Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Incest - No SARA] DIORAMA - Bukan Cerita Cinta

Bimabet
Kenapa nubi suka nulis? Karena bagi nubi nulis itu adl salah satu cara untk menjaga otak jompo nubi untuk bisa tetap fit

Nubi nulis hanya untuk iseng, tdk cuma CerPan tapi juga beberapa cerita pendek fiksi yg lain

Jadi, mohon maaf sebelumnya apabila cerita nubi kurang berkenan, atau frekuensi update yg tdk bisa kejar tayang. Maklum, selain amatiran, nubi juga punya RL yang harus dihidupi. Juga biaya kos-kosan yg harus dilunasi

Kasihan dedek2 gemes itu, kalau bukan kita yg bantu, siapa lagi? 😁

Maka dari itu sekalilagi nubi minta maaf apabila cerita maupun frekuensi update kurang berkenan bagi suhu dan master di mari - Tapi nubi berjanji akan melakukan yg terbaik 🙏😉
mantab subes
sering membantu dedek2 gemes :D
jadi mau saling membantu juga ke dedek2
 
Dilanjutpun...





POLARIS – Sang Penunjuk Arah

Awal petang, namun matahari masih bersinar dengan terik, seolah enggan untuk kalah adu perkasa dengan sang malam yang sebentar lagi harus menggantikannya berjaga, menemani perputaran dalam terang-gelapnya dunia. Beberapa kupu-kupu nampak kesal terbang kesana kemari di pucuk-pucuk pohon Ketapang yang melambai tertiup angin sore, daunnya mengelus-elus lembut jendela kamarku yang berada di lantai dua. Aku terpekur, menatap tirai blindfold setengah terbuka yang beberapa minggu lalu kupasang disana menggantikan tirai kain yang lama, menelusuri sepinya jalan kecil didepan rumah kami

Sebuah koper telah terisi dan terpaking dengan rapi, bersandar dengan sabar di pojok ranjangku dalam ruangan sempit yang sekarang penuh dengan buku-buku. Aku menghela nafas

“Kenapa?” Sebuah suara terdengar dari ambang pintu. Pemiliknya suara itu saat ini bersender dangan lesu dalam ekspresi datar berada disana. Aku melirik sekilas. You can see putih dan celana pendek gemes warna kuning tua yang dikenakannya memicu kelebatan kenangan yang sudah terkubur di benakku selama hampir tiga bulan lamanya. Kenangan saat wanita yang saat ini sedang beradu pandang denganku, berani mencium bibirku dan membuat sebuah pengakuan mengejutkan

Aku menatap wanita itu lekat-lekat, belum ada kata-kata yang bisa melucur dari mulutku. Hampir tiga bulan yang lalu, pengakuannya yang gamblang sebenarnya menegaskan perasaan yang sama dengan yang kurasakan, namun ciuman itu seolah mengguyur kesadaranku atas potensi hubungan sedarah yang terlarang diantara kami. Aku jatuh cinta kepadanya, iya, sejak dahulu, mungkin malah mendekati tergila-gila. Namun selama ini, rasa cinta itu hanya berani kuekspresikan dalam bentuk perhatian dan pengabdianku yang nyaris tanpa batas kepadanya. Iya, aku memang ingin memilikinya, namun rintangan yang mungkin akan menjegal Langkah kami laksana setinggi gunung yang tak mungkin terdaki, seluas samudera yang mustahil diseberangi…

“Kamu gak papa, sementara sendirian?” tanyaku balik

Pemilik wajah imut dengan sejuta ekspresi yang selalu kukagumi itu hanya tertunduk. Aku menghampirinya, menyentuh tangannya dan berkata selembut yang aku bisa “Aku bisa membatalkannya kalau kamu mau”

Dia mendongak menatapku, sejenak pandangan kami bertemu

Sejak ciuman itu, yang berakhir dengan penolakanku, hubungan kami memang menjadi hangat-hangat-canggung. Kami masih kemana-mana bersama, masih makan berdua, kadang kalau sama-sama bangun kesiangan, kamipun masih mandi Bersama. Dan dimalam-malam yang lebih nyaman, kami juga masih berendam berdua di bathup kamar mandi yang memang kami pakai bersama. Beberapa kali juga Yulia minta tidur di kamarku dan kuperbolehkan, namun sentuhan-sentuhan fisik dan becandaan kami seolah terganjal oleh hal yang belum bisa kami atasi

Ciuman itu…

Dari saat itupun, Yulia juga berganti-ganti pacar, mungkin hampir tiap minggu dia jalan dengan orang yang berbeda. Sering pula pulang dalam keadaan mabuk. Sedangkan aku, aku mengubur diriku dalam urusan perkuliahan. Bukannya aku sudah tidak mempedulikan keamanan dan keselamatannya, namun aku merasa, pelarian-pelarian yang dia lakukan sekarang memang sedang dia butuhkan. Aku tetap memonitor, dan agar kamu tau saja, waktu serta tenaga yang kudedikasiakan untuk itu tidak bisa dibilang sedikit

Bahkan, aku melepas bisnis onlineku, semenjak itu, kegiatan usahaku sudah 100% kuserahkan pada mbak Fenti, orang yang kuangkat sebagai manager. Dibawah manajemen perusahaan Ayah yang di komandoi oleh pak Tata. Hanya laporan keuangan bulanan yang masih rutin kuterima dari mbak Fenti.

Dan beberapa kabar baik juga datang dari kampus, aku mendapatkan kesempatan untuk menjalani program student exchange, program dari Kemendikbud dan LPDP ke University of Maastricht di Belanda selama satu semester. Sore ini, aku mempersiapkan keberangkatanku. Besok pagi aku akan dijemput oleh sopir Ayah dan berangkat dari Surabaya pada sore harinya. Bareng sama Feli

Wajah lesu itu dekat sekali dengan wajahku, pandangan kami bertemu kembali untuk kesekian kalinya

“Kamu tuh, keren banget sih nyet?” ujarnya tiba-tiba

Aku hanya mendengus dan melempar wajah, kalau kamu bisa melihat, mungkin saat ini mukaku sudah semerah tomat. Kamu tahu, aku bukanlah lelaki tertampan didunia, bahkan kata tampan itu sendiri kurasa akan menolak kalau dipaksa disandingkan denganku. Walaupun kuakui aku memang bukan tanpa pesona, tapi tetap saja, kata-kata pujian (yang memang jarang) dari Yulia entah mengapa selalu berhasil membuatku salah tingkah

Aku kembali menatap wajahnya, fokus pada kedua mata bulat-nya. Alis yang mebatasi mata itu tertoreh nyaris sempurna di dahinya yang agak lebar. Bulu-bulu lentik mengikuti kedipan mata yang pesonanya bagiku hampir tak dapat kutolak. Hidungnya mempunyai proporsi yang pas dengan wajah dan pipinya yang sedikit chubby. Bibirnya yang penuh dan selalu dalam ekpresi datar itu menyimpan senjata dengan daya rusak level mematikan, sebuah lesung pipi! Benda kecil ajaib yang bisa tiba-tiba muncul saat sang pemilik bibir memutuskan untuk tersenyum. Senjata yang selalu berhasil mendobrak gerbang pertahananku, sekuat apapun benteng yang mencoba aku bangun disana. Lesung itu cuman satu sih, tetapi manisnya selalu berhasil meluluhkan duniaku…

“Dah, Mulai! Mulai! Mulai deh sok cool, sok kalem, sok cengar-cengir! Kamu itu sebenernya jelek tau gak Nyet??!!” lanjutnya sambil mencubit perutku kuat-kuat. Lah tadi bilangnya gue keren? Emang labil ni Tapir

“Ough, sakit Pir!”

Huft…

Mata kami bertemu kembali, aku membalik badan karena canggung dan berjalan kearah ranjangku dan menghempaskan pantatku disana, Yulia malah menyusulku, dan sekarang kami duduk berhadapan, bersama tumpukan berbagai macam buku yang kusortir untuk kuputuskan, buku mana aja yang akan kubawa dalam perjalanannku nanti

“Apasih?!” ucapku risih, karena gak bisasnya si Tapir ini memandangku dengan ekspresi aneh seperti itu

“Njir, kamu emang selalu beneran keliatan keren deh Nyet!” ulangnya lagi, mungkin dia serius dengan celetukan itu, mungkin juga cuman bercanda, yang pasti, kalimat-kalimat pujian darinya semacam itu masih saja membuatku serasa terbakar

“Apaan sih?!” Sanggahku absurd

“Gak bosen-bosen gue ngeliatin elu Nyet! Dan… Student exchange from Indonesia!” - Dia melakukan gerakan seperti seorang MC memperkenalkan bintang tamunya - “Jeng, jeng jeng…. Gila luh Nyet! Njir, lu tau ga, lu tuh tambah famous lho, dah jadi bahan gegosipan utama di kampus. Bahkan anak-anak ekonomi dan kedokteranpun nggosipun elu!” Oceh Yulia tambah sembarangan. Dasar ratu gossip, updatenya cuman seputar hal-hal ginian!

“Diem Ah!” Sergahku cepat. Njir, kali ini entah kenapa aku jadi malu beneran!

OK, program itu, memang tidak tiap tahun ada. Dan saat aku mendengarnya, semerta-merta aku mendaftar. Belajar Tehnik Sipil di Belanda adalah salah satu impianku, Tehnik Sipil yang ada di sana sudah berkembang menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Aku mau itu. Memang aku bekerja keras untuk meraih kesempatan ini, namun, yang aku juga denger, pengaruh ayahnya Tapir di pemerintahan juga menjadikanku mendapatkan sedikit privilege. Ini tidak adil buat pendaftar lain memang, tapi ya…

“Ya Oke, ku akui aku memang tampan menawan, tapi aku masih merasa kalian terlalu membesar-besarkan ketampananku” jawabku selebow sambil mengangkat bahu, yang diikuti toyoran gemes Yulia di jidatku

“Taik lu nyet!”

Aku ngakak

“Eh, awas ya, kalau disana besok elu kebanyakan nyimeng ato keseringan maen ke Red Light, Gue samperin, gue acak-acak lu!” candanya lagi

“Njir, ke Red Light owg, vangke lu Pir! Lu liat disini emang gue sering maen ke SK gitu?” protesku sok merajuk. Oke, bagi yang ga tau Red Light District di Amsterdam, silahkan googling aja sendiri, gue ga peduli! Bagi yang gak tau SK alias Sunan Kuning – pusat jajanan dan oleh raga khusus dewasa di Semarang, silahkan nanya sopir taxi deh, gue juga ga peduli!

“Aelah, kali aja lu tetiba ngaceng disana nyet!” Ocehnya gak kalah selebow

Aku tersenyum ngekek, walau tiba-tiba merasa ada yang janggal dalam situasi ini, lalu aku menyadari kejanggalannya; Pertama kalinya sejak insiden ciuman itu, baru kali ini aku dan Yulia bisa becandaan lepas seperti sebelumya…

“Njir!”

“Eh, Nyet, lu beneran masih perjaka ya?” tanyanya tiba-tiba. Si bangsad ini memang perempuan tanpa norma! Dan ngobrol sama dia, kita harus siap untuk meloncat dari Galaxy satu ke Hollywings yang lainnya. Ah, kalian pasti paham lah, maksudku!

“Taik! Mulutnya anjir! Sesad lu Pir!!”

“Jujur, gw nanya beneran. Lu masih perjaka nggak? Lu kan tau sendiri gue udah ga perawan lama! Gue kan selalu jujur ama kamu nyet? Lu jujur gih, masih perjaka gak?”

“Maksudlu sejak keperawanan lu kecolok ama jari-lu sendiri pas colmek bayangin gue, trus lu nuduh gue yang ngambil keperawananlu? Lu hijrah gih! Bangke, sesad hiduplu !!” aku cengengesan

“Bukan itu tolol !! Gue kan udah pernah ngewe ama beberapa cowo, kan elu tau! Gue kan cerita semua ke elu! Elu bangsad sih, ga jagain gue! Jadinya gue digilir ama cowo-cowo lain!”

“Sat! Pake nyalahin gue lagi, elunya yang mesum!!”

“Ya, awalnya sih coba-coba, ternyata enak wkwkwkwk…”

“Kelakuanlu emang iblis Pir!”

“Lha iya, makanya gue nanya, lu masih perjaka ngga?”

“Bodo amat!” jawab ku kesel

“Yaelah, serius nih, nanya doang!” yulia masih saja mendesakku untuk menjawab pertanyaan super konyol dan gapenting banget itu

“Enggak!” jawabku singkat

“Ih, Beneran?” Yulia terlonjak kelihatan gembira, melompat seperti pudel kecil mendapatkan mainan bola baru. Napa juga dia gembira yak?

“Maksud pertanyaan gue, yang ga perjaka titid lu lho, bukan pantat lu! Jadi Titid lu udah ga perjaka beneran?” lanjutnya

“Matalu Anjinkk!! Vangke gada Ahlak emang lu yaaa…” gue gemes, semerta-merta merangkul lehernya dan mengucel-ngucel rambutnya dengan sadis. Yulia ngakak…

“Anjing, beneran lu nyet? Kapan? Dimana? Ama siapa? Ama Feli ya? Ato lu jangan-jangan BO ya?” yulia semakin bersemangat menginterogasi

Dan kilasan kenangan kelabu-cokelat biru dengan mba Yanti tiba-tiba membayang dimataku, yang buru-buru kuusir

“Cerewet lu, tolol!”

“Oke, oke, pertanyaan lain…” jawabnya sambil masih cengar-cengir

“Apaan?”

“Lu kenapa ngelepas perjakanya harus sama mbak Yanti sih nyet?” tanyanya sambil tersenyum super genit yang ah…

Aku mendadak serasa ditimpa Burj al Khalifa, mataku melongo kaget, super kaget, Tapir sialan ini… Kamu cari gih, tomat yang paling merah sealam semesta, dan kalau kamu sudah nemu tu tomat, coba deh bandingin sama warna mukaku saat ini, aku yakin malaikat juga tau, siapa yang jadi juaranya…

Syok! itu yang terjadi… Kekagetan seolah mendengar langsung suara Big Bang, aku cuman bisa ternganga, gagap dan gugup…

“Iiih, biasa aja kali nyet, gue kan baca diary lu yang lu upload di GDrive lu” paparnya ringan

“Dari mana lu dapet akses ke GDrive gue, setan?!!” Rrrgghhh! Gemes beut ga sih, ama ni vampire

“Yakan dari HP lu, kalo lu tidur kan HP lu gue oprak-oprek…” Tapir gila itu berkata hampir tanpa rasa bersalah

“Trus darimana… gimana lu… Eh, lu kok bisa tau password HP gue?”

“Ya lu pakenya password, ga pattern! Kan passwordnya tanggal lahir gue! HP lu napa passwordnya tanggal lahir gue sih? Awkward tauk!” cerocosnya innocence

Gak peduli kalau sebelumnya aku merasa hebat karena dapat beasiswa student exchange ke Eropa, atau karena bela diri yang kukuasai membuat aku selalu merasa menjadi yang terkuat di tongkrongan, atau karena IP ku yang 3.90, saat ini aku merasa menjadi mahluk tertolol seAlam Semesta. Dan aku masih aja melongo…

“Setann…” aku cuman bisa mendesah lirih, pasrah… “Jadi selama ini lu dah tau? Sejak kapan lu tau?”

“Udah lama sih nyet! Lu aneh! Jangan-jangan fetish lu emang sama emak-emak ya? Pantes aja Feli lu anggurin… Gue juga lu anggurin, kita kan udah mandi bareng, berendem, bareng, bobo bareng, gue udah cipok elu, lu koyorin tetek gue kek, jilatin memek gue kek, perkosa gue kek ato gimana… Ah, ternyata lu suka mesumnya sama emak-emak sih… ” protes palsunya semakin ngeselin tau ga?

“Saaaattt!! Diem lu! Itu kecelakaan tauk!”

“Hehehe… Iye, gue tau kok hihihihi… elu deskripsiin dengan jelas di diary lu kan? Aneh deh lu Nyet! Bisa diperkosa gitu ama emak-emak!”

“Bisa diem kagak sih?” aku beneran merajuk

“Emak-emak lebih expert ya?” godanya lagi sambil mengangkat-ngangkat alis

“Taik!”

“Hihihi… lu culun banget sih nyet? Nggemesin tauk!”

“Cerewet anjing!”

“Eh, ngewe yuk nyet! Gue service dah, dijamin ga kalah ama servisan emak-emak… hihihi…”

“Bangsaaaddd…. baangsaaad… Eh, elu sebenernya ke sini mau ngapain sih Pir? Mo ngeledekin gue gitu?” protesku lagi, tapi protes itu udah cenderung ke memelas sih… Malu banget tau ga sih?

“Enggak sih, sebenernya cuman mo ngobrol, sebelum elu ninggalin gue sendiri selama se-semester, piknik ke Belanda! Lu tega sih nyet, ninggalin gue sendiri… Jadi gue pengen ngobrol gitu, perpisahan yang baek, Eh, malah elu cerita ngewe ama emak-emak, kan gue jadi panas nyet!”

“Elu yang duluan mulai cerita-cerita ngewek, Bambanggggg!! Gada ahlak lu emang ya, Pir?!! Buset dah!!” Esmosi gue

“Eh, elu yang ngewe ama emak-emak, napa tetiba gue yang jadi gada ahlak? Orientasi akhlak lu kebalik deh Nyet!” solotnya. Tapi argumentasinya Tapir bener juga sih… eh? Gak ding! Eh? Mbuh ah!

“Anjinkk… Nyerah deh gue PIr! Lu terserah deh, mo ngatain gue apa, nyerah gue! Ampunnnn Tuan Putriiiiii… Ampunnnn, hamba mohon ammpuuunnnnnn!!!” aku memelas sambil membuat pose menyembah, udah deh, aku emang memutuskan untuk nyerah beneran!

“Hihihi… Lu lucu tau gak sih Nyet?”

“Dah, gue nyerah!! Lu mau ngatain gue lucu kek, gada ahlak kek, cupu kek, serah, gue Nyerah! Serah elu! Tapi udah ya Pir, kita ganti topik deh… ya pir? Yulia Tapir yang cantikkk… Pleasee…” Sumpah, beneran deh, gue nyerahhhh!! Ampunn…

Yulia malah berlagak sok kuasa, sok menang, sok santuy, trus menyilangkan kakinya dengan lagak sok anggun, pahanya yang gilik dan pitih menumpang satu dengan yang lain. Kedua tangannya ditarik ke belakang untuk bertumpu, yang menyebabkan dadanya membusung sempurna. Puting itu… Ah, seperti biasa, aku yakin dia tidak memakai BH lagi. Dan pandangan matanya menusuk tajam ke mataku. Dan senyuman manis penuh kemenangan itu… Ah… Nyebelin!

“Lu yakin lu rela gue katain apa aja Nyet?”

“Iya, aku rela Tuan Putri… Udah, ampunn Ndoroo Ayuuu… Nyuciin baju lu semur idup juga gue jabanin deh! Tapi udah, jangan bahas soal ini lagi yaaa… ya, tuan putri Yulia yang tercantik dan terbaik sealam semestaaaa… kumohonnn” aku sok merengek, masih memelas sambil cengar-cengir

Yulia juga nyengir, semakin penuh kemenangan!

“Lu mau tau apa pendapat gue saat ini tentang elu Nyet?”

“Ampun Ndoro…” aku masih males menanggapi

“Mau tau nggak? Ato gue desas-desusin di kampus lho skandal lu!” ancamnya

“Anjir, tega lu Pir!”

“Mau nggak?”

“Mau apa?”

“Mau denger pendapat gue tentang elu nggak?”

“Serah!” aku masih ngambek

Yulia melirikku “Atau kamu lebih suka skandal elu….”

“Iya, mau mau!” serobotku sambil sepontan memegang lututnya

“Mau apa?”

“lah, katanya mau ngomongin pendapat lu tentang gue!”

“oww, kirain lu mau perkosa gue Nyet! Tiwasmen aku siap-siap ngangkang… Hihihi… ” Dasar setan!

“Anjingg…” aku mendesah, belum selesai juga ya? Vangke emang! Dengan risih aku mengangkat kembali tanganku yang tadinya berada di lututnya

“Oke deh! Dengerin baik-baik ya Nak!” katanya tiba tiba semangat, sambil menepuk pahanya sendiri dan mencondongkan tubuhnya kedepan, lalu dengan cuek tangannya mengkucel-kucel ubun-ubunku dengan lagak sok tua. Wajahnya didekatkan kewajahku dengan ekspresi serius dan pandangan matanya sok ditajem-tajemin

“Serah!” dengusku pasrah

“Elu itu, dimata gue…” - Jeda sejenak - “Adalah cowo yang paling hebat, paling pinter, paling bertanggung jawab, paling bisa diandelin dan paling bisa ngelindungin gue. Kek dulu, waktu sekolah, elu selalu cover PR-PR gue, yang kadang sangking sulitnya dikerjakan ama otak dodol gue, sampai bikin gue mau mewek, elu selalu nyelesaiin masalah-massalah gue. Segila apapun kelakuan gue, elu selalu ada. Lu selalu ngerti. Walau elu selalu mengeluh setiap kali gue suruh-suruh, elu selalu mau, bahkan saat gue minta ngelakuin hal paling konyolpun…” Yulia menghela nafas sebentar

Lalu ngelanjutin omongannya “Dan disamping elu, gue merasa terlindungi banget. Gue merasa aman… Nyet, sering, gue pengen deh jadi egois dan nuntut elu untuk selamanya ada disisi gue! Gue tau lu gak akan bisa nolak, tapi disisi lain, gue juga mau elu mencapai potensi maksimal elu, gue gak mau jadi barrier elu, gue gak mau jadi batu sandungan elu, gue mau support elu sebisa gue! Gue mau elu maju Nyet, dan percayalah, gue akan baik-baik aja disini. Don’t worry about me!” Kulihat, sekilas matanya berkaca-kaca dikit…

“Dan semester depan saat lu balik lagi ke Indo, lu akan liat, IP gue akan lebih dari 2,5 – itu pembuktian rasa sayang gue ke elu Nyet…” Kata-kata itu oleh Yulia dicoba untuk dikatakan dengan intonasi sedatar mungkin, tapi perasaan tulus yang ada didalamnya, menguar dengan jelas. Menusuk hati ku sekuat parfum beraroma lavender yang dia pakai, yang kukira sedikit bercampur aroma lemon, segar, namun meninggalkan kesan yang kuat, serta menyenangkan…

“Eh?” lagi-lagi aku cuman bisa melongo terpana, Yulia ini…

“Btw, napa flight lu dari Surabaya sih?” - Walah, napa juga dia nanya ginian?

“Oh, itu…” Aku gelagepan

“Feli ngikutin elu sampe Belanda ya?”

“Oh, itu… anu…”

“Kayaknya kalian emang cocok deh Nyet, Feli baik, cantik lagi… dia naksir berat ama elu nyet! Eh, jangan-jangan kalian udah jadian dibelakang gue ya? Backstreet kalian?!! Hah? Kurang ajar juga lu Nyet!!” Tuduhnya sembarangan

“Oh, ga gitu owg, aku… aku… kami… cuman temenan kok” napa juga aku musti gelagepan yak?

“Jangan bego nyet! Kesempatan tidak datang dua kali lho!” nasehatnya malah sok bijak

“Yul! Elu tuh aneh ya?”

“Emang!” jawabnya spontan

“Njir! Lu tau kan gue sayang ama elu Pir?”

“Ya tau lah Monyet Sayang! Lu kira gue bego? Kalau elu gak sayang banget ama gue, mana mungkin gue bisa eksploitasi elu kek gini… wkwkwk” yulia ngekek, tapi poin itu bener juga sih, aku aja yang bego kali yak?

“Kakeamu! Lu tuh dulu cinta pertama gue sih… Lu tau gak sih Pir?” aku ngaku

“Hilih, Dulu? Sampe sekarang pun elu masih gitu kan? Masih jatuh cinta ama gue kan? Masih ngarepin bisa pacaran ama gue kan? Kalau enggak, lu udah jadian ama Feli, ato ama Indah yang ujug-ujug nembak lu kemaren, ato Ela yang sok perhatian, atau Sisca temen sekelas elu yang sok imut n selalu ceper ama elu itu!” tebaknya judes

“Elu emang gada akhlak Pir!” desah ku nyerah lagi…

“Wkwkwk, Nyet Monyet! Elu itu lugu banget tau ga sih?”

“Crewet anjir!”

Dan pandangan mata kami bertemu kembali

Keheningan kembali melanda…

“Come on boy! Make a move! I dare you!” ujar Yulia tiba-tiba, memecah keheningan yang menggantung seperti jelly diantara kita, ucapan menantang dengan provokasi bibir yang melakukan gerakan mencium dari jauh, sambil naik-naikin alis dan memandang ku lekat-lekat

“Shit!” desisku pendek, aku mancoba mengeraskan hati untuk menerima tantangan mengerikan ini

Dan setelah keberanian itu terkumpul, sedikit sih, masih ada segunung keraguan yang seolah menarikku kuat-kuat dari sisi terdekat keberanianku. Meneriakkan keras-keras sebuah peringatan atas niatan tabu yang mulai terakumulasi diujung benakku. Tapi aku segera menutup semua suara-suara batinku sendiri, aku nekat, aku menyorongkan kepalaku kedepan, mendekati bibir yulia yang terbuka menantang

Apakah Yulia memang menungguku mengambil langkah, menungguku dengan ketulusan yang barusaja diungkapkannya, atau apakah ini hanya sekedar ejekan-ejakan dan becandaan akrab yang sering kami lakukan diantara kami, yang bisa saja tidak berarti apa-apa?

Apapun itu, nasi sudah menjadi bubur. Tantangan diberikan dan tantangan diterima, dengan maupun tanpa pertimbangan!

Entahlah, tapi sekonyol apapun ini, detik ini, aku memutuskan untuk maju menyambut tantangan itu. Apapun resiko dan konsekuensinya…

Lalu, aku mulai mencium bibir indah yang selama ini selalu kudamba itu…

“Ough…” desis Yulia pelan

Yulia menyambut ciumanku dengan ketulusan yang tidak kukira akan kudapatkan. Menurutku, ciuman ini adalah ciuman terintim yang pernah aku lakukan. Bukannya aku sering berciuman, tetapi beberapa kali memang aku menyambar (walaupun dengan setumpuk keraguan yang masih mengintip) provokasi yang dilakukan oleh Indah maupun Laela. Yup, aku memang tidak sepolos itu, dua teman baik dari wanita yang benar-benar aku sayangi ini pernah kucumbu

Dan ciuman itupun berlanjut, mesra, intim serta penuh luapan perasaan. Walaupun bibir kami saling bertautan dengan erat, seolah enggan untuk berpisah lagi, namun badan kami masih membeku di tempatnya masing-masing. Berjarak dan canggung. Sejenak ciuman itu mengambil jeda, jarak sedikit tercipta dan mata kamipun bertemu kembali. Nafas yang mengalir panas dari hidung dan mulut Yulia kuarasakan menggempur wajahku dengan telak, membuatnya semakin memerah. Namun wajah Yulia juga bukan tanpa ekspresi. Memerah, semerah buah cerry yang berbalut embun ceria dibawah sinar matahari pagi

“Sorry…. Aku… khilaf…” Ucapku lirih dari bibir yang masih berjarak hitungan centi dari bibir Yulia

“Shut up!” hardiknya pendek lalu mendekatkan bibirnya kembali, menempelkannya ke bibirku dan mulai melumat lagi. Namun kali ini, tangannya dilingkarkannya ke leherku dengan mesra

Sejenak kemudian, birahi mulai mengambil kendali…

Tubuh kami roboh dan bergulingan di ranjangku. Aku mengambil inisiatif lanjutan, dalam posisi miring, tanganku merengkuh punggungnya, memeluknya seerat yang aku bisa, dan tangan Yulia-pun masih melingkar di leherku, telapak tangannya meremas-remas rambut dan bagian belakang kepalaku dengan dorongan birahi yang sama-sama kami rasakan semakin memuncak

Kami berguling kembali, saat ini posisi-ku berada diatasnya, bibir kami masih saling memagut. Tanganku bergerak kearah dadanya dan meremas-remas kedua payudara kenyal itu dari atas kaos yang yuila kenakan. Yulia melenguh menikmati remasan itu. Puting payudaranya juga tidak luput dari kenakalan jari jariku. Saat ini, ciumanku sudah mendarat ke leher dan bagian belakang telinganya. Yulia kembali melenguh. Lalu dengan kasar tubuhnya menyentak, memuntir posisi kami. Setengah putaran tubuh, dan sekarang aku berada dibawahnya

“Aduh!” erangku tertahan

“Napa?” tanya Yulia sepontan

“Buku…” kataku sambil mengambil lalu melemparkan buku dengan hard cover yang tadi ujungnya membentur kepalaku saat kami berguling, buku Ilmu Tanah keknya. Ah, peduli amat!

“Aelah Nyet! Buku ya ditarohh di perpus, lu sih main taroh di ranjang, jadi ganggu kalau mo ngewe!” protesnya absurd

“Taik!” jawabku

Yulia nyengir didepan wajahku “Lanjut kita boy?” tanyanya sambil tetep nyengir dan menaik-naikkan alisnya

PLAK!

Dari bawah, aku memukul pantat Yulia yang sekarang merangkak di atas tubuhku

“Nakal ya!” Protesnya sambil memecet hidungku, aku nyengir

“Ough!” erangku kemudian, karena Yulia sudah melanjutkan kembali aksinya

Kali ini cuimannya tidak hanya menyasar bibirku, tapi juga dengan liar dia menjilati seluruh wajahku, leherku dan melata turun kearah dadaku. Dengan tergesa—gesa dia mengangkat kaosku, aku membantunya melepaskan kaos naas itu, dan melemparnya asal-asalan. Yulia mulai mengenyot puting dadaku, tangannya pun melata ke bawah, mencoba meraih ke arah pusaka tombak kyai brojomukti ku

“Anjing, Monyet! Lu gila!!!” hardiknya sambil terloncat kaget berigsut cepat-cepat dari atas tubuhku

“Apaan?” aku ikutan kaget

“Lu kalau ngaceng segini?” protesnya lagi sambil mencoba menganggam batangku dari luar boxer

“Hah? Trus gimana?” tanyaku songong

“Edan lu! Buka!!” perintahnya sambil mencoba membetot boxer yang termajinalkan itu “Anjink, ginana ntar nasib memek gue kalau diperkosa ginian! Lu gila emang Nyet!” protesnya lagi sambil kembali merayap naik ke tubuhku. Kali ini wajahnya menghadap kontolku dan pantatnya nungging di depan mukaku

“Yaudah kalau eluu…Ghhhughh……” belum juga aku menyelesaikan kalimat, udah main masukin aja tu kontol ke mulutnya. Aku auto melenguh dan melejang sambil menggenggam seprei kuat-kuat “Yuuulll… akh, bentaarr… ogghh…” erangku lagi

“Ogt…ogt…ogt… cplough…. Ah… Edan lu Nyet, mentok ampe tenggorokanku, anjinhhh…” protesnya sambil melongok kearahku

“Yul, kenapa selangkannganlu netes?” tanyaku absurd

“Gue tarangsang tolol! Awww… Jangan di colok dongg!” protesnya saat bagian tengah selangkangannya yang tembem itu aku tekan dengan ibu jariku

“Kagak nyolok, cuman gue usap doang!” ujarku informatif

“Memek gue sensitif Monyett!!”

“Yaudah kalau gitu” ujarku pendek

“Awwwwwwggghh…. Monyeeett…. Luuuu…. Gilaaa…. Haoughtpppp….” Sekarang gentian Yulia yang melenguh, karena aku dengan sepontan melingkarkan tanganku ke pinggangnya, serta menarik kepalaku keatas lalu menghisap dan mencecapi memeknya dari luar celana gemes kuning yang sudah basah kuyup di daerah lobang buayanya

“AWGJiGHNG LUHG YULLL” OK, bagi yang penasaran, aku bilang Anjink Lu Yul, karena pada saat aku membalasnya dengan menghisapi memeknya, yulia juga gak mau kalah, kembali memasukkan kontolku ke mulutnya…. Yang rasanya…

Ahhhh…

---

Tepian jalan tol Semarang – Surabaya itu kupandang dengan tatapan kosong. Pepohonan yang melesat kebelakang, serta awan-awan yang mengintip dikejauhan seakan berpacu dengan tamparan karet ban ke permukaan jalan cor yang kurang rata. Aku berkedip, memandang sisa-sisa gerimis yang masih menempel di kaca samping mobil yang kami tumpangi, gemerlap tersiram cahaya fajar, menguap dan mengering diterpa deru angin yang terbelah oleh laju kendaraan, lenyap hanya meninggalkan jejak bintik kecil, menandakan kalau mereka memang pernah ada disana

Yulia menolak, saat kuminta menemaniku jalan ke Surabaya, dia bilang; Manfaat menemaniku jauh lebih kecil dari Mudharatnya. Entah apa maksud perkataannya itu. Gerakan-gerakan kecil pak Yono, bapak sopir baik hati yang telah menjemputku dipagi buta itupun seakan menggambarkan kegalauan hatiku saat ini, beliau telah bekerja dan membantu keluarga kami sejauh aku bisa mengingat. Jujur, rajin dan loyal, adalah sedikit deskripsi dari banyak kualitas pak Yono yang membuat ayah mempertahankan beliau dalam tahun-tahun panjang kerjasamanya dengan kami. Walaupun usia sudah mulai menggerogotinya, namun beliau tetap teguh dalam memikul tanggung jawabnya

Tanggung jawab, ironisnya merupakan kata yang artinya sudah kupatahkan dan kuhancurkan menjadi berkeping-keping tadi malam. ‘Jaga Kakakmu baik-baik’ itu tanggung jawab sederhana yang dipercayakan bunda kepadaku. Kakak? Iya, bunda ‘membahasakan’ Yulia sebagai kakak buatku, dan aku…

Aku mendesah, mengingat dan menyesali kejadian tadi malam. Saat perbuatan tabu itu aku lakukan, saat batasan norma itu kulanggar, saat tangggung jawab itu kuinjak remuk. Namun entah kenapa jauh dilubuk hatiku, aku juga bersyukur. Seperti tiba-tiba aku bisa meraih bintang yang selama ini kudamba, bintang yang bersinar dengan terang malam itu

Ya, aku memang mundur lagi malam itu, didetik-detik penentuan. Saat batang penisku sudah dipegangnya dan digesek-gesekkan ke bibir vagina-nya, saat penetrasi itu sudah diambang pintu, entah mengapa guyuran kesadaran menyiramku seperti ombak es yang menghantam kepalaku. Aku terlonjak, sepontan kesadaran itu membuatku menahan tangannya, menahan laju tusukan penisku ke vagina-nya. Yulia berusaha melawan, tapi aku bergeming dan menggeleng. Lalu tiba-tiba dia menangis, dan aku memeluknnya seerat yang aku bisa, karena akupun tak tahu harus berkata apa

Malam itu, kamipun akhirnya hanya tidur sambil berpelukan dengan kulit saling menempel karena seluruh pakaian kami memang sudah tanggal. Namun, malam itu, aku tidak menyetubuhi Yulia. Tanteku, Yulia…

Tetapi, bagaimanapun, perbuatan kamipun bukanlah suatu hal yang pantas, dan apabila yang kami lakukan adalah sebongkah dosa dan segunung kesalahan, aku bersedia untuk memikulnya sendiri. Namun anehnya, mengapa hal itu malah menguatkan hatiku, membulatkan tekadku dan menunjukkan arah hidupku?

Sang bintang Polaris, bintang Kutub utara, bintang navigasi itu seolah menuntun arah langkahku

Sang polaris yang menyala terang malam itu bernama Yulia…

Iya, Yulia…

Ini konyol, tapi saat ini kurasa, kurasa… memang dialah orangnya…

Kurasa…

Kurasa… aku akan mengarungi samudera kehidupan ini dengan tekad yang bulat untuknya, dan kepadanyalah suatu saat nanti aku akan menuju

Tunggulah sebentar bintangku, bersabarlah sebentar Polarisku. Aku akan segera mengarahkan kemudi hidupku kepadamu

Bersabarlah…


---

End of Polaris

To be Conticrot...





Sekali lagi Terimakasih banyak kepada Suhu, Master dan Sobat Semprot yang telah bersedia membaca dan mengikuti cerita nubi ini
Nubi sadar, kalau masih banyak sekali kekurangan didalamnya
Komentar, Saran, Kritik, Cacian dan Makian Master sekalian tetap menjadi bahan bakar utama semangat nubi untuk terus menulis
Mohon jangan bosan, dan nantikan selalu kelanjutan cerita ini

Terimakasih
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd