Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Incest - No SARA] DIORAMA - Bukan Cerita Cinta

Ayo master sifu ombak lagi kencang momen yang pas buat berlayar menuju puncak kenikmatan...
 
Mantap banget bro ceritanya. Sy udah baca semua karangan suhu dan selalu terpesona. Ditunggu selalu karya2nya suhu!!!
Beneran hu? Weh, jadi tersanjung, aku tersipu malu iq...
 
Ditunggu huuu
 
Dilanjutpun

EPS. Pi – Sang Irrasional Pt. 1

---

Buku Struktur Besi karangan pak Wiryanto Dewobroto yang berada dipangkuanku ini, memandangku balik dengan lesu. Mungkin karena dia tau, kalau pandangan mataku kepadanya seperti hanya bersifat seremonial, formalitas dan tidak fokus

Sudah hampir tiga minggu Tapir tidak menggangguku. Dan ketiadaan gangguan itu justru menggangguku. Aku sudah terbiasa memecah konsentrasi belajarku dengan celotehannya. Kadang, omongan ngalor-ngidul-nya justru malah membuatku fokus. Dan tiba-tiba hal-hal itu menghilang. Semenjak peristiwa Ryan, yang diikuti oleh rumor bahwa si Ryan kuhajar sampai babak-belur, malah seakan membuat Yulia menjauh dariku

Terakhir kuketok kamarnya, dan berusaha mengakrabkan diri kembali, Yulia seakan mendorongku menjauh dengan pandangan kosong. Dia minta diberikan waktu untuk menata hati, katanya. Dan katanya, kehadiranku justru membuatnya nyesek. Padahal aku hanya ingin berada di sampingnya, seperti yang selalu kulakukan selama ini. Padahal, aku hanya ingin dia tahu, kalau dia bisa mengandalkanku untuk apapun. Padahal aku hanya ingin dia tahu, kalau dia tidak sendirian, ada aku disampingnya. Selama ini, dan akan selalu...

Pandanganku kembali kebuku yang ada di pangkuanku, mendesah lalu menutupnya. Sekilas kulirik G-Shock yang ada di pergelangan tangan kiriku, 19.42

BRAKK!!

“Nyet, anterin aku kesalon yuk!” ujar Yulia dengan riang sambil membuka pintu kamarku keras-keras. Cuk, ngagetin!

“Eh?” aku hanya bengong, kirain masih….

“Ayoo, buruan, lamban banget sih lu jadi mahluk nyet? Keburu tutup tu salon!”

“Heh?” aku masih belum nangkep. Baru tadi sore, aku aku bawain kwetiau kesukaannya dan teh tawar hangat ke kamarnya, dan masih dicuekin

“Yukk ah!” Yulia menghampiriku dengan tidak sabar dan menarik-narik tanganku

“Paan sih Yul? Lu gapapa kan?” tanya ku masih heran

“Apa?!!” bentaknya, ngagetin

“Lu ga papa kan?” ulangku

“Kamu tadi bilang apa nyet?”

“Kamu ga papa kan?” ulangku lagi

“Ngaak, tadi kamu panggil aku apa?”

“Yul? Yulia? Namamu masih belum ganti kan?”

“Lu manis banget sih nyet malam ini?” ujarnya sambil tersenyum manis, manis banget malah

“Eh?” Sumpah, gw bingung beneran. Bertahun tahun sudah aku berpengalaman ditempeli lintah genit dengan seribu satu keanehannya ini, tapi…

“I have you, that’s all I need, yakan? Yuk ah, keburu tutup salonnya!” ucapnya absurd sambil mengamit tanganku, menarikku keluar dari kamar

---

Aku memandangi wajah Yulia yang saat ini membuat ekspresi sok diimut-imutin saat mencecap ice coffee latte-nya. Yep, setelah dari salon, kita memang mendamparkan diri di Above Café, tongkrongan asik murah meriah di daerah kami. Tadipun pas jalan, Yulia gak mau pakai mobil, kelamaen katanya, jadinya kita pakai motor, dan disepanjang jalan, Yulia memelukku, kenceng banget

Dan kalau tidak salah dengar, tadi dijalan aku mendengarnya berbisik “Nyet, memilikimu dah cukup bikin gue bahagia, jangan pernah berubah ya nyet, sayangi aku terus…”

Dan saat ku tanya, karena aku merasa kurang jelas dengernya, dia gak mau ngulangi

“Kirain lu prustasi trus cukur gundul, Pir” ucapku memecah keheningan lagi

“Ih, sapa juga yang prustasi, Nyet?”

“Elo” jawabku cepet bin nyolot

“Ngapain gue harus frusta? Gue punya elu kan?”

“Selamanya sih, Pir” desahku cuek, penuh penyesalan

“Dasar monyet jelek! Lagian lu kan suka cewe rambut Panjang to?”

“Apa peduli lu?” protesku

“Aelah, kalau bukan gue, sapa lagi mo peduliin mahluk kusut macem elu nyet!” candanya garing

“Omigot, aku tetiba merasa beruntung” nyinyirku

“Taik!” Yulia nyolot dengan muka geli

“Thanks ya Pir” ucapku sambil meraih tangannya yang emang menjulur di atas meja. Menggenggamnya dengan hangat

“Untuk?”

“Untuk ceria lagi, gw sedih kalau lu sedih Pir”

“Oh, kalau gitu, gue janji gak akan sedih lagi Nyet, biar kamu-nya ga sedih…” dan diapun membalas genggaman tanganku dengan tak kalah hangat

Orang pasti ngiranya kami adalah sepasang kekasih yang lagi dimabok asmara, yang demen melakukan adegan memuakkan dimuka umum. Sejatinya mereka tidak tahu, kalau sebenarnya aku adalah petugas penjaga kebon binatang yang baik hati, tidak sombong, cinta pada tanah air, bangsa dan negara, rajin menabung, imut, tampan serta rupawan

Apakah aku menyebutkan kata bermuka mesum? Oh, kalau iya, kalian pasti salah denger…

Dan didalam hatiiku, aku juga berjanji…

Untuk tidak akan membiarkan Tapir-ku sedih lagi…

---

“Woi kutu buku!” suara mendesah sok dilembut-lembutin itu tiba-tiba mampir ditelingaku dari jarak super dekat hampir nempel

Njir, kaget!

Emang bisikan di telinga itu bener-bener bikin aku kaget. Mana hembusan nafas yang mengiringi itu bisikan bikin geli kuping lagi! Lagian mahluk mana sih yang cukup tengil ngagetin orang yang lagi serius mbaca di perpus?

Keknya banyak deh, mahluk jenis itu… eh?

“Ngapain lu disini, fel?” jawabku sambil nyengir, ngedapetin si Feli, temennya Tapir yang tiba-tiba ngedongkrok di depanku sambil senyum sok dimanis-manisin

“Cari buku lah!” kilahnya

“Oke” jawabku singkat

“Lu tuh selalu sok kecuwek’en gini ya Nton?”

“Maksudlo?”

“Ya gimana kek, gembira kek atau gimana, dah disamperin cewe secantik aku” solotnya dengan muka sok di-sedih-sedihin

“Taik”

“Hush!” sergahnya

“Ups, sorry, kebiasaan ngomong jorok ama Yulia tapir”

“Ih! Ya gapapa sih, aku suka kamu apa adanya owg” cengirnya gakjelas

“Eh?”

“Maksudnya sebagai temen aja gitu” tambahnya

“Ohh, tiwasmen aku bahagia”

“Ih, enak aja!” ujarnya cemberut

“Eh, kok gitu?”

“Yaiyalah, harusnya kan kamu yang nembak, bukan aku” Halah, omomngan model apa pula ini?

“Eh, kita ngomongin apaan sih fel? Salfok deh gw”

“Whatever! Anyway, aku mau nagih hutang kamu nih…” kali ini intonasinya jadi sok tegas ala-ala DC ambon manise

“Hutang?”

“Iya, hutang, kan lu punya hutang sama ai, dulu pas ai kasih info akurat tentang Yuli, gede lho hutangnya hihihi…” ujarnyya sok mengingatkan hutang tanpa Hitam-diatas-Putih yang acaranya sudah bubar itu. Kan sekarang om Deddy fokus nge-podcast. Close the door!

Lah?

“Eh, iya ya, kalau ga kamu yang kasih info, ga tau deh nasib Ryan gimana”

“Lha kok Ryan, Yulia dooonngggg!!”

“Ya kan satu rangkaian, kalau ada apa-apa sama Yulia… ya gitu deh…”

“Iya, aku paham, Yuli emang beruntung banget ya punya kamu, kalau aja ada yang jagain aku kayak kamu jagain Yuli, duhh… Jiwa dan raga deh, gue kasi semua…” imbuhnya. Arahnya kemana sih pembicaraan ni anak?

“Aseekkk” tanggapku selebor

“Ih!” nyinyirnya sambil membuat mimik muka jijik

“Trus, berapa nih utang ku sama kamu ci?” tanyaku lagi sambil nyengir

Yang dibales dengan cengiran juga oleh Feli

---

Felicia Putri Wardjojo, itu nama cewe sipit culas yang akhirnya menyeretku kesini. Berbekal senyuman sok manis, dan mentalitas Debt Collector Pinjol, terpaksalah aku harus membayar hutang-hutangku, yang entah bagaimana perhitungan bunga-nya, sampai bisa menumpuk sebanyak ini. Lalu disinilah aku, Lelah setelah menyetir hampir 6 jam, Semarang – Surabaya, non-stop, untung ada jalan Tol. Terimakasih pak Jokowi! Eh?

Akhirnya aku memencet juga bel itu, menjemput Feli dirumahnya, mengenakan setelan jas komplit yang kalau lu mau tau pendapatku: Geraaahhh!

Jas inipun dia pula yang maksa beli, dibayarin sih. Negribet banget di Wong-Hang tempo hari. Setelah mencoba hampir semua koleksi mereka yang ada di Gudang plus koleksi dari toko kelontong tetangga, akhirnya diputuskannya lah untuk maksa ngebeliin aku jas ini

Apa aku sudah ceritain tambahan extra time beberapa jam, hanya untuk milih dasi? Gausah lah ya, males banget ngetiknya

Dan gerbang itu membuka

“Eeee… Selamat malam, Feli-nya ada pak?” tanyaku sopan kepada pak Satpam yang membukakan pintu gerbang itu

“Mas Anton ya?” tanya pak Satpam itu agak gamang, memastikan

“Lho kok tau pak?” Apakah aku terkenal di Surabaya? Pikirku heran

“Iya, tadi miss Feli pesan, katanya nunggu teman yang namanya Anton, monggo mas, silahkan masuk, mobilnya mau dimasukin atau…” Owalah! Jawaban mas Satpam imut itu serta merta memupus ide narsisme ku secara sepihak

“Ah, biar didepan aja deh pak” jawabku sungkan, sedetik sebelum HP ku berdecit riuh

<< FELI - TT >>

Begitu bunyi notifikasi dilayar HP ku, aku emang menamai dia FELI - TT, singkatan dari Feli Teman-Tapir, bukan Feli TeTe’ – Tete dia mah kecil, cenderung rata gitu, sesuai sama orangnya yang mungil. Tapi keknya indah deh, kalau dilihat tingkat kecerahan kulitnya, ga tau deh gimana imutnya uting yg nyempil disana.

Eh?

Njir, gegara elu, pikiran gue mesum mulu!

“Halo” jawabku singkat setelah mengangkat telepun dengan timing presisi itu

“Eh, Ton, mobilnya lu masukin aja deh, ntar kita berangkatnya sama driver aja”

“Eh? Kok lu tau aku dah nyampe?”

“Yeeee, aku kan liat kamu, ni kamarku diatas”

“Owalah”

---


Anggun dan mewah, begitu kira-kira deskripsi ruang tamu dimana aku duduk saat ini. Walau kukira selera interior bokapnya Tapir sedikit lebih bagus daripada hamparan gallery barang-barang mahal di ruangan ini. Tapi sekilas, memang menunjukkan kemampuan ekonomi keluarga Feli. Denger-denger, bokapnya punya bisnis cargo sih, semacam forwarding atau shipping gitu. Walau Feli sering kuledek dengan sebutan anak juragan sembako, tapi itu cuman becandaan rasis, yang ga jadi rasis karena kita anaknya enjoy. Tongkrongan orang senang gimana sih?

Kalau rumah bokap ku mah simple, karena bokap emang ga suka yang gini-ginian, atau karena dia sering bokek aja. Ya gitu deh, keknya dah pernah tak certain kan kondisi bokap?

Anggun dan Manis, begitu kira-kira deskripsi cewek yang turun dari tangga melengkung ganda yang menghubungkan lantai satu dan dua di rumah ini. Feli turun, mengenakan gaun potongan rendah dengan dominasi warna peach yang semakin mengekspose kulit putihnya. Rambutnya, yang biasanya kulihat tergerai sehari-hari, kali ini digulungnya dengan elegan, menonjolkan leher putih jenjang yang eksotis. Di pangkalnya, sebuah kalung tipis yang cantik keliihatan bertengger dengan nyaman dan serasi

Ditambah dengan kemunculannya yang sok dramatis macem di film-film Disney

Aku otomatis berdiri, menyambutnya

“Napa lu, tetiba aneh gitu Ton?” selorohnya

“Aku ga nyangka, lu ternyata cantik banget ya Fel?” candaku

“Taik” jawabnya

“Hush!”

“Ups, sorry kebawa omongan orang yang gue sukai” jawabnya nyindir

“Toxic tu anak” jawabku cuek

“Mulai deh, sok cuek! Sok gemesin lu Ton!”

Aku cuman nyengir

“lu juga ganteng banget pakai jas, Ton”

“Fitnah! Kan elu yang beliin!” jawabku ketus, sebelum Feli mengamit tangan-ku, menggandengnya keluar, kearah vellfire yang sudah menunggu kami di pintu depan

Disinilah aku, duduk dengan canggung berdampingan dengan Feli di kursi belakang mobil mewah-nya. Yep, pembayaran hutangku adalah, menemaninya ke kondangan pernikahan salah satu kerabatnya. Bokap dan Nyokap Feli sudah berangkat duluan tadi, katanya. Canggung gak sih? Nemenin seorang cewe ke nikahan, coba bayangin!

Bareng sama bonyok si cewek itu lagi!

Belum kenal ama mereka lagi!

Ahh…

Nasibb…

“Eh, kemaren alesannya apa sampai aku harus nemenin elu ke kawinan Fel?” tanyaku lagi, kesekian kalinya

“Karena aku gamau berangkat sendiri dan kelihatan menyedihkan karena ga punya cowo” jawabnya dengan intonasi datar standar

“Sereceh itukah alasannya? Ga balik modal ama beli jas...” gumanku dengan intonasi sedikit menggerutu

“Karena aku pengen kamu nemenin aku, kenapa? Ga rela?” ih, malah ketus ni anak!

“Ya ga gitu juga kali Fel” aku berusaha menyabarkannya

“Trus?” ujarnya masih ketus

Aku meliriknya tajam, sok merajuk

“Iya, iya, aku jujur deh, temen deket sodaraku yang menikah itu, dulu bekas pacarku. Dan dia pasti ada di sana, bareng pacarnya” terangnya lagi

“Pacar lu pas SMA?”

“Iya”

“Cinta monyet?” selorohku ngasal

“Eh? Yaaa, Bisa dibilang gitu sih, tapi ini harga diri tauk, dia pasti juga akan dateng ama cewe-nya, yang dulu, adalah temen baikku” terangnya, kali ini beneran kelihatan ga jelas, antara bingung, sedih ama sedikit pengan bales dendam gitu

“Trus?”

“Ya trus ceritanya panjang, intinya kamu harus pura-pura jadi cowo-ku lah! Inget ya, jadi cowo-ku!” tegasnya

Aku ngakak, Feli tambah cemberut

Aku memiringkan posisi duduk-ku menjadi menghadapnya, lalu meraih tangannya, menggenggamnya dengan lembut, dan memandang wajah manisnya lekat-lekat

“Felicia, I think it’s silly. Aku yakin, misalnya-pun Feli jalan sendiri, semua mata akan memandangmu dengan wow. Feli pinter, mandiri, anggun dan for God sake, you are super cute! Be confident miss Feli! Menurutku, Feli punya apapun yang diperlukan buat modal percaya diri. Memasang muka insecure dan under pressure itu bodoh, and I know you’re not” aku melepaskan pegangan tanganku, sekarang aku memegang pipinya

“Nah, sekarang Feli coba tersenyum, percaya diri. Aku akan ada disamping Feli kok, dan percaya deh, I’ll do anything you want me to do. Sekarang senyum, OK?” lanjutku

Dan Feli pun tersenyum, dengan sedikit rona merah dipipinya

“I feel more confident having you around” desahnya sok dimanja-manjain

“You have to be confident every time” tegasku

“But I prefer having you around” kilahnya

“Then I’ll be around” Ujarku sambil mengedipkan sebelah mata, lalu membetulkan posisi dudukku kembali menghadap ke depan

Entah kenapa, Feli malah jadi sok manja. Sambil merapatkan duduknya kapadaku, tangannya dilingkarkan di lenganku, dan kepalanya mulai disenderkan ke pundakku. Aku pun meraih telapak tangannya dan menggenggamnya erat-erat

“Thanks, ya Ton” desisnya lagi

“Anytime, for you, miss Feli…” jawabku singkat

Lalu pandangan kami beradu…

Feli pun tersenyum, manis banget tau ga?

Dan wajah kami pun mendekat…

.
.

EPS. Pi – Sang Irrasional Pt. 1

To be Conticrot...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd