Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Ayah Pulang...


Sejak peristiwa semalam serta keterlibatan ibu di dalamnya. Aku dan Amira leluasa bersetubuh dimana saja dan tak mengenal waktu, baik itu pagi, siang atau malam. Saat Amira memasak, aku mengajaknya bersetubuh. Di ruang tengah, kamar mandi, kamar masing-masing, bahkan saat Amira pulang sekolah pun ku setubuhi dia dengan masih memakai seragam sekolahnya. Ibu yang menyaksikan kami bersetubuh didekatnya, membuat ibu akhirnya membuka suara.


"Hmm.. enak yaa?? Mentang-mentang dibolehin sama ibu, maen hajar aja kalian enak-enakan." Seru ibu yang sudah sering melihat batang kontolku keluar masuk dari lobang memek Amira.


Aku yang mendengar ibu ngomong begitu, pengen sih ngajak ibu threesome ikut aku setubuhi juga. Wah! Pasti seru banget bergiliran ngentot mereka berdua. Namun, aku merasa segan dan takut ibu tersinggung bila diajak berzina.


Sehingga aku punya ide yang mungkin meruntuhkan keteguhan dan iman ibu untuk mau di setubuhi olehku, yaitu dengan meminta bantuan Amira. Sambil memeluknya aku berbisik kepada Amira yang saat itu saya ngentotnya dengan gaya misionaris.


"Dek, kasian ibu. Coba kamu ajak atau pengaruhi ibu agar mau di entot kakak, ya.." bisikku di telinganya.


"Apa? Ngajak ibu bersetubuh. Tapi, itu ibu kita kak?" Jawab adikku ragu.


"Gpp dek, sebenarnya ibu sedang sedih bertahun-tahun kurang nafkah batin dari ayah. Emang kamu gak kasian? Coba ajakin ya? Itung-itung kita membahagiakan ibu lumayan kan berpahala" Bujukku pada Amira agar bisa mengajak ibu.


"Iya, Amira akan batu kakak. Aahh..." Saat Amira mengatakan itu, sebagai hadiah aku tekan kuat-kuat pantatku ke bawah, sehingga ujung kontolku mendorong mulut rahimnya yang membuat Amira keenakan.


Lalu menolehlah Amira pada ibu yang pura-pura menonton tv, padahal lebih fokus matanya sesekali melihat persetubuhan ku dengan Amira.


"Bu. Sini ikut sama Amira bersetubuh Bu?" Ajak Amira membujuk ibu.


"Kamu aja yang bersetubuh, Amira. Ibu tidak mau berzina." Jawab ibu menolak ajakan Amira sambil matanya pura-pura nonton.


"Ibu, belum lihat pernah lihat ya punya kak Ardi gede banget lho.." ucap Amira pada ibu mencoba menarik perhatian ibu.


"Ibu tau kok, malah tau setiap detainya.." jawab ibu yang membuat Amira tidak percaya. Aku sengaja tidak menggerakkan pantatku membiarkannya kontolku mendekam dalam cengkraman memeknya yang penuh dengan kenikmatan. Sesekali rongga memeknya berkedut-kedut memainkan kontolku didalamnya. Tentunya aku tahu Amira sengaja melakukannya. Ku biarkan sejenak agar Amira dan ibu saling menarik perhatian membahas tentang spesifikasi kontolku. Lumayan itung-itung promosi.


"Masa sih Bu? Amira gak percaya.." ucap Amira meragukan keterangan ibu.


"Mau ibu buktikan tidak, kalau ibu sudah merasakan penis kakakmu, Amira?" Tantang ibu kepada adikku.


"Boleh Bu." Jawab Amira pada ibu. Sebenarnya aku dan ibu punya rahasia yang hanya kami berdua saja yang tahu, namun aku ingin keduanya Amira dan ibu menjadi milikku tanpa merasa terkejut dan malu.


Lalu ibu memanggil namaku, "Ardi, bisa dilepas dulu tidak penis kamu dari vagina Amira sebentar..?" Pinta ibu.


Aku pun mencabut kontolku dari hisapan manja rongga memek Amira.


Plok!


Kontolku tercabut dengan seluruh batangnya berlumuran lendir yang berasal dari memek Amira. Lendir itu terlihat mengkilap diterpa sinar lampu neon ruangan tengah, serta ditambah urat-urat yang melingkar kekar dengan kulitnya yang hitam. Hal itu tentunya menjadi nilai plus buatku di mata ibu.


Saat kontolku sudah tercabut dan aku duduk di sofa dengan kontolku yang meneteskan lendir bening, mendekatlah ibu berdiri dengan kedua lututnya seperti mau menghadap seorang raja.


"Ardi, punya kamu lumayan besar juga ya?" Ucap ibu terkagum-kagum setelah meletakan kontolku di telapak tangannya.


"Bangga tidak Bu. Ardi putra ibu memiliki kontol seperti ini..?" Tanyaku meminta pendapat.


"Tentu banggalah!" Jawab ibu singkat.


"Lantas apa yang ingin ibu buktikan pada Amira Bu?" Tanyaku lagi.


Aku bisa saja berkata jujur pada amira kalau ibu sudah pernah menghisap kontolku, tapi demi harga diri seorang ibu di hadapan anak-anaknya khususnya kepada Amira. Agar supaya ibu tidak dipandang remeh sehingga menurunkan wibawanya sebagai seorang ibu.


"Amira, sini mendekat liatin ibu." Suruh ibu pada Amira, lalu setelah menghampiri ibu dengan beringsut menggunakan kedua lututnya, Amira pun ingin melihat apa yang akan ibu lakukan.


Lalu ibu menunduk mendekatkan wajahnya ke kontolku terus menjilatinya. Amira adikku tidak percaya jika kontolku dijilati ibuku, padahal ada bekas cairan memeknya yang melapisi batang kontolku ini. Tak hanya di situ, ibu pun langsung melahap seluruh batang kontolku seluruhnya sampai ujungnya menyentuh tenggorokannya. Aaahhhh...Fuck! Aku mengerang seperti tenggelam dilautan kenikmatan yang dalam saat ibu menghisap kontolku utuh.


"Ibu gak jijik jilatin penis kak Ardi, Bu?" Tanya Amira melihat dari dekat hampir sejengkal jarak antara wajahnya dengan posisi kontolku yang sedang dihisap ibu.


Namun ibu tidak mengindahkan pertanyaan Amira, malah keenakan merasai setiap centi kontolku.


"Sini dek, daripada liatin ibu, biar kakak yang hisap tetekmu itu." Kataku pada Amira yang bengong.


Amira pun tersenyum lalu duduk disofa menyerahkan teteknya untuk aku jilati dan menghisapnya.


Meski aku pernah merasakan kehangatan memeknya Amira dan menikmatinya, namun ketika ibu mengajukan diri untuk ikut menghisap kontolku. Aku tidak bisa melupakan sensasinya saat kontolku di hisap ibuku. Padahal hanya pakai mulut saja. Apalagi jika aku berhasil meluluhkan hati ibu lalu aku bisa menyetubuhinya, mungkin aku tidak kepikiran untuk menikah, karena ada Amira dan ibu yang akan menjadi budak seks ku.


Sekali lagi aku merasa sangat beruntung, Amira segera aku kasih kode agar mau membantuku mempengaruhi ibu. Setelah Amira mengetahui maksud arti kode bahasa tubuhku yang hanya Amira saja yang tahu kode rahasia itu. Segera Amira mendekati ibu lalu memeluknya dan meremas kedua payudaranya, akibatnya karena Amira ibu semakin semangat mengulum kontolku dengan hisapan yang sangat kuat seperti menghisap es krim yang ada stiknya.


"Bu, bisa dilepas sebentar.. ahh...Sshhh..." Pintaku pada ibu. Aku tidak mau spermaku muncrat begitu saja di mulut ibu. Aku ingin merasakan kehangatan memeknya dan mengeluarkannya didalam memek ibu.


Saat ibu melepaskan kulumannya, aku pun ikut berdiri diatas kedua lutut lalu memandangi wajah ibuku yang lumayan cantik juga.


Tanpa menunggu lama, aku mendekati ibu lalu Cluppp.. Cluupp.. Clupp.. aku memberanikan diri menciumi bibir ibuku. Pertama ibuku melongo mendapati bibirnya dicium olehku. Ciuman kedua, secara perlahan aku mendekatkan bibirku dengan bibirnya, ibu hanya terdiam namun arah matanya tidak terlepas dari tatapanku. Ketiga kalinya, sengaja aku tempelkan mulutku dengan mulut ibu lalu melumatnya dengan gerakan perlahan.


Awalnya ibu hanya diam saja setelah ku lumat bibirnya, tapi lambat laun karena melihat tatapan mataku yang hangat membuat ibuku merasa nyaman. Akhirnya aku dan ibu pun saling berciuman saling memancing birahi yang perlahan mulai membara.


Amira yang berada dibelakang ikut tersenyum melihat kami saling berciuman mesra, dan memberikan kesempatan kepada ibu untuk melampiaskan hasrat terpendamnya selama bertahun-tahun. Rahasia itu pernah aku ceritakan pada Amira, sehingga untungnya adikku memahami ku.


Ciuman terus berlanjut sampai mulutku menyusuri leher dan pundaknya ibu. Amira pun tak tinggal diam, dia membantu ibu melepaskan dasternya sehingga kini ibu sama-sama telanjang bulat di depanku, hanya BH dan Celana dalamnya saja yang menutupi daerah sensitifnya.


Baru kali ini aku melihat tubuh telanjang ibu dari dekat, tubuh ibu yang terlihat begitu subur yang selama ini aku inginkan sekarang berada di depanku. Selain putih, tubuhnya lumayan bahenol juga, minim lekukan selebihnya dipenuhi daging, terutama di bagian dada pinggul juga memeknya. Meskipun usianya sudah 40 tahunan kulitnya ibu masih kencang dan padat berisi, belum terlihat kerutan sama sekali di tubuh ibu di penglihatan mataku. Kedua payudaranya pun terlihat penuh berisi seperti ibu-ibu yang sehabis melahirkan. Ahh aku sangat bahagia sekali melihat pemandangan ini.


Ibu memandangku dengan tatapan nafsu birahi setelah baru saja saling berciuman. Keraguan di hatinya masih tergambar di wajahnya. Agar ibu merasa yakin bahwa yang kami lakukan ini benar, aku pun mengajak Amira untuk mendekat denganku. Sehingga kedua wanita yang berharga dalam hidupku sekarang berada di kiri kananku. Ibu dan Amira benar-benar sangat dekat, keduanya secara naluriah memelukku dengan kepalanya berada di dadaku. Ini semua terjadi begitu saja karena sudah sama-sama diliputi hawa nafsu.


"Bu. Tidak ada yang salah apa yang kita lakukan ini. Kita semua saling membutuhkan yang namanya kebutuhan batin. Bukan maksud Ardi mengajari bagaimana memuaskan ibu, niat Ardi semata ingin membantu kebutuhan biologis ibu. Percaya sama Ardi Bu, setelah kita bersetubuh maka semua yang ibu inginkan dahulu akan ibu dapatkan. Benarkan Amira?" Kataku meminta dukungan dari Amira setelah menjelaskan maksud dari semua ini. Dengan adanya Amira diharapkan bisa meluluhkan hati ibu untuk saling berbagi kenikmatan yang sebenarnya.


Amira lebih dulu menyetujui ajakanku untuk memberikan seluruh, hati dan tubuhnya untuk diberikan kepadaku. Ibu pun akhirnya mau mengikuti usulanku untuk berbagi kenikmatan denganku. Keduanya pun aku suruh berikrar janji setia dengan saling memegang kontolku bersama-sama seperti sebuah pusaka keramat yang sangat mulia.


Ibu pun awalnya merasa aneh-aneh saja dengan usulanku itu, ibu malah sempat tersenyum malu bukan karena memegang kontolku tapi karena ide anehku menjadikan kontol sebagai janji sucinya itu yang membuat ibuku tersenyum-senyum sendiri. Aku pun sempat menggodanya dengan menggigit gemas leher ibu serta disambut lenguhan panjang dari mulutnya.


Amira lebih dulu menggenggam batang kontolku dengan lembut lalu di sambut oleh ibu.
"Amira berjanji akan setia sama kak Ardi.."
"Ibu juga berjanji setia sama kamu ardi.." ucap mereka berdua serentak mengikrarkan sumpah janji setia kepadaku. Melihat momen seperti ini, aku seperti pimpinan sekte saja. Mengajak, mempengaruhi, meminta dukungan untuk menjadikanku pimpinan mereka. Sebagai restuku pada keduanya, aku secara bergiliran saling bertukar ludah dengan ibu dan adikku. Sehingga aku menelan ludah mereka dan mereka pun menelan ludahku.


Akibat nafsu incest ini membuat kami bertiga seperti tidak merasa jijik atau merasa aneh dengan apa yang barusan kami lakukan. Semua secara alami dan sukarela ingin melakukannya begitu saja.


Saat ini aku sedang sangat bernafsu sekali dengan kedua orang yang aku cintai ini. Namun saya tarik ku saat ini lebih ingin menyetubuhi ibuku sendiri meskipun tadinya aku menyetubuhi Amira. Entah kenapa tubuh ibuku lebih menggoda daripada Amira, padahal jika dilihat dari fisiknya Amira lebih sempit dan menjepit. Namun ibuku lebih menarik perhatianku.


"Amira, kakak minta ijin untuk memberikan kenikmatan pada ibu lebih dulu ya sayang?" Kataku meminta ijin kepada adikku.


"Iya kak, biar ibu lebih dulu. Amira ingin melihatnya dari dekat penis kakak masuk ke dalam vagina ibu." jawab Amira yang terlihat antusias ingin melihat bagaimana kontolku memasuki memek ibuku.


"Bu. Mungkin ini pertama kalinya bagi kita untuk melakukan hubungan badan, sebenarnya dari dulu Ardi ingin melakukannya sama ibu." Kataku yang langsung menciumi bibir ibuku dengan penuh nafsu. Tanpa mengatakan apapun, ibu membalas ciumanku pula dengan gairahnya yang perlahan menyala. Perlahan tanganku meraih pengait BHnya sampai kedua payudaranya menggantung bak sarang lebah, lalu perlahan aku rebahkan tubuhnya dengan lembut terus aku raih kedua payudaranya, ku remas, ku hisap puting dan sekeliling payudaranya sampai ada tanda merah bekas hisapan mulutku. Saat ku remas kedua payudara ibu, kedua kakinya sudah aku lebarkan, aku berada diantara kedua pahanya dengan kontolku berada diatas memek ibu yang masih terbungkus oleh celana dalamnya.


Saat berada di atas tubuhnya kulitku dan ibu saling bersentuhan membuat nafsuku sudah tidak bisa ku tahan lagi. Aliran darah, detak jantung dan tarikan napas ku semakin tidak beraturan seperti di selimuti api birahi yang meluap-luap. Ada perasaan cinta, nafsu serta cemburu yang tertanam dalam hatiku bila ibu di setubuhi oleh selainku. Tapi aku tahu diri bahwa aku saja sedang merampas hak ayah olehku sendiri. Sambil menindihnya aku mengagumi keindahan dan kecantikan kedua payudara ibuku yang terlihat berisi.


"Payudara ibu montok sekali Bu.. Ugh!" Kataku sembari menyusu di payudaranya lagi.


Ibu mengusap-usap kepalaku bak anak kecil yang sedang menyusui, dia membelai kepalaku dengan perasaan sayang juga nafsunya yang saling bertukar api birahi denganku, "kamu mau menyusui lagi Ardi?" Ucap ibu membelai rambut kepalaku. Sedangkan aku sesekali mengunyah dan menghisap payudaranya.


"Iya Bu. Ardi sekalian ingin menyetubuhimu ibu.." jawabku sambil terus menyusu di payudara ibuku.


"Mmmhh.. ibu gak nyangka kita akan melakukannya, Ardi.. Ahhh..." Jawab ibu yang mungkin tidak percaya bahwa aku dengannya akan melakukan perbuatan yang sangat dilarang.


"Iya, Bu. Tapi ibu bukan karena terpaksa kan, Bu?" Tanyaku yang akhirnya memberikan kesempatan kepada ibu untuk memulihkan akalnya, karena aku tidak ingin setelah aku merenggut mahkota sucinya, ibu menyesali perbuatannya.


Namun tiba-tiba ibu melepaskannya sendiri celana dalamnya yang menutupi memeknya itu, lalu aku yang mengerti maksud dari bahasa tubuh ibu langsung membantu menariknya ke bawah dengan tangan dan terakhir dijepit dengan jari kakiku.


Kini, ibu telanjang bulat dihadapan ku. Aku merasa takjub dengan bentuk memek ibu yang membusung lebar disertai bibir memek yang tebal. Sampai-sampai bagian depan CD nya pun tidak mampu menampung kedua sisi memeknya yang lebar tebal ketika aku sempat memandang keindahan memek ibu.


"Sini sayang, peluk ibu dulu..." Ucap ibu merentangkan kedua tangannya dengan disertai mengangkang kan kedua kakinya menyambut tubuhku.


Aku pun mendekati dengan menindihnya yang sudah pasti kontolku dengan memek ibu bersentuhan diantara kedua bibir memeknya. Rasanya sungguh nikmat sekali membuat kontolku semakin tegang dan keras. Apalagi ini pertama kalinya aku melakukan semacam ini dengan ibu.


Saat aku menindihnya, ibu yang memelukku berkata, "Ardi. Ibu tahu ini salah besar. Ibu juga normal memiliki nafsu seksual. Ibu tidak bisa berkata apa-apa lagi selain ingin merasakan disetubuhi kamu Ardi.." ucap ibu mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayangnya.


"Makasih ya Bu? Ardi sangat mencintaimu Bu."


"Ibu juga sayang sangat mencintaimu, nyaman sekali di dekatmu ardi. Ibu sudah tidak kuat ingin merasakan penismu nak." ucap ibu menggoyangkan pinggulnya agar kontolku dengan memeknya bergesekan.


Aku yang mengetahui ibu dengan sadar dan ikhlas memberikan tubuhnya kepadaku, langsung aku kerahkan seluruh tenagaku untuk segera menyatukan tubuhku dengan ibu melalui penyatuan kedua kelamin.


Melihat aku dan ibu yang sudah sepakat tidak ada keraguan, Amira yang berada disamping kami merasa ikut senang menyaksikannya.


Sambil menoleh, ibu berkata kepada Amira, "sayang, ibu duluan gpp kan, sayang?" Ucap ibu menyapa adikku yang melihat kami begitu mesra saling berpelukan.


"Gpp Bu. Pokoknya ibu bakalan ketagihan. Punya kak Ardi enak banget saat di dalam." Seru Amira mencoba memberi bayangan tentang kontolku yang membuat ibu semakin bersemangat untuk melakukannya.


Tanpa menunggu lama kami saling membalas ciuman, ciuman yang lebih liar dari sebelumnya. Berlanjut menjilati leher ibu, menghisap payudaranya lalu turun kebawah menciumi dan memainkan memeknya. Rasa yang gurih disertai aroma memek yang nikmat membuatku semakin menggila menghisap dan menjilati memeknya yang tebal merekah. Rasa agak asin dan gurih serta aroma memek ibu yang khas semakin membuatku gila karenanya. Terkadang aku menggigit gemas bibirnya itu sampai ibu meronta kegirangan sembari keluar erangan dari ekspresi birahi ibu yang meluap-luap.


Aaahhh....Ooohhh... Mmmmhhh....!


Lidahku terus menari-nari di lobang kenikmatan ibuku, hingga aku merasakan ada lendir atau semacam cairan lubrikasi yang keluar di dalamnya. Sambil ku jilati dan ku rasakan ternyata lumayan enak juga lendir ibuku meski ada sedikit rasa asin di ujung lidahku. Aku tidak peduli apapun yang keluar dari lobang memeknya ibu, aku sudah sangat mencintainya, rasa jijik di pikiranku sudah tidak ada lagi. Apalagi ketika ibu pertama kali menelan spermaku habis untuk yang pertama kalinya tanpa merasa jijik sedikitpun, membuatku semakin bergairah tatkala menelannya. Aku yakin ibuku merasakan perasaan yang sama, karena aku adalah darah dagingnya jadi seakan aku dengan ibu satu tubuh, satu rasa dan satu hati saling memahami.


Ketika sedang enak-enaknya menjilati memek Bu, tiba-tiba ibu meracau menyebut namaku. "Oooohhh.. Ardiii... Ibu mau kelluarrr sayangggg... Aaaahhh..." Tubuh ibu tersentak-sentak disertai muncratan cairan bening agak keputihan menyembur wajahku hingga mengenai hidung juga mulutku. Tidak banyak mikir, aku sedot lobang memeknya sembari di gelitik itilnya dengan ujung lidahku. Serta sisa-sisa cairan itu aku telan bulat-bulat tanpa ku sisakan sedikit pun.


Nafas ibu masih tersengal-sengal setelah mengeluarkan cairan orgasmenya yang luar biasa banyaknya. Aku yang sudah tidak kuat menahan gejolak nafsu yang meluap-luap langsung mengambil posisi hendak membenamkan kontolku ke lobang memeknya. Saat kedua kaki ibu mengangkang, aku duduk diantara kedua kakinya lalu mengarahkan ujung senjataku ke arah lobang kenikmatan ibu yang menganga. Tanpa aba-aba langsung saja ku tekan kuat-kuat pantatku, Bleeeessss!! Aahhhh... Seluruh batang kontolku amblas tak tersisa semuanya tenggelam dalam lobang kenikmatan ibuku sampai membentur mulut rahimnya.


Aakkhhh...! Ibu tersentak saat batang kontolku yang besar memaksa masuk kedalam tubuhnya, sampai-sampai kedua tangannya meremas pakaian yang berserakan di lantai dan memejamkan mata dengan raut wajahnya yang seksi.


"Ardii.. penis kamu gede banget sayang... Aahhh... Vagina ibu terasa sesak!". Seru ibu yang seperti ingin merangkulku, namun ibu melampiaskannya pada kedua payudaranya.


"Memek ibu juga masih terasa sempit Bu... Ugh! Sumpah Bu nikmat sekali Bu. Aahhh!" Jawabku mengungkapkan betapa mencengkeramnya otot lobang memeknya seperti melilit lembut batang kontolku.


Saat sedang menyetubuhi ibu, aku baru menyadari jika diluar rumah sedang hujan dan semakin deras. Petir pun terdengar keras diluar menyambar-nyambar diatas atap rumahku serta angin bertiup kencang hingga terasa masuk ke dalam. Aku merasa suara petir itu seperti sebuah kode alam yang ditujukan kepada keluargaku. Namun aku masih tetap terus menggali lobang memek ibuku semakin dalam, hingga ibu melenguh mendapatkan kembali orgasme yang kedua kalinya.


Ibu terlihat kecapean tapi masih bereaksi agresif dengan menggoyangkan pinggulnya, sampai terasa ngilu batang kontolku didalamnya seperti diremas ribuan kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuh ku.


"Bu, Ardi mau keluar nih! Dikeluarin dimana Bu?" Tanyaku pada ibu yang sesaat lagi aku akan keluar.


"Didalam aja sayang... Ibu ingin merasakan kehangatan sperma kamu nak." mendengar arahan ibu, langsung aku percepat hentakan ku berkali-kali keluar masuk dari lobang memeknya disambut pula sisa-sisa kontraksi memeknya yang semakin menambah kenikmatan bercinta.


Aku langsung menindihnya disambut ibu memelukku dengan penuh kasih sayangnya. Tidak berapa lama akhirnya jebol juga pertahanan ku.


Croot.. Ccroott... Ccrrroooottt..!!


"Aahhhhh...Ooohhh...Halimah memekmu sungguh luar biasa sayang, nanti kita ngentot lagi yas... Aaahhhh...!" Ini pertama kalinya aku memanggil nama ibuku sambil menyetubuhinya. Ibu memelukku dengan tatapan yang penuh kasih sayang juga kelembutan dalam memperlakukan ku.


Spermaku kini membanjiri rahim ibuku, ibu terlihat sangat senang sekali saat aku berhasil mengisi rahimnya dari benihku. Sampai aku biarkan berlama-lama kontolku terbenam di palung kenikmatan milik ibu yang membuat sendi-sendi tulangku lemas.


Setelah sama-sama puas. Sebelum aku bangkit dari atas tubuh ibu. Aku menciumi bibirnya dengan lembut.


"Terimakasih ya Bu? Kapan-kapan kita ngentot lagi ya?" Ajakku pada ibu.


"Iya sayang. Tapi harus ingat situasi sebelum kita melakukannya ya?" Jawab ibu mengelus pipiku.


Puas menyetubuhi ibu, aku bangkit dan mencabut kontolku dari dalam disertai lelehan lendir bercampur sperma keluar dari lobang memek ibu. Wow! Aku merasa sangat terkesan melihat memek ibu memuntahkan isinya, benar-benar menakjubkan!


"Bu, Amira. Kita tidur di kamar bareng ya? Dikamar Ardi juga gpp.." ajak ku pada kedua wanita yang aku hormati dan sangat aku sayangi.


"Iya ibu setuju.."


"Amira juga pengen tidur bareng... Soalnya waktu itu susah nyari kesempatan kalau ada ayah sama ibu.." ucap Amira sekalian memberi tahu pada ibu.


"Sekarang ibu setuju saja kok, Amira. Tinggal kita harus pandai-pandai memilih waktu yang tepat untuk melakukan apapun yang terlihat tabu, ya? Seperti tidur bersama apalagi melakukan hubungan badan" Ucap ibu menjelaskan.


Kami bertiga pun akhirnya pergi ke kamarku berbarengan dengan sangat antusias, pakaian celana yang berserakan di lantai kami biarkan begitu saja. Bahkan pintu kamar pun tidak saya tutup dibiarkan terbuka. Diatas kasur mereka saling memelukku, efek incest memang sangat luar biasa pengaruhnya pada kehidupan kami. Meski ibuku sebagai orang yang aku hormati dan Amira seorang gadis adikku yang seharusnya aku jaga. Mereka semua bukannya tidak memperdulikan statusnya sebagai ibu dan adik, namun ketika sudah merasa nyaman dan saling percaya, harga diri dan norma bukanlah suatu masalah bagi kami.


Dikamar ini kami bertiga mengobrol masalalu yang dulu gaduh karenaku, lalu membahas masa depan tentang bagaimana kedepannya hubungan ini. Semua keputusan diserahkan kepadaku, ibu serta Amira hanya mengikuti saja bagaimana baiknya.


Saat kami sedang mengobrol, kontolku berdiri kembali gara-gara kegesek pahanya Amira. Kesempatan itu tidak di sia-siakan nya, Amira dengan gairah yang menggebu-gebu langsung mengangkangi ku, lalu jongkok sambil mengarahkan ujung kepala kontolku ke lobang memeknya. Bleesss! Aahhh ...! Amira melenguh menengadahkan kepalanya sambil menganga lalu tersenyum kegirangan kepadaku.


Ibu pun mendadak menciumiku padahal wajahku bekas semburan orgasmenya yang mulai mengering, namun sepertinya ibu tidak memperdulikannya, malahan menjilati wajah dan leherku. Kami bertiga seperti orang kesurupan gejolak birahi pun tersulut kembali. Aku hanya diam saja menerima hentakan juga goyangan Amira yang sengaja membiarkan kontolku bersemayam di lobang memeknya, sedangkan ibu begitu bernafsunya menjilati seluruh tubuhku. Padahal aku dengannya baru saja melakukan persetubuhan.


"Aaahhh... Kakk! Penis kak Ardi enak bangettt! Aahhh.. aahhh..." Amira mulai meracau tidak karuan, padahal dia sendiri yang menggerakkannya. Aku pasrah saja seperti diperkosa dua wanita, sampai aku merasa ujung kontolku berulangkali membentur mulut rahim Amira.


Anehnya adikku sangat menyukainya, padahal aku pun merasa sangat ngilu kedua kelamin saling menyatu dan beradu didalamnya. Hingga tidak berapa lama aku merasa ada desakan yang sangat kuat hendak menerjang pertahananku. Amira pun sepertinya terlihat semakin mempercepat hentakan pantatnya sambil menggoyangkan pinggulnya, memutar sampai terasa ngilu kontolku dibuatnya.


"Oohhh... Aaahhh... Kakak! Ah ah ah..! Amira memanggil ku sembari ku rasakan dinding memeknya berkedut-kedut disertai cairan hangat menyemprot batang kontolku, ajaibnya aku pun langsung ikut memuntahkan banyak sekali cairan sperma menyirami rahim Amira dan kami saling memberikan kenikmatan yang tak bisa kami bayangkan sebelumnya.


Amira terkulai lemas diatas tubuhku, ibu pun mengelus kepala Amira mengekspresikan rasa sayangnya pada putri satu-satunya itu.


"Enak banget kak tadi... Makasih ya kak..?" Ucap Amira lalu melepaskan kontolku yang menancap di dalam cengkeraman memeknya.


"Justru kakak yang seharusnya bilang terima kasih, Amira"


"Kak, aku pengen punya anak dari kak Ardi.." ucap Amira sembari memeluk tangan kananku.


"Jangan sayang, nanti Ardi bisa kena masalah besar kalau kamu sampai hamil" ucap ibuku yang merasa khawatir jika saja itu benar-benar terjadi.


"Terus, gimana dong Bu? Tapi Amira pengen dihamili sama kak Ardi?" Tanya Amira meminta saran ibu yang sama-sama memeluk tanganku, sementara kedua wanita di kanan kiri ku saling berpandangan.


"Ada dua pilihan menurut ibu jika kamu ingin mengandung anak dari kakakmu, Amira.."


"Pertama kamu saat hamil jangan ngaku itu anak kakakmu jika ayahmu atau tetangga tahu."


"Kedua, kamu menikah dengan orang lain tapi kamu mengandung anak dari kakakmu, solusi tambahan kamu merantau bersama kakakmu dan hidup disana." Lanjut ibu menjelaskan panjang lebar.


Amira pun terdiam memelukku erat seakan tidak mau kehilangan ku sebagai kakak sekaligus sebagai orang yang disayanginya.


Sementara itu Amira merasa bingung dan sedih tidak bisa mengandung anakku, aku pun segera menghiburnya.


"Amira, nanti kalau kakak sudah siap. Kakak janji akan menghamili kamu kapan saja. Kita tunggu saja momen terbaiknya ya?" Kataku memberi saran.


"Iya kak, Amira tunggu ya kak?" Ucap Amira merengek ngebet banget pengen punya anak.


Sementara Amira belum bisa hamil, aku iseng bertanya kepada ibuku.


"Bu, maafkan bila omonganku ini salah. Ibu sendiri mau gak di hamili Ardi, Bu? Kapan ibu masa suburnya?" Tanyaku pada ibu yang langsung memandang ku.


"Selama kamu mau bertanggung jawab ibu setuju saja Ardi. Namun sekarang ibu belum memasuki masa subur. Kamu yakin mau punya anak dari ibu, di?" Tanya ibu serius sekali seakan berusaha meyakinkanku apakah aku sangat ingin memiliki anak dari ibuku sendiri.


Aku paham kenapa ibu mengatakan pertanyaan ini, meskipun ibu akan setia namun pemikiran ibu jauh memandang kedepan. Masalah, resiko serta tanggung jawab terhadap anak harus dipikirkan matang-matang olehku.


"Ardi janji akan bertanggung jawab, Bu. Ardi akan berusaha dan bekerja untuk biaya hidup anak kita nanti. Dan Amira, kita tunggu waktu yang tepat ya?"


"Kakak juga janji akan menghamili kamu. Sementara ini pakai KB dulu ya amira?" Kataku memberikan janji kepada kedua wanita di sisiku yang setia akan selalu menjadi pelampiasan nafsu sex ku.


Setelah mendapatkan kejelasan dariku untuk keduanya, mereka terlihat sangat bahagia dan semakin mencintaiku. Hingga kami tidur dengan gaya yang nyeleneh, Amira tidur dengan kontolku di mulutnya sedangkan ibu tidur dengan aku menyusui di payudaranya.


****


8 hari ayah melayat keluar kota, akhirnya pulang juga ayah dalam keadaan kelelahan. Semenjak ayah datang kami menyambutnya dengan baik, setelah ayah mandi, makan hingga mengumpul bersama kami terlihat akrab dan harmonis.


Di ruang tengah...


"Bu, bagaimana kabar semuanya saat ayah diluar kota, semua baik-baik saja kan?" Tanya ayah setelah kami semua ngumpul lagi.


"Alhamdulillah, pa baik. Tidak ada masalah sama sekali, justru kami semakin senang bahagia." Jawab ibu yang memang terlihat bercahaya karena beban itu hilang dari pikirannya.


"Oiya? Apa penyebabnya?"


"Rumah ini tidak gaduh lagi, Ardi tidak keluyuran malam lagi dan semuanya akur pak.." jawab ibu tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.


"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Ayah sangat senang mendengarnya. Dilihat dari wajah ibu sama Amira memang terlihat bahagia dan ceria. Ayah sangat senang melihatnya harus dipertahankan." Ucap ayah kepada ibu dan Amira. Namun kata-kata ayah barusan malah membuat keduanya tersenyum, arah mata mereka malah kompak melihatku seakan mengerti maksudnya.
 
Hari-hari saat ada ayah di rumah, kami bertiga bersikap seperti biasanya tidak memperlihatkan kemesraan dan hal-hal yang mencurigakan. Ibu dan Amira berperan sangat baik, keduanya kembali ke statusnya masing-masing, baik sebagai ibu yang mengayomi dan sebagai adikku yang baik. Namun saat ayah sedang tidak berada diantara kami, baik itu ke pasar menjadi tukang cukur atau saat diluar rumah duduk di teras. Aku selalu iseng meraba pantat, payudara atau meremas memek keduanya dengan gemas.


Nafsu sex saat ada ibu dan Amira selalu menggebu-gebu, ada saja rangsangan seksual untuk melakukan kontak fisik langsung antara kulit dengan kulit. Amira sangat senang kalau setiap harinya ada sentuhan langsung dariku, sedangkan ibu meskipun ikut merasakan getaran birahi pada sekujur tubuhnya, tapi tetap waspada dan selalu mengingatkan ku agar hati-hati.


Namun pada suatu pagi ketika Amira sudah berangkat sekolah dan ayah ngobrol di rumah tetangga. Aku merasa sangat ingin bersetubuh, kontolku pun sudah terasa keram gara-gara teringat jepitan lobang kenikmatan mereka berdua. Hawa nafsu incest benar-benar membuatku ketagihan ingin selalu dan terus melakukan hubungan badan.


Cekrek! Suara pintu kamar mandi terdengar dari belakang, saat aku menoleh ke belakang ibu sedang berjalan mengenakan handuk sambil jalan berjinjit berjalan hanya menggunakan jari kaki saja yang menginjak lantai. Ketika aku melihatnya, ibu terlihat lucu menggemaskan. Sebelum ibu masuk ke kamarnya, buru-buru aku cegat agar ibu menghentikan langkahnya.


"Ardi, kamu kenapa? ibu mau pakai baju dulu." Ucap ibu menanyakan kelakuanku yang mencegahnya lewat.


"Bu, aku pengen ngentot ibu. Pliss Bu, gak ada ayah ini.." kataku memohon sambil memegang tangannya yang basah dan dari tubuh ibu menyebarkan aroma wangi sabun yang segar.


"Tapi Ardi. Ayahmu bisa tahu, bisa saja nanti ayahmu pulang mendadak. Jika tercyduk perbuatan kita gimana Ardi?" Jawab ibu merendahkan suaranya, mungkin ibu merasa khawatir akan ketahuan perbuatan ini.


"Ibu jangan khawatir, yang penting turuti keinginanku ini. Ayo Bu.." aku menarik tangan ibu menuju kamarku. Ibu pun mengikuti tarikan tanganku tanpa mengatakan apapun, tapi di raut wajahnya ibu terlihat gelisah.


Setelah masuk aku dan ibu kedalam kamarku, aku kunci pintunya. Tidak menunggu waktu lama aku langsung menarik handuk ibu ke lantai hingga telanjang bulat didepanku. Kedua payudaranya yang besar penuh lemak menggelantung bergoyang-goyang. Baju celana dalam pun aku lepas semuanya. Setelah itu langsung aku dekati ibuku lalu menciumi bibirnya sembari ku gesek-gesek kontolku di belahan memeknya. Ahh...!


Mmuuahh.. Mmuuahh..! Kami saling berciuman hebat namun tetap menjaga nada suara agar tidak terdengar keluar. Meski dirasa takut dan khawatir, ibu tetap melayaniku dengan sangat baik.


"Maafkan aku Bu. Ardi kangen jepitan memek ibu." Kataku menciumi pundak ibu.


"Gpp sayang. Ibu juga rindu kontol kamu menyirami rahim ibu.."


"Sungguh Bu?"


"Iyaa sayang.." jawab ibu mencium kepalaku saat aku menghisap dan memilin-milin puting susunya oleh lidahku.


"Aahh.. Ardi.. putra ibu sayang... Kamu nakal ngentot ibumu sendiri" Ucap ibu yang benar-benar sangat menyayangi ku. Aku tidak menjawabnya namun aku sangat senang ibuku menjadi liar denganku.


Jilatanku semakin turun kebawah dan tepat didepan memeknya, sebelah kaki ibu diangkat keatas ranjang sehingga memeknya agak menganga sedikit. Saat ku cium lembah kenikmatannya ugh! Sungguh baunya bak minuman anggur yang memabukkan. Aku suka sekali aroma memek ibu, apalagi sudah ada wewangian daun sirih membuatku semakin lahap dan bergairah mencicipi rasa memeknya.


Melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk berlama-lama, aku langsung berdiri lagi sembari mengibas-ngibaskan kontolku semakin tegang dan keras. Ibu terlihat sumringah saat kontolku di goyangkan didepan memeknya.


"Aku masukan sekarang ya, Bu?" Pinta ku sambil mengarahkan ujung kepalanya tepat di lobang memeknya.


"Masukin aja sayang... Ibu udah gak tahan." Ucap ibuku yang disertai dengan hentakan kontolku ke dalam lobang memeknya.
Blesss...!! Aahh...! Kami sama-sama melenguh mengeluarkan suara dari rasa nikmat yang teramat sangat.


Perlahan-lahan aku maju mundurkan pantatku membenamkan kontolku hampir seluruhnya. Aku tidak bisa memasukannya lebih dalam dikarenakan aku menyetubuhi ibuku dalam posisi berdiri.
Plok.. plok.. plok... Selangkanganku saling beradu dengan ibu. Ahh.. sungguh nikmatnya perasaan ini membuat tubuhku seperti dialiri tatkala tubuh kami berdua menyatu. Kami saling berpelukan agar kontolku tetap dalam posisinya tidak terlepas.


"Halimah... Sayang ... Memekmu enak sekali... Aahhh... Aku kangen jepitan memekmu halimah"


"Kontolmu juga Ardi... Ibu juga suka sekali.... Ibu tidak pernah merasakan gairah seperti ini Ardi... Aahh.. Ahhh.." aku menjilati dan mengemut leher ibu sampai ibuku menengadah dengan mulut yang ternganga.


Setelah main gaya berdiri, aku menyuruh ibu untuk nungging diatas kasur lalu aku menyodok lagi memeknya dari belakang bleeesss...!! Aahhhhh... ! Sssshhhh...!! Kami saling berbalas lenguhan serta erangan yang terasa nikmat sekali.


Otot didalam memek ibu seperti melilit kontolku, aku benar-benar tidak kuat menahan kenikmatan ini. Hingga 10 menit lebih akhirnya aku mengeluarkannya didalam memek ibu. Ku hentakkan sedalam-dalamnya lalu menyemburlah spermaku menyirami rahim ibu dengan beberapa kali semburan


Crrooott.. Crooott... Ccrrroooottt..!! Aaaahhhhh....!! Huhh!!


Benar-benar luar biasa nikmatnya menyetubuhi ibu sendiri, sensasinya tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Setelah tidak ada lagi spermaku yang keluar, aku mencabut kembali kontolku di ikuti spermaku yang merembes keluar dari lobang memek ibuku. Sungguh pemandangan yang bagus sekali.


Ibu tersungkur sejenak tidak bisa menahan berat tubuhnya, kedua tangannya tidak mampu untuk menopang tubuhnya lagi.


Aku memakai pakaian dan celana lagi, lalu mengambil handuk ibu yang tergeletak dilantai. Terus mengelap memeknya yang penuh lendir berceceran dilobang memeknya.


"Makasih sayang, memek ibu kamu bersihin.. ayahmu saja setelah keluar belum pernah ibu diperlakukan seperti yang sudah kamu lakukan pada ibu.." kata ibuku yang mulai bangkit dari atas kasurku setelah tenaganya perlahan pulih kembali, lalu memakai kembali handuknya.


"Itu masalah kecil Bu. Bagaimana pun juga ibu adalah orang yang aku hormati. Jangan kapok atau menyesal ya Bu? Ardi suka ngajak ibu ngentot lagi nanti." Kataku pada ibu yang dibalas cubitan mesra di pinggangku.


"Apaan sih? Mana mungkin ibu menyesal kalau masalah enak-enakan mah.. ya sudah ibu balik kamar dulu mau pakai baju, nanti ayahmu bisa keburu datang di." Aku pun mengangguk pelan.


Sebelum ibu pergi aku mencium bibir ibu.


Saat ibu hendak keluar dan membuka pintu, ibu dikagetkan oleh suara seorang lelaki.


"Lho?! Ibu! Ngapain pakai handuk didalam kamar Ardi?" Ternyata suara itu adalah suara ayahku, ibu pun sampai terkejut melihat ayah sudah berada didepannya saat ini.


"Ba-Bapak? I-itu waktu ibu dari kamar mandi mendengar Ardi merintih pa. Ibu samperin ternyata kakinya terkilir, jadi ibu penasaran lalu masuk memijiti kakinya.." jawab ibu yang membuatku merasa ikut panik saat mengetahui ayah berada di depan pintu kamar ku. Aku kagum dengan alasan ibu yang spontanitas dan tepat menjawab pertanyaan ayah.


"Tapi juga kan gak usah pakai handuk Bu! Ardi kan udah gede, ibu kalau berpenampilan begini Ardi bisa kejang-kejang Bu..?!" Jawab ayah memberikan alasan.


"Akh! Namanya juga ke anak, pak. Mana mungkin punya nafsu." Sanggah ibu singkat seakan tidak percaya.


"Tapi lain kali pakailah baju dulu.. terus si Ardi gimana udah sembuh terkilirnya?" Tanya ayah sambil melihatku dibalik pundak ibu yang menghalanginya.


"Udah baikkan kok pa. Kalau tidak ada pertanyaan lagi ibu mau pakai baju dulu."


Ibu pun pergi dari kamarku lalu menutup pintunya lagi.


Minggu berlalu hingga 5 bulan aku melakukan hubungan badan dengan ibu dan adikku, akhirnya apa yang tidak kami harapkan malah terjadi juga.


Dari awal kami sudah sepakat jika yang hamil lebih dulu adalah ibuku, namun ini malah adikku yang ternyata sudah mengandung hasil perbuatan ku. Bisa-bisanya Amira lupa minum pil KB yang seharusnya rutin diminumnya setiap hari, fatalnya disaat masa subur aku menyetubuhinya, ternyata adikku lupa menaruh pilnya dimana lalu tidak ngomong atau pinjam dulu ke ibu. Hingga telat bulan dan sekarang telah mengandung anakku.


Masalah ini bermula ketika kami sedang makan sebelum Amira pergi sekolah dan ayah pergi ke pasar, tiba-tiba Amira berlari ke kamar mandi dan terdengar suara seperti orang yang muntah berulangkali. Yang pertama panik adalah ibu, ibu langsung menatapku dengan wajah pucat serta bibirnya gemetaran seakan ketakutan. Lalu ibuku langsung pergi menuju dimana Amira mual-mual. Dari tatapan ibu barusan, sepertinya sudah menangkap sesuatu masalah serius.


Tidak berapa lama keluar juga Amira bersama ibu dari kamar mandi dengan mata yang berkaca-kaca, entah karena efek mual atau karena sebab lain. Sedangkan ibu sesekali memejamkan matanya lalu menampakkan ketegangan yang terbaca dari bahasa tubuhnya.


"Amira kenapa Bu?" Tanya ayahku melihat kejadian yang tak biasa itu.


"Mungkin masuk angin pa, sepertinya sedang kurang sehat.." jawab ibu singkat.


"Kalau memang sedang sakit gak usah sekolah Amira, kamu istirahat saja dulu." Ucap ayah memberi saran.


"Gpp kok, yah. Amira baik-baik saja. Amira berangkat sekolah dulu." Ucap adikku hendak beranjak pergi ke sekolah.


"Biar kakak antar Amira. Ayo?!" Aku langsung menawarkan diri untuk mengantarkan Amira sekolah.


"Iya kak.." ucap adikku singkat.


Saat di perjalanan menuju sekolah, aku sengaja tidak melajukan motorku dengan cepat, mengingat Amira sedang masuk angin. Aku sangat menyayanginya, aku takut Amira kenapa-kenapa. Ketika setengah perjalanan hampir ke tempat tujuan. Amira memelukku erat dari belakang dengan sebelah tangannya.


"Kak, kita ke tempat lain aja yuk. Jangan ke sekolah." Ucap adikku lirih.


"Ke tempat mana Amira?" Jawabku yang tidak menanyakan alasan kenapa tidak ingin melanjutkan ke sekolah.


"Kemana aja kak. Amira ingin bersama kakak berduaan.." balas adikku semakin memeluk erat pinggangku dari belakang.


"Baiklah. Kita ke taman aja ya..?"


"Terserah kakak mau dibawa kemana.." jawab adikku yang seperti ada perasaan khawatir pada dirinya.


Sesampainya di taman, aku dan Amira duduk di bangku kayu panjang dengan membelakangi taman. Melihat sekeliling ada juga beberapa orang yang lari pagi, serta penjual kopi dan minuman lain diatas meja. Salah satunya yang aku tahu seorang ibu tua yang berjualan itu aku sudah mengenalnya, karena aku sendiri sering duduk ngobrol disitu sambil merokok disertai secangkir kopi hanya untuk melepaskan beban pikiran saja. Beliau namanya ibu Yati usianya sekitar 50 tahunan, beliau seorang janda yang hidupnya sendirian. Sanak saudara juga keluarganya pun tidak memperdulikannya. Saat aku masih jadi beban keluarga, aku sering membantunya sekedar membelikan gula karena habis atau merapikan jualannya.


Ketika aku duduk, ibu meli melihatku lalu melambaikan tangannya pertanda menyapaku dari jauh. Penglihatannya lumayan tajam juga, padahal jaraknya sekitar 20 meteran dari tempatku duduk saat ini.


Aku dan Amira duduk berdekatan seperti sedang berpacaran, kami hanya duduk melihat suasana taman yang ada didepan tanpa saling bicara. Sementara aku biarkan sejenak Amira tenang dan aku menunggu Amira bicara lebih dulu.


"Kak Ardi. Maafin Amira ya kak?" Ucap adikku membuka pembicaraan.


"Maaf untuk apa, Amira?" Tanyaku sembari menggeser dudukku ke arahnya


"Amira... A- Amira... Hamil kak!" Jawab adikku menunduk sembari meremas kepalan tangannya dipaha Amira.


"Hamil, Amira? Kamu tahu dari mana kalau kamu hamil sayang?" Tanyaku penasaran, aku tidak menunjukkan keterkejutan atau ekspresi wajah panik, karena demi untuk menjaga emosinya agar tidak menjadi bebannya sendiri. Aku menyadari pasti aku yang mengakibatkan Amira hamil.


"Ibu yang mengatakannya kak, mungkin ibu sudah pengalaman tentang gejala awal ini kak. Ibu panik kak saat dikamar mandi, takut kakak dipenjara karena sudah menghamili Amira.." ucap Amira menitikkan air mata. Aku yang melihat adikku menangis disampingku langsung aku genggam tangannya untuk tetap tenang dan tegar.


"Amira, lihat kakak." Amira pun menatapku dengan air mata yang mulai membasahi pipi putihnya.


"Jika memang benar kamu hamil, Amira. kakak akan bertanggung jawab. Kamu tetap tenang, kakak yakin tidak akan separah itu akibatnya. Untuk memastikannya kakak beli tespek ya? Bagaimana?" Lanjutku membujuk Amira menenangkan diri.


"Tapi kak, bagaimana kalau ayah tahu Amira dihamili kakak? Ayah pasti marah sekali kak?" Ucap Amira dengan lelehan air mata di kedua pipinya.


"Itu resiko kakak, Amira. Yang penting kamu bersabar dan tetap tenang, masalah lainnya biar kakak yang urus ya sayang?" Bujukku yang akhirnya membuat Amira menangis di pelukanku. Aku pun mengusap-usap kepalanya pertanda aku sangat memperhatikan dan menyayanginya.


Ku biarkan Amira meluapkan rasa terpendam dihatinya, aku tahu adikku membutuhkan waktu untuk bicara.


"Kak, aku gak mau menikah dengan lelaki lain selain kakak. Kak, apakah kita bisa bersatu?" Tanya Amira yang masih menyenderkan kepalanya didadaku.


"Amira, sekalipun ada benteng yang kokoh menghalangi cinta kita. Kakak akan berusaha untuk meruntuhkan benteng itu. Percayalah. Apapun yang terjadi kakak akan selalu mendampingi mu.." kataku menegaskan keteguhan ku untuk selalu bersamanya.


"Amira juga sangat mencintai kak Ardi. Amira berdoa semoga kita bisa bersatu kak.." jawab adikku yang langsung menyeka air matanya.


"Ngomong-ngomong kamu bisa hamil sih sayang? Bukannya pake KB kan?" Kataku memastikan penyebabnya. Meski sebenarnya aku sudah menduganya.


"Pil KB aku hilang kak, jadi aku tidak meminumnya lagi." Kata Amira dengan jawaban yang menurutku tidak masuk akal. Aku tidak mau membahasnya lebih jauh, karena bisa mengakibatkan Amira berpikir aku menyesali akibat yang sudah terjadi.


Setelah semua masalah selesai meskipun solusi terbaiknya belum didapatkan. Setidaknya jawabanku menenangkan beban yang ditanggung Amira. Bagaimanapun aku akan bertanggung jawab dan sebisa mungkin akan berusaha menanggung akibatnya.


Sebelum pulang, aku mengajak Amira ke ibu penjual kopi untuk memperkenalkannya. Aku malah jujur pada ibu Yati jika yang ku perkenalkan ini adikku dan sekarang adikku sedang mengandung anakku. Awalnya ibu Yati terperanjat kaget mendengar apa yang aku katakan, beliau tidak marah atau mengusir kami. Malah ibu Yati menasehati kami untuk sabar dan tetap ikhlas.


"Percintaan anak muda jaman sekarang memang rumit, adik atau kadang ibu sendiri pun dijadikan pacarnya. Ibu sebenarnya sudah tahu nak Ardi. Jika kamu berkenan, ibu akan membantu kamu menyelesaikan masalahmu. Nanti malam datang temui ibu di rumah." Ucap ibu Yati mencoba untuk memberikan pertolongan dari masalah yang akan aku hadapi. Ibu Yati memang sudah seperti ibuku sendiri begitu pula sebaliknya.


"Kenapa ibu mau susah payah menolong aku Bu?" Tanyaku setelah melihat kebaikannya.


"Sebenarnya kamu orang baik nak Ardi. Ibu akan membalas kebaikanmu itu. Sebelum semua terjadi dan menjadi masalah yang rumit, ibu tunggu di rumah." Ucap ibu Yati yang penuh misteri. Aku hanya tahu ibu Yati hanyalah penjual kopi biasa, namun sepertinya ada keahlian lain yang dimiliki ibu Yati ini. Apa itu?
 
Ibu Yati penjual kopi misterius


Sebelum pulang, aku berpamitan dengan ibu Yati dan aku mengajak Amira untuk makan di warteg. Serta mampir dulu ke minimarket membeli minuman dan tiga buah tespek sekalian untuk memastikan kebenaran kehamilannya.

"Minum dulu sayang.. kamu pasti haus" kataku sembari menyerahkan sebotol minuman soda yang tutupnya sudah aku buka.

"Makasih kak, kakak perhatian banget sama Amira.." ucap Amira memujiku dengan raut muka yang bahagia.

"Kamu kan adik kesayangan aku, Amira. Yuk pulang!" Jawabku mengusap-usap kepalanya dengan lembut lalu menyeka keringat dari keningnya. Perlakuanku yang penuh perhatian membuat Amira sangat senang sekali dan semakin manja.

Saat perjalanan menuju rumah, aku dan Amira sudah mulai bercanda dan tertawa tidak seperti tadi pagi.

Sesampainya di rumah, ibu kaget dan heran belum waktunya untuk pulang sekolah tapi malah pulang bareng denganku. Aku pun menjelaskan seluruh kejadiannya dari awal berangkat hingga kami pulang, bahwa Amira sedang hamil dan aku pun akan menghadapi masalah yang serius.

Ibu pun terlihat panik saat mengingat kembali firasatnya itu, sampai aku mengeluarkan tespek lalu memberikannya kepada amira agar semua tahu kebenaran dari dugaan itu.

"Ayo ke kamar mandi Amira supaya kakak menyaksikan langsung.." bujukku pada Amira.

Mendengar aku akan ikut ke kamar mandi, ehh.. adikku malah menatapku dengan tatapan menyelidik tapi langsung menarikku ke kamar mandi.

"Jangan lama-lama kalian di kamar mandinya, takut ayahmu pulang dadakan. Ardi amira.." seru ibu mengingatkan.

Aku dan Amira langsung masuk ke kamar mandi lalu mengunci pintu rapat-rapat, sebelum Amira buang air kecil, aku membuka bungkusan tespek serta Amira pun melorotkan celana dalamnya sampai lutut. Air kencing pun keluar dari celah memeknya, aku pun menyodorkan batang tespek dekat permukaan memeknya yang merekah. Bau aroma air kencing Amira seperti uap bensin yang menyambar api birahiku yang langsung membuat kontolku ikut berontak.

Saat Amira jongkok itu sesekali aku iseng menjamah permukaan memeknya yang padat diluar namun agak lunak di bagian dalamnya. Amira tidak marah atau memprotes tindakanku yang sedikit usil. Namun dia malah tersenyum dan membiarkanku memainkan sekitar memeknya.

"Kak Ardi suka?" Tanya Amira polos.

"Iya Amira. Kak Ardi suka banget sama memek kamu. Tapi waktunya kurang baik, meski kakak pengen ngentot kamu.." Jawabku sambil terus meraba dan membelai memeknya yang lumayan tebal dan lebar merekah. Memek Amira memang sudah aku rindukan sejak dulu meskipun Amira sendiri tidak merasakannya saat itu. Kini Amira sudah mengetahui rahasia itu saat dulu dia memakai rok merah.

Amira menatapku sambil menghela nafas panjang, lalu berkata : "kak, bagaimana kalau kita pindah dari rumah ini? Kita merantau membangun rumah tangga disana? Kakak bisa menyetubuhi Amira kapanpun kakak mau.." Ucap Amira mengusulkan.

"Merantau kemana, Amira? Kakak tidak punya uang untuk mengambil keputusan itu?" Jawabku sembari melihat hasil tespek yang sudah dikencingi Amira.

Saat ku lihat hasilnya. Astaga! Positif.

"Kak. Aku hamil?" Tanya Amira singkat seraya menatapku seakan ingin melihat ekspresi wajahku apakah ketakutan atau ikut merasa senang.

"Iya.. Amira. Kamu positif hamil. Kakak gak nyangka berhasil menghamili kamu sayang..." Jawabku yang sebenarnya tidak menyangka bahwa Amira memang benar mengandung anakku. Namun entah kenapa aku merasa sangat senang sekali! Ternyata benih yang aku tanam tumbuh di rahim adikku dengan baik.

"Selamat ya kak. Kak Ardi akan jadi ayah untuk anak kita.." Lalu kami pun saling berciuman merayakan kabar bahagia ini.

Setelah mencuci tangan dan menceboki memek Amira serta sedikit meremas vaginanya. Sempat juga kepikiran untuk menyetubuhinya di kamar mandi ini bergumul dengan air kencing Amira, namun aku urungkan niat itu. Kabar ini pun aku sampaikan kepada ibuku yang disambut dengan sukacita. Namun, setelahnya kami berpikir keras tentang masalah selanjutnya yang akan dihadapi kami kedepannya, baik itu menunggu keputusan ayah juga gunjingan para tetangga.

"Ardi, Amira. Ibu sarankan masalah ini tetap dirahasiakan dari ayahmu. Bagaimana pun juga masalah ini terlalu rumit untuk kita hadapi" Ucap ibu menyarankan. Aku merasa terharu tatkala mendengar ibu mengatakan 'kita', seakan ibu ikut menanggung beban ini bersama.

*

Hari demi hari dan 3 bulan berlalu tubuh Amira sudah menampakkan tanda-tanda kehamilan, perutnya jika dilihat dari samping sudah mulai tumbuh membesar disertai kedua bokong dan payudaranya yang ikut membesar.

Saat sekolah pun Amira sering memakai sweater untuk menyamarkan atau menutupi perubahan tubuhnya. Bahkan tanpa sepengetahuan ayah, Amira sering tidak masuk sekolah karena sering cepat lelah dan merasa lemas. Melihat kondisinya yang memprihatinkan aku merasa sangat bersalah sudah menghamilinya.

"Ini semua gara-gara kakak yang egois tanpa memperdulikan akibatnya sudah membuatmu hamil Amira. Maafin kakak yaa sayang??" Ucapku sambil mengelus kepala Amira yang sedang duduk bersandar di dadaku.

"Kak Ardi tidak salah, kita melakukannya atas dasar suka sama suka kak. Amira tidak peduli apa kata orang atau ayah sekalipun. Selama kakak mau bertanggung jawab itu sudah cukup bagi Amira." Jawab adikku lirih lalu memelukku dari samping.

Perbuatan terlarang ini memang sesuai dengan akibatnya yang harus aku dapatkan, aku berpikir keras untuk keluar dari masalah ini.

Tiba-tiba aku teringat ibu Yati penjual kopi misterius yang sebenarnya sudah lama aku kenal. Namun aku baru tahu dia seakan memiliki rahasia tersembunyi dibalik penampilannya itu. Apapun itu, sesuai arahan dari ibu Yati aku akan sesegera mungkin untuk menemuinya.

Sambil mencium kepala adikku yang bersandar di dadaku, aku mengelus perut Amira yang sudah terlihat perubahannya semakin membesar saja. Perasaan senang, bahagia serta rasa takut bercampur aduk jadi satu. Meskipun aku putus sekolah, namun masalah hukum pidana aku pernah sesekali membaca dan mempelajarinya. Miris! Jika masa mudaku habis dibalik jeruji besi.

Saat sedang berduaan dengan adikku di ruang tengah, tiba-tiba ibu menghampiri kami dengan membawa bubur serta minuman susu yang khusus untuk ibu hamil. Ibu sangat perhatian terhadap Amira sampai mau di repotkan menyiapkan kebutuhan Amira.

"Makanlah dulu Amira. Sekalian ibu buatkan minuman susu khusus buat kamu agar cucu ibu sehat." Ucap ibu sembari meletakkan makanan yang dibawanya diatas meja.

"Makasih ya Bu? Amira jadi malu sudah merepotkan ibu." Jawab Amira yang terus meraih bubur yang ada di mangkok.

"Jangan berpikiran yang tidak-tidak Amira. Kamu anak ibu juga mengandung cucu ibu, ibu sudah tidak sabar ingin menggendong cucu.." jawab ibu yang terlihat begitu antusias.

Melihat keakraban dan saling mengerti ini aku merasa terharu melihatnya, meskipun Amira hamil diluar nikah ibu tetap menyayanginya.

Sambil menunggu Amira memakan bubur dan susunya, aku memanggil ibu untuk mendekat ke arahku.

"Kemari sebentar Bu.." ajakku pada ibu yang akhirnya menghampiriku lalu berdiri didepanku. Saat ini ibu memakai kaos putih lengan pendek dan celana panjang longgar warna hitam yang menutupi bagian bawahnya.

"Sebenarnya aku kangen memek ibu.." kataku sembari mencet-mencet dan mengelus memeknya yang membusung dibalik celana ibu saat ini. Memek ibuku memang tiada duanya, memek ternikmat yang pernah aku rasakan selama hidupku. Dengan cepat aku melorotkan celana ibu berikut kangcutnya sampai semata kaki. Ibu membiarkanku melucuti celananya serta menunggu apa yang akan aku lakukan.

Ketika bagian bawah ibu sudah tak memakai apa-apa, ada satu kejadian menarik yang aku lihat pada area sensitifnya, yaitu tak ada sedikitpun bulu kemaluan yang tumbuh di memek ibuku. Mataku sampai terbelalak melihat pemandangan yang sangat indah ini. Aku memandang wajah ibu dan ibu membalas senyuman kepadaku.

"Kenapa sayang?" Tanya ibu seakan menebak keterkejutan ku.

"Kapan ibu cukur bulu memeknya Bu? Kok, Ardi baru tahu?" Jawabku penasaran, soalnya hampir seminggu aku tidak menyetubuhinya gara-gara sedikit kesempatan buatku memberikan nafkah batin untuk ibu.

"Tiga hari yang lalu ibu cukur bersih kemaluan ibu, ini ibu lakukan khusus surprise untuk kamu sayang..." Jawab ibu sembari mengelus-elus kepalaku.

"Ayah belum tahu ibu cukur bulu memek ibu?"

"Belum. Baru kamu yang melihatnya. Kamu lupa ya? Kalau punya ayah kamu sudah tidak berfungsi lagi?." Ucap ibu mengingatkan kembali masalah itu. Aku merenung sejenak didepan memek ibuku yang sesekali tercium wangi daun sirih di permukaannya, namun tetap aku tidak mengingatnya masalah itu.

Ku elus belahan memeknya lalu jari tengahku mencari lobang memeknya dan masuk ke dalam lobang kenikmatan ibuku.

"Ardi, ibu merasa puas kamu yang pertama melihat vagina ibu. Entah kenapa ibu senang sekali..." Ucap ibu sembari memegang kepalaku dengan kedua tangannya. Aku merasakan permukaan memek ibuku begitu lembut dan hangat didalamnya. Aku sempat mencabut kembali jariku lalu aku emut sendiri rasanya. Ahh.. kontolku langsung ngaceng hebat saat itu juga.

Tanpa pemanasan, tanpa dilumasi lebih dulu dengan ludahku, aku langsung membuka celanaku sehingga kontolku mengacung tegak keatas.

"Ayo Bu keburu nanti ayah datang.." kataku untuk langsung segera menyatukan tubuhku dengannya. Ibu pun terlihat senang sekali, sensasi ini sangat menegangkan dan berani. Bagaimana tidak? Pintu depan terbuka sedangkan waktu sudah memasuki sore hari. Selain itu dengan tanpa pemanasan lebih dulu, ibu mengangkangi pahaku lalu jongkok sembari mengarahkan ujung kontolku ke lobang kenikmatannya yang menganga.

Bleeessskkk!

Kontolku perlahan masuk dengan paksa ke dalam memek ibuku. Aku merasa saat kontolku menerobos masuk itu terasa agak seret dan terasa kental cairan lubrikasinya didalam. Mungkin ini pengaruh dari tidak adanya pemanasan lebih dulu saat kontolku berusaha menerobos lipatan bagian dalam memeknya.

Aahhhh...

Uuggghhh!!

Aku dan ibu melenguh nikmat tatkala seluruh batang kontolku masuk seluruhnya. Setelah menduduki pahaku dengan kontolku tertanam di dalamnya, ibu merangkul leherku dengan kedua tangannya lalu kami pun saling berciuman.

Sumpah! Sensasinya sungguh sangat luar biasa nikmatnya. Aku tidak memperdulikan suasana di sekeliling kami, sekali pun ayah memergoki kami. Kita berdua seakan tidak peduli karena kenikmatan ini mengalahkan rasa malu juga takut. Ibu memelukku erat dengan kelamin dan bibir kami saling bertemu dan menyatu.

Pantat ibu menggoyang memutar dan sesekali naik turun sampai terasa ngilu kontolku dibuatnya.

Aahhh...

Aaahhhh...

Mmmhhhhh....

Hanya suara itu yang keluar dari mulut kami mengekspresikan kenikmatan yang sedang kami rasakan. Kini lobang memek ibu sudah terasa sangat licin, hangat dan seperti menghisap kuat kontolku, otot-otot memeknya pun seakan meremas gemas batang kontolku. Aku sempat tak percaya memek ibuku senikmat ini, padahal diperhatikan dari segi keperawanan dan usia sudah tidak lagi sempit dan berumur. Namun sensasi kenikmatannya mengalahkan lobang memek adikku, Amira.

Hingga sudah 10 menit berlalu aku dan ibu mendapatkan orgasme secara bersamaan, sampai kontolku menyembur memuntahkan isinya. Mungkin ini kelebihan hubungan incest yang aku rasakan selama ini. Sensasi, kenikmatan dan kepuasan selalu kami dapatkan bersama-sama.

Setelah aku dan ibu mencapai hasil akhir persetubuhan, kami saling berpandangan dengan ekspresi kepuasan.

"Hebat kamu Ardi. Padahal tidak lama tapi kamu berhasil membuat Ibu sampai dibuat lemas begini.." Ucap ibuku takjub sembari mencium bibirku lalu bangkit dari lahunan dan secara bersamaan terlepaslah kontolku yang tadi tertanam di memeknya.

Uuhhh...

Lelehan sperma dan cairan orgasme ibu menetes di lahunanku. Tanpa aku suruh ibu pun menjilati batang kontolku sampai ke kantung pelerku.

Setelah mengangkat kembali celanaku dan memakai kembali celana ibu yang memeknya masih berlumuran spermaku. 5 menit kemudian tanpa aku sadari datanglah ayah masuk ke dalam rumah sambil membawa oleh-oleh dari pasar. Astaga! Aku lupa-lupa ingat kalau pintu depan terbuka lebar.

"Lho Bu kenapa berkeringat dan berantakan begitu? Kamu juga Ardi emang panas ruangan ini?" Tanya ayah keheranan saat kami sama-sama berkeringat.

"Namanya juga ibu rumah tangga pak banyak kerjaan menumpuk, jadi keringetan begini. Ardi juga ikut bantuin. Ini juga baru aja selesai." Jawab ibu yang sekalian membantuku menjawab pertanyaan ayah.

"Amira, kamu akhir-akhir ini sering pakai sweater tambah berisi aja perutmu. Jangan terlalu banyak makan yang kurang sehat, malu anak gadis perutnya gede." Ucap ayah mengomentari penampilan Amira. Ayah sepertinya belum menyadari perubahan perut Amira bukan karena makanan tidak sehat, tapi ada cucunya didalam yang sedang tumbuh di rahim Amira.

*

Dalam keadaan hamil muda aku masih tetap menyetubuhi Amira seminggu dua kali atau sekali. Sedangkan dengan ibu bisa 3 kali dalam seminggu. Jika ibu sedang datang bulan, ibu tetap ingin melayani nafsuku dengan oral, kadang aku keluarkan didalam mulutnya kadang juga di wajahnya. Jika dilihat dari kacamata apapun mungkin itu tidak sopan kepada orang tua. Namun ibuku bahagia dan sangat senang sekali diperlakukan seperti itu. Mungkin dalam menghormati dan membuat orang tua bahagia berbeda cara dalam melakukannya.

Rutinitas ini sudah pasti menguras hormonku yang terus-menerus aku keluarkan dan aku bagikan kepada mereka. Untungnya ibuku tidaklah bodoh dalam mempelajari ilmu yang berhubungan dengan nutrisi dan penyubur sperma. Meskipun dulu ibu pernah bilang hanya tamatan SD, tapi pengetahuannya tentang alat reproduksi cukup membuatku takjub.

Itulah kenapa setiap hari ibu memasak selalu ada sayuran hijau, daging ayam, telur, kacang-kacangan dan buah pisang yang selalu ada di atas meja. Aku sangat mencintai ibuku karena perhatian dan kasih sayangnya tidak hanya omongan belaka. Ibu pun sangat sayang kepadaku sampai apa yang seharusnya dijaga dan hanya ayah yang boleh memilikinya, diberikannya juga kepadaku.

Begitu juga Amira, aku sangat menyayangi adikku ini. Seharusnya mahkotanya dijaga untuk suaminya nanti, namun akulah yang merenggut kehormatannya. Biasanya yang aku lihat di berita-berita TV si korban akan melaporkan kejadian ini pada orang tua mereka lalu melaporkannya ke pihak kepolisian. Namun baik itu Amira juga ibu yang malah menjaga rahasia ini agar tidak bocor ke orang lain.

Masalahnya lain kepala lain pula isi kepalanya, tak semua mengerti juga menyetujui apa yang aku lakukan itu diterima dengan lapang dada. Satu-satunya masalah saat ini adalah ayahku sendiri. Bagaimana tidak? Aku yang merusak masa depan adikku dan aku juga yang merampas mahkota yang ibu jaga untuk ayahku. Aku seperti perampok di keluarga ini, sudah menikmati tubuh mereka juga malah menanamkan benihku pada salah satunya. Mana mungkin ayahku memaafkan perbuatanku ini.


Menuju kediaman Bu Yati...


Dengan langkah yang mantap aku menyalakan motor kesayanganku lalu meluncur menuju ke tempatnya ibu Yati penjual kopi yang sudah lama aku kenal itu. Aku masih ingat sarannya untuk segera menemuinya, namun nasihat itu sudah beberapa bulan yang lalu. Entah sarannya itu masih berlaku atau sudah terlambat untukku.

Setelah menempuh perjalanan menggunakan motor 15 menitan dengan kecepatan 60km/jam. Sampailah aku ditempat jualannya ibu Yati.

Tiiiddd!!

Aku sapa ibu Yati yang duduk sendirian dengan suara klakson motorku, beliau melihatku dengan tatapan penasaran karena helm menutup kepalaku.

Ketika aku lepaskan helmku aku sapa ibu Yati sambil tersenyum ramah.

"Assalamualaikum, Bu." Sapa ku sembari turun dari motor lalu menyalami ibu Yati.

"Ardi? Kemana aja kamu jarang keliatan? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya ibu Yati yang seolah mengkhawatirkan ku. Lalu aku duduk di sebelahnya sambil menopang bahuku dengan kedua tanganku diatas lutut.

"Untuk saat ini Ardi baik bu. Tapi tidak tahu kedepannya apakah menginap dipenjara atau selamat.." jawabku seadanya mengatakan itu. Aku sudah percaya sama ibu Yati karena aku sudah menganggap beliau ibuku sendiri.

"Sepertinya masalah kamu sangat serius, sebentar lagi ibu akan tutup karena sudah hampir sore. Bagaimana kalau kamu ikut ibu sekarang ke rumah, biar kita ngobrolnya disana, kan lebih nyaman." Ucap Bu Yati memberi saran.

"Baiklah. Ardi akan mampir." Jawabku singkat karena sebelum mengatakan panjang lebar keburu ada pembeli yang datang. Aku pun seperti biasa membantu ibu Yati menyiapkan keperluannya, seperti membuka bungkusan kopi, menyiapkan dan mengantarkan pesanan.

Tidak jarang ibu Yati berterimakasih karena sudah membantunya, namun aku tetap merendah diri karena bagaimanapun juga beliau orang yang berharga bagiku.

*

Tibalah saatnya kami pun pulang ke tempat kediamannya ibu Yati. Biasanya beliau pesan ojol dan barang dagangannya di titipkan di warung tempat ibu Yati berjualan. Namun kali ini aku yang mengantarkannya ke rumah.

Setibanya di kediamannya yang sederhana, aku pun dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya yang bagian luarnya masih terlihat batu bata merah sedangkan bagian dalamnya sudah di plester dan di cat warna putih. Lantainya pun masih plesteran adukan semen dan sudah terlihat ada retakan kecil di mana-mana.

"Silahkan duduk di. Anggap saja rumah sendiri. Ibu mau ke kamar mandi dulu. Oiya, mau minum apa?" Tanya Bu Yati saat mau ke arah dapur.

"Apa aja Bu, gak usah repot-repot.." jawabku merasa sungkan.

Sambil melempar senyuman Bu Yati pergi menuju dapur yang ternyata jika terus lurus di situ ada pintu kamar mandinya.

Aku melihat Bu Yati meskipun sudah tua namun masih terlihat berisi dan masih memiliki daya tarik. Kulit sawo matang, beruban tapi tetap terlihat cantik. Aku hanya menghela nafas saat memperhatikannya.

Setelah menyuguhiku secangkir kopi hitam, Bu Yati pun minta ijin ke kamar mandi dulu, aku pun menunggunya lumayan lama. Di kamar mandi aku mendengar suara air dan cidukan suara gayung yang sepertinya Bu Yati sedang mandi.

Sehabis mandi, aku di kagetkan oleh penampilan Bu Yati hanya memakai handuk saja yang menutupi tubuhnya. Tanpa menyapaku beliau langsung buru-buru pergi menuju kamar lalu keluar dengan daster yang menutupi tubuhnya.

Setelah Bu Yati duduk. Kami pun mengobrol ringan lalu mengundang gelak tawa dari Bu Yati. Di ruang tengah ini aku mulai membuka pembicaraan tentang masalah yang aku alami saat ini. Mulai dari hubungan kami dengan adik dan ibuku, juga kehamilan Amira yang saat ini sedang berjalan 3 bulanan. Bu Yati hanya menganggukkan kepala pelan mencoba memahami akar masalahnya.

"Begini nak Ardi. Ibu paham masalah kamu sekarang. Yang jadi masalah saat ini adalah ayah kamu kan? Bagaimana reaksi ayahmu jika mengetahui kamu yang menghamili adikmu." Ucap Bu Yati menyimpulkan curhatanku.

"Iya Bu. Saya bingung harus bagaimana? Tidak mungkin saya menggugurkan kandungan adikku, sementara aku sangat mencintainya." Jawabku mengutarakan kegelisahan ku.

Setelah Bu Yati terdiam sejenak, beliau beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiriku duduk disampingku.

"Ardi, ibu akan mencoba membantu menyelesaikan masalahmu itu. Namun apakah kamu mau menerima saran ibu, sedangkan.. Hmmm... Saran ini agak melenceng dari agama.?" Jawab Bu Yati menjelaskan solusi itu dengan agak ragu, karena sepertinya beliau takut aku terkejut. Namun aku tidak seperti yang Bu Yati pikirkan, aku sudah menyetubuhi adikku hingga hamil juga menyetubuhi ibuku berulangkali apakah itu tidak dosa? Apakah perbuatan ku tidak menyimpang? Sudah kepalang tanggung, aku ikuti saja sarannya Bu Yati.

"Bu, Ardi menerima apapun saran dari ibu. Asal masalah ini aman." Jawabku mantap.

Bu Yati menghela nafas lalu berkata, "bagus.. ibu menyukai keteguhan hatimu Ardi. Nanti malam kita akan melakukan ritual, ibu akan menundukkan sukma ayahmu. Sebenarnya ibu bisa mendinginkan alias membangkrutkan usaha orang, namun ini ibu khususkan hanya sukma ayahmu saja bukan usahanya."

*

Sementara itu saat hari sudah memasuki waktu malam, adikku Amira menghubungiku sedang dimana dan kapan pulangnya. Aku hanya mengatakan sedang berkunjung ke Bu Yati namun tidak menjelaskan secara detainya.

Amira sudah seperti istriku saja yang mengkhawatirkan ku dan memang adikku sedang butuh perhatian khusus.

Aku melihat arah jarum jam dinding menunjukan pukul 9 malam. Bu Yati mengajakku ke kamarnya untuk melakukan ritual. Sebelumnya aku tidak percaya kalau Bu Yati memiliki ilmu seperti itu, namun di lihat dari syarat-syarat yang harus aku lakukan sebelum ritual ini. Aku di suruh mengambil tanah kuburan sedalam sikut tangan, lalu tanahnya digenggam dan di masukkan kedalam kain putih.

Seumur-umur baru kali ini aku melakukan hal gila semacam itu, tapi karena ini salah satu syaratnya, terpaksa aku lakukan juga yang diperintahkan ibu Yati.

Setelah didalam kamar, ibu Yati masih dalam keadaan memakai dasternya yang duduk bersila. Didepannya ada tanah kuburan yang terhampar diatas kain putih serta peralatan perdukunan seperti kemenyan, air didalam botol plastik, serta keris kecil yang sudah di cabut dan di asapi diatas kepulan asap kemenyan.

Aku memperhatikan Bu Yati begitu serius membaca mantra aneh yang tidak aku mengerti, lalu setelah itu beliau meniupkan sesuatu ke tanah kuburan itu serta kedalam air yang ada di botol.

Namun ketika ritual hampir selesai, Bu Yati terkejut saat si keris itu bergetar seperti mengisyaratkan sesuatu pada Bu Yati. Tidak berapa lama setelah Bu Yati memberi hormat seperti menghormat kepada leluhur, akhirnya keris itu pun berhenti bergerak.

Aku tidak percaya Bu Yati melakukan ritual itu, apakah itu trik sulap atau memang benar ada auranya. Entahlah aku tidak tahu masalah ritual ini.

"Ardi, ibu sudah selesai ritualnya. Namun baru kali ini ibu mengalami kejadian yang membuat ibu sendiri kaget. Keris ibu ini adalah warisan turun temurun dari kakek dulu dan sudah ibu simpan berpuluh tahun tidak pernah merespon seperti itu, sepertinya kekuatan ghaib dari keris ibu menyukaimu. Barusan keris ibu memintaku untuk... Un...tuk.. agar kita melakukan persetubuhan disamping keris ibu. Jika ibu menolak akan menjadi pertanda buruk buat ibu, Ardi." Ucap Bu Yati yang seperti antara takut dan bingung. Aku yang mendengar permintaan aneh itu ikut merasa bingung dan merasa aneh keris bisa mengisyaratkan sesuatu pada pemiliknya.

Di lihat dari situasinya, sebenarnya aku cukup senang juga leluhur Bu Yati memintaku untuk menyetubuhinya. Dengan senang hati aku mengiyakan permintaannya.

"Jika memang itu membuat keris ibu senang dan ini sebagai balasanku untuk menghormatinya, aku akan melakukannya Bu. Namun apakah ibu sendiri rela menyerahkan tubuh ibu kepada Ardi?" Tanyaku agak segan juga mengatakannya. Namun ibu Yati segera bangkit dari duduknya lalu mendekatiku terus merebahkan diri disampingku. Aku yang memang maniak seks dan dari tadi penasaran dengan tubuhnya ibu Yati langsung meraba bagian sensitif dari tubuhnya yaitu vaginanya langsung.

Ibu Yati sendiri hanya pasrah saja bagian sensitifnya dijamah oleh ku dan sempat memperkirakan bagaimana bentuk dari memeknya itu.

"Bu Yati memeknya lumayan tebal juga. Kapan terakhir ibu di setubuhi?" Tanyaku sembari menggesek belahan vaginanya yang ternyata ibu Yati tidak memakai celana dalam.

"Entahlah ibu sendiri lupa... Mungkin sepuluh tahunan di.." jawab Bu Yati menerawang langit-langit. Beliau sepertinya malu tubuhnya di raba-raba olehku.

Melihat reaksi Bu Yati yang seperti terpaksa membuatku kasihan juga, lalu aku ikut merebahkan diri disampingnya mencoba agar Bu Yati nyaman.

Sambil mengobrol dan mengusap-usap payudaranya yang ternyata tidak memakai BH juga, seketika birahiku langsung naik drastis seperti terbakar nafsu yang bergejolak.

"Bu, kenapa tidak pakai celana dalam sama BH? setiap di rumah apakah seperti ini?"

"Iya di. Lagian di rumah ini hanya ibu seorang, sekalipun ibu telanjang didalam rumah tidak ada yang melihat ini. Kamu tidak suka tubuh ibu di? Maaf ibu sudah tua sudah tidak cantik lagi.." ucap Bu Yati memperhatikan tanganku yang meraba payudaranya.

"Aku suka kok. Ardi ingin kita melakukannya atas dasar suka sama suka Bu." Jawabku jujur pada Bu Yati, padahal sekalipun beliau terpaksa pasti aku setubuhi juga Bu Yati ini. Namun aku masih punya hati nurani walau dijalan dosa yang aku lalui sekarang ini.

"Ibu gugup juga malu di... Tolong lakukan saja di... " Pinta Bu Yati memelas.

Setelah mendengar permintaan Bu Yati aku pun langsung membuka seluruh baju juga celanaku. Bu Yati terbelalak ketika melihat kontolku berdiri tegak dengan urat besar melilit batang kontolku. Lalu aku menyingkapkan dasternya dan merenggangkan kedua pahanya. Uugghh!! Memeknya lumayan tebal dan kulitnya warna kecoklatan serta yang membuatku takjub lobang memeknya lebih rapet dari punya ibuku. Bahkan Bu Yati mencukur sedikit bulu memeknya, aku sampai tertegun melihat keindahan lobang surgawi milik Bu Yati yang berwarna pink dan sedikit kehitaman bagian dalamnya.





Tak banyak mikir aku langsung menjewer kedua bibir vaginanya sampai terlihat lobang kenikmatannya yang menganga, saat ku cium baunya memang eksotis banget hmm.. ciri khas bau memek yang alami. Aku sangat menyukainya!

Slluuurrrppp!!

Ssslluuurrp!

Aku jilati lobang kenikmatan Bu Yati berikut belahan juga itilnya yang mencuat sebesar kacang merah. Betapa nikmat rasanya memek Bu Yati yang dipadukan dengan bau memek yang begitu memabukkan. Juga kulit memeknya yang lembut, hangat dipadukan dengan rasanya seperti mencicipi telur mentah, membuatku semakin bernafsu sama Bu Yati. Sekujur tubuhku terasa menegang dan panas saat menelan cairan memek Bu Yati.

Aaahhh...

Mmmhhh... Dii...

Enak sekali ....

Ibu rindu perasaan nikmat ini aaahhh....

Bu Yati meracau tatkala lobang memek dan itilnya aku hisap sampai terasa ada cairan gurih mengisi mulutku.

Waktu terus berputar hingga tak terasa kami sudah tanpa busana. Sebelum aku benamkan kontolku ke dalam lobang surgawi nya. Aku bantu mengangkat tubuh Bu Yati agar duduk terus aku sodorkan kontolku tepat di depan mulutnya, Bu Yati mengerti dan tanpa sungkan langsung mengulum kontolku seluruhnya.

Wow! Seluruh batang kontolku masuk semua sampai terasa ujung kepala kontolku menyentuh tenggorokannya. Benar-benar hebat Bu Yati sampai amblas kontolku di hisapnya.

Aaakkhh!! Mulut Bu Yati begitu terampil menghisap dan memperlakukan kontolku dengan baik.

Aku sangat tak percaya Bu Yati begitu binal dan nafsuan. Biasanya bila ibu atau Amira yang mengoralku, ku biarkan semaunya bagaimana cara mengoral menurut mereka senangi. Namun saat dengan Bu Yati kepalanya ku pegang dan aku bantu membenamkan kontolku di mulutnya. Puas menyetubuhi mulutnya, masih dalam keadaan kontolku basah, aku rebahkan kembali Bu Yati dan kini aku pindah ke lobang kenikmatannya.

Aku duduk diantara kedua kakinya yang sebelumnya sudah aku renggangkan, ujung kontolku dengan lobang memeknya Bu Yati sudah bersentuhan.

Bleeess..!!!

Aku hentakkan kontolku sekuat-kuatnya amblas sekaligus semuanya tenggelam dalam lobang memeknya Bu Yati dengan paksa. Sempat Bu Yati hendak mundur dengan mendorong tangannya ke lantai agar tubuhnya terdorong menjauhi kontolku. Namun aku tahan sekuat tenaga kedua kakinya sampai terasa seret menjepit kontolku otot-otot di lobang memeknya, tubuhnya bergetar hebat sampai-sampai Bu Yati menengadah hingga terlihat lipatan lehernya.

Aaahhhh.....

Gila kamu di...!!

Aahhh vagina ibu seperti mau robek sama penis kamu itu ... Aahhh...

Ucap Bu Yati dengan suara yang agak keras.

Memang lobang memek Bu Yati terasa menjepit dan agak sulit menembusnya, namun berkat tenagaku yang kuat dan perasaan gemasku pada memeknya yang tebal dan gundul. Membuatku nekat memasukkan kontolku sampai lobang memeknya merenggang hingga membentur mulut rahimnya.

Aku merasa memek Bu Yati bak perawan nikmat menjepit dan berdenyut-denyut. Inikah rasanya memek yang tidak dipakai selama 10 tahun? Benar-benar memek yang sangat langka.

Sambil berpegangan pada kedua pahanya yang di tekuk serta bertumpu pada kedua lututku. Aku memaju mundurkan pantatku. Kontolku pun dengan leluasa menikmati kehangatan dan kenikmatan lobang memeknya Bu Yati. Aku benar-benar sangat beruntung menyetubuhi tiga lobang vagina dalam setahun ini.

Aaahhh... Legit sekali memekmu Yati aahhh.. aahhh... Maafkan yang tadi yaa...

Kamu jahat Ardi... Jangan gitu lagi... Vagina ibu belum terbiasa Ardi... Aaahhh... Mmmhhhh... Ibu maafkan.... tapi Nihh rasainn!!

Aahhh... Uuugghh... Yatiii ... Enakk... Lagi.. aahh...

Bu Yati memainkan otot vaginanya seperti berdenyut-denyut meremas kontolku ngilu sekali namun bikin nagih. Beliau malah tersenyum saat melihatku memanggil-manggil namanya. Bu Yati pun merenggangkan kedua tangannya seakan menyambutku dan aku pun langsung menindih tubuhnya Bu Yati lalu di peluknya aku dengan perasaan sayang.

"Ibu senang sekali malam ini Ardi. Setubuhi ibu terus...." pinta Bu Yati memohon.

"Baik Bu. Sekalian Ardi hamili kamu ya Bu?"

"Iya hamili ibu di Aahhh... Mmmmhhh.."

Kini persetubuhan semakin panas, menggila, sedikit kasar namun kami sangat menyukainya. Gigitan, hisapan dan jilatan di sekujur tubuh Bu Yati aku lakukan dengan penuh nafsu yang tak terbendung.

Hingga tubuh Bu Yati melenguh dan bergetar hebat saat ku hentakkan kontolku membentur rahimnya.

Aaahhhhh..... Aardiiiii.... Ibu keelluaarrhhh... Aaahhh....

Ku rasakan otot-otot vaginanya ikut berdenyut hebat dan kuat juga disertai cairan yang lumayan banyak menyemprot kontolku.

Crrkk... Crrkk... Ccrrkk...


Suara kelamin kami beradu kini menimbulkan suara becek yang terasa hangat dan licin.

Terlihat urat leher Bu Yati mengejang saat mengeluarkan orgasmenya, aku pun menjilati lehernya yang terasa asin namun menjadikan nafsuku semakin berkobar.

Plok... Plok.... Plok... Kedua selangkangan saling beradu dengan merdunya.

Aku semakin mempercepat hentakanku karena aku juga merasa tanda-tanda ejakulasi itu sudah di ujung kontolku. Seperti gumpalan bendungan sperma yang tertahan lalu tiba-tiba jebol.

Crooooottttt.......

Ccrrroooottt....


Aaakkkhhhhhh.... Yatiiii... Aku keluaarr sayangg.... Aaahhhh...

Air maniku menyembur kuat didalam memek Bu Yati berkali-kali sembari aku tekan sekuat tenaga membenamkan sedalam-dalamnya menyentuh mulut rahimnya.

Ssssrrrrrr..... Tepat di dalam dan mulut rahimnya aku pertahankan posisi itu sembari menyemburkan banyak sekali sperma mengisi rahim Bu Yati.

Kini rahim Bu Yati berhasil aku tanamkan benih keturunanku di dalamnya. Aku sangat senang dan bahagia sekali dalam bayanganku memiliki banyak keturunan.

Hingga tanpa terasa 1 jam persetubuhan dengan Bu Yati yang lumayan panas dan penuh birahi pun selesai. Banyak sekali cairan sperma berceceran di tempat kami melakukan persetubuhan. Namun baik aku dan Bu Yati merasa sangat puas meskipun awalnya Bu Yati merasa kesal, karena memeknya yang sudah lama tidak di pakai di masuki secara paksa tanpa dengan durasi yang pelan terlebih dahulu.

Sebelum pulang aku mengusap perut Bu Yati serta tak lupa membawa tanah kuburan dan sebotol air untuk aku bawa ke rumah.

"Jaga baik-baik anak kita ya Bu.." ucapku titip pesan.

"Tentu saja sayang. Ibu hanya berusaha menolong kamu dengan cara ini dari masalah yang akan kamu hadapi. Meskipun ini ikhtiar... Kamu juga harus yakin ya?" Ucap Bu Yati sembari mengusap memeknya yang mungkin masih merasakan sesuatu.

"Memeknya kenapa Bu?" Tanyaku penasaran.

"Ngilu tau! Kontol kamu tuh masih berasa di memek ibu. Huh!" Ucap Bu Yati mencubit tanganku dengan gemas.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd