Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Istri Yang Tahu Diuntung

sarosansaro

Semprot Lover
Daftar
11 Oct 2012
Post
285
Like diterima
508
Bimabet
Sebetulnya sudah lama jadi slender, tapi untuk urusan penulisan masiih nubie.



Mohon bimbingannya dan maaf kalo alur penulisan berantakan, gaya bahasanya jelek, pemilihian kata yang berulang dan pemakaian kalimat yang tidak efektif.



Selamat menikmati:



ISTRI YANG TAHU DIUNTUNG

Bab 1_Perkenalan





“Ting tong ......, Ting tong .....“

“Tok tok tok ......”

“Spada .....”

Suara bel rumah ku berbunyi di pagi hari disertai suara ketukan dan panggilan dari seseorang yang cukup keras hingga membuat ku terbangun dari tidur yang lelap ....



“Pagi pa Deden ......, Ting tong ting tong ...”

Orang itu terus menggedor dengan suara yang lumayan gaduh.



“Hadeuh ....., siapa sih pagi pagi begini sudah menganggu kenyamanan orang saja ....”



Dengan beringsut malas karena masih ngantuk saya terpaksa bangun dari kamar tidur atas dan berjalan menuruni tangga sambil ngedumel dalam hati,

“Gak tahu apa saya baru saja tidur tadi pagi subuh?”



“Ya sebentar!” ucap saya setengah berteriak agar orang di depan itu tidak lagi mengebel dan menggedor pintu pagar.



Setelah membuka pintu depan saya lihat seorang lelaki dewasa usia sekitar 30 tahun, berperawakan kekar, tinggi, berkulit hitam dengan rambut keriting khas orang Indonesia Timur .....



Dia datang mengendarai dan memarkir persis depan pintu pagar mobil Carry hitam yang sepertinya pernah saya lihat beberapa kali ....



Selain masih bingung karena belum ngumpul benar semua kesadaran, saya cukup seram juga pada awalnya, hingga berpikir, “Apa ada masalah dengan kreditan motor saya?”



“Pagi pa Deden, punten” sapanya ramah dengan sedikit senyum tersungging.



Dari logatnya dan bahasanya, saya menduga dia lahir atau mungkin lama tinggal di tanah Priangan, dalam hati saya berkata, “Oh ternyata orangnya cukup ramah, tidak seseram penampilannya....”



Sambil berjalan menuju pinta pagar dan membuka gemboknya, terjadilah dialog berikut:



Saya, “Ya pagi, bapak ada perlu sama saya?” tanya saya yang masih ragu karena tidak mengenal dia.

Tamu, “Ya pa, perkenalkan nama saya Thomas ... “

Saya, “Thomas...?”

Tamu, “ Ya, tapi Aden bisa panggil saya Tomi saja!”



Nama saya sebetulnya Raden Dede_karena orang tua masih ada keturunan bangsawan ceritanya, tapi sejak kecil dan orang-orang yang kenal akrab dengan saya biasa memanggil Aden saja.



“Tahu dari mana nama kecil saya, dan sok akrab betul dia baru kenal sudah berani memanggil nama itu kepada orang tua...”



Tapi saya tidak terlalu mempermasalahkannya, karena jujur menghadapi orang sekekar dan segarang itu wajahnya, nyali saya ciut juga dibuatnya, apalagi melihat di lengan dan lehernya ada tato bergambar tengkorak dan pedang...



Ketika gerbang sudah terbuka, zonder jabat tangan dia langsung membuka pintu tengah mobil Carrynya.



Tomi, “Ini saya mengantar istri Aden, saya ketemu dia tadi di jalan, sepertinya sakit dan terus pingsan”



Saya melihat istri saya Vinda, sedang tertidur meringkuk di kursi tengah dengan baju gamis yang tersinglap sampai di atas lutut dan dengan hijab yang sudah acak acakan dan kusut masai....





Cerita sedikit tentang kebiasaan baru istri saya akhir akhir ini.



Namanya Vinda, karena masih ada keturunan Gujarat Parsi dari kakeknya, maka tak aneh jika tubuhnya tinggi, kulit putih mulus, badan semlohay (kata orang Betawi)_itu semua ciri khas turunan India, ditambah dengan dada membusung dan pantatnya yang montok, makanya bodynya nyaris sempurna.



Wajahnya ada mirip dengan Dewi Perssik, sehingga selama saya jadi istrinya 5 tahun ini, saya akui banyak teman yang iri pada kecantikan dan kemolekan istri saya, serta banyak mata pria yang jelalalatan kalo saya jalan dengan istri, walau dia sudah berpakaian tertutup.



Usia kami terpaut jauh, saat menikah usianya 23 tahun sedangkan saya sudah 40 tahun.



Selama 5 tahun ini kami belum memiliki anak, kalo kata dokter, masalah ada pada diri saya (itu akan saya ceritakan kemudian di bab 2)



Dia sekarang rutin jalan pagi_sendiran, dan hampir tiap hari selama sekitar 2 minggu ini.



Bukannya saya tidak mau menemani, saya yang bekerja sebagai editor berita pada sebuah stasiun TV, sering kebagian shift malam paling cepat pulang pukul 3.00 Dini hari_seringnya lebih, tergantung load pekerjaan.



Awalnya saya bertugas dengan sistem rotasi shiftnya, tapi semenjak pandemi 3 bulan lalu, empat karyawan tidak dilanjutkan masa kerjanya, dua orang diantaranya karyawan kontrak.



Dua orang dari bagian admin library, dan dua lainnya dari teknik operasional.



Saya termasuk yang masih dipertahankan selain karena senior_dibanding yang empat tadi, rumah saya paling dekat jaraknya_hanya 2 menit kalo naik motor, dengan stasiun TV tsb, yaitu berada di kampung yang terletak di jalan akses belakangnya.



Tapi resiko dari pengurangan karyawan itu, maka saya praktis harus masuk malam terus, karena rekan yang lain rumahnya jauh.



Saya sempat protes pada awalnya, tapi pilihannya: “Take it or leave it!” begitu kata bos.



Kembali ke cerita di mobil Carry:



“Loh amih kenapa?” tanya saya melihat mata Vinda yang setengah terpejam dan mukanya pucat.



“Gak tahu ni pih,” hanya itu jawabnya sambil membuka mata sebentar dan melirik ke saya dan Deden, tapi sekilas tampak ada raut kepuasan sekaligus capek yang amat sangat di wajah cantiknya.



Untuk menghilangkan rasa canggung, dan tidak tahu harus berbuat apa, saya menanyakan hal bodoh,

“Tadi bukannya amih bawa kunci pagarnya?”



“Ya kuncinya saya simpan,” sergah Tomi, “Tapi saya tidak enak sebagai orang asing membuka rumah orang begitu saja!” sambil menyerahkan kunci pagar kepada saya.



Saya lalu masuk ke dalam mobil untuk membopong istri, sambil hendak membetulkan gamisnya yang tersingkap.



Tapi badan saya ditahan oleh tangan kekar Tomi dan ditarik secara halus keluar mobil.



“Biar saya saja pak,” begitu katanya dan tanpa meminta persetujuan saya dai langsung meraih badan istri saya dan menggendongnya.



Bagi Tomi yang berbadan besar itu, bobot istri saya tampak enteng saja tampaknya.



Walau gerakannya halus dan lembut, tapi kelihatan sekali dia membekap dengan sangat erat istri saya, dan dari kehati hatiannya itu, tampak sekali dia begitu sangat perhatian pada Vinda, seperti orang yang khawatir kalo terjadi apa apa dengan terkasihnya.



Juga dari sorot matanya yang dalam_yang kemudian dibalas dengan tatapan mata istri saya yang membuka matanya saat tahu dia digendong, tampak sekali kemesraan di antara dua insan manusia itu ......



Saya sebetulnya jengah menyaksikan hal itu, tapi demi kebaikan istri, saya bukakan pintu pagar lebar lebar agar Tomi mudah membawa masuk Vinda ke rumah



Saat hendak menutup pintu mobil Carry, saya melihat ada seonggok kain berwarna krem di pojokan lantai tengah_yang matching dengan gamis yang dikenakan Vinda, sepertinya itu BH dan celana dalam?



“BH dan celana dalam siapa itu? Sepertinya saya pernah lihat.”



Tapi saya tidak memperhatikan lebih seksama, karena teringat harus menunjukkan kepada Tomi untuk menaruh istri saya di kamarnya.



Segera saya tutup pintu mobil dan bergegas masuk.



Tapi saya lihat Tomi langsung membawa Vinda ke kamar di atas seperti dia sudah mengenal seluk beluk kamar kami,



Oh ya kamar kami ada 4, 3 di bawah dan 1 di atas.



Kamar paling depan sebetulnya paling besar, karena dulunya dipakai untuk dua orang keponakan kami yang sekarang sudah bekerja di luar kota.



Waktu saya ajak istri menempati kamar depan yang besar itu, dia menolak karena risih pintu keluarnya langsung ke kemar tamu, Oh benar juga pikir saya pada waktu itu.



Kamar tengah sedang luasnya, walau ada kamar mandi di dalamnya, saya berdua tidak suka karena tidak ada pemandangannya.



Kamar di belakang lumayan besar, ada pemandangannya ke teras, tapi bersebelahan dengan kamar mandi, istri tidak mau dan dia memilih kamar di atas_yang karena tuntutannya itu, kamar tsb baru saja saya bangun.



Kamar atas sebesar kamar depan dengan pemandangan paling bagus, dan kesanalah Tomi membawa istri saya.



Saat Tomi menggendong Vinda pada bagian kaki, tangan dia tidak berada di luar gamis, tapi malah berada di balik gamis alias langsung menyentuh lipatan dengkul belakang istri saya.



Praktis kulit tanganya itu menggesek kulit Vinda saat menaiki tangga_yang mana saya berada tepat di bawahnya.



Dengan baju gamis yang longgar itu, maka kain bagian bawahnya terjulur sehingga membuat bagian pangkal paha dan pantatnya kini jadi terpampang semua dengan jelasnya



Istri ternyata sudah tidak pake dalaman apa apa lagi di balik baju lebarnya itu,

“Oh berarti betul BH dan celana dalam yang saya lihat di mobil itu milik Vinda!”



Entah sengaja atau tidak, lebar tangga kami yang relatif cukup untuk dua orang, tapi membuat Tomi berhenti sejenak di tengah tengah tangga, untuk membetulkan posisinya agar lebih mudah membawa Vinda naik.



Dia memutar sedikit arah badannya ke kiri sehingga kini dia akan naik dengan jalan menyamping ke kanan.



Gerakannya itu justru makin membuat pantat istri saya lebih terexpose lagi karena sekarang badan dan pantanya kini searah tangga di mana saya berada persis di bawahnya yang hanya bisa melongo disuguhi pertunjukan vulgar itu.



Seharusnya saya sudah biasa dengan pemandangan seperti itu, karena bukan baru pertama kali ini melihat istri telanjang.



Melihat kondisi istri seperti itu bersama orang yang baru saya kenal_bukannya sayai marah atau gusar setidaknya selayaknya suami yang normal, tapi justru hal itu membuat nafsu saya malah bangkit hingga ke ubun ubun rasanya.



Tomi sepertinya tahu hal itu dan malah mungkin ingin mempermainkan perasaan saya lebih jauh lagi, dia lalu sengaja berlama-lama dalam posisi tsb di tengah anak tangga.



Hal itu memberikan saya waktu yang cukup untuk memperhatikan lebih seksama kemaluan istri saya saya dari bawah dan belakang, agar bisa melihat lebih jelas maka saya melangkah naik lebih dekat lagi....



Kini tampak jelas vaginanya yang licin mulus_karena selalu dicukur habis, berwarna sangat merah tapi mengkilap dan juga kelihatan membengkak, membesar..., menggelembung tepatnya...



“Kenapa vagina Vinda jadi seperti itu? Tidak pernah saya melihat vaginanya berbentuk sedemikian rupa itu selama perkawinan kami!” pikir saya dalam hati sambil bertanya tanya...



Ah ya saya tahu, sebagai seorang editor, tentu saya sudah banyak melihat film porno luar negeri, dan salah satunya adalah film yang mempertunjukkan vagina pumping.



Ya vagina divacuun oleh semacam alat berbentuk mangkok yang kemudian udara dipompa keluar sehingga praktis vagina menjadi tersedot keluar atau memenuhi ruang pada mangkok itu.



Jika hal itu dilakukan berulang ulang dan dalam tempo yang lama, maka vagina akan menjadi membengkak, kemerahan dan mengkilap persis seperti kondisi istri saya sekarang...



Hanya bedanya kalo dalam fim-film yang saya tonton, lubang dalamnya tidak ikut menbesar, hanya bagian luarnya saja, tapi kenapa lubang Vinda ikut menjadi bolong sebesar itu, kesannya seperti habis dimasukkan oleh sesuatu yang amat besar hingga merekah seperti itu...



Pertanyaan saya, “Dari mana Vinda mendapatkan pompa itu? Siapa yang memompanya? Lalu diapakan saja Vinda setelah habis dipompa hingga bengkak begitu?”



Belum lagi terjawab semua pertanyaan saya itu, saya kemudian disuguhi pemandangan menakjubkan yang baru.



Kini juga tampak vaginanya menjadi sangat basah dan entah mengapa kemudian pahanya mengejang kuat, bergetar



“Aaahhhh ....” terdengar desahannya yang cukup keras diiringi oleh vaginanya berkedut kedut selama 10 detik kira kira...



Sepertnya Vinda mengalami orgasme yang cukup panjang dan intens dan dari kedutannya itu, ada cairan lendir putih kental keluar dari dalam yang kemudian meleleh ke bibir hingga ke anusnya ...



Apakah istri saya tahu vagina sedang diexpos seperti itu_sebab seharusnya dia tahu dan terasa kalo pantatnya menjadi dingin kena hembusan angin, dan Vinda menjadi bergairah karenanya dan kemudian orgasme dengan cepat serta mudahnya?



Menurut literatur yang saya baca, memang salah satu tujuan memompa vagina adalah untuk membuat vagina menjadi semakin sensitif, karena darah banyak mengalir ke sana dan saraf distimualsi, sehingga tidak aneh kalo seorang wanita akan mudah mengalami orgasme setelah dipompa seperti itu.





Vinda yang tadi expresi mukanya seperti mengejan, mendelik melotot dengan bola mata yang berputar ke atas hingga hanya tampak putihnya saja beberapa saat, lalu kini tampak lemas kembali dan dengan dibalut kepuasan yang amat sangat, lalu mendekatkan wajahnya ke Tomi, sepertinya ingin membisikkan sesuatu kepadanya.



Tomi mengangguk dan lalu beralih menatap ke bawah kepada saya dan dengan senyum yang menyeringai_seperti orang yang baru meraih sebuah kemenangan besar, dia berkata,

“Aden tolong jaga di bawah ya, kalau saya gak kuat atau jatuh nanti tolong dibantu....”



“Ya Tom” hanya itu jawaban pendek saya sambil menelan ludah menahan nafsu, seakan gak rela kalau harus kehilangan pemandangan dan moment yang menggaraihkan itu...
 
Sebetulnya sudah lama jadi slender, tapi untuk urusan penulisan masiih nubie.



Mohon bimbingannya dan maaf kalo alur penulisan berantakan, gaya bahasanya jelek, pemilihian kata yang berulang dan pemakaian kalimat yang tidak efektif.



Selamat menikmati:



ISTRI YANG TAHU DIUNTUNG

Bab 1_Perkenalan





“Ting tong ......, Ting tong .....“

“Tok tok tok ......”

“Spada .....”

Suara bel rumah ku berbunyi di pagi hari disertai suara ketukan dan panggilan dari seseorang yang cukup keras hingga membuat ku terbangun dari tidur yang lelap ....



“Pagi pa Deden ......, Ting tong ting tong ...”

Orang itu terus menggedor dengan suara yang lumayan gaduh.



“Hadeuh ....., siapa sih pagi pagi begini sudah menganggu kenyamanan orang saja ....”



Dengan beringsut malas karena masih ngantuk saya terpaksa bangun dari kamar tidur atas dan berjalan menuruni tangga sambil ngedumel dalam hati,

“Gak tahu apa saya baru saja tidur tadi pagi subuh?”



“Ya sebentar!” ucap saya setengah berteriak agar orang di depan itu tidak lagi mengebel dan menggedor pintu pagar.



Setelah membuka pintu depan saya lihat seorang lelaki dewasa usia sekitar 30 tahun, berperawakan kekar, tinggi, berkulit hitam dengan rambut keriting khas orang Indonesia Timur .....



Dia datang mengendarai dan memarkir persis depan pintu pagar mobil Carry hitam yang sepertinya pernah saya lihat beberapa kali ....



Selain masih bingung karena belum ngumpul benar semua kesadaran, saya cukup seram juga pada awalnya, hingga berpikir, “Apa ada masalah dengan kreditan motor saya?”



“Pagi pa Deden, punten” sapanya ramah dengan sedikit senyum tersungging.



Dari logatnya dan bahasanya, saya menduga dia lahir atau mungkin lama tinggal di tanah Priangan, dalam hati saya berkata, “Oh ternyata orangnya cukup ramah, tidak seseram penampilannya....”



Sambil berjalan menuju pinta pagar dan membuka gemboknya, terjadilah dialog berikut:



Saya, “Ya pagi, bapak ada perlu sama saya?” tanya saya yang masih ragu karena tidak mengenal dia.

Tamu, “Ya pa, perkenalkan nama saya Thomas ... “

Saya, “Thomas...?”

Tamu, “ Ya, tapi Aden bisa panggil saya Tomi saja!”



Nama saya sebetulnya Raden Dede_karena orang tua masih ada keturunan bangsawan ceritanya, tapi sejak kecil dan orang-orang yang kenal akrab dengan saya biasa memanggil Aden saja.



“Tahu dari mana nama kecil saya, dan sok akrab betul dia baru kenal sudah berani memanggil nama itu kepada orang tua...”



Tapi saya tidak terlalu mempermasalahkannya, karena jujur menghadapi orang sekekar dan segarang itu wajahnya, nyali saya ciut juga dibuatnya, apalagi melihat di lengan dan lehernya ada tato bergambar tengkorak dan pedang...



Ketika gerbang sudah terbuka, zonder jabat tangan dia langsung membuka pintu tengah mobil Carrynya.



Tomi, “Ini saya mengantar istri Aden, saya ketemu dia tadi di jalan, sepertinya sakit dan terus pingsan”



Saya melihat istri saya Vinda, sedang tertidur meringkuk di kursi tengah dengan baju gamis yang tersinglap sampai di atas lutut dan dengan hijab yang sudah acak acakan dan kusut masai....





Cerita sedikit tentang kebiasaan baru istri saya akhir akhir ini.



Namanya Vinda, karena masih ada keturunan Gujarat Parsi dari kakeknya, maka tak aneh jika tubuhnya tinggi, kulit putih mulus, badan semlohay (kata orang Betawi)_itu semua ciri khas turunan India, ditambah dengan dada membusung dan pantatnya yang montok, makanya bodynya nyaris sempurna.



Wajahnya ada mirip dengan Dewi Perssik, sehingga selama saya jadi istrinya 5 tahun ini, saya akui banyak teman yang iri pada kecantikan dan kemolekan istri saya, serta banyak mata pria yang jelalalatan kalo saya jalan dengan istri, walau dia sudah berpakaian tertutup.



Usia kami terpaut jauh, saat menikah usianya 23 tahun sedangkan saya sudah 40 tahun.



Selama 5 tahun ini kami belum memiliki anak, kalo kata dokter, masalah ada pada diri saya (itu akan saya ceritakan kemudian di bab 2)



Dia sekarang rutin jalan pagi_sendiran, dan hampir tiap hari selama sekitar 2 minggu ini.



Bukannya saya tidak mau menemani, saya yang bekerja sebagai editor berita pada sebuah stasiun TV, sering kebagian shift malam paling cepat pulang pukul 3.00 Dini hari_seringnya lebih, tergantung load pekerjaan.



Awalnya saya bertugas dengan sistem rotasi shiftnya, tapi semenjak pandemi 3 bulan lalu, empat karyawan tidak dilanjutkan masa kerjanya, dua orang diantaranya karyawan kontrak.



Dua orang dari bagian admin library, dan dua lainnya dari teknik operasional.



Saya termasuk yang masih dipertahankan selain karena senior_dibanding yang empat tadi, rumah saya paling dekat jaraknya_hanya 2 menit kalo naik motor, dengan stasiun TV tsb, yaitu berada di kampung yang terletak di jalan akses belakangnya.



Tapi resiko dari pengurangan karyawan itu, maka saya praktis harus masuk malam terus, karena rekan yang lain rumahnya jauh.



Saya sempat protes pada awalnya, tapi pilihannya: “Take it or leave it!” begitu kata bos.



Kembali ke cerita di mobil Carry:



“Loh amih kenapa?” tanya saya melihat mata Vinda yang setengah terpejam dan mukanya pucat.



“Gak tahu ni pih,” hanya itu jawabnya sambil membuka mata sebentar dan melirik ke saya dan Deden, tapi sekilas tampak ada raut kepuasan sekaligus capek yang amat sangat di wajah cantiknya.



Untuk menghilangkan rasa canggung, dan tidak tahu harus berbuat apa, saya menanyakan hal bodoh,

“Tadi bukannya amih bawa kunci pagarnya?”



“Ya kuncinya saya simpan,” sergah Tomi, “Tapi saya tidak enak sebagai orang asing membuka rumah orang begitu saja!” sambil menyerahkan kunci pagar kepada saya.



Saya lalu masuk ke dalam mobil untuk membopong istri, sambil hendak membetulkan gamisnya yang tersingkap.



Tapi badan saya ditahan oleh tangan kekar Tomi dan ditarik secara halus keluar mobil.



“Biar saya saja pak,” begitu katanya dan tanpa meminta persetujuan saya dai langsung meraih badan istri saya dan menggendongnya.



Bagi Tomi yang berbadan besar itu, bobot istri saya tampak enteng saja tampaknya.



Walau gerakannya halus dan lembut, tapi kelihatan sekali dia membekap dengan sangat erat istri saya, dan dari kehati hatiannya itu, tampak sekali dia begitu sangat perhatian pada Vinda, seperti orang yang khawatir kalo terjadi apa apa dengan terkasihnya.



Juga dari sorot matanya yang dalam_yang kemudian dibalas dengan tatapan mata istri saya yang membuka matanya saat tahu dia digendong, tampak sekali kemesraan di antara dua insan manusia itu ......



Saya sebetulnya jengah menyaksikan hal itu, tapi demi kebaikan istri, saya bukakan pintu pagar lebar lebar agar Tomi mudah membawa masuk Vinda ke rumah



Saat hendak menutup pintu mobil Carry, saya melihat ada seonggok kain berwarna krem di pojokan lantai tengah_yang matching dengan gamis yang dikenakan Vinda, sepertinya itu BH dan celana dalam?



“BH dan celana dalam siapa itu? Sepertinya saya pernah lihat.”



Tapi saya tidak memperhatikan lebih seksama, karena teringat harus menunjukkan kepada Tomi untuk menaruh istri saya di kamarnya.



Segera saya tutup pintu mobil dan bergegas masuk.



Tapi saya lihat Tomi langsung membawa Vinda ke kamar di atas seperti dia sudah mengenal seluk beluk kamar kami,



Oh ya kamar kami ada 4, 3 di bawah dan 1 di atas.



Kamar paling depan sebetulnya paling besar, karena dulunya dipakai untuk dua orang keponakan kami yang sekarang sudah bekerja di luar kota.



Waktu saya ajak istri menempati kamar depan yang besar itu, dia menolak karena risih pintu keluarnya langsung ke kemar tamu, Oh benar juga pikir saya pada waktu itu.



Kamar tengah sedang luasnya, walau ada kamar mandi di dalamnya, saya berdua tidak suka karena tidak ada pemandangannya.



Kamar di belakang lumayan besar, ada pemandangannya ke teras, tapi bersebelahan dengan kamar mandi, istri tidak mau dan dia memilih kamar di atas_yang karena tuntutannya itu, kamar tsb baru saja saya bangun.



Kamar atas sebesar kamar depan dengan pemandangan paling bagus, dan kesanalah Tomi membawa istri saya.



Saat Tomi menggendong Vinda pada bagian kaki, tangan dia tidak berada di luar gamis, tapi malah berada di balik gamis alias langsung menyentuh lipatan dengkul belakang istri saya.



Praktis kulit tanganya itu menggesek kulit Vinda saat menaiki tangga_yang mana saya berada tepat di bawahnya.



Dengan baju gamis yang longgar itu, maka kain bagian bawahnya terjulur sehingga membuat bagian pangkal paha dan pantatnya kini jadi terpampang semua dengan jelasnya



Istri ternyata sudah tidak pake dalaman apa apa lagi di balik baju lebarnya itu,

“Oh berarti betul BH dan celana dalam yang saya lihat di mobil itu milik Vinda!”



Entah sengaja atau tidak, lebar tangga kami yang relatif cukup untuk dua orang, tapi membuat Tomi berhenti sejenak di tengah tengah tangga, untuk membetulkan posisinya agar lebih mudah membawa Vinda naik.



Dia memutar sedikit arah badannya ke kiri sehingga kini dia akan naik dengan jalan menyamping ke kanan.



Gerakannya itu justru makin membuat pantat istri saya lebih terexpose lagi karena sekarang badan dan pantanya kini searah tangga di mana saya berada persis di bawahnya yang hanya bisa melongo disuguhi pertunjukan vulgar itu.



Seharusnya saya sudah biasa dengan pemandangan seperti itu, karena bukan baru pertama kali ini melihat istri telanjang.



Melihat kondisi istri seperti itu bersama orang yang baru saya kenal_bukannya sayai marah atau gusar setidaknya selayaknya suami yang normal, tapi justru hal itu membuat nafsu saya malah bangkit hingga ke ubun ubun rasanya.



Tomi sepertinya tahu hal itu dan malah mungkin ingin mempermainkan perasaan saya lebih jauh lagi, dia lalu sengaja berlama-lama dalam posisi tsb di tengah anak tangga.



Hal itu memberikan saya waktu yang cukup untuk memperhatikan lebih seksama kemaluan istri saya saya dari bawah dan belakang, agar bisa melihat lebih jelas maka saya melangkah naik lebih dekat lagi....



Kini tampak jelas vaginanya yang licin mulus_karena selalu dicukur habis, berwarna sangat merah tapi mengkilap dan juga kelihatan membengkak, membesar..., menggelembung tepatnya...



“Kenapa vagina Vinda jadi seperti itu? Tidak pernah saya melihat vaginanya berbentuk sedemikian rupa itu selama perkawinan kami!” pikir saya dalam hati sambil bertanya tanya...



Ah ya saya tahu, sebagai seorang editor, tentu saya sudah banyak melihat film porno luar negeri, dan salah satunya adalah film yang mempertunjukkan vagina pumping.



Ya vagina divacuun oleh semacam alat berbentuk mangkok yang kemudian udara dipompa keluar sehingga praktis vagina menjadi tersedot keluar atau memenuhi ruang pada mangkok itu.



Jika hal itu dilakukan berulang ulang dan dalam tempo yang lama, maka vagina akan menjadi membengkak, kemerahan dan mengkilap persis seperti kondisi istri saya sekarang...



Hanya bedanya kalo dalam fim-film yang saya tonton, lubang dalamnya tidak ikut menbesar, hanya bagian luarnya saja, tapi kenapa lubang Vinda ikut menjadi bolong sebesar itu, kesannya seperti habis dimasukkan oleh sesuatu yang amat besar hingga merekah seperti itu...



Pertanyaan saya, “Dari mana Vinda mendapatkan pompa itu? Siapa yang memompanya? Lalu diapakan saja Vinda setelah habis dipompa hingga bengkak begitu?”



Belum lagi terjawab semua pertanyaan saya itu, saya kemudian disuguhi pemandangan menakjubkan yang baru.



Kini juga tampak vaginanya menjadi sangat basah dan entah mengapa kemudian pahanya mengejang kuat, bergetar



“Aaahhhh ....” terdengar desahannya yang cukup keras diiringi oleh vaginanya berkedut kedut selama 10 detik kira kira...



Sepertnya Vinda mengalami orgasme yang cukup panjang dan intens dan dari kedutannya itu, ada cairan lendir putih kental keluar dari dalam yang kemudian meleleh ke bibir hingga ke anusnya ...



Apakah istri saya tahu vagina sedang diexpos seperti itu_sebab seharusnya dia tahu dan terasa kalo pantatnya menjadi dingin kena hembusan angin, dan Vinda menjadi bergairah karenanya dan kemudian orgasme dengan cepat serta mudahnya?



Menurut literatur yang saya baca, memang salah satu tujuan memompa vagina adalah untuk membuat vagina menjadi semakin sensitif, karena darah banyak mengalir ke sana dan saraf distimualsi, sehingga tidak aneh kalo seorang wanita akan mudah mengalami orgasme setelah dipompa seperti itu.





Vinda yang tadi expresi mukanya seperti mengejan, mendelik melotot dengan bola mata yang berputar ke atas hingga hanya tampak putihnya saja beberapa saat, lalu kini tampak lemas kembali dan dengan dibalut kepuasan yang amat sangat, lalu mendekatkan wajahnya ke Tomi, sepertinya ingin membisikkan sesuatu kepadanya.



Tomi mengangguk dan lalu beralih menatap ke bawah kepada saya dan dengan senyum yang menyeringai_seperti orang yang baru meraih sebuah kemenangan besar, dia berkata,

“Aden tolong jaga di bawah ya, kalau saya gak kuat atau jatuh nanti tolong dibantu....”



“Ya Tom” hanya itu jawaban pendek saya sambil menelan ludah menahan nafsu, seakan gak rela kalau harus kehilangan pemandangan dan moment yang menggaraihkan itu...
Mantaps hu...
 
Judulnya betul begitu kah ???
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd