Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Incest - No SARA] DIORAMA - Bukan Cerita Cinta

Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Suhu & Master sekalian, kalau coretan sederhana Nubie, karena satu dan lain hal, sempat Berhenti di upload. Semoga Suhu & Master sekalian masih bisa menikmati coretan sederhana yang akan nubi lanjutkan upload ini

Tanpa banyak prolog lagi, mari kita lanjutpun....



Sebelumnya di Semusim - Aurora Borealis Pt. 2...

Oh…, Dalam semusim ini, kelihatannya akan banyak sekali warna yang bakalan berpusar dan menyelubungi hidupku, seperti Aurora Borealis yang berpendar indah, lalu menghilang, namun meninggalkan kerinduan yang memberikan efek candu…



Berhenti, namun tidak bisa benar-benar berakhir…



ALBATROS'S LOVE | BUKAN CINTA BIASA

“…In Indonesia for example, the country GDP goes over 5.7% last year, over two thousand new developed start-ups established with their own unique platform, with our investment model, and our special analysis method, we’ll have the simplest way; not only to achieve goals at any country's economics and have sustainable growth, but also helping them to grow with us. I’m Antonius Ponosoemarto from FNP, Thank you”

Itu adalah penutup dari presentasi yang kusampaikan di The International Capital Market Association di Brussels lebih dari dua tahun lalu saat aku tur keliling dunia mencari pendanaan untuk model bisnis rancanganku. Presentasi itulah tonggak pertama dari apa yang berhasil aku raih sekarang. Sebut aku beruntung, saat itu, setelah menyelesaikan Double Degree Business Analysist ku di Australia, aku segera mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang pendanaan buat usaha rintisan, kuberi nama FNP-Growth International, dengan model ekonomi dan analisis yang aku kembangkan sendiri, dalam waktu kurang dari dua tahun, perusahaan ku telah berhasil memperluas jaringan ke lebih dari lima negara dan berhasil menarik perhatian investor global

Bulan lalu, aku melepas 90% saham perusahaan yang sedang berkembang pesat itu ke publik

---

“Welcome back, Monyet Jeleeeekkk…. I Miss you soo muchhh…” kata wanita cantik yang kupeluk erat-erat itu. Empat tahun sudah, kami tidak bertemu, karena kesibukanku dan juga karena semua urusan-urusan dia sendiri

“I Miss You too, Tapiiirr ku yang tercantik dan terbaik di duniaaaaa…muach…muachh…” Jawabku ganjen. Yep, aku memang landing di Jogja, sengaja karena mau balik ke rumah dulu. Sungkem sama Ayah dan Bunda yang telah mendukung dan mendo’akan ku selama ini. Tapir dan suaminya menjemputku di bandara

“Yo! Monyet! boleh kuminta lagi biniku, ato lu berencana buat ngekep dia sepanjang hari?” cengir pemuda necis ganteng itu

“Taik lu Ruk! Baru juga kangen-kangenan, maen solot aja suami takut istri satu ini” jawabku ngasal

“Rak-ruk-rak-ruk, elu haruse panggil gue Om, tolol!” cengirnya lagi, aku juga nyengir

“Cemburuan kali Beruk lu ini Pir!” selorohku

“Ember! Aku nyapu lho, dia cemburu, katanya aku terlalu lama gandengan sama sapu, sakit dia sih! Dah cuekin aja!” goda Tapir. Mereka berdua emang brengsek, sobat ku sendiri lho ngembat Tanteku! Gila ga? Dah gitu si Tapir main mau aja lagi…

Yah, tapi aku sih seneng banget mereka bersama. Kadang terbersit penyesalan saat kelakuanku dengan Tapir yang pernah melewati batas. Tapi kata Tapir, itu adalah masa lalu, anggep aja itu kejadian dengan salah satu mantannya. Dan si Beruk gak perlu tahu soal ini. Mereka menikah setahun lalu dan aku gak bisa dateng, sejak itu Beruk ngediemin aku. Dan mulai saat itu juga, komunikasi diantara kami benar-benar terkendala. Ya selain karena kesibukan kami masing-masing, aku juga nomaden, sering pindah-pindah negara, dan saat mereka menikah, aku sedang ada di salah satu negara di Afrika untuk project kami, ya, ya, ya Aku memang dapat udangan-nya jauh hari, dan memang udah kurancanakan untuk dateng ke nikahan mereka, masalahnya, urusan kerjaan yang tidak bisa di rencanakan waktunya, jadinya... Oke, Aku emang temen bangsad, aku tahu, aku dah maki diriku sendiri, lu gausah ikutan maki aku lagi! Sakit tauk!



---



“Lu kapan ke Surabaya Nyet?” tanya tapir yang duduk di kursi belakang mobil yang kami tumpangi. Aku duduk didepan, di sebelah Beruk yang nyetir dan kepala Yulia disorongkan kedepan dari celah kedua kursi kami

“Ngapain lu ke Surabaya Nyet?” solot Aan Beruk

“Mau fight for love toyaw babe!” jawab Tapir buatku

“Lu ada cengan orang sono?” tanya Beruk lagi

“Feli lah, sapa lagi?” cerocos Yulia

“Gila lu belum move on juga? Gue kira lu sempet jadian ama anak FEB itu, sapa beb?”

“Ella”

“Iya, Ella si Jilboobs duaratus juta xexexexe….”

“Hush!” hardik Yulia ke suaminya

“Lagian elu Nyet, udah juga keliling dunia, masih aja korek-korek sampah masa lalu, kalo gue nih, bakal cari bini bule, sekalian perbaikan keturunan!” solot Aan

“Jadi gue bukan perbaikan keturunan buat lu beb?” solot balik Yulia ke suaminya

“Mimi mah, loncatan evolusi buat Pipi, Pipi akan menikahi Mimi di dunia, juga di sorga nanti. I Love you so much, Mimi tau kan?”

“Bangke! Lu kulakan nggombal dimana sih Ruk? Geli gue dengernya!” aku belagak begidik dan kami ngekek barengan

“Emang lu yakin dia masih single Nyet? Dah lama lho! Kali aja dia udah punya anak tujuh, lu tau kan Cina, kalo beranak mbrubul kek kelinci” canda Aan

“Rasis lu Pi!”

“Lah, fakta kan? Ras apa yang orangnya terbanyak di dunia? Cina kan?” Aan masih aja berargumentasi dengan ketololan yang degradatif

“Monyet tuh udah stalking IG nya Feli tiap hari, yakan nyet?”

“Iya, gue DM juga, tapi ga pernah dibales…” desisku lirih

“Ambyar! Keknya peluang lu tipis deh Nyet!” Aan menimpali, aku mendengus “Jadi kapan lu ke Surabaya?” tanya nya lagi

“Besok sore” jawabku pendek

“Lu tinggal di mana selama di sana?”

Aku ngekek “Gue beli rumah di lingkungan tempat tinggal dia”

“Edan lu! Di Graha Family?” solot Yulia “Berapa duit Nyet?”

“Duasatu” jawabku singkat

“Dan kalo ga berhasil?” timpal Aan

“Kalo gagal, buat kalian aja rumahnya, itung-itung kado anniversary kalian”

“Ih, ngapin sih lu musti gitu-gitu sih Nyet?” seloroh Yulia “Gue tuh sedih liat lu sekarang, tau gak sih?”

“Tapi gapapa! Gue do’ain semoga elu gagal Nyet!” Aan malah ngekek

“Njink!” omelku

“Jahat lu beb, Monyet udah ngado kita villa di bali juga”

“Ngado apaan? Orang masih atas nama dia”

“Enggak iq, udah atas namaku owg” jawab Yulia

“Oh… Thanks deh klo gitu nyet! Xexexe… Lu emang taik terbaik! Tapi gue masih ngambek lu ga dateng ke pernikahan kita, sok penting lu dasar babi!”

“Eh, lu napa beli rumah segala disana sih nyet? Kan bisa di hotel aja” tanya Yulia

“Iseng. Eh, Btw, besok gue pinjem mobil kalian ya? Buat operasional”

“Mang tolol lu Nyet, isengnya aja beli rumah duapuluh-em-an, mobil kagak gablek lu!”

“Kan gue emang miskin Ruk! Kasihani gue dikit napa?”

“Taik lu, Ayla lu dulu mana sih?”

“Lu gatau ceritanya ya beb?” kata Yulia

“Apaan?” tanya Aan

“Mobil itu kan di kasihnya ke Ella”

“Lu emang super tolol Nyet! Utang lu ke gue yang seratus juta sampe sekarang kagak lu balikin semua, malah mobil lu kasih ke orang, tau gitu gue sita duluan tu mobil dulu! Pas waktu kuliah, duit Cepek tuh buaanyak, bego!” Solot Aan lagi sambil ngakak “Hiduplu penuh dengan ketololan!”

“Ya maap…” desisku nyerah, abis dia bener sih…

Huft, 100% Aan memang bener, aku memang tolol sih…



---



“Rumah lu emang nyaman Nyet, gue sering kesini sendiri kalau lagi pengen nyepi” ujar suara yang tiba-tiba muncul dari belakangku pagi itu. Aku berdiri menghadap jendela besar di depan balkon lantai dua, rumah yang kubangun beberapa tahun lalu dikota kami dengan bantuan arsiteknya bokap. Yulia emang tau Pin handel pintu masuk rumah ku, maksudnya, lebih tepatnya karena dia yang bikin Pin itu, soalnya dia yang ngawasin pembangunan rumah ini dulu. Standar lah, passwordnya ya tanggal lahir dia sendiri. Rumah ini memang kubangun tidak jauh dari rumah dia dan Aan. Ya lumayan jauh juga ding, sekitar 30 menit nyetir. Kubangun di daerah perbukitan yang lumayan adem dan sepi

Yulia melepas jaket kulit yang dipakainya diatas terusan putih tanpa lengan dengan aksen kerah lucu yang terbuka serta rok yang panjangnya hanya sedikit diatas lutut. Mix and Match yang agak kontras, tapi kelihatan pantes banget di tubuhnya. Rambutnya ditarik semua ke belakang dan dikelabang dengan rumit lalu dibiarkannya jatuh gitu aja di pungungnya, panjangnya sedikit diatas pinggul, kalau kamu mau aku mendiskripsikan dengan sedikit lebih detail. Beberapa helai rambut juga dibiarkannya melambai dengan angggun di dahinya. Lehernya yang jenjang, sama sekali tidak berubah dari yang kuingat dulu. Matanya bulat imut dengan alis seperti dilukis sempurna oleh seorang maestro yang sedang kasmaran.

Anting panjang bertengger di telinga sebelah kanan-nya, berpadu aneh dalam proporsi yang pas dengan aksesoris yang tercantol pada beberapa tindikan telinga kiri. Kalung tipis dari emas putih dengan liontin dari batu berwarna biru terang yang melingkari lehernya pun terlihat amat serasi saat berbagi pesona dengan lesung pipi yang selalu saja tiba-tiba muncul saat pemiliknya memutuskan untuk tersenyum. Lesung pipi itu cuman satu sih, tapi manis banget

Tanteku ini, memang cantik…

Dan parfum yang tercium sedikit beraroma pahit bercampur dengan semburat manisnya aroma lavender serta kesegaran dari percikan bergamot ini sepontan mengingatkanku akan masa-masa gila dahulu…

“Beruk mana Yul?” tanyaku sambil berdehem sedikit, mencoba mengusir bayangan apapun yang mulai terakumulasi di ujung benakku sambil menggaruk-garuk rambut diatas telinga ku dengan telunjuk

“Kerja dulu dia katanya” -- Dengusnya dengan intonasi bosan ala Yulia -- “Semenjak elu ngilang dari dia, dia kek sedih banget, trus nyalurin semuanya ke kerjaan, katanya karena ketidak mampuan dia bantu hidup lu, makanya dia jadi kehilangan elu. Jadinya dia kerja keras, dia bilang, suatu saat pengen share sesuatu sama elu, ngerjain proyek-proyek bareng… elu keknya emang berarti banget deh buat dia…” terang Yulia yang tiba-tiba membuatku sedih. Walaupun omongannya selalu ngaco dan kelakuannya bar-bar seenak udel sendiri, temanku itu, si Aan Beruk, memang beneran Taik terbaik deh keknya… dan sekarang dia jadi Om-ku… Njir!

Aku tersenyum trenyuh…

Jelas aku trenyuh, nih ya, kugambarin dikit tentang si Beruk Aan – Seperti yang pernah ku bilang, aku jarang bocorin info tentang temen-temen-ku, kecuali lu nyogok aku pake Coffe Latte, tapi kali ini tak kasih inpo gratisan buat elu – Nama lengkapnya adalah Chairul Aanwar – kek nama penyair kan?, nah, siberuk ini berasal dari keluarga Aanwar, juragan kontraktor dan pengembang properti. Kalau asset keluarga ku dan keluarga tapir digabung nih, mungkin belum akan bisa nyampe Seujung kuku dari asset keluarga mereka. Keluarga Aanwar, memiliki salah satu Kompleks properti yg elu bisa lair disana, pipis, beol, sekolah, cari kerjaan, cari bini, ngewe, punya anak, ampe lu mati, bisa dikubur juga di sana. Artinya, lu bisa jalanin seluruh siklus hidup menyedikan lu, tanpa perlu keluar dari Kompleks itu. Paket Komplit deh. Tambahin sedikit tentara dan alutista, keknya bisa jadi negara kecil deh

Aan ini anak tunggal, kerajaan bisnisnya di komandoi sama dua senior, Bokapnya ama Oom-nya, dua bersaudara, sodaranya ya cuman itu aja. Tapi akhir-akhir ini, denger-denger, perusahaan itu udah diserahkan sepenuhnya ke Aan. Sepupunya, anak oom-nya, juga cuman satu. Cewe, dan males banget ngurusin bisnis keluarga, namanya Mia, dia itu penulis (atau semacam itu), juga kurator seni (atau semacam itu) gue ga gitu paham.

Kalau-kalau aja elu mau ngedeketin, sekarang tu cewek banyak kongkow di rumahnya yg di Pacific Palisades - LA, tetanggaan keknya ama Adam Sandler, itupun kalau tu anak gak lagi nyepi buat nyari inspirasi di salah satu villa-nya di Toulouse, Perancis. Itupun kalau dia gak lagi berada di dibelahan dada, eh, belahan dunia mana gitu, gue gak update infonya. Bokapnya aja ga selalu tau dia dimana, apalagi gue! Aneh deh lu!

Dan si Aan katanya kerja keras buat sharing sesuatu ke gue? Ginana gak bikin gue trenyuh? Tu anak kalau mau, beol aja bisa bayar tukang nyebokin. Ato beli robot prototipe yang khusus buat nyebokin. Aku gak peduli. Tapi repot-repot banget kerja biar nanti bisa sharing sesuatu ke aku? Nah, itu baru namanya mengharukan…

“Lu dah siap dengan apapun yang akan lu hadepin Nyet?”

Aku nyengir, tetiba berasa letih banget, bahkan sebelum mulai perang…



---



“Lu tuh, sebenernya konsep bisnisnya gimana sih Nyet? Terus terang, gue sampe sekarang belum paham deh ama kerjaan lu, keknya berat banget gitu, sampe lu kurus gini…” tanya Yulia ngawur membuka pembicaraan. Saat ini kita memang duduk di sofa ruang tengah rumah ku. Ya, lebih tepatnya Yulia yang duduk, sedangkan aku berbaring dengan kepala di pangkuan dia. Yulia membelai-belai kepalaku dengan mimik sok prihatin

“Ya, awalnya perusahaan gue itu, FNP Growth International memang gue diriin dan gue jalanin dengan konsep membantu cariin pendanaan buat perusahaan rintisan, sebagai imbalannya, gue minta sedikit saham perusahaan tersebut. Duit-nya dari investor-investor yang percayain arah investasinya ke gue kan? Simple aja sih sebenernya, gue nge-search perusahaan rintisan baru yang butuh dana, trus riset feasibility-nya, kalau oke, gue tawarin kerja-sama tuh buat pendanaan mereka. Dari proses ini, gue dapet fee dari investor buat ‘jasa’ gue ‘nemuin’ dan ‘ngetungin prospek investasi yang valuable’ dari perusahaan rintisan yang berpotensi buat mereka invest, trus dari sisi penerima investasi, gue juga negosiasiin share kepemilikan saham dari perusahaan rintisan yang gue modali dari duit investor itu. Jadi gue emang dapet kiri-kanan, tapi bagaimanapun, semua untung kok. Investor untung, si perusahaan rintisan untung, gue juga untung” jelasku pada Yulia, mencoba merangkumnya sesederhana mungkin

“Lu emang dari lahir keknya udah licik deh otaknya, denger-denger begitu lahir lu dah nipu dokter yang nolong lu lairan deh” canda Yulia super hiperbolik yang garing mekingking “Trus perusahaan rintisan itu, ada yang beneran jadi gede emang?”

“Ya banyak, keknya gue emang gue beruntung deh, ato kalau nggak, formula hitungan gue emang bener, maklum, lu kan tau sendiri, gue kan emang cerdas anaknya” -- selorohku ngasal yang membuahkan jitakan di jidatku – “Beberapa rintisan yang kita garap sampai sekarang malah udah pada masuk top 500 world start-ups ranking, udah pada bisa ngasih share deviden ato minimal pembagian royalti dari hasil patent produk mereka ke gue karena nama gue tercantum dalam kepemilikan saham mereka, lumayan lah… “ desisku lagi datar melanjutkan sambil mengelus-elus jidat yang tadi tetiba kena jitak. Kejam sih emang Tapir nih, orang mo ngeksis narsis dikit aja di rese-in!

“Jadi, maksud lu, selain elu punya perusahaan inti lu itu, elu sekarang juga punya saham di banyak perusahaan rintisan yang elu danai dengan duit orang lain, yang mungkin suatu saat bisa jadi, let say… new Facebook, yang bisa hasilin cuan gede tanpa lu harus susah payah kerja lagi?” Ujar Yulia lagi, berusaha memahami konsep usahaku. Seolah bisa kudengar otaknya berdecit-decit memohon untuk berhenti mikir karena beratnya informasi yang mesti diproses disana

Aku cuman nyegir “Ya, kurang lebih begitu, bisa jadi juga, kalau gue emang ditakdirin jadi super beruntung sih…”

“Wahhh… elu emang bener-bener licik Nyet! Bisa ae otaklu mikir kek ginian… Waaahhh… Daebak! emang penjahat lu! Kerja keras orang lain lu makelarin, keuntunganya masih lu garong pulak…” lanjutnya

Aku garuk-garuk kepala, kalau dilihat dari sisi itu sih… Njir, dark banget ga sih sudut pandang tante manis ini? Pikirku, yang bikin aku nyengir, karena sudut pandang yang selalu aneh dari tante imutku ini kadang emang bikin aku gemes, tau ga sih…

“Trus napa elu berhenti? Jangan bilang karena Hati Nurani lu!”

Aku nyengir lagi “Yah, emang itu rencananya dari awal kan? Gue akan berhenti kalau duit yang gue kumpulin udah cukup buat… Masalahnya, gak semua rintisan berhasil kan? Sulit banget bersaing akhir-akhir ini, sedangkan, aku butuh ngumpulin duit banyak-banyak dan cepet-cepet buat… ya lu tau lah, buat… ini-itu dan segala-macem-nya, makanya gue trus belok, gue mulai kerja malem…” jawabku lagi

“Jadi gigolo lu?” Potongnya sambil nyengir. Nah kan? Iya aku tau dia cuman ngeledekin becandaan aja, tapi cara pandangnya itu lho, gemesin kan? Kek pengen nampol gitu lho! Untung aja aku ga berani… bener-bener beruntung dia…

Aku ngakak “Bisa dibilang begitu… ya, gue mulai ngelacurin perusahaan gue, FNP, bukan cuman buat nyalurin pendanaan dari investor ke perusahaan rintisan, tapi gue juga nyalurin… dana dari pihak-pihak yang transaksinya gak pengen diketahui pihak-pihak tertentu lain… Posisi gue saat itu memungkinkan banget buat ngelakuin hal itu…” ucapku lirih

“Pihak yang transaksinya gak mau diketahui pihak-pihak tertentu lain? Maksudnya diketahui pemerintah? Lu ngomong langsung napa sih Nyet, muter-muter, sakit pala gue! Jadi apa? Pencucian uang? Penggelapan pajak? Apa? Ato jangan-jangan lu bantu nyalurin dana Teroris?” tebaknya absurd.

Oke, kita semua harus sadari, mungkin ini sudah batas tertinggi dari RAM otak ringkih Yulia – gausah kita paksa mikir lagi lah ya, bisa meledak dia, dan aku pasti bisa ikut cidera karena ledakan itu. Lemahnya daya pikir memang satu-satunya kelemahan tante-ku yang super cute ini.

Ya, selain mulutnya yang kejam, omongannya yang nylekit, tangannya yang mukulan, emosinya yang labil, kelakuannya yang gada ahlak dan perlakuannya kepadaku yang menjurus ke Tindakan Perbudakan.

Ya, cuman sekedar hal-hal minor seperti itu sih keknya… Gada yang point…

“Ya gak melulu harus dana terorisme juga keles!” bantahku jengkel

“Yakan tapi pasti ada terorisnya kan? Omo…Omo! waaahh… Daeabak!... waahhhh… emang elu… gue kira selama ini kerja bener lu Nyet… ternyata… Waaaahhh… waaaahhh…. Daebak…” Erangnya lagi sambil geleng-geleng kepala, nepuk jidat sok prihatin dalam aksen pemain sinetron korea yang sedang terkejut dan jengkel. Kadang aku masih aja jengkel dengan pikiran dan prasangka-prasangka seenak jidat meraka sendiri ini…

“Ah, gue pusing ngomong ama elu! Migrain beneran nih gue!!” rajukku

“Trus?”

“Ya, gue akuin, gue emang tutup mata sih saat nyepong pas jadi gigolo itu… Dah? Puas? Puas?!!” aku protes keras, tapi nyerah deh. Dan Yulia malah ngekek. Keknya berhasil deh dia ngerjain aku. Selalu begitu kan?

“Tapi… lu beneran udah nutup perusahaan elu kan? Udah lu jual semuanya kan? Lu sekarang udah bersih kan?” tanyanya-lagi

Aku cuman tersenyum. Getir…

Karena, memang terlalu banyak kekuatan yang akhirnya membuatku tidak bisa seluruhnya menutup operasi kami. Kekuatan-kekuatan yang bisa sedikit memaksa untuk tetap dapat menggunakan ‘Jasa penyaluran dana’ kami. Kekuatan-kekuatan besar yang kadang bisa jadi sangat rewel, serem dan galak…

Tapi biarkan aku menanggungnya sendiri, gak perlu ada yang tau soal ini… Anggap aja itu sebagai salah satu penebusan dosaku…

“Eh, elu kan udah keliling-keliling dunia nih…” ucapnya lagi “Udah ngerasain ngewe berapa cewe bule luh?” kekehnya sambil nunduk melihat wajahku, menoyor kepalaku, nyengir dan menaik-naik-kan alisnya dengan ngaco

“Njir!” desisku males

“Serius, gue nanya beneran!” Eyelnya. Emang seperti dari dulu selalu kubilang, ngobrol ama Yulia ini emang kudu siap meloncat dari Galaxy satu ke Hollywings yang lain. Ah, kamu tau lah maksud ku

“Gada!” jawabku jengkel

“Cewe ras lain?” kejarnya

“Ras? Lu kira Alien? Peradaban kali!” aku tambah jengkel

“Ya oke, kalau gitu gue ubah pertanyaannya, udah sama berapa cowo bule?”

“Lu napa masih hidup sih Pir?” jawabku, beneran deh jengkel banget tau gak sih

“Ih, do’a lu jelek banget!” protesnya yang langsung diikuti dengan getok’an yulia di jidatku yang masih berbaring di pangkuannya

“Aww! Ya, habis elunya gitu…” aku merajuk sambil mengelus jidatku sendiri, benjol deh keknya

“Seriusan lu?”

Aku cuman mengangguk kecil, males jawab juga!

“Blas? Sama sekali?” Tanya-nya lagi dengan semangat empat-lima. Napa kudu semangat yak? Tujuhbelasan kah kita?

Aku merengut cuek

“Jadi lu cuman coli gitu terus selama ini?”

“Kalo ga bahas ginian napa sih?” protesku lagi

“Yakan gue cuman nanya nyet, penisirin gitu… Lu lebih suka coli peke handbody apa sabun?” – Kekehnya, njir, merendahkan banget ga sih? – “Jadi, seumur-umur lu cuman ngelakuin sama empat memek doang?” tanya-nya lagi, vulgar banget gak sih? Dah kubilang kan tadi, kalau Tapir satu ini emang gada ahlak…

“Please deh, gue dah mulai beneran ga nyaman bahas ginian…” aku masih aja merajuk

“Empat orang…” Desis Yulia lalu jeda sejenak sok mikir, lalu menunjuk tengah dadanya sendiri, yang diiikuti oleh anggukan engganku -- “… Trus Feli, Ella, trus sama… emak-emak yang perkosa lu dulu, sapa?”

“Mbak Yanti” desisku pendek, sekilas kenangan itu berkelebat di benakku

“Njir, lu masih inget aja namanya, membekas banget ya?” ledeknya

“Traumatis!” kekehku sambil nyengir, Yulia ikutan ngakak. Bahagia deh dia keknya! Gada ahlak emang!

“Siapa yang paling enak?” tanya nya lagi, penting ga sih nginterogasi ginian?

“Kita bisa ubah topik gak sih? Beneran deh gue bener-bener ngerasa ga nyaman…” rengekku

“Enggak, jawab dulu! Ella ya? Wuih, suara tereakkan-nya legend banget tau gak sih, di kos-kosan itu dulu? Atau mbak Yanti? Kan kepadanya kamu serahkan keperjakaan, jiwa dan ragamu Nyet! Kalau Feli… gue tebak, palingan standar lah ya, paling ngangkang sambil ngerang-ngerang doang… Lu napa bisa tergila-gila sama sex standar gitu sih nyet?” Yulia ngekek

“Njir, maksudnya?”

“Ya, lu napa bisa sampe tergila-gila ama Feli sampe lu jabanin sejauh ini?” tanya-nya lagi

“Kan elu yang suruh, Tapir!” solotku gemes beneran deh ih…

“Ya salah lu juga, napa lu maen nurut aja!” sanggahnya cuci tangan gada ahlak

“Njir!” Gue garuk-garuk kepala, vertigo gue, ga cuman migrain deh keknya!

“Eh, beneran jawab dulu, pertanyaan gue yang tadi, Ella ya?” tebaknya lagi

“Penting ga sih, pertanyaan ginian?” protesku semakin keras

“Bodo amat, jawab dulu! Gue penisirin nih!”

“Ih!”

“Ayo jawab!” tanya-nya lagi dalam intonasi gemes sambil memencet pipiku

“Sama Elu!” Hardik-ku pendek sambil mengalihkan pandangan, bener-bener ga penting emang pertanyaan ginian. Tapi kejadian itu… Arrgh! Kesalahan besar itu… Ah, aku segera mengusir jauh-jauh kenangan akan kegilaan kami dahulu…

“Hilih, lu jawab sekenanya cuman karena yang nanya gue kan?” Yulia masih aja ngejar, sama sekali gak penting, ga sih…

“Serah!” solotku ngambek lagi

“Njir, beneran lu nyet? Muka lu napa jadi merah banget gitu sih?” ledeknya

“Bodoamat!” Rengekku sambil balik badan, nyungsepin wajahku ke pangkuan Yulia dan memeluk pinggangnya, malu banget gak sih? Gapenting emang!

“Ya, gue emang jago diranjang sih…” -- Gumannya absurd – “Lu pengen lagi ga?” tawarnya nyengir sembari maksa bongkar pelukan ku dan menatap mataku sambil menaik-naikkan alisnya dengan mesum...

Ah...

End of ALBATROS'S LOVE | BUKAN CINTA BIASA Pt. 1



To Be Conticrot....





Pebirsah Kita Rehad Sejedag

Akan segera Nubi lanjutkan uploadnya, kita ngupi sebentar sembari menunggu reaksi Suhu & Master disini

Semoga mendapatkan respon positip, agar nubi semakin semangat untuk upload kelanjutannya


Seperti biasa, Nubi tunggu komen, kritikan, cacian dan makian dari Suhu & Master sekalian

Karena hanya dengan kritikan nubi bisa koreksi coretan nubi yang memang masih jauh dari sempurna ini

Matursuwun
 
Setelah sekian lama yang ternyata melalang buana di negri antah berantah ahirnya ingat lagi jalan pulang, emang za rumah adalah tempat terbaik untuk pulang....
Makasih hu lanjutannya pokonya terus semangat jangan kasih kendor buat para pembaca ceritamu bahagia....
 
Bimabet
welcome back suhu, setelah sekian purnana akhirnya update juga.
kayaknya harus maraton dulu dari awal, lupa ceritanya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd