cuma gara-gara tatakan peju ini, lo ga usah ikutan”

Aku diam. Kenapa jadi seperti aku yang salah? Memangnya tak boleh aku sedikit berempati pada Sinta? Kenapa mereka semua tampak tidak nyaman dengan protesku?

Untuk beberapa detik, aku seperti merasa bukan bagian dari mereka lagi.

Cuma gara-gara aku sedikit peduli pada Sinta.

Cuma gara-gara itu.

----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------


jalan_10.jpg

Tengah malam.

Sinta duduk di kursi penumpang, di sebelahku. Dia terdiam seribu bahasa dari tadi. Wajahnya tampak lelah. Tatapan mata kosong itu terlihat lagi.

Bagaimana tidak, sehabis vaginanya dimasuki oleh dua penis, dia langsung menjadi objek muntahan sperma empat orang sekaligus. Tadi aku sama sekali tidak ejakulasi. Seleraku hilang.

Sumpah, malam ini aku akan mengantarkan Sinta sampai rumahnya. Aku sudah cukup terganggu dengan adegan tadi.

Mendadak.

“Kruyuk”

Bunyi itu datang dari perut Sinta.

“Kamu laper?”
“Enggak…” jawabnya lemah. Dan aku tahu kalau itu bohong.
“Kamu udah makan malem tadi?”
“Udah…”

“Tapi laper lagi ya?”

“Enggak”

“Udah lah, kalo emang laper, kita cari makan aja”
“Gak usah”
“Itu ada Mekdi… Kita kesana ya?”
“Gak usah kak… pulang aja…”

“Hmmm… Gak.. Kamu perlu makan”

Dengan gerakan cepat aku membelokkan mobilku ke restoran cepat saji itu.

She has to eat.

Walaupun aku masih terbilang bejat. Setidaknya aku masih punya hati.

Dan aku tidak akan membiarkan anak ini kelaparan.

----------------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Tumben bang cerita lo yang kali ini ga kayak cerita cerita lo yg lain, cerita lo yg ini kok jadi kayak berasa pendek banget setiap update an nya... maaf ya bang cuma sekedar bertanya karna penasaran.. soalnya cerita lo ga pernah ga bagus dan biasanya selalu panjang setiap update nya.. sekali lagi maaf bang cuma sek3dar bertanya tanpa maksud lain
 
Tumben bang cerita lo yang kali ini ga kayak cerita cerita lo yg lain, cerita lo yg ini kok jadi kayak berasa pendek banget setiap update an nya... maaf ya bang cuma sekedar bertanya karna penasaran.. soalnya cerita lo ga pernah ga bagus dan biasanya selalu panjang setiap update nya.. sekali lagi maaf bang cuma sek3dar bertanya tanpa maksud lain

eksperimen. nikmatin dulu bersama-sama.....
 
Aku jadi mikir nih.. konfliknya apa ya?

Thx updte ya hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd