Ibu Yati penjual kopi misterius
Sebelum pulang, aku berpamitan dengan ibu Yati dan aku mengajak Amira untuk makan di warteg. Serta mampir dulu ke minimarket membeli minuman dan tiga buah tespek sekalian untuk memastikan kebenaran kehamilannya.
"Minum dulu sayang.. kamu pasti haus" kataku sembari menyerahkan sebotol minuman soda yang tutupnya sudah aku buka.
"Makasih kak, kakak perhatian banget sama Amira.." ucap Amira memujiku dengan raut muka yang bahagia.
"Kamu kan adik kesayangan aku, Amira. Yuk pulang!" Jawabku mengusap-usap kepalanya dengan lembut lalu menyeka keringat dari keningnya. Perlakuanku yang penuh perhatian membuat Amira sangat senang sekali dan semakin manja.
Saat perjalanan menuju rumah, aku dan Amira sudah mulai bercanda dan tertawa tidak seperti tadi pagi.
Sesampainya di rumah, ibu kaget dan heran belum waktunya untuk pulang sekolah tapi malah pulang bareng denganku. Aku pun menjelaskan seluruh kejadiannya dari awal berangkat hingga kami pulang, bahwa Amira sedang hamil dan aku pun akan menghadapi masalah yang serius.
Ibu pun terlihat panik saat mengingat kembali firasatnya itu, sampai aku mengeluarkan tespek lalu memberikannya kepada amira agar semua tahu kebenaran dari dugaan itu.
"Ayo ke kamar mandi Amira supaya kakak menyaksikan langsung.." bujukku pada Amira.
Mendengar aku akan ikut ke kamar mandi, ehh.. adikku malah menatapku dengan tatapan menyelidik tapi langsung menarikku ke kamar mandi.
"Jangan lama-lama kalian di kamar mandinya, takut ayahmu pulang dadakan. Ardi amira.." seru ibu mengingatkan.
Aku dan Amira langsung masuk ke kamar mandi lalu mengunci pintu rapat-rapat, sebelum Amira buang air kecil, aku membuka bungkusan tespek serta Amira pun melorotkan celana dalamnya sampai lutut. Air kencing pun keluar dari celah memeknya, aku pun menyodorkan batang tespek dekat permukaan memeknya yang merekah. Bau aroma air kencing Amira seperti uap bensin yang menyambar api birahiku yang langsung membuat kontolku ikut berontak.
Saat Amira jongkok itu sesekali aku iseng menjamah permukaan memeknya yang padat diluar namun agak lunak di bagian dalamnya. Amira tidak marah atau memprotes tindakanku yang sedikit usil. Namun dia malah tersenyum dan membiarkanku memainkan sekitar memeknya.
"Kak Ardi suka?" Tanya Amira polos.
"Iya Amira. Kak Ardi suka banget sama memek kamu. Tapi waktunya kurang baik, meski kakak pengen ngentot kamu.." Jawabku sambil terus meraba dan membelai memeknya yang lumayan tebal dan lebar merekah. Memek Amira memang sudah aku rindukan sejak dulu meskipun Amira sendiri tidak merasakannya saat itu. Kini Amira sudah mengetahui rahasia itu saat dulu dia memakai rok merah.
Amira menatapku sambil menghela nafas panjang, lalu berkata : "kak, bagaimana kalau kita pindah dari rumah ini? Kita merantau membangun rumah tangga disana? Kakak bisa menyetubuhi Amira kapanpun kakak mau.." Ucap Amira mengusulkan.
"Merantau kemana, Amira? Kakak tidak punya uang untuk mengambil keputusan itu?" Jawabku sembari melihat hasil tespek yang sudah dikencingi Amira.
Saat ku lihat hasilnya. Astaga! Positif.
"Kak. Aku hamil?" Tanya Amira singkat seraya menatapku seakan ingin melihat ekspresi wajahku apakah ketakutan atau ikut merasa senang.
"Iya.. Amira. Kamu positif hamil. Kakak gak nyangka berhasil menghamili kamu sayang..." Jawabku yang sebenarnya tidak menyangka bahwa Amira memang benar mengandung anakku. Namun entah kenapa aku merasa sangat senang sekali! Ternyata benih yang aku tanam tumbuh di rahim adikku dengan baik.
"Selamat ya kak. Kak Ardi akan jadi ayah untuk anak kita.." Lalu kami pun saling berciuman merayakan kabar bahagia ini.
Setelah mencuci tangan dan menceboki memek Amira serta sedikit meremas vaginanya. Sempat juga kepikiran untuk menyetubuhinya di kamar mandi ini bergumul dengan air kencing Amira, namun aku urungkan niat itu. Kabar ini pun aku sampaikan kepada ibuku yang disambut dengan sukacita. Namun, setelahnya kami berpikir keras tentang masalah selanjutnya yang akan dihadapi kami kedepannya, baik itu menunggu keputusan ayah juga gunjingan para tetangga.
"Ardi, Amira. Ibu sarankan masalah ini tetap dirahasiakan dari ayahmu. Bagaimana pun juga masalah ini terlalu rumit untuk kita hadapi" Ucap ibu menyarankan. Aku merasa terharu tatkala mendengar ibu mengatakan 'kita', seakan ibu ikut menanggung beban ini bersama.
*
Hari demi hari dan 3 bulan berlalu tubuh Amira sudah menampakkan tanda-tanda kehamilan, perutnya jika dilihat dari samping sudah mulai tumbuh membesar disertai kedua bokong dan payudaranya yang ikut membesar.
Saat sekolah pun Amira sering memakai sweater untuk menyamarkan atau menutupi perubahan tubuhnya. Bahkan tanpa sepengetahuan ayah, Amira sering tidak masuk sekolah karena sering cepat lelah dan merasa lemas. Melihat kondisinya yang memprihatinkan aku merasa sangat bersalah sudah menghamilinya.
"Ini semua gara-gara kakak yang egois tanpa memperdulikan akibatnya sudah membuatmu hamil Amira. Maafin kakak yaa sayang??" Ucapku sambil mengelus kepala Amira yang sedang duduk bersandar di dadaku.
"Kak Ardi tidak salah, kita melakukannya atas dasar suka sama suka kak. Amira tidak peduli apa kata orang atau ayah sekalipun. Selama kakak mau bertanggung jawab itu sudah cukup bagi Amira." Jawab adikku lirih lalu memelukku dari samping.
Perbuatan terlarang ini memang sesuai dengan akibatnya yang harus aku dapatkan, aku berpikir keras untuk keluar dari masalah ini.
Tiba-tiba aku teringat ibu Yati penjual kopi misterius yang sebenarnya sudah lama aku kenal. Namun aku baru tahu dia seakan memiliki rahasia tersembunyi dibalik penampilannya itu. Apapun itu, sesuai arahan dari ibu Yati aku akan sesegera mungkin untuk menemuinya.
Sambil mencium kepala adikku yang bersandar di dadaku, aku mengelus perut Amira yang sudah terlihat perubahannya semakin membesar saja. Perasaan senang, bahagia serta rasa takut bercampur aduk jadi satu. Meskipun aku putus sekolah, namun masalah hukum pidana aku pernah sesekali membaca dan mempelajarinya. Miris! Jika masa mudaku habis dibalik jeruji besi.
Saat sedang berduaan dengan adikku di ruang tengah, tiba-tiba ibu menghampiri kami dengan membawa bubur serta minuman susu yang khusus untuk ibu hamil. Ibu sangat perhatian terhadap Amira sampai mau di repotkan menyiapkan kebutuhan Amira.
"Makanlah dulu Amira. Sekalian ibu buatkan minuman susu khusus buat kamu agar cucu ibu sehat." Ucap ibu sembari meletakkan makanan yang dibawanya diatas meja.
"Makasih ya Bu? Amira jadi malu sudah merepotkan ibu." Jawab Amira yang terus meraih bubur yang ada di mangkok.
"Jangan berpikiran yang tidak-tidak Amira. Kamu anak ibu juga mengandung cucu ibu, ibu sudah tidak sabar ingin menggendong cucu.." jawab ibu yang terlihat begitu antusias.
Melihat keakraban dan saling mengerti ini aku merasa terharu melihatnya, meskipun Amira hamil diluar nikah ibu tetap menyayanginya.
Sambil menunggu Amira memakan bubur dan susunya, aku memanggil ibu untuk mendekat ke arahku.
"Kemari sebentar Bu.." ajakku pada ibu yang akhirnya menghampiriku lalu berdiri didepanku. Saat ini ibu memakai kaos putih lengan pendek dan celana panjang longgar warna hitam yang menutupi bagian bawahnya.
"Sebenarnya aku kangen memek ibu.." kataku sembari mencet-mencet dan mengelus memeknya yang membusung dibalik celana ibu saat ini. Memek ibuku memang tiada duanya, memek ternikmat yang pernah aku rasakan selama hidupku. Dengan cepat aku melorotkan celana ibu berikut kangcutnya sampai semata kaki. Ibu membiarkanku melucuti celananya serta menunggu apa yang akan aku lakukan.
Ketika bagian bawah ibu sudah tak memakai apa-apa, ada satu kejadian menarik yang aku lihat pada area sensitifnya, yaitu tak ada sedikitpun bulu kemaluan yang tumbuh di memek ibuku. Mataku sampai terbelalak melihat pemandangan yang sangat indah ini. Aku memandang wajah ibu dan ibu membalas senyuman kepadaku.
"Kenapa sayang?" Tanya ibu seakan menebak keterkejutan ku.
"Kapan ibu cukur bulu memeknya Bu? Kok, Ardi baru tahu?" Jawabku penasaran, soalnya hampir seminggu aku tidak menyetubuhinya gara-gara sedikit kesempatan buatku memberikan nafkah batin untuk ibu.
"Tiga hari yang lalu ibu cukur bersih kemaluan ibu, ini ibu lakukan khusus surprise untuk kamu sayang..." Jawab ibu sembari mengelus-elus kepalaku.
"Ayah belum tahu ibu cukur bulu memek ibu?"
"Belum. Baru kamu yang melihatnya. Kamu lupa ya? Kalau punya ayah kamu sudah tidak berfungsi lagi?." Ucap ibu mengingatkan kembali masalah itu. Aku merenung sejenak didepan memek ibuku yang sesekali tercium wangi daun sirih di permukaannya, namun tetap aku tidak mengingatnya masalah itu.
Ku elus belahan memeknya lalu jari tengahku mencari lobang memeknya dan masuk ke dalam lobang kenikmatan ibuku.
"Ardi, ibu merasa puas kamu yang pertama melihat vagina ibu. Entah kenapa ibu senang sekali..." Ucap ibu sembari memegang kepalaku dengan kedua tangannya. Aku merasakan permukaan memek ibuku begitu lembut dan hangat didalamnya. Aku sempat mencabut kembali jariku lalu aku emut sendiri rasanya. Ahh.. kontolku langsung ngaceng hebat saat itu juga.
Tanpa pemanasan, tanpa dilumasi lebih dulu dengan ludahku, aku langsung membuka celanaku sehingga kontolku mengacung tegak keatas.
"Ayo Bu keburu nanti ayah datang.." kataku untuk langsung segera menyatukan tubuhku dengannya. Ibu pun terlihat senang sekali, sensasi ini sangat menegangkan dan berani. Bagaimana tidak? Pintu depan terbuka sedangkan waktu sudah memasuki sore hari. Selain itu dengan tanpa pemanasan lebih dulu, ibu mengangkangi pahaku lalu jongkok sembari mengarahkan ujung kontolku ke lobang kenikmatannya yang menganga.
Bleeessskkk!
Kontolku perlahan masuk dengan paksa ke dalam memek ibuku. Aku merasa saat kontolku menerobos masuk itu terasa agak seret dan terasa kental cairan lubrikasinya didalam. Mungkin ini pengaruh dari tidak adanya pemanasan lebih dulu saat kontolku berusaha menerobos lipatan bagian dalam memeknya.
Aahhhh...
Uuggghhh!!
Aku dan ibu melenguh nikmat tatkala seluruh batang kontolku masuk seluruhnya. Setelah menduduki pahaku dengan kontolku tertanam di dalamnya, ibu merangkul leherku dengan kedua tangannya lalu kami pun saling berciuman.
Sumpah! Sensasinya sungguh sangat luar biasa nikmatnya. Aku tidak memperdulikan suasana di sekeliling kami, sekali pun ayah memergoki kami. Kita berdua seakan tidak peduli karena kenikmatan ini mengalahkan rasa malu juga takut. Ibu memelukku erat dengan kelamin dan bibir kami saling bertemu dan menyatu.
Pantat ibu menggoyang memutar dan sesekali naik turun sampai terasa ngilu kontolku dibuatnya.
Aahhh...
Aaahhhh...
Mmmhhhhh....
Hanya suara itu yang keluar dari mulut kami mengekspresikan kenikmatan yang sedang kami rasakan. Kini lobang memek ibu sudah terasa sangat licin, hangat dan seperti menghisap kuat kontolku, otot-otot memeknya pun seakan meremas gemas batang kontolku. Aku sempat tak percaya memek ibuku senikmat ini, padahal diperhatikan dari segi keperawanan dan usia sudah tidak lagi sempit dan berumur. Namun sensasi kenikmatannya mengalahkan lobang memek adikku, Amira.
Hingga sudah 10 menit berlalu aku dan ibu mendapatkan orgasme secara bersamaan, sampai kontolku menyembur memuntahkan isinya. Mungkin ini kelebihan hubungan incest yang aku rasakan selama ini. Sensasi, kenikmatan dan kepuasan selalu kami dapatkan bersama-sama.
Setelah aku dan ibu mencapai hasil akhir persetubuhan, kami saling berpandangan dengan ekspresi kepuasan.
"Hebat kamu Ardi. Padahal tidak lama tapi kamu berhasil membuat Ibu sampai dibuat lemas begini.." Ucap ibuku takjub sembari mencium bibirku lalu bangkit dari lahunan dan secara bersamaan terlepaslah kontolku yang tadi tertanam di memeknya.
Uuhhh...
Lelehan sperma dan cairan orgasme ibu menetes di lahunanku. Tanpa aku suruh ibu pun menjilati batang kontolku sampai ke kantung pelerku.
Setelah mengangkat kembali celanaku dan memakai kembali celana ibu yang memeknya masih berlumuran spermaku. 5 menit kemudian tanpa aku sadari datanglah ayah masuk ke dalam rumah sambil membawa oleh-oleh dari pasar. Astaga! Aku lupa-lupa ingat kalau pintu depan terbuka lebar.
"Lho Bu kenapa berkeringat dan berantakan begitu? Kamu juga Ardi emang panas ruangan ini?" Tanya ayah keheranan saat kami sama-sama berkeringat.
"Namanya juga ibu rumah tangga pak banyak kerjaan menumpuk, jadi keringetan begini. Ardi juga ikut bantuin. Ini juga baru aja selesai." Jawab ibu yang sekalian membantuku menjawab pertanyaan ayah.
"Amira, kamu akhir-akhir ini sering pakai sweater tambah berisi aja perutmu. Jangan terlalu banyak makan yang kurang sehat, malu anak gadis perutnya gede." Ucap ayah mengomentari penampilan Amira. Ayah sepertinya belum menyadari perubahan perut Amira bukan karena makanan tidak sehat, tapi ada cucunya didalam yang sedang tumbuh di rahim Amira.
*
Dalam keadaan hamil muda aku masih tetap menyetubuhi Amira seminggu dua kali atau sekali. Sedangkan dengan ibu bisa 3 kali dalam seminggu. Jika ibu sedang datang bulan, ibu tetap ingin melayani nafsuku dengan oral, kadang aku keluarkan didalam mulutnya kadang juga di wajahnya. Jika dilihat dari kacamata apapun mungkin itu tidak sopan kepada orang tua. Namun ibuku bahagia dan sangat senang sekali diperlakukan seperti itu. Mungkin dalam menghormati dan membuat orang tua bahagia berbeda cara dalam melakukannya.
Rutinitas ini sudah pasti menguras hormonku yang terus-menerus aku keluarkan dan aku bagikan kepada mereka. Untungnya ibuku tidaklah bodoh dalam mempelajari ilmu yang berhubungan dengan nutrisi dan penyubur sperma. Meskipun dulu ibu pernah bilang hanya tamatan SD, tapi pengetahuannya tentang alat reproduksi cukup membuatku takjub.
Itulah kenapa setiap hari ibu memasak selalu ada sayuran hijau, daging ayam, telur, kacang-kacangan dan buah pisang yang selalu ada di atas meja. Aku sangat mencintai ibuku karena perhatian dan kasih sayangnya tidak hanya omongan belaka. Ibu pun sangat sayang kepadaku sampai apa yang seharusnya dijaga dan hanya ayah yang boleh memilikinya, diberikannya juga kepadaku.
Begitu juga Amira, aku sangat menyayangi adikku ini. Seharusnya mahkotanya dijaga untuk suaminya nanti, namun akulah yang merenggut kehormatannya. Biasanya yang aku lihat di berita-berita TV si korban akan melaporkan kejadian ini pada orang tua mereka lalu melaporkannya ke pihak kepolisian. Namun baik itu Amira juga ibu yang malah menjaga rahasia ini agar tidak bocor ke orang lain.
Masalahnya lain kepala lain pula isi kepalanya, tak semua mengerti juga menyetujui apa yang aku lakukan itu diterima dengan lapang dada. Satu-satunya masalah saat ini adalah ayahku sendiri. Bagaimana tidak? Aku yang merusak masa depan adikku dan aku juga yang merampas mahkota yang ibu jaga untuk ayahku. Aku seperti perampok di keluarga ini, sudah menikmati tubuh mereka juga malah menanamkan benihku pada salah satunya. Mana mungkin ayahku memaafkan perbuatanku ini.
Menuju kediaman Bu Yati...
Dengan langkah yang mantap aku menyalakan motor kesayanganku lalu meluncur menuju ke tempatnya ibu Yati penjual kopi yang sudah lama aku kenal itu. Aku masih ingat sarannya untuk segera menemuinya, namun nasihat itu sudah beberapa bulan yang lalu. Entah sarannya itu masih berlaku atau sudah terlambat untukku.
Setelah menempuh perjalanan menggunakan motor 15 menitan dengan kecepatan 60km/jam. Sampailah aku ditempat jualannya ibu Yati.
Tiiiddd!!
Aku sapa ibu Yati yang duduk sendirian dengan suara klakson motorku, beliau melihatku dengan tatapan penasaran karena helm menutup kepalaku.
Ketika aku lepaskan helmku aku sapa ibu Yati sambil tersenyum ramah.
"Assalamualaikum, Bu." Sapa ku sembari turun dari motor lalu menyalami ibu Yati.
"Ardi? Kemana aja kamu jarang keliatan? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya ibu Yati yang seolah mengkhawatirkan ku. Lalu aku duduk di sebelahnya sambil menopang bahuku dengan kedua tanganku diatas lutut.
"Untuk saat ini Ardi baik bu. Tapi tidak tahu kedepannya apakah menginap dipenjara atau selamat.." jawabku seadanya mengatakan itu. Aku sudah percaya sama ibu Yati karena aku sudah menganggap beliau ibuku sendiri.
"Sepertinya masalah kamu sangat serius, sebentar lagi ibu akan tutup karena sudah hampir sore. Bagaimana kalau kamu ikut ibu sekarang ke rumah, biar kita ngobrolnya disana, kan lebih nyaman." Ucap Bu Yati memberi saran.
"Baiklah. Ardi akan mampir." Jawabku singkat karena sebelum mengatakan panjang lebar keburu ada pembeli yang datang. Aku pun seperti biasa membantu ibu Yati menyiapkan keperluannya, seperti membuka bungkusan kopi, menyiapkan dan mengantarkan pesanan.
Tidak jarang ibu Yati berterimakasih karena sudah membantunya, namun aku tetap merendah diri karena bagaimanapun juga beliau orang yang berharga bagiku.
*
Tibalah saatnya kami pun pulang ke tempat kediamannya ibu Yati. Biasanya beliau pesan ojol dan barang dagangannya di titipkan di warung tempat ibu Yati berjualan. Namun kali ini aku yang mengantarkannya ke rumah.
Setibanya di kediamannya yang sederhana, aku pun dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya yang bagian luarnya masih terlihat batu bata merah sedangkan bagian dalamnya sudah di plester dan di cat warna putih. Lantainya pun masih plesteran adukan semen dan sudah terlihat ada retakan kecil di mana-mana.
"Silahkan duduk di. Anggap saja rumah sendiri. Ibu mau ke kamar mandi dulu. Oiya, mau minum apa?" Tanya Bu Yati saat mau ke arah dapur.
"Apa aja Bu, gak usah repot-repot.." jawabku merasa sungkan.
Sambil melempar senyuman Bu Yati pergi menuju dapur yang ternyata jika terus lurus di situ ada pintu kamar mandinya.
Aku melihat Bu Yati meskipun sudah tua namun masih terlihat berisi dan masih memiliki daya tarik. Kulit sawo matang, beruban tapi tetap terlihat cantik. Aku hanya menghela nafas saat memperhatikannya.
Setelah menyuguhiku secangkir kopi hitam, Bu Yati pun minta ijin ke kamar mandi dulu, aku pun menunggunya lumayan lama. Di kamar mandi aku mendengar suara air dan cidukan suara gayung yang sepertinya Bu Yati sedang mandi.
Sehabis mandi, aku di kagetkan oleh penampilan Bu Yati hanya memakai handuk saja yang menutupi tubuhnya. Tanpa menyapaku beliau langsung buru-buru pergi menuju kamar lalu keluar dengan daster yang menutupi tubuhnya.
Setelah Bu Yati duduk. Kami pun mengobrol ringan lalu mengundang gelak tawa dari Bu Yati. Di ruang tengah ini aku mulai membuka pembicaraan tentang masalah yang aku alami saat ini. Mulai dari hubungan kami dengan adik dan ibuku, juga kehamilan Amira yang saat ini sedang berjalan 3 bulanan. Bu Yati hanya menganggukkan kepala pelan mencoba memahami akar masalahnya.
"Begini nak Ardi. Ibu paham masalah kamu sekarang. Yang jadi masalah saat ini adalah ayah kamu kan? Bagaimana reaksi ayahmu jika mengetahui kamu yang menghamili adikmu." Ucap Bu Yati menyimpulkan curhatanku.
"Iya Bu. Saya bingung harus bagaimana? Tidak mungkin saya menggugurkan kandungan adikku, sementara aku sangat mencintainya." Jawabku mengutarakan kegelisahan ku.
Setelah Bu Yati terdiam sejenak, beliau beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiriku duduk disampingku.
"Ardi, ibu akan mencoba membantu menyelesaikan masalahmu itu. Namun apakah kamu mau menerima saran ibu, sedangkan.. Hmmm... Saran ini agak melenceng dari agama.?" Jawab Bu Yati menjelaskan solusi itu dengan agak ragu, karena sepertinya beliau takut aku terkejut. Namun aku tidak seperti yang Bu Yati pikirkan, aku sudah menyetubuhi adikku hingga hamil juga menyetubuhi ibuku berulangkali apakah itu tidak dosa? Apakah perbuatan ku tidak menyimpang? Sudah kepalang tanggung, aku ikuti saja sarannya Bu Yati.
"Bu, Ardi menerima apapun saran dari ibu. Asal masalah ini aman." Jawabku mantap.
Bu Yati menghela nafas lalu berkata, "bagus.. ibu menyukai keteguhan hatimu Ardi. Nanti malam kita akan melakukan ritual, ibu akan menundukkan sukma ayahmu. Sebenarnya ibu bisa mendinginkan alias membangkrutkan usaha orang, namun ini ibu khususkan hanya sukma ayahmu saja bukan usahanya."
*
Sementara itu saat hari sudah memasuki waktu malam, adikku Amira menghubungiku sedang dimana dan kapan pulangnya. Aku hanya mengatakan sedang berkunjung ke Bu Yati namun tidak menjelaskan secara detainya.
Amira sudah seperti istriku saja yang mengkhawatirkan ku dan memang adikku sedang butuh perhatian khusus.
Aku melihat arah jarum jam dinding menunjukan pukul 9 malam. Bu Yati mengajakku ke kamarnya untuk melakukan ritual. Sebelumnya aku tidak percaya kalau Bu Yati memiliki ilmu seperti itu, namun di lihat dari syarat-syarat yang harus aku lakukan sebelum ritual ini. Aku di suruh mengambil tanah kuburan sedalam sikut tangan, lalu tanahnya digenggam dan di masukkan kedalam kain putih.
Seumur-umur baru kali ini aku melakukan hal gila semacam itu, tapi karena ini salah satu syaratnya, terpaksa aku lakukan juga yang diperintahkan ibu Yati.
Setelah didalam kamar, ibu Yati masih dalam keadaan memakai dasternya yang duduk bersila. Didepannya ada tanah kuburan yang terhampar diatas kain putih serta peralatan perdukunan seperti kemenyan, air didalam botol plastik, serta keris kecil yang sudah di cabut dan di asapi diatas kepulan asap kemenyan.
Aku memperhatikan Bu Yati begitu serius membaca mantra aneh yang tidak aku mengerti, lalu setelah itu beliau meniupkan sesuatu ke tanah kuburan itu serta kedalam air yang ada di botol.
Namun ketika ritual hampir selesai, Bu Yati terkejut saat si keris itu bergetar seperti mengisyaratkan sesuatu pada Bu Yati. Tidak berapa lama setelah Bu Yati memberi hormat seperti menghormat kepada leluhur, akhirnya keris itu pun berhenti bergerak.
Aku tidak percaya Bu Yati melakukan ritual itu, apakah itu trik sulap atau memang benar ada auranya. Entahlah aku tidak tahu masalah ritual ini.
"Ardi, ibu sudah selesai ritualnya. Namun baru kali ini ibu mengalami kejadian yang membuat ibu sendiri kaget. Keris ibu ini adalah warisan turun temurun dari kakek dulu dan sudah ibu simpan berpuluh tahun tidak pernah merespon seperti itu, sepertinya kekuatan ghaib dari keris ibu menyukaimu. Barusan keris ibu memintaku untuk... Un...tuk.. agar kita melakukan persetubuhan disamping keris ibu. Jika ibu menolak akan menjadi pertanda buruk buat ibu, Ardi." Ucap Bu Yati yang seperti antara takut dan bingung. Aku yang mendengar permintaan aneh itu ikut merasa bingung dan merasa aneh keris bisa mengisyaratkan sesuatu pada pemiliknya.
Di lihat dari situasinya, sebenarnya aku cukup senang juga leluhur Bu Yati memintaku untuk menyetubuhinya. Dengan senang hati aku mengiyakan permintaannya.
"Jika memang itu membuat keris ibu senang dan ini sebagai balasanku untuk menghormatinya, aku akan melakukannya Bu. Namun apakah ibu sendiri rela menyerahkan tubuh ibu kepada Ardi?" Tanyaku agak segan juga mengatakannya. Namun ibu Yati segera bangkit dari duduknya lalu mendekatiku terus merebahkan diri disampingku. Aku yang memang maniak seks dan dari tadi penasaran dengan tubuhnya ibu Yati langsung meraba bagian sensitif dari tubuhnya yaitu vaginanya langsung.
Ibu Yati sendiri hanya pasrah saja bagian sensitifnya dijamah oleh ku dan sempat memperkirakan bagaimana bentuk dari memeknya itu.
"Bu Yati memeknya lumayan tebal juga. Kapan terakhir ibu di setubuhi?" Tanyaku sembari menggesek belahan vaginanya yang ternyata ibu Yati tidak memakai celana dalam.
"Entahlah ibu sendiri lupa... Mungkin sepuluh tahunan di.." jawab Bu Yati menerawang langit-langit. Beliau sepertinya malu tubuhnya di raba-raba olehku.
Melihat reaksi Bu Yati yang seperti terpaksa membuatku kasihan juga, lalu aku ikut merebahkan diri disampingnya mencoba agar Bu Yati nyaman.
Sambil mengobrol dan mengusap-usap payudaranya yang ternyata tidak memakai BH juga, seketika birahiku langsung naik drastis seperti terbakar nafsu yang bergejolak.
"Bu, kenapa tidak pakai celana dalam sama BH? setiap di rumah apakah seperti ini?"
"Iya di. Lagian di rumah ini hanya ibu seorang, sekalipun ibu telanjang didalam rumah tidak ada yang melihat ini. Kamu tidak suka tubuh ibu di? Maaf ibu sudah tua sudah tidak cantik lagi.." ucap Bu Yati memperhatikan tanganku yang meraba payudaranya.
"Aku suka kok. Ardi ingin kita melakukannya atas dasar suka sama suka Bu." Jawabku jujur pada Bu Yati, padahal sekalipun beliau terpaksa pasti aku setubuhi juga Bu Yati ini. Namun aku masih punya hati nurani walau dijalan dosa yang aku lalui sekarang ini.
"Ibu gugup juga malu di... Tolong lakukan saja di... " Pinta Bu Yati memelas.
Setelah mendengar permintaan Bu Yati aku pun langsung membuka seluruh baju juga celanaku. Bu Yati terbelalak ketika melihat kontolku berdiri tegak dengan urat besar melilit batang kontolku. Lalu aku menyingkapkan dasternya dan merenggangkan kedua pahanya. Uugghh!! Memeknya lumayan tebal dan kulitnya warna kecoklatan serta yang membuatku takjub lobang memeknya lebih rapet dari punya ibuku. Bahkan Bu Yati mencukur sedikit bulu memeknya, aku sampai tertegun melihat keindahan lobang surgawi milik Bu Yati yang berwarna pink dan sedikit kehitaman bagian dalamnya.
Tak banyak mikir aku langsung menjewer kedua bibir vaginanya sampai terlihat lobang kenikmatannya yang menganga, saat ku cium baunya memang eksotis banget hmm.. ciri khas bau memek yang alami. Aku sangat menyukainya!
Slluuurrrppp!!
Ssslluuurrp!
Aku jilati lobang kenikmatan Bu Yati berikut belahan juga itilnya yang mencuat sebesar kacang merah. Betapa nikmat rasanya memek Bu Yati yang dipadukan dengan bau memek yang begitu memabukkan. Juga kulit memeknya yang lembut, hangat dipadukan dengan rasanya seperti mencicipi telur mentah, membuatku semakin bernafsu sama Bu Yati. Sekujur tubuhku terasa menegang dan panas saat menelan cairan memek Bu Yati.
Aaahhh...
Mmmhhh... Dii...
Enak sekali ....
Ibu rindu perasaan nikmat ini aaahhh....
Bu Yati meracau tatkala lobang memek dan itilnya aku hisap sampai terasa ada cairan gurih mengisi mulutku.
Waktu terus berputar hingga tak terasa kami sudah tanpa busana. Sebelum aku benamkan kontolku ke dalam lobang surgawi nya. Aku bantu mengangkat tubuh Bu Yati agar duduk terus aku sodorkan kontolku tepat di depan mulutnya, Bu Yati mengerti dan tanpa sungkan langsung mengulum kontolku seluruhnya.
Wow! Seluruh batang kontolku masuk semua sampai terasa ujung kepala kontolku menyentuh tenggorokannya. Benar-benar hebat Bu Yati sampai amblas kontolku di hisapnya.
Aaakkhh!! Mulut Bu Yati begitu terampil menghisap dan memperlakukan kontolku dengan baik.
Aku sangat tak percaya Bu Yati begitu binal dan nafsuan. Biasanya bila ibu atau Amira yang mengoralku, ku biarkan semaunya bagaimana cara mengoral menurut mereka senangi. Namun saat dengan Bu Yati kepalanya ku pegang dan aku bantu membenamkan kontolku di mulutnya. Puas menyetubuhi mulutnya, masih dalam keadaan kontolku basah, aku rebahkan kembali Bu Yati dan kini aku pindah ke lobang kenikmatannya.
Aku duduk diantara kedua kakinya yang sebelumnya sudah aku renggangkan, ujung kontolku dengan lobang memeknya Bu Yati sudah bersentuhan.
Bleeess..!!!
Aku hentakkan kontolku sekuat-kuatnya amblas sekaligus semuanya tenggelam dalam lobang memeknya Bu Yati dengan paksa. Sempat Bu Yati hendak mundur dengan mendorong tangannya ke lantai agar tubuhnya terdorong menjauhi kontolku. Namun aku tahan sekuat tenaga kedua kakinya sampai terasa seret menjepit kontolku otot-otot di lobang memeknya, tubuhnya bergetar hebat sampai-sampai Bu Yati menengadah hingga terlihat lipatan lehernya.
Aaahhhh.....
Gila kamu di...!!
Aahhh vagina ibu seperti mau robek sama penis kamu itu ... Aahhh...
Ucap Bu Yati dengan suara yang agak keras.
Memang lobang memek Bu Yati terasa menjepit dan agak sulit menembusnya, namun berkat tenagaku yang kuat dan perasaan gemasku pada memeknya yang tebal dan gundul. Membuatku nekat memasukkan kontolku sampai lobang memeknya merenggang hingga membentur mulut rahimnya.
Aku merasa memek Bu Yati bak perawan nikmat menjepit dan berdenyut-denyut. Inikah rasanya memek yang tidak dipakai selama 10 tahun? Benar-benar memek yang sangat langka.
Sambil berpegangan pada kedua pahanya yang di tekuk serta bertumpu pada kedua lututku. Aku memaju mundurkan pantatku. Kontolku pun dengan leluasa menikmati kehangatan dan kenikmatan lobang memeknya Bu Yati. Aku benar-benar sangat beruntung menyetubuhi tiga lobang vagina dalam setahun ini.
Aaahhh... Legit sekali memekmu Yati aahhh.. aahhh... Maafkan yang tadi yaa...
Kamu jahat Ardi... Jangan gitu lagi... Vagina ibu belum terbiasa Ardi... Aaahhh... Mmmhhhh... Ibu maafkan.... tapi Nihh rasainn!!
Aahhh... Uuugghh... Yatiii ... Enakk... Lagi.. aahh...
Bu Yati memainkan otot vaginanya seperti berdenyut-denyut meremas kontolku ngilu sekali namun bikin nagih. Beliau malah tersenyum saat melihatku memanggil-manggil namanya. Bu Yati pun merenggangkan kedua tangannya seakan menyambutku dan aku pun langsung menindih tubuhnya Bu Yati lalu di peluknya aku dengan perasaan sayang.
"Ibu senang sekali malam ini Ardi. Setubuhi ibu terus...." pinta Bu Yati memohon.
"Baik Bu. Sekalian Ardi hamili kamu ya Bu?"
"Iya hamili ibu di Aahhh... Mmmmhhh.."
Kini persetubuhan semakin panas, menggila, sedikit kasar namun kami sangat menyukainya. Gigitan, hisapan dan jilatan di sekujur tubuh Bu Yati aku lakukan dengan penuh nafsu yang tak terbendung.
Hingga tubuh Bu Yati melenguh dan bergetar hebat saat ku hentakkan kontolku membentur rahimnya.
Aaahhhhh..... Aardiiiii.... Ibu keelluaarrhhh... Aaahhh....
Ku rasakan otot-otot vaginanya ikut berdenyut hebat dan kuat juga disertai cairan yang lumayan banyak menyemprot kontolku.
Crrkk... Crrkk... Ccrrkk...
Suara kelamin kami beradu kini menimbulkan suara becek yang terasa hangat dan licin.
Terlihat urat leher Bu Yati mengejang saat mengeluarkan orgasmenya, aku pun menjilati lehernya yang terasa asin namun menjadikan nafsuku semakin berkobar.
Plok... Plok.... Plok... Kedua selangkangan saling beradu dengan merdunya.
Aku semakin mempercepat hentakanku karena aku juga merasa tanda-tanda ejakulasi itu sudah di ujung kontolku. Seperti gumpalan bendungan sperma yang tertahan lalu tiba-tiba jebol.
Crooooottttt.......
Ccrrroooottt....
Aaakkkhhhhhh.... Yatiiii... Aku keluaarr sayangg.... Aaahhhh...
Air maniku menyembur kuat didalam memek Bu Yati berkali-kali sembari aku tekan sekuat tenaga membenamkan sedalam-dalamnya menyentuh mulut rahimnya.
Ssssrrrrrr..... Tepat di dalam dan mulut rahimnya aku pertahankan posisi itu sembari menyemburkan banyak sekali sperma mengisi rahim Bu Yati.
Kini rahim Bu Yati berhasil aku tanamkan benih keturunanku di dalamnya. Aku sangat senang dan bahagia sekali dalam bayanganku memiliki banyak keturunan.
Hingga tanpa terasa 1 jam persetubuhan dengan Bu Yati yang lumayan panas dan penuh birahi pun selesai. Banyak sekali cairan sperma berceceran di tempat kami melakukan persetubuhan. Namun baik aku dan Bu Yati merasa sangat puas meskipun awalnya Bu Yati merasa kesal, karena memeknya yang sudah lama tidak di pakai di masuki secara paksa tanpa dengan durasi yang pelan terlebih dahulu.
Sebelum pulang aku mengusap perut Bu Yati serta tak lupa membawa tanah kuburan dan sebotol air untuk aku bawa ke rumah.
"Jaga baik-baik anak kita ya Bu.." ucapku titip pesan.
"Tentu saja sayang. Ibu hanya berusaha menolong kamu dengan cara ini dari masalah yang akan kamu hadapi. Meskipun ini ikhtiar... Kamu juga harus yakin ya?" Ucap Bu Yati sembari mengusap memeknya yang mungkin masih merasakan sesuatu.
"Memeknya kenapa Bu?" Tanyaku penasaran.
"Ngilu tau! Kontol kamu tuh masih berasa di memek ibu. Huh!" Ucap Bu Yati mencubit tanganku dengan gemas.