Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Incest - No SARA] DIORAMA - Bukan Cerita Cinta

Dilanjutpun...

EPS. Pi – Sang Irrasional Pt. 2

---

Huft, pesta yang tidak dapat kunikmati. Selain tumpukan bunga dalam kapasitas yang mubadzir, desain dekorasi yang terlampau overdone agar kelihatan bernuansa jet-set, dan penyanyi serta pelayan dengan senyum-senyum yang dipaksakan, aku hampir tidak bisa melihat hal lain yang bisa diceritakan tentang pernikahan ini. Bisa kutebak, pernikahan ini adalah acara Business to Business. Ini adalah reality show, sekedar untuk memamerkan saldo yang ada direkening mereka.

Kalau lu penasaran ama kehidupan glamour kaum Jet Set yang divideo selalu bikin ngiler, ya gini aslinya. Setidaknya itu dari sudut pandang ku

Hampa dan tanpa hati. Ups, kuharap aku tidak mendiskripsikannya terlalu fulgar

Ada sedikit insiden sih, entah bagaimana, temen-temen Feli disini tadi tau kalau “pacaran-nya” kami hanyalan setingan. Ditambah, ternyata Feli memperkenalkanku sebagai anak Crazy Rich Jogjanan, yang sama sekali tidak benar, dan akhirnya terbongkar juga.

Saat itu, bulian si mantan, betul-betul membuatku hampir menonjoknya, kalau saja aku tidak harus menjaga reputasiku sebagai anak Crazy Rich Jogjanan, eh?

Tapi aku sangat tidak menyangka, Feli ternyata sudah lebih siap untuk menaggapi siksaan verbal itu. Karena, ternyata si Feli memegang Kartu As, berupa kisah balik layar mengenai hubungan sang mantan dengan bekas sohib dia. Walau itu sebenarnya tidak perlu, dan aku sama sekali gak peduli

Bodo amat!

Dan begitulah, akhirnya adegan sinetron tidak senonoh dan tidak mendidik itu selesai, tanpa tonjokan di wajah sang mantan-nya Feli. Sesuatu yang sedikit kusesali

Tapi aku harus menjaga reputasiku sebagai anak Crazy Rich kan? Heh! Elah…

Jadi disinilah kami, duduk dimeja VIP yang disiapkan oleh tuan rumah. Meja bulat itu kami kelilingi ber-enam. Aku, Feli, Bokap-Nyokap Feli dan Kevin, kakak laki-laki Feli beserta Istrinya

Dan kami duduk membisu

“Oh, jadi nama kamu Anton? Siapa nama lengkapnya?” ujar bokap Feli memecah keheningan, setelah beberapa kali disodok-sodok sama nyokap Feli dengan sikunya

“Iya om, saya Anton, Antonius om” jawabkku sesopan mungkin

“Oh… Ayahmu kerja dimana?” tanyanya lagi

“Papah!” bantak Feli tiba-tiba, dengan intonasi protes

“Oh, ayah punya usaha kecil-kecilan om di Jogja” jawabku

“Ayahnya kontraktor dan developer pah, juga punya beberapa pom bensin dan pabrik furniture” sambung Feli yang kukira tidak perlu “Dia orangnya emang gitu pah, sederhana, gak mau bebani orang tua, bahkan dia sudah punya usaha sendiri, dia Importir. Sebenernya dia udah punya Gudang dan pegawai sendiri” tambahnya

“Oya?” godaku dengan muka sok bloon, mengerutkan dahi sok mencoba mencerna kereangannya tentangku, sambil melirik Feli dengan ekspresi geli yang sengaja kubikin sekonyol mungkin

“Yulia yang cerita, kamu merintis bisnis dari SMA kan? Saat anak-anak lain pada taunya main, kamu menghabiskan waktumu untuk berkarya dan berbisnis” jawabnya entah kesel, entah kenapa

“Betul begitu, Ton?” tanya bokap Feli

“Ah, tidak sebombastis itu om, awalnya saya cuman pengen tau tentang bisnis online, saat cari-cari komoditi, nemu tuh barang-barang dari tiongkok om, trus akhirnya ikutan grup importir. Tidak disangka jalan, masih kecil-kecilan kok om” tambahku sambil garuk-garuk kepala

“Kalian pacaran?” tanya mama-nya Feli tiba-tiba. Nah, ini yang bikin aku gelagepan, gak punya jawaban

“Enggak! Tadi pada ramai tuh anak-anak, setingan katanya Ma, Feli kayaknya gak laku-laku deh ma, udah jodohin aja sama koh Yans, tua-tua dikit gapapa, yang penting tajir” timpal Kevin, kakanya Feli sambil ketawa ketiwi

Feli merengut, aku melirik kakak Feli sekilas

“Ah, sekarang aku tau, kenapa Feli gak pernah cerita kalau punya kakak laki-laki” jawabku sekenanya

Semua orang menatapku heran

“Eh, maksudnya, karena secara emosional, Feli memang seperti gak punya kakak. Seorang kakak, apalagi kakak laki-laki, harusnya melindungi adiknya kalau dia disakitin, bukan malah ikutan nyakitin” lanjutku sok cuek, sambil ngemil

Kevin melirikku dengan tajam, aku meliriknya juga, sambil cengengesan dan mengangkat bahu cuek

“Siapa yang menyakitimu ci?” tanya papa-nya sok protektif

“Udah pah, santai aja, Anton udah ngajarin caranya membela diri kok, dan dia tadi juga ada disana untuk ngelindungin Feli, seperti yang seharusnya dilakukan oleh seorang Kakak Laki-Laki” jawab Feli pedes, nyerang balik

Aku cuman angkat bahu, masih cuek

“Kalian berdua sekongkol nyerang aku didepan papi ya?” Tuduh Kevin

“Yaah, ketauan kita Fel” timpalku sambil meringis “Hehe, enggak lah bro, becandaan kali, serius banget”

“Om sebenernya pengen Feli ambil bisnis, biar bisa ikutan urusi usaha keluarga besok” timpal Papa Feli mengalihkan pembicaraan

Feli hanya mendesis “Mulai deh…”

“Tapi ya, kita harus sadar ya, tidak semua orang bakat bisnis, feli susah diajarin bisnis, jadi ya, terserah lah, om udah nyerah…” desisnya lagi dengan muka sok prihatin

“Hmm, saya kira Feli sudah ada dijalur yang tepat om, saya liat Feli menikmati dunia-nya. Diawal semester aja, tulisan-tulisan Feli sudah dimuat dalam jurnal kampus. Dia juga aktif di komunitas Writing dan Journalism. Om tau, apa yang sebenarnya merubah dunia, om? Ideologi dan pemikiran! Saya yakin, Suatu saat nanti, tulisan-tulisan feli akan menginspirasi dan mengubah hidup banyak orang kearah yang lebih baik. Dan sebagai temannya, saya akan merasa sangat bangga pernah kenal dengan Felicia…” terangku, sok membela

Soalnya eneg juga, liat Feli diserang kanan-kiri, mugkin itulah kenapa dia jarang pulang, padahal fasilitas dan biaya pastinya bukan masalah baginya. Kulihat, diam-diam, mama-nya feli menggenggam tangan Feli dan tersenyum bangga kepada anak ceweknya itu. Sedikit pancaran kaget dan bangga juga kulihat dari mata papa-nya

Sebenernya, aku yakin keluarga mereka adalah keluarga baik-baik yang saling menyayangi. Mungkin karena kesibukan atau rutinitas, hal-hal kecil seperti ini jarang sekali dibicarakan. Akhirnya yang timbul adalah kesalahpahaman. Dan akumulasi dari kesalahpahaman itulah yang akhirnya menjauhkan keluarga. Aku juga melirik kearah kevin, yang tiba-tiba memancarkan ekspresi bangga kepada adiknya

“Kenapa kalian gak pacaran aja sih? Kalian keknya cocok deh, Anton kayaknya juga baek” ucap istri Kevin tiba-tiba, yang dari tadi diem aja

“Emang aku gak baik?” Kevin nyolot

“Iiiihh, koko mah terbaik buat mimi” rajuknya ngalem sambil mengamit lengan Kevin yang disambut dengan senyuman sok manja oleh Kevin

“Tauk ah ci, aku udah kasi sinyal-sinyal, tapi dia tuh orangnya emang lamban” solot Feli

Aku cuman garuk-garuk kepala

Dan keluarga itu sekarang jadi jauh lebih lepas dalam berkomunikasi. Yah, setidaknya suasana dimeja ini sekarang sudah tidak begitu kaku lagi

---

“Makasih ya…” ucap Feli sok ramah didapan rumahnya saat nganterin aku ke mobil “Kamu yakin mau langsung balik ke semarang malem ini juga?” lanjut-nya sambil ngelihat dengan muka aneh

“Iyalah, see you in Semarang ajah” jawabku pendek

“Makasih ya, buat semuanya…” ucapnya lagi

“Iya sama-sama, tadi kan udah terimakasihnya…” godaku

“Biarin, yeee… Rese!” jawabnya kesel, aku cuman tersenyum

“Ntar kalau dah sampe semarang, call aja, tak jemput di bandara” tawarku

“Iya” jawabnya pendek sambil tersenyum manis banget “Eh, btw, darimana kamu tau tulisanku? Kan aku pakai nama samaran”

Aku cuman mengedipkan sebelah mata sambil cengengesan

“Sok misterius, dasar jelek!” rajuknya

“Yaudah, sampai ketemu di Semarang” pamitku lagi

“Iya… Hei Ton” panggilnya lagi saat aku hampir masuk ke mobil

“Yups” jawabku singkat

“Aku seneng banget malem ini, makasih ya…”

Dan sekali lagi, aku hanya mengedipkan sebelah mata, menggoda cewe super imut ini

“Sok cool luh, Jeleekkk!!” rajuknya sambil cengingisan

Bodo amat…


---


“Nyet!”

“Hmm…” jawabku ogah-ogahan sambil mijit-mijitin kaki Yulia dan mata fokus ke Zack Snyder's Justice League yang sedang di putar di HBO

Huft, serius, mijitin!

Malam emang belum begitu larut, aku dan Yulia sedang mager di sofa ruang TV kami. Aku duduk di ujung satu, sedangkan Yulia berbaring sisi sebaliknya, dengan kepala di arm rest sofa dan kaki di pangkuanku. Memelas minta dipijitin kakinya. Yaudah, sebagai penjaga kebon binatang yang Pancasilais, baik dan benar serta berorientasi pada kepuasan pelanggan, maka permintaan itu aku kabulkan

“Nyet!!” ulangnya sambil nendang pangkal lenganku dari samping

“Apaan sih? Rese, udah dipijitin juga!” akhirnya berpaling juga aku ke dia

“Eh, lu sama Feli ngapain aja di Surabaya kemaren?”

“Ngapain apa maksudlu?”

“Kalian sering diem-diem ketemuan yak, sejak di Surabaya?”

“Diem-diem dari sapa?”

“Dia juga aneh sama aku nyet, sering salting gitu, trus tiba-tiba kek gimana gitu kalau pas aku cerita soal kamu ke anak-anak”

“Sat!! Napa tetiba aku jadi bahan gegosipan yak?”

“Elu emang sumber dosa, monyet! Baidewai, keknya si Feli naksir berat deh ama lu nyet!”

“Ngawur aja!” jawabku males

“Ni liat twit nya” ujarnya sambil ngulurin HP nye kepadaku

Pi


Mengapa lingkaran cangkang jiwaku terpecahkan hanya karena kehadirannya?

Dia yang irasional, transenden, atau bahkan mungkin ab-normal?

Ah, tidak...

Dia memang tidak normal

Sama sekali tidak...



Dia adalah perimetros, yang entah gimana telah membuka cakrawalaku

Diakah sang Rasio? Aproksimasi kebahagiaanku?



Tuhan, kenapa hati ini begitu tertarik padanya?

Ah, biarlah aku menelusuri misteri ini



Dia adalah Pi-ku, Misteriku



*Mbok aku ditembak to cak !

Huft

^_^






“Apaan nih?” tanyaku songong

“Ya artinya dia suka sama seseorang nyet!”

“Matematis banget bahasanya, ya tapi kan bisa sapa aja, Pir”

“Aelah, dia kan juara kata-kata nyet, most complicated woman I’ve ever known deh pokoknya”

“Elu itu most complicated woman I’ve ever known!”

“Ahh, elu, piknik-lu kurang jauh nyettt!!” ledeknya, sambil ngerebut tu HP

“Trus lagian kalau dia suka ama seseorang trus napa? Masalah buat lu, Pir? Masalah buat gue?” dengusku, mencoba kembali melototin Gal Gadot yang tampil so-Hot di justice league

“Ya masalah monyetttt!! Karena yang dia sukai itu ELUUUUU!!” Solotnya emosi sambil meloncat duduk dari posisi rebahannya, langsung menoyor jidat ku

“Ah, jangan berasumsi” jawabku datar

Yuia memelototiku dengan ekspresi bengis

“Apaan sih pir? Aneh deh lu” candaku

“Pokoknya ga boleh!”

“Napa?”

“Gak Bolehh!!”

“Iya, kenapa?”

“Eh, lu jangan-jangan tertarik juga ya sama Feli?”

“Kenapa enggak? Dia imut, manis, pinter, anggun, mandiri, kalem…” belum selesai aku ngomong yulia udah membungkamku dengan kedua tangannya sambil melotot

“Udah cukup!” sergahnya sok emosi

“Apaan sih Pir? Lu aneh deh!”

“Gak boleeeehhh! Pokoknya gak boleeeeeh!”

“Iya napa?”

“Karena elu punya gue Nyet! Gue! Cuman Gue!!” hardiknya absurd

“Sedeng lu Tant…” candaku, menyebut dia Tante. Lah, emang Yulia ini sebenernya Tanteku kan? Anak dari adiknya eyang kan tante yak? Dan Yulia ini paling ngamuk kalau ku panggil Tante

“Eeeeggggnngg….. jahat lu nyet! Aku nangis lho, aku sedih lho! Kamu udah ngambil keperawananku juga! Monyet jahattttt!!” rajuknya absurd

“Gila aja lu!! Lah kapan juga gue ngambil keperawanan lu? Nyimpen-nya dimana aja gue ga tau!” protesku

“Yaa, awalnya gue kan colmek ngebayangin ngewe ama elu nyet, eh, malah jari’we masuk dua. Jadi pecah deh keperawanan gue. Dan jari itu kan aku bayangin sebagai punyamu, jadi ELU yang ngambil keperawananku!!” protesnya betul-betul tanpa dasar argumentasi yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah! Ini mah, politisasi, kriminalisasi, persekusi, abrasi, konjugsi dan ngawurisasi!

“Taik, bangsad !! Bejad beut kelakuan lu Tapiiirr!!” bales ku sambil menoyor kepalanya kenceng-kenceng, gemes banget tau ga?!!

“Bodo!” rajuknya lagi

“Udah ah, aku lagi nonton ni lho! Ganggu aja sih lu!” hardikku

Tapir gila itu malah loncat ke pangkuanku, duduk berhadapan, tangannya di sampirkan ke atas pundakku. Seperti biasa kalau di rumah, Yulia cuman pakai celana short ketat dan kaos gombrong yang nyembunyiin fakta kalau dia jarang pake BH. Dan aku, yaaa, seperti biasa juga, cuman pakai boxer dan kaos biasa

“Nyet…” desisnya

“Apaa... oughtttt” sayangnya aku tidak sempat menyelesaikan kalimat protesku, karena tiba-tiba, entah kesambet setan dari mana, Yulia dengan songong nyosor bibirku sembari memeluk tengkukku kuat-kuat. Dan aku tidak sempet memberikan perlawanan. Apa aku udah pernah cerita kalau tangan Yulia ini gesit banget?

Ah…

---

Akankah harus kujalani hidup yang irrasional dan tidak mungkin dituliskan?



Seperti halnya Pi, yang akan terus melewati titik desimalnya tanpa ada pola yang berulang…



Se-Irrasional itukah perjalanan hidupku nanti?



Tuhan, bisakah kupikul tanggung jawab sebesar Pi?





---- Catatan kaki:



Pada tahun 1760-an, Johann Heinrich Lambert adalah orang pertama yang membuktikan bahwa bilangan Pi (π) tidak rasional, yang berarti bilangan ini tidak dapat dinyatakan sebagai pecahan a/b, di mana a dan b adalah bilangan bulat.



Pada abad ke-19, Charles Hermite menemukan sebuah bukti yang tidak memerlukan pengetahuan prasyarat di luar kalkulus dasar. Tiga penyederhanaan dari bukti Hermite adalah berkat Mary Cartwright, Ivan Niven, dan Nicolas Bourbaki.



Bukti lainnya, yang merupakan penyederhanaan dari bukti Lambert, adalah berkat Miklós Laczkovich. Banyak di antaranya merupakan bukti-bukti kontradiksi.



Lalu pada tahun 1882, Ferdinand von Lindemann membuktikan bahwa pi tidak hanya irasional, tetapi juga transcendental



Referensi: Lambert, Johann Heinrich (2004) [1768], "Mémoire sur quelques propriétés remarquables des quantités transcendantes circulaires et logarithmiques", in Berggren, Lennart; Borwein, Jonathan M.; Borwein, Peter B. (eds.), Pi, a source book (3rd ed.), New York: Springer-Verlag, pp. 129–140, ISBN 0-387-20571-3”



Dan beberapa jurnal lain



(Wikipedia)

End of Pi – Sang Irrasional Pt. 2

To be Conticrot...





Terimakasih atas semua komentar dan atensi sobat, suhu, master dan juragan semua di mari
Selapas ini, update akan nubi upload secara lebih reguler

Terimakasih
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd