Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Istri Solehah

MANTAB CERITANYA

SEMOGA MIRA CEPAT DIHAMILI sama pak dokter hehehehehehe

SEMOGA MILA CEPAT DIPERAWANI sama kontol yg ga sunat pembantu pak dokter

LANJUTKAN semoga ga macet ya ceritanya

cheeeerrrrsssss
 
PART 3

Selesai sholat isya tiba-tiba hapeku berdering. Aku lihat ternyata Mas Reza yang telepon. Aku angkat saja karena tidak ada suamiku.
"Halo Assalamu'alaikum Mira"
"Halo, Mas Reza. Ada apa nih telpon malam-malam?"
"Kangen aja aku Dek sama suara seksimu"
"Halah kebiasaan gombalnya. Aku tu dah nikah lho, Mas. Masa istri orang digodain."
"gak papa dek sekali-kali godain istri orang, Dek. Eh, Suamimu keluar kota ya? Tumben kamu bisa angkat telponku dan nggak bisik-bisik."
“iya mas lagi keluar kota kenapa emangnya….hayo mau nakalin aku ya?”
“enggak kok dek, mumpung suamimu lagi diluar kota gimana kalo besok kita jalan bareng?”
“dih mas reza curi-curi kesempatan…istri orang diajak kencan”
“Namanya juga usaha dek, hehe. Sekalian ngobrolin masalah program kehamilanmu”.
“emang mau kemana mas?”
“ke pantai aja dek cari angin”
“dih..angin kok dicariin mas….mending kamu cari istri mas….hehe”
“ya sebelum cari istri….. cari angin dule dek sama istri orang…hehe”
“dih..istri orang kok dijadiin bahan percobaan”
“hitung-hitung beramal dek….hehe. jadi gimana dek mau gak?”
“ok deh mas aku mau, nanti ketemu disana aja ya. Nanti kirim alamat tempatnya ya”.
“ok dek nanti aku kirim alamatnya. Assalamu'alaikum”.
“walaikumsalam” jawabku sambil menutup telepon

Hari ini aku sudah bersiap, aku ada janji jalan dipantai berdua dengan mas Reza. Entah kenapa aku begitu bersemangat hari ini. aku sudah meminta izin sebelumnya pada suamiku, dan suamiku mengizinkannya, tentu saja dengan alasan konsultasi.
Dengan senyum di wajahku aku keluar dari kamar, aku pun meemesan taxi online untuk menuju suatu tempat.
Setelah sampe tujuan, aku turun dari taksi dan masuk disebuah tempat wisata yang ada dikotaku. Aku berjalan mencari mas Reza dan beberpa saat kemudian aku melihatnya duduk disalah satu gazebo di pinggir pantai. Aku langsung menghampirinya. Kami berjalan-jalan berdua di pinggiran pantai. kami ngobrol banyak hal tentang masa lalu sampe pernikahanku bahkan sampe urusan ranjang. Setelah Lelah berjalan-jalan kami memutuskan untuk makan mengisi energi Kembali.

“tenagamu udah balik kan dek habis makan banyak setelah jalan-jalan?" Tanya Mas Reza.
"Iya Mas, udah kenyang, energi pulih lagi. Kenapa emang, Mas?", balasku bertanya.
"Oh.. Iya, baguslah soalnya kan kamu habis ini kerja keras." jawab Mas Reza. Mendengar nya, aku langsung malu
"Apaan sih Mas.. ngawur deh.."kataku
"Eh iya, nggak kerja keras ding, tapi dikerjain dengan yang keras-keras, hahaha... “
"Apaan sih Mas.. kan Cuma terapi kayak biasanya.."kataku
“gak inget ya terakhir kali kamu terapi sampe lemes ketiduran, hahaha”
“udah ah mas jangan bahas terus malu tau. Jadi terapinya kan mas?” kataku
“iya dek jadi kok, hehe, ya udah Ayok Dek cabut.." lalu Mas Reza menarik tanganku berjalan keluar dari rumah makan ini.

Kami pun bergegas pergi menggunakan taxi online meninggalkan pantai menuju rumahnya hingga sampailah kami di depan rumahnya. Ini sebenarnya bukan kali pertama aku menginjakkan kaki disini, beberapa waktu lalu aku juga kerumahnya untuk terapi, namun aku datang Bersama adik sepupuku mila. Tapi baru kali ini aku datang sendirian. Setelah Mas Reza membuka pintu gerbang dan kami masuk di teras, dan langsung masuk kedalam ruumah.

Di dalam rumah Mas Reza, aku duduk di sofa ruang tengah. Mas Reza mengambil minum dan duduk di sebelahku. Kami kemudian ngobrol soal program kehamilan.

Entah bagaimana caranya, duduk kami semakin berdekatan, bahkan sedikit menempel. Tiba-tiba Mas Reza mencium bibirku. Aku yang kaget, hanya bisa diam saja. Aku lalu berusaha melepaskan ciumannya.

"Mas kok gini, sih. Katanya mau terapi" kataku.

Tapi Mas Reza malah kembali menciumku sambil memepet tubuhku. Dan sekarang tangannya mencoba meremas-remas tetekku dari luar gamisku. Remasannya lembut tapi kuat dan intens.

“Aku ini dah punya suami..” kataku.

Aku yang memang mudah terangsang karena sentuhan di tetekku ini, secara refleks mulai melemahkan perlawananku dan menikmati saja. Bahkan ciuman dari Mas Reza mulai aku balas.

Lama-kelamaan, gairahku bangkit. Aku sudah tidak memedulikan lagi bahwa lelaki yang sedang berusaha menodai aku ini bukan suamiku. Kami berciuman makin panas, sambil tangan kiri Mas Reza masih terus memainkan tetekku.

Tangan kanan Mas Reza kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di atas penisnya yang masih tertutup celana. Kami masih terus berciuman, dan permainan tangan Mas Reza di tetekku makin intens dan ini membuatku makin terangsang. Secara tak sadar aku mulai menggerakkan tanganku mengelus-elus penisnya dari luar celana.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba ciuman dan remasan di tetekku berhenti. Mas Reza kemudian berdiri di hadapanku melepas celananya hingga keluarlah penis hitamnya yang berurat tepat di depan mukaku. Walaupun aku sering melihat penisnya waktu vcs-an, tapi ini kali pertama aku melihat secara langsung penis Mas Reza, dan penis pertama selain suamiku.

"Sayang, sepongin kontolku, dong. Udah keras banget nih, pengen diemut bibirmu yang seksi itu." Sambil menempelkan penisnya di bibirku. Aku yang juga sudah terangsang hanya bisa membuka mulutku, dan sedetik kemudian, kepala penisnya sudah ada di dalam mulutku. Mas Reza menarik pundakku agak ke depan, sehingga kini aku duduk bersimpuh di lantai, dengan penis Mas Reza masih ada di mulutku.
Sejak beberapa Minggu terakhir ini Aku memang suka mengulum penis. Aku banyak belajar dari film bokep yang sering dishare oleh Mas Reza. Kemampuan blow jobku makin hebat. Suamikupun sering memuji keahlianku memanjakan batang penisnya menggunakan mulutku.

"Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.." Aku jilat-jilat batang penis Mas Reza dari atas ke bawah. Aku mainkan bola-bola zakarnya dengan lidahku Lalu aku emut dan aku hisap kepala penisnya "Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.."

"Uggghhh.. Sayang, enak banget seponganmu.. kamu beneran praktekin film bokep yang aku kasih ya... Ugghhhhh.. terus Sayang.. iyaa, sedot yang kenceng.. ugghhh...." Erang Mas Reza keenakan.

"Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.."

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.." hanya suara itu yang keluar dari mulutku. Aku benar-benar menghayati peranku yang sedang mengoral penis Mas Reza ini. Kadang aku masukkan sampai dalam mulutku, kadang hanya kepala penisnya saja yang ada di mulutku, tapi aku sedot dengan kencang. Mas Reza hanya bisa mengerang keenakan.

Setelah sekitar 20 menit aku mengoral Mas Reza, tiba-tiba Mas Reza memegang kepalaku yang masih berhijab hitam ini. Kepalaku dipegang dengan kuat, sambil pinggul Mas Reza memompa mulutku maju mundur. Aku menebak Mas Reza sebentar lagi akan klimaks.

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.." suara itu yang keluar dari mulutku. Lalu tiba-tiba meledaklah isi penis itu di dalam mulutku. "Cllrrtt.. clrrrttt..." Aku refleks mencoba mengeluarkan penisnya dari mulutku, karena aku tidak biasa merasakan sperma di dalam mutlut, dengan suamikupun bahkan tidak pernah. Tapi tangan Mas Reza menahan kepalaku, aku akhirnya hanya bisa diam saja menunggu. Lalu dia sendiri yang mengeluarkan penisnya dari mulutku. Sperma yang ada di dalam mulutku, aku keluarkan sebisaku, sehingga meleleh di dagu kanan kiriku.

"Crott.. crottt.. crootttt..." Ternyata semburan spermanya belum habis dan mengenai wajah dan hijabku.

"Uggghhh.. banyak banget pejuhku Dek.. kamu makin cantik kalau mulutmu penuh pejuh gitu, mukamu juga... Ugghhh,"

"Bersihin paka mulutmu dong, Sayang." Pinta Mas Reza.

Aku lalu menjilati batang penisnya, buah zakarnya. Ujung penis nya Aku hisap-hisap, dan lubangnya aku jilatin.
Mas Reza kemudian menarikku ke dalam kamarnya.

"Sayang, aku kan sudah keluar, sekarang giliranku yang puasin kamu ya. Sebagai ganti yang tadi..." Aku masih ragu dan bimbang. Di satu sisi, gairahku sudah sangat tinggi ingin rasanya aku juga mendapat klimaks. Di sisi lain aku masih ingat aku ini istri Mas Rafi.

"Mas mau apa? Aku sudah bersuami, Mas" kataku berargumen tapi tanpa perlawanan sesidikitpun.

"Aku mau jilatin memekmu, Dek. Aku janji aku nggak akan minta masukkin kontolku ke memekmu. Kamu pakai hijab dan baju gamismu gitu aja, dalamannya aja yang dilepas." Mas Reza kemudian mendekatiku, mengangkat gamisku hingga sepinggang lalu menurunkan celana panjang dalamanku sekaligus celana dalamku. Aku hanya bisa diam dan pasrah. Mas Reza kemudian mendudukkanku di pinggir kasurnya, lalu mulai menciumi ujung kakiku dan mengelus-elus betisku..

"Hmmmpphh... Ahhh.." tak sadar akupun merintih antara geli dan nikmat.

Ciuman dan rabaan Mas Reza makinn ke atas mendekati vaginaku.

"Memekmu wangi dan indah, Dek.. Sempurna.." lalu diciuminya vaginaku itu, sambil diusap-usap menggunakan jarinya.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhhh..." Usapan, ciuman dan jilatan Mas Reza benar-benar nikmat. Dia tidak menyisakan satu sentipun untuk tidak dijilat dan dimainkan. Ketika lidahnya menggelitik klitorisku sambil jarinya mengusap-usap bibir vaginaku begitu terasa nikmat.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhhh... Ayanggg.." vaginaku saat ini sudah benar-benar becek dan basah tapi tampaknya Mas Reza malah makin menjadi-jadi memainkan vaginaku. Salah satu jarinya bahkan mulai mencolok-colok lubang vaginaku.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh..." Aku hanya bisa mendesah menikmati permainannya di bawah sana..

"Ohh... Cloppp.. Slurppp.." salah satu jari Mas Reza diarahkan ke bibirku, lalu aku refleks menghisap-hisap nya. Rasanya familiar, ya ini adalah cairan vaginaku sendiri. Selama beberapa menit aku menikmati menghisap-hisap jarinya, sambil vaginaku dimainkan oleh mulut Mas Reza.

Mas Reza kemudian bangkit lalu merebahkan dirinya di kasur. "Kontolku dah ngaceng lagi nih, Dek.. kamu diatas ya, aku jilatin memekmu, kamu sepongin kontolku." Aku hanya menurut saja dan memosisikan diriku di atasnya bersiap-siap mengoralnya lagi.

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.."

"Hmmmppphhh.." suara desahan dari bibirku yang tersumpal penisnya. Aku kurang bisa maksimal memberikan service orallku ke penis Mas Reza karena dibawah sana aku sedang dikerjain habis-habisan dan ini terasa nikmat sekali. Aku merasa tidak lama lagi aku akan mencapai klimaks.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh... Ayaaangg.. aku mau sampaaiii..." ketika hampir di ujung orgasmeku, Mas Reza menghentikan jilatannya di memekku.

"Ohh.. kok berhenti, Mas.." kataku

"Aku masih mau nikmatin Memekmu, Dek. Aku kan janji nggak akan minta masukin kontolku ke sini, jadi aku harus puasin jilat-jilat memekmu ini."

Setelah rasa ingin orgasmeku mereda Mas Reza melanjutkan lagi rangsangannya di vaginaku.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh..." desahku. Aku juga makin cepat mengulum dan menghisap penisnya di mulutku. "Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.." Setelah dirangsang selama beberapa menit, aku merasakan sensasi di ujung orgasmeku kembali.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh... Mhhaaaassss..." Tiba-tiba Mas Reza menghentikan lagi rangsangannya.

"Maaas, kok berhenti lagi sih.. hmmppph.. aku kan dah mau nyampe. Nanggung nih." kataku sambil memegang penisnya yang terlepas dari mulutku.

"Aku masih belum puas Dek jilatin memekmu. Kalau kamu mau dapet klimaks, kamu boleh kok pakai kontolku buat puasin memekmu, asal kamunya yang minta." kata Mas Reza.

"Hmmppph.. Iya, Mas.. aku mmhhauu.." kataku yang sudah tidak memedulikan yang lain bahwa aku adalah seorang istri shalihah yang menjaga adab dan perilaku sehari-hari. Saat ini yang ada di pikiranku hanya bagaimana caranya aku bisa orgasme.

"Bilang yang jelas dong, Sayang.." kata Mas Reza.

"Hmmppph.. Aku mau penismu Mas.." kataku sambil memegang penis Mas Reza.

"Itu bukan penis. Minta yang bener coba.."

"Aku mau kontol, Mas.. Aku mau kontolmu dimasukkin ke memekku.. hmmppph... " kataku yang diambang birahi tinggi.

"Oke, Sayang.. Kamu yang minta ya.. Karena aku di bawah berarti yang di atas kamu ya.."

Tanpa berkata-kata lagi, aku langsung memutar tubuhku. Aku angkat gamisku. Aku posisi kan selangkanganku di atas penis Mas Reza. Perlahan aku turunkan pantatku hingga bibir vaginaku bergesekan dengan kepala penisnya.

"Hmmppph.. ohhhh... Ahhh.." aku turunkan pelan-pelan tubuhku, hingga aku rasakan kepala penisnya sudah memasuki liang vaginaku..

"Ohh..ohhhh... Ahhh.." lalu aku turunkan tubuhku hingga pantatku menempel paha Mas Reza.

"Oooh.. Hmmmpphhhhh... Ahhh..." Rasanya penuh sekali penis Mas Reza mengisi vaginaku.

Tangan Mas Reza diarahkan ke tetekku, dan mulai bermain-main dengan tetekku dari luar gamisku.

"Oooh.. Hmmmpphhhhh... Ahhh...Maasss.." dengan masih mendiamkan penisnya di vaginaku, rasa ingin orgasme yang tadi hilang tiba-tiba kembali lagi.

"Ohhh.. Maaasss.. Aku kelluuuaarr..." Kataku

"Crtttt.. crtttt..."

Mas Reza menarik tubuhku hingga menempel ke badannya lalu mencium ku sambil memelukku. Pantatnya di tekan ke atas sehingga makin mendesak penisnya di vaginaku. Karena masih dalam rangkaian orgasme, Akupun hanya bisa melolong panjang keenakan.

"Ooohhh.. ooohh.... Hmmmmppppphh.. aaahhh....."

Mas Reza mendiamkan diriku beberapa saat, membiarkanku menikmati momen orgasmeku yang kudapat dari penis lelaki lain selain suami sahku.

Setelah beberapa menit kemudian Mas Reza melepaskanku dari pelukannya yang otomatis membuat penisnya lepas dari vaginaku lalu membaringkanku di sebelahnya. Aku hanya terbaring pasrah dengan masih memakai gamis hijau tua yang sudah terlihat kusut dan hijab yang berlumuran sperma yang sudah mengering.

"Dek, sudah sore nih, kamu mau tak antar pulang atau gimana.?" tanya Mas Reza.

"Nggak tau, Mas.. Aku capek banget nih ini.." jawabku.

"Kamu mandi aja dulu Dek, biar segeran. Habis itu tak anter pulang." kata Mas Reza menawarkan.

"Iya Deh, Mas.." aku yang masih lemas ini lalu berdiri berjalan ke dalam kamar mandi. Aku lepas semua pakaianku lalu aku mulai menyirami badanku. Setelah bermain penuh nafsu sejak tadi siang dengan tetap memakai baju membuat keringatku menumpuk lalu tersiram air mandi, segar rasanya.

Saat sedang mandi aku mulai tersadar apa yang telah aku lakukan ini salah. Air mataku pun perlahan mulai menetes. Aku sudah mengucap janji suci kepada penghulu, bahwa aku akan setia dengan Mas Rafi sebagai kunci surgaku. Yang aku kecewakan lagi adalah aku menikmati permainan dari Mas Reza barusan. Aku sangat kecewa pada diriku saat ini.

Selesai mandi aku langsung memakai gamisku tanpa celana dalam karena kotor penuh cairan kelamin. Aku mengambil barangku lalu pergi meninggalkan rumah tanpa pamit dengan mas reza yang sedang mandi dikamar mandi. Aku begitu menyesal dengan kejadian hari ini, aku sudah benar-benar mengkhianati suamiku. Aku kemudian segera memesan taxi online. Setelah taxi online datang aku langsung pergi tanpa berpamitan dengan mas Reza. Kuputuskan untuk menjauhi mas Reza dan membatalkan program kehamilan ini. aku takut berzina lagi. Aku akan mencari jalan mengenai masalah anak.

Setelah 30 menit perjalanan dari rumah mas Reza, akhirnya aku sampai di taman kota. Aku tak langsung pulang tapi kesini dulu untuk menenangkan pikiranku atas perzinahanku tadi. Sesuai dengan dugaanku, saat ini taman sedang ramai. aku keluar dari taxi dan melangkah menuju sisi taman yang sepi, sampai akhirnya aku menemukan satu kursi yang kosong.

Tanpa pikir panjang lagi, aku duduk di sana. aku menikmati semilir angin yang berhembus, memang sungguh nikmat Allah menciptakan dunia ini dengan segala isinya.

aku merasakan tubuhku kembali tenang, beban-beban yang ada di pundakku seolah-olah hilang entah kemana.

"Alhamdulillah, rasanya tubuhnya kembali ringan." Gumamku senang.

Tepat setelah itu, suara adzan maghrib berkumandang. akupun langsung melangkah menuju masjid besar yang berada tidak jauh dari taman kota itu, aku akan melaksanakan ibadah sholat dzuhur di sana untuk bertobat.

Gamira atau dipanggil mira tiba di teras depan masjid kota itu, ia pun melepas alas kaki dan masuk ke dalam. Tanpa sadar ia melupakan tas kecil yang di bawanya, dan tas itu tertinggal di teras depan masjid.

Saat Gamira sudah masuk ke dalam masjid, ternyata ada seorang perempuan lainnya yang datang. Lalu ia membuka alas kakinya dan mengambil tas itu, lalu ia ikut masuk ke dalam masjid itu seperti Gamira sebelumnya.

Gamira ternyata sudah berwudhu, dan siap untuk melaksanakan sholat. Tidak lama kemudian salah seorang membacakan iqamah, lalu semuanya berdiri.

Sholat pun di mulai, hingga 4 rakaat banyaknya. Setelah selesai, mereka membaca istigfar lebih dulu baru setelah itu doa.
Gamira merapikan kembali mukena dan sajadah yang tadi di pinjamnya, di saat itulah baru ia sadar jika tas yang tadi di bawanya tidak ada. Gamira pun panik, ia merasa bingung kemana harus mencarinya.

"Masya Allah, kemana ya tasku?" Gumamku bingung.

Di tengah kebingunganku, tiba-tiba seorang perempuan berjilbab biru menghampiriku.

"Assalamualaikum mba" salam perempuan itu padaku.

Aku melirik perempuan itu ragu, namun ia tetap menjawab salam yang di lontarkan perempuan itu.

"Waalaikum sallam" jawabku.

"Maaf mba, mba mencari ini yah?" Tanya perempuan itu sambil memberikan tas kecil milik ku.

"Wah iya benar, kok bisa ada di kamu?" Balasku heran.

"Maaf mba, saya yang menyimpannya. Tadi saya menemukan tas ini di teras depan, sebelumnya saya melihat mba masuk lebih dulu. Karna itu saya bawa tasnya untuk di kembalikan, tapi pas saya masuk ternyata mba sedang sholat karna itu saya simpan dulu sampai mba selesai sholat." Jelas perempuan itu padaku dengan lembut dan sopan.

"Masya Allah, jadi begitu. Terima kasih ya, saya benar-benar tidak menyadarinya jika tas saya jatuh tadi." Balas ku merasa lega.
"Alhamdulillah mba, lain kali hati-hati ya?" Ingat perempuan itu pada ku.

Iya pasti, sekali lagi terima kasih. Oh iya, nama kamu siapa?" Balas ku tenang.

"Nama saya Asmania putri, panggil saja Nia" jawab perempuan itu begitu lembut.

"Subhanallah, cantik sekali namanya. Aku Gamira, panggil aja Mira, salam kenal yah Nia." Puji ku pada perempuan bernama Nia itu.

"Alhamdulillah, salam kenal juga mba Gamira." Balas Nia dengan senyumnya.

Akhirnya aku dan Nia keluar dari masjid bersama-sama, kami mengobrol dan saling mengenal lebih dekat.

"Jadi Nia, apa kamu sudah menikah?" Tanyaku tiba-tiba.

"Belum mba, Insya Allah masih mencari calonnya." Jawab Nia malu.

Aku tersenyum melihat tingkah Nia yang malu-malu, lalu aku pun terpikirkan sesuatu yang sangat tidak mungkin terjadi.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, aku berpamitan pada Nia karna harus pulang lebih dulu.

"Baiklah Nia, sampai bertemu lagi ya. Assalamualaikum" salam ku dengan senyum.

"Insya Allah mba, waalaikum sallam." Balas Nia tersenyum.

Nia pun ikut melangkah meninggalkan taman itu, ia juga harus kembali ke rumah karna harus memasak dan bersiap menyambut kepulangan ayahnya dari tempat kerja.

Sesampainya di rumah, aku langsung bergegas mandi. Lalu aku sholat isya lebih dulu, lalu bersiap menyambut kepulangan suamiku dari luar kota..

Tidak lupa aku memakai parfum, agar tubuhku harum dan membuat suamiku senang. Setelah penampilanku rapi, Aku pun menunggu sang suami di kamar.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, itu berarti sebentar lagi suamiku akan sampai di rumah.
Dan benar saja, suara klakson mobil terdengar memanggil oleh telinga ku. aku pun langsung keluar dari kamar dan menyambut sang suami, tepat saat aku membuka pintu suamiku keluar dari mobilnya.

"Assalamualaikum, istriku." Ucap suamiku dengan senyumnya.

"Waalaikum sallam, suamiku." Jawab ku.

Aku tersenyum manis, lalu aku mencium tangan suamiku dan mengambil alih tas kantornya. Setelahnya suamiku masuk ke dalam rumah, aku mengikuti di belakangnya.

"Bagaimana pekerjaannya mas?" Tanya ku perhatian.

"Alhamdulillah lancar, walau sedikit melelahkan." Jawab suamiku dengan senyumnya.

"Begitu, mas mau mandi dulu atau makan dulu?" Tawar ku pada suamiku.

"Mandi dulu, tubuh mas sudah tidak nyaman." Jawab suamiku.

Aku mengangguk paham, lalu aku menuntun suamiku ke kamar kami Sesampainya di kamar, Aku langsung membukakan sepatu suamiku. Sementara suamiku membersihkan dirinya, Aku mempersiapkan pakaian ganti untuk suamiku. Lalu setelahnya aku keluar dari kamar, dan meminta pelayan untuk memasakkan makan malam kami.

30 menit kemudian suamiku sudah rapi dengan pakaian santainya, ia pun keluar dari kamar setelah sholat Ashar terlebih dahulu. Aku yang melihat suamiku turun dari tangga langsung menyambutnya, aku menyiapkan alat makan untuk suamiku.

"Sudah selesai sholatnya mas?" Tanya ku pada suamiku.

"Alhamdulillah, baru saja selesai." jawab suamiku dengan tenang.

Aku mengangguk paham, lalu aku menyiapkan makanan di piring suamiku. Lalu kami makan bersama, setelah berdoa yang di pimpin oleh suamiku.

"Di habiskan makanannya mas" pinta ku pada suamiku.

"iya sayang" jawab suamiku.

Kami pun makan bersama sampai akhirnya makanan itu habis, kami pun berpindah tempat menuju ke ruang santai. Aku bermanja ria di dalam pelukan suamiku, sedangkan suamiku asik mencium pucuk kepalaku dan meremas payudaraku.

"Mas, aku mau cerita tentang kejadian hari ini." Pinta ku pada suamiku.

"Cerita saja sayang, mas akan dengar kok." Jawab suamiku memberi izin.

"Tadi aku pergi mencari angin ke taman kota, di sana aku bertemu dengan seseorang yang begitu baik dan membuatku merasa memiliki seorang teman." Ucap ku memulai ceritanya.

"Apa orang itu seorang laki-laki?" Tanya suamiku langsung mulai curiga.

"Astagfirullah mas, bukan." Jawab Gamira sambil menahan senyumnya.

"Oh aku pikir kamu bertemu laki-laki lain" balas suamiku tidak suka.

"Ya Allah mas ih, aku belum selesai cerita. Langsung Su'udzon aja, makanya denger dulu." Tukas ku mengingatkan.

"Iya, iya, maaf. Ya sudah lanjutkan, mas akan dengar sampai selesai." Balas suamiku dengan santai.

Maaf ya mas aku harus bohong sama kamu kalo tadi aku juga bertemu laki-laki lain, bahkan istrimu ini sudah digagahi. Lalu aku kembali melanjutkan ceritaku yang terpotong itu.

"Aku bertemu seorang gadis cantik, dia sangat baik padaku. Aku melupakan tasku saat melepas sepatu di teras masjid, dan aku baru ingat saat sudah selesai sholat. Aku panik, eh tiba-tiba gadis itu mendekati aku lalu ia memberi salam. Aku pikir dia berniat jahat, tapi ternyata dia mau mengembalikan tas aku." Cerita ku panjang lebar.

Suamiku tersenyum, ia memang sudah hafal dengan sifatku yang selalu waspada.

"Makanya, lain kali jangan su'udzon dulu." Balas suamiku mengembalikan kata-kata ku sebelumnya.

"Iya mas maaf, aku khilaf. Tapi akhirnya kita berkenalan, terus berbincang banyak hal. Aku suka dekat dengannya, dia begitu lembut dan pengertian. Boleh tidak mas, lain kali aku ajak dia main ke rumah?" Jawabku pasti.

"Tentu boleh sayang, kenapa tidak? Ajak saja, hitung-hitung sambil menemani kamu saat mas kerja." Balas suamiku mengizinkan.

"Iya mas, makasih ya. Mas memang yang terbaik, jadi makin cinta." Puji ku pada suamiku.

"Hm, mulai deh gombalnya." Balas suamiku senang.

"Tapi mas suka kan?" Goda ku pada suamiku.

Suamiku tertawa kecil, di ikuti oleh ku setelahnya. kami benar-benar seperti pasangan yang baru saja menikah, sangat harmonis dan romantis.
Lagi dan lagi suamiku mencium pucuk kepalaku, lalu mencium bibirku.

"Kamu ini, memang paling bisa ya buat mas nafsu." Puji suamiku pada ku.

Aku tidak menjawabnya, aku hanya mencium dan memeluk suamiku semakin erat.

"ke kamar yuk mas." Ucap ku.

"Iya, ayo kita siap-siap buat anak." Ajak suamiku.

"Iya" jawab ku dengan senyum.

Aku dan Suamiku langsung melangkah kembali ke kamar kami, kami akan bersiap untuk melaksanakan ibadah malam.

"Sayang cantik deh malam ini.. Mas dah kangen dek sama kamu.." puji suamiku. Aku hanya diam saja mendengar pujiannya itu. Suamiku lalu mendekatkan bibirnya ke bibirku, Hingga mulut kami sudah bertemu satu sama lain. Kami berciuman dengan mesra. Aku balas ciumannya dengan sedotan-sedotan di bibirnya, aku hisap-hisap lidahnya. Kami bercumbu semakin liar di atas sofa ini. Aku lalu berinisiatif membuka kaos Suamiku beserta celana dan celana dalamnya, hingga telanjanglah suamiku ini.

"Malam ini biar aku puasin kamu mas.." bisikku. lalu kusandarkan tubuh tegap suamiku ini ke kasur hingga dia berbaring. Aku mulai dengan memainkan bibirku di pusarnya. Aku jilat-jilat lembut lubang pusarnya. Aku hisap-hisap sekitar pusarnya itu. Tanganku juga bermain-main di sekitar putingnya, membuat Suamiku mulai merasa keenakan. Jilatan-jilatanku lalu beranjak ke atas. Dada bidangnya tak luput dari jilatanku. Lalu lidahku beralih menuju putingnya. Aku hisap-hisap dan aku jilat-jilat puting Suamiku. Kurasakan penis Suamiku mulai tegak menjulang.

Puas bermain di dadanya, lidahku pelan-pelan naik menjilati lehernya, aku kecup-kecup kuat sekitar lehernya hingga membekas beberapa cupangan. Jilatanku lalu naik ke telingnya. Aku hisap-hisap ujung telinganya bagian bawah. Aku juga memasuk-masukkan lidahku ke lubang telinganya. Aku tau titik paling sensitif Suamiku ada di telinganya. Begitu aku hisap-hisap telinganya, Suamiku tak mampu untuk tak mengerung keenakan. Tanganku lalu mulai menggenggam batang penisnya. Aku kocok-kocok penisnya ke atas ke bawah, sambil aku masih merangsang telinganya. Aku sedikit ludahi tanganku agar kocokan di penisnya tidak terlalu kering.

"Uuughh.. sayang.. enak banget kocokannya.." erung Suamiku di tengah kocokan tanganku di penisnya. Lidahku kini bermain-main di belakang telinganya. Kuhisap-hisap hingga lagi-lagi membuat bekas cupangan.

Tubuhku lalu beranjak turun hingga kepalaku yang terbalut jilbab pink ini tepat berada di atas penisnya. Aku mulai menciumi ujung lubang kencing Suamiku. Terkadang aku hisap-hisap. Lalu aku turunkan lidahku ke batangnya. Aku jilat-jilat batang penis ini naik turun, sambil kutatap matanya dengan tatapan ku yang kubuat seseksi mungkin. Seluruh batang penisnya tak luput dari jilatan dan ludahku. Lidahku lalu turun menuju buah zakarnya. Aku mainkan buah zakar itu dengan lidahku. Kuhisap-hisap bola-bola ubi ini sambil sesekali kupijat-pijat dengan tanganku. Lidahku tak luput juga untuk menghisap-hisap lubang anus suamiku, membuat pantatnya menggeliat keenakan. Mulutku lalu menuju kembali ke kepala penis Suamiku. Aku mulai memasukkan penis ini ke dalam mulutku, hanya sebatas kepalanya. Aku sampirkan jilbabku ini ke belakang punggungku agar tak menghalangi servis oral yang sedang kuberikan. Hingga tampaklah sebagian leherku.

"Sayang, itu lehernya kenapa? Kok merah-merah gitu." tanya Suamiku melihat ada cupangan merah yang sangat kontras dengan kulit leherku yang putih.

"Mmmm.. Itu Mas, digigit nyamuk kemarin.." kataku berbohong. Untuk menghindari pertanyaan lain aku segera memasukkan kepala penisnya ke mulutku, lalu kuhisap-hisap dengan kuat sampai pipiku terlihat mengempot. Aku lalu menurunkan mulutku hingga setengah penisnya masuk, lalu aku naikkan. Lalu aku turunkan mulutku lagi hingga kini penis itu habis masuk dimulutku. Lalu aku naikkan lagi dan kumasukkan setengahnya, begitu kulakukan beberapa kali, sambil kutetap menyedot-nyedot penisnya dengan kuat.

"Uughhh.. Enak banget emutannya sayang.. Uughhh.. pinter banget sih Istri ku ini.... belajarnya dimana sayang?.. Ughh.." kata Suamiku sambil mengerung keenakan. Aku diam saja sambil masih terus menghisap-hisap penisnya naik turun di mulutku. Sekilas bayangan perbuatan yang kualami tadi siang kembali ke benakku. Aku memang belajar banyak dari perlakuan Mas Reza terhadapku. Walaupun hati kecilku menolaknya, tapi kuakui kalau tubuhku menikmatinya. Ada rasa sesal yang menghinggapiku.

Mulutku makin cepat mengocok penisnya naik turun. Hisapan dan sedotanmu juga makin kuat. Sebagai pelampiasan rasa penyesalanku aku mencoba mengeluarkan semua sisi liarku ke suamiku ini. Penisnya yang sedang berada di mulutku ini dengan sepenuh hati aku manjakan. Aku memang sangat suka mengulum penis, suamiku ini paling senang jika penisnya aku mainkan dengan mulutku. Semua teknik oral seks yang kumiliki aku curahkan untuk memuaskan penis ini. Penis Suamiku nampaknya juga senang akan hal ini. Mulutku makin penuh dengan penisnya yang semakin keras menjulang.

"Uuughhh.. sayang, enak banggettt.. Ughhh.. Mas mau keluarr.. Ughhh.."

Aku pun makin cepat menaikturunkan mulutku di penisnya. Tanganku membantu mengocok penisnya, sembari tanganku yang lain memijat-mijat buah zakarnya. Sedotan di mulutku makin menguat membuat pipiku makin mengempot. Aku yang memberikan oral seks ini juga menjadi bergairah. Kurasakan vaginaku mulai basah.

"Ughhh.. Sayang.. Ughhh.."

"Glk.. Glekk.." kurasakan beberapa semprotan keluar dari penis Suamiku. Aku masih menghisap-hisap penisnya. Cairan spermanya semua aku tampung di mulutku. Aku mencoba menelannya sebisa mungkin.

Mulutku lalu lepas dari penisnya. Ada sedikit lelehan sperma Suamiku di bibirku, lalu kuseka dengan lidahku dan kumasukkan lagi ke mulutku sebelum aku telan. Aku melakukan ini sambil memandang ke Suamiku dengan tatapan senakal mungkin.

"Ugghhh.. Maaf Sayang, Mas dah keluar, habisnya kamu seksi banget ngemutnya”

"sayang kok mau nelen sperma Mas.. biasanya Mas keluarin di mulut aja nggak boleh.."

"Iya Mas.. Mas suka nggak aku telen sperma Mas..?"

"Suka banget Sayang.. sayang nelennya pakai tatapan nakal gitu jadi makin seksi.."

"Hihi.. iya, Mas.. pokoknya sekarang Mas boleh lakuin apa aja ke aku, Aku nggak bakal nolak.. Jiwa ragaku milik Mas sepenuhnya.." kataku sambil tetap bergaya genit.

Aku lalu kembali menurunkan kepalaku untuk membersihkan penisnya. Aku jilat-jilat batang penisnya memutar dan naik turun hingga batang penis itu mengkilap karena lendir ludahku. Aku masukkan lagi batang penis itu ke mulutku dan kuhisap-hisap kepala penisnya layaknya menyedot sisa-sisa minuman yang tak rela untuk kubuang. Mulutku kemudian kembali mengocok naik turun di batang penisnya sambil tetap kusedot-sedot.

"Hmmmppphh.. Plop.."

"Kok udah keras lagi sih, Mas..?" Kataku yang melepas penisnya dan sekarang kukocok dengan tanganku.

Tak berlama-lama, aku yang sedari tadi juga dilanda birahi langsung memosisikan tubuhku berada di atas pinggul Suamiku. Kusingkap sedikit gamisku hingga memberi ruang di selangkanganku, lalu kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Aku arahkan penis Suamiku ke lubang vaginaku. Kugesek-gesekan kepala penis itu ke bibir vaginaku. Nikmat sekali rasanya. Mulailah kuturunkan pantatku hingga kurasakan penis Suamiku mengisi vaginaku. Penis suamiku ini membuat vaginaku yang memang sempit ini terasa sesak.

"Ssshhhh.. Hhhhmmmmpppp..." desisku saat penisnya menyeruak di dalam vaginaku.

Sesaat kudiamkan penisnya di vaginaku sambil memberi waktu kepada otot-otot vaginaku untuk menyesuaikan diri. Perlahan-lahan aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Aku yang berada di atas seolah-olah memegang kendali permainan.Gesekan batang penisnya di dinding vaginaku yang terasa sesak ini membuatku makin terangsang. Aku makin cepat menggerakkan pantatku di atas penisnya. Terkadang gerakan pantatku bervariasi menjadi naik turun atau berputar-putar. Ini membuat penisnya makin nikmat mengoyak-ngoyak vaginaku.

"Ssshh.. Aaaahhhh... Oohhhh... aaagghhh.. Mass.."

Akupun makin liar menggoyang tubuhku. Tangan Suamiku kupegang dan kuarahkan ke tetekku dari luar gamisku. Tanpa diminta tangannya mulai meremas-remas tetekku. Putingku juga tak luput dari remasan-remasan lembutnya. Dari bawah, Suamiku juga ikut memompa penisnya. Penisnya terasa keras mengisi vaginaku. Lubang vaginaku yang sempit ini terasa penuh sesak. Pompaannya membuat dinding-dinding vaginaku bergesekan dengan batang penisnya.

"Oohh.. Aahhh... Shhh.. Enaakk kontol Mass.. Shh.. Memek ku penuuhhh.. Sshhh.. Ooohhhh.."

"Uggghhh.. sayang nakal ngomongnya ihhh.. Ughh.. sekssi banget sayang kalau nakal gitu.. Ugghhh.." kata Suamiku.

Aku juga tak menyadari desahanku mulai nakal, seperti saat siang tadi aku digarap Mas Reza. Aku hanya mencoba melampiaskan sisi liar dan binalku. Jika siang tadi aku adalah seorang akhwat yang sangat binal untuk orang lain, maka saat ini aku harus bisa lebih binal dan liar untuk suamiku. Kurasakan remasan tangan Suamiku di tetekku makin menguat. Putingku dipelintir-pelintir dari luar gamisku. Suamiku terus memompa penisnya menyambut goyangan pantatku yang makin liar.

"Aaahh.. Ooohhhhh... Mass.." pantatku makin liar bergoyang. Kumajumundurkan pantatku makin cepat membuat dinding-dinding vaginaku juga bergesekan makin nikmat dengan penis Suamiku.

"Oooohh...Shhh... ahhh.. Mass.. aku keluuarrrr...Shhh.." pantatku mengejang-ngejang di atas penisnya. Gelombang orgasme yang datang membuatku seolah-olah melayang. Bola mataku berputar ke atas hingga hanya menampakkan sisi warna putihnya saja.

Suamiku dari bawah masih tetap memompa penisnya. Aku yang sedang kelelahan karena orgasme ini hanya bisa menikmati pompaan penisnya di vaginaku. Aku lalu memutar badanku tanpa melepas penisnya hingga kini aku membelakangi Suamiku dengan posisiku masih di atasnya. Perlahan aku mulai menggoyang pinggulku. Penisnya mulai lagi menggesek-gesek dinding vaginaku membuatku kelojotan menahan nikmat di vaginaku.

“Ohhhh... memekku penuh, Mmaass...” Desahku sambil tetap menggoyang pantatku maju mundur. Goyangku perlahan makin kuat dan makin cepat. Tangan Suamiku tak tinggal diam. Dia mengarahkan tangannya meremasi bongkahan pantatku yang masih tertutup gamis ini.

“Uggghhh.. Enak banget sayang goyangnya.." tak berapa lama badai orgasmeku kembali mendekat. Aku yang sedang mengejar orgasme, mulai menggoyang pantatku sebinal mungkin. Aku menunggangi penis milik Suamiku dengan pelan, menaik turunkan pantatku dan tak lupa untuk memutar pinggulku dengan liar.

"Aaahhh... Ooohhh.. Aaahhhh.." Desahan-desahanku kembali kuteriakkan memenuhi rumah kecil kami ini. Sembari begoyang, tanganku berpegangan pada lutut Suamiku.

Tiga hari lalu ibaratnya adalah medan pelatihan buatku menggunakan penis lelaki lain. Tapi sekarang aku ingin memraktekkan semua ilmu bercintaku dengan suamiku ini Seluruh badanku seolah-olah sungguh lihai bercinta dengan posisi ini. Aku sudah paham dan tahu betul apa yang harus aku lakukan untuk memuaskan persetubuhan ini.

“Ouhhhh... Ssssshhhh... Euhhhhh...... Ahhhh.., ” desahku penuh gairah sembari menggoyang penis Suamiku didalam vaginaku. Aku arahkan wajahku ke belakang sambil menatap Suamiku. Mataku kubuat sebinal mungkin, seolah-olah memberi kode bahwa tubuhku yang binal ini miliknya seutuhnya.

Suamiku juga merasakan kenikmatan dari goyanganku ini.

“Uggghhhh.. enak banget goyangannya, sayang.. ugghhh.."

“Ooohh.. Aahh.. iyya, Mass.. Kontol Mas juga enakkk.. Memek ku penuuhhh.. Aahhhh.. Ooohhh..” desahku menimpali

Aku lalu memacu penis Suamiku dengan goyangannku, Kadang pantatku naik turun dengan cepat, dan kadang melambat memainkan tempo, aku mencoba meliuk-liuk diatas batang penisnya ini.

"Ooohhh.. Aaagghhh... oooooohhh.. Aku keluaarr Mass.. Aku pipiiishhh.. ooooohhhh.." pantatku kembali mengejang-ngejang dilanda orgasme. Aku hanya bisa menggeliat-geliat di atas penisnya mencoba menuntaskan orgasme yang mendatangiku. Setelah beberapa saat menikmati orgasmeku, badanku ambruk kebelakang di dada bidang Suamiku. Suamiku lalu mengajakku doggy style di sofa ini. Lututku bertumpu di lantai dan tanganku memegangi ujung sofa. Penis Suamiku kembali masuk mengoyak-ngoyak vaginaku dari belakang. Hanya butuh 15 menit kemudian untuk membuatku meraih orgasme lagi.

Kami lalu melanjutkan aktifitas bercinta ini. Selama kami bercinta, tentunya aku tak melepas gamisku untuk menghindari Suamiku melihat bekas cupangan-cupangan di sekujur tubuhku. Saat permainan terakhir aku sudah telanjang bulat, tapi lampu kamar aku matikan. Semalaman tak terhitung berapa kali aku orgasme. Aku seperti menemukan diriku yang baru yang lebih liar dan lebih binal. Suamiku juga tampaknya suka dengan sisi liarku yang baru ini, terbukti tak bosan-bosannya semalaman ini dia menggarapku, entah darimana datangnya keperkasaannya itu.

******
Di sisi lain seorang gadis cantik sedang merapikan kembali mukena serta sajadahnya, ia baru saja melaksanakan kewajiban sholat isya seperti biasa.

Asmania putri atau dipanggil Nia baru menginjak usia 20 tahun dan seorang anak tunggal. Mereka bertiga tinggal bersama sejak ibu Nia masih sehat. Namun setelah ibunya meninggal, mereka hanya tinggal berdua. kini kebutuhan ayahnya perlu diurus sebaik mungkin mengingat dia adalah putri satu-satunya di keluarganya yang menggantikan tugas mendiang ibunya.

Ayahnya masih sehat dan berusia 44 tahun dan sekarang bekerja serabutan. Ayahnya sangat beruntung memiliki putri yang penurut dan mau mengurus dirinya sendiri seperti yang dilakukan Nia sekarang. Tanpa menghitung atau mengeluh.

Memiliki paras cantik, bibir manis dan sepasang mata redup, Nia begitu digandrungi para pemuda. Bukan karena fisik dan kecantikannya yang natural, melainkan karena ia memiliki tubuh yang sangat menarik dan begitu menggoda mata para pria. Bentuk tubuhnya yang sangat seksi sering menarik perhatian para pria yang gatal meski selalu dilindungi dan ditutup-tutupi di balik jilbab lebar kesehariannya. Satu-satunya aset tubuh yang sering menjadi bahan onani para pemuda adalah sepasang buah dada yang sangat besar.

Dengan ukuran payudara 38D, tidak cocok dengan usianya yang masih muda. Bentuknya yang bulat besar, kencang dan mekar cukup untuk menyiksa nafsu dan nafsu pria saat memandangnya. Punggungnya yang indah, terlihat lembut, dan kokoh tidak terkecuali.

Nia, gadis cantik itu meletakkan perlengkapan sholatnya di tepi ranjang. Lalu ia melangkah keluar dari kamar, dan melangkah menuju dapur. Tepat setelah makanan itu siap di atas meja, Umar yang merupakan ayah dari Nia pun keluar dari kamarnya. Ia menghampiri meja makan, lalu Nia langsung mencium tangan sang ayah.

"Makan dulu yah, sudah Nia siapkan." Pinta Nia dengan suara yang begitu lembut.

"Alhamdulillah, terima kasih nak. Ayo, kita makan bersama!" Ucap Umar dengan senyumnya sambil diam-diam menatap tubuh nia yang semakin seksi. Umar sudah lama ditinggal mati istrinya saat Nia berusia 10 tahun. Sejak saat itu dia merawat Nia sendirian. Tentu dia tau betul bagaimana perkembangan tubuh Nia dari dulu sampe sekarang. Dimatanya sekarang tubuh putrinya Nia mirip seperti ibunya. Hal ini membuat umar ayah Nia semakin tergoda. Ingin rasanya mencicipi tubuh putrinya itu. Namun Umar tetap menjaga akal sehatnya mengingat Nia adalah putri kandungnya, tapi entah sampe kapan dia bisa bertahan.

Nia mengangguk, lalu ia menyendokkan makanan itu untuk sang ayah. Setelah sang ayah makan, barulah Nia mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Bagaimana jalan-jalannya?" Tanya Umar penasaran.

Nia berhenti menyuap makanannya, lalu ia menjawab pertanyaan sang ayah dengan segera.

"Baik sekali yah, aku juga bertemu dengan seorang wanita. Dia sudah menikah, dan kami berbicara cukup banyak." Jawab Nia dengan senyum cantiknya.

"Alhamdulillah jika seperti itu" balas Umar senang.

"Iya yah, aku suka tinggal di sini bersama ayah. Insya Allah, kita akan baik-baik saja." Jawab Nia yakin.

Umar tersenyum, putrinya itu memang selalu bisa menenangkan perasaannya. Memang, mereka adalah pendatang di kota ini. Sebelumnya mereka tinggal di kota lain, tapi karna fitnah seseorang mereka harus pindah dan menjauh dari kota itu. Akhirnya Umar menemukan pekerjaan baru di kota lain, karna itulah ia mengajak putri satu-satunya itu pindah ke kota ini. Nia juga sebelumnya adalah ustazah yang mengajar ngaji, namun setelah pindah dia belum menemukan pekerjaan baru.

"Terima kasih sayang, kamu sudah mau menemani ayah di saat susah seperti ini." Ungkap Umar sedih.

"Ayah, sudahlah. Semua ini takdir, kita harus menerima dengan lapang dada. Asalkan bersama dengan ayah, Insya Allah Nia bisa." Balas Nia menguatkan.

Umar mengangguk, lagi-lagi putrinya itu jauh lebih bijak dari dirinya. Ia benar-benar malu, karna tidak menerima takdir dengan ikhlas.

"maafkan ayah sayang. Ayah lagi-lagi mengeluh." Ucap Umar menyesal.

"Tidak apa ayah, ya sudah lebih baik kita habiskan dulu makanannya ya?" Pinta Nia pada sang ayah.

Umar mengangguk, lalu mereka pun melanjutkan acara makan malam mereka yang tertunda sebelumnya. Hingga akhirnya makanan itu habis, Nia langsung merapikan alat makan yang kotor. Sedangkan sang ayah langsung masuk kembali ke kamarnya, ia harus istirahat untuk kembali berkerja besok.

Nia menatap pintu kamar sang ayah sedih, ia tau betul bagaimana keadaan sang ayah saat ini. Ayah nya itu masih tertekan karna fitnah keji itu, tapi Nia sangat yakin jika sang ayah tidak mungkin melakukan hal itu.

Usai makan malam, Nia memutuskan untuk beristirahat di ruang tengah sementara ayahnya meminta untuk tidur. Sambil duduk didepan komputer di ruang tengah, Nia mulai menyalakan komputer untuk menonton drama kesukaannya. Malam ini, seperti biasa, ia menanti akhir dari alur cerita drama korea yang kerap ia ikuti. Entah kenapa setelah membuka browser untuk streaming dan membuka history browser matanya tiba-tiba menatap nama salah satu situs yang tak pernah dibukanya. Mungkin beberapa kemarin malam ayahnya baru saja streaming film kesayangannya karena itu yang sering dilakukannya saat malam hari di rumah.

Dia tahu bahwa ayahnya sangat menyukai film militer dan perang karena ketika dia masih muda ayahnya adalah seorang tentara. Mungkin kerinduannya akan pekerjaan lamanya membuat minatnya di bidang militer masih belum berubah. Sementara Nia berpikir ingin menonton akhir dari drama favoritnya, dia merasa penasaran dengan situs tersebut di history browsernya.

Karena rasa curiga dan penasaran yang kuat, Nia mengklik link situs di history browsernya. Seketika layar di komputer berubah menampilkan gambar porno. Mulut Nia ternganga sesaat. Dia terus-menerus meminta maaf atas apa yang dia lihat di layar komputernya. Secepat kilat ia terus menekan tombol close pada browsernya. Dia melihat kembali ke computer di depannya.

Dia membungkuk malu dan hampir tidak percaya apa yang telah dilihatnya. Walaupun hanya gambar, cukup membuatnya merasa bersalah, malu dan langsung ingat Tuhan. Situs yang dia buka adalah situs video porno. Dia yakin dan sangat menyadarinya. Masih tergambar jelas di benaknya apa yang ditampilkan tadi. Seorang aktris wanita sedang menjilati penis aktor pria dengan aksi yang sangat sensual.

Bahkan jika itu hanya gambar, dia cukup malu untuk membayangkannya kembali. Itu adalah pertama kalinya dalam hidupnya melihat penis pria dewasa. Untungnya, apa yang dia lihat sebelumnya adalah gambar porno. Bagaimana jika dia melihat adegan porno yang sedang berlangsung. Dia sekarang bertanya-tanya apakah ayahnya yang menonton video porno tadi? Jika benar, akan sangat memalukan baginya untuk menghadapi ayahnya besok.

Karena ayahnya tidak bisa terus-terusan bersandingan dengan hal-hal maksiat tersebut, ia lalu menghapus seluruh history browser di komputernya. Nia pun membatalkan niatnya untuk menonton drakor dan memilih masuk kamar. Ia melabuhkan tubuhnya di tempat tidur malam itu dengan perasaan jengkel, sedih bercampur malu. Jika benar ayahnya menonton video porno tersebut, dia hanya bisa berdoa agar tidak terhanyut seperti ayahnya.

Ketika dia mengingat kembali, dia menyadari mengapa akhir-akhir ini ayahnya sering memandangi tubuhnya dengan tatapan aneh. Mungkin sejak kematian ibunya, nafsu syahwat ayahnya sedikit tersiksa untuk disalurkan. Dan sebagai putrinya, dia memahami keheningan batin yang dialami ayahnya. Ayahnya membutuhkan tubuh wanita untuk memenuhi nafsu prianya. Sebagai putrinya, dia sangat mengerti itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd