Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Istri Yang Tergadai [Drama & Pemaksaan]

Apa balasan yg setimpal buat Hendra ?


  • Total voters
    376
Episode 4
Gaji Pertama Yang Percuma


Bekerja di PT. XXX itu menyenangkan. Ada beberapa point yang membuat aku menyimpulkan bahwa perusahaan ini ok banget :

a. Kantornya di tempat bergengsi
b. Derajatku naik dari ibu rumah tangga menjadi sekertaris
c. Gajinya lumayan
d. Teman kerja bilang aku paling cantik di kantor

Gini-gini juga aku tetep perempuan, dan perempuan itu suka banget kalau dibilang cantik. Menjadi pusat perhatian itu menyenangkan.

Aku diberikan pelatihan intensif bidang kesekretarisan di sebuah lembaga pendidikan yang cukup ternama di Jakarta selama dua minggu. Pekerjaan sekretaris ternyata cukup menarik, dan selama dua minggu kursus itu aku sadar bahwa selama ini aku telah salah menilai tentang profesi ini.

Pada bulan pertama bekerja itu secara praktis aku hanya benar-benar bekerja selama dua minggu saja karena dua minggunya lagi aku kursus intensif.

Kursus ini berbiaya mahal tetapi untung saja semua dibiayai kantor tempat aku bekerja.
Yang kurang menyenangkan adalah bahwa ternyata ini adalah sebuah profesi yang glamor. Semua peserta kursus itu berdandan dan berpakaian bagai artis sinetron. Semuanya, kecuali aku tentu saja. Darimana aku punya modal untuk membeli baju-baju mahal itu ?
Tapi kata Pak Dhani, itulah sebabnya seorang sekretris diberikan gaji yang cukup. Katanya nantipun aku bisa mengikuti fashion setelah gajiku naik.

Amiiin.

Sebuah pemberitahuan dari bank muncul di hp-ku.
Horeee.... gaji pertamaku masuk.

Aku punya 6 juta di rekening !
Ini hari terindah, dan aku ingin cepat pulang.
Untungnya aku tidak harus menunggu lama, karena dua jam kemudian aku sudah berada di sebuah minimarket.

Tak terasa setitik air mata mengalir di pipi ketika aku mengambil 4 kotak susu anak dan sebuah mobil-mobilan untuk Rendi.

"Rendiii anak mbun.... ini mbun menepati janji mau bikin kamu bahagia."
Hatiku menjerit lirih mengucapkan kalimat itu jauh didalam hati.

Anakku tak perlu kekurangan susu lagi, anakku bisa beli mainan, bisa jajan.

Beberapa bungkus nugget, sosis, dan mi instan aku beli sekaligus buat persediaan makan Rendi.

*****

"Rendiiiii..... mbun pulaaaang." teriakku dengan senyum sumringah terpampang jelas bagai lampu natal di bulan desember.

Rendi menyambutku gembira, dia langsung mengambil mainan.

"Mau makan sosis ngga ?" tanyaku. Belum pernah dia dikasih makan sosis betulan seperti yang aku beli tadi. Bisanya kalau sedang ada sedikit uang aku beli sosis-sosisan yang sepertinya tidak dibuat dari daging, hanya bentuknya saja seperti sosis. Dulu waktu papa-nya Hendra masih jadi pejabat, aku sempat menikmati hidup sejahtera. Makanan yang enak selalu ada, tapi Rendi masih dalam kandunganku.

Saat Rendi lahir, papa-nya Hendra alias mertuaku ditangkap KPK karena kasus korupsi. Dia dimiskinkan dengan vonis penjara 10 tahun. Seluruh uang dan harta kekayaannya disita.

Rendi makan nasi dengan sosis begitu lahap. Ibu mana yang tak bahagia ?
Aku tak bisa berhenti tersenyum bahagia.


"Mbun.... mana uangnya ?" Hendra menghampiri.

Itulah yang membuatku berhenti tersenyum.

Aku menyuapkan lagi nasi ke mulut Rendi, tak menjawab pertanyaan suamiku.

"Mbun...." Suara Hendra mulai naik.

"Sabar yah... aku belum ngambil uang." Jawabku sambil tak terlalu menghiraukannya. Aku masih ingin melihat anakku yang makan dengan lahap sambil main mainan baru.

"Loh... tadi belanja pake apa ?" Hendra mendesak.

"Tadi bayar pake debit, yah."

"Kenapa sih belanja sendiri ? bukannya bareng aja." Katanya protes.

Aku belanja juga untuk kebutuhan Rendi karena saking ingin cepat-cepatnya menyenangkan dia. Niatnya juga ngambil uang nanti aja bareng suamiku. Itu yang ingin aku jawab, tetapi aku tau luar dalam tentang Hendra. Kalau dijawab dalam keadaan kesal begitu nanti dia tetep marah.

"Sini ATM nya biar ayah yang ambilin aja ya."
Ngomongnya sih minta ATM, tapi belum kuberikan juga dia sudah geratakan di tasku mengambil dompet lalu pergi tanpa basa basi berbekal ATM.

Aku melanjutkan menyuapi Rendi sambil mengajaknya bermain.

Cininininit.....

HP ku bunyi, ada pesan.

"Hai... selamat ya atas gaji pertamanya. Besok traktir dong ? Hehe."

Hatiku tambah gembira. Pak Aditya yang ngirim pesan.
Aku bisa bekerja seperti sekarang karena bantuan pak Aditya. Aku harus mengucapkan rasa terimakasihku.

"Pak Adit... terima kasih banyak atas segala bantuannya. Saya ngga tahu harus membalasnya seperti apa ke Pak Adit. Bapak mau ditraktir dimana ?" Aku menyanggupinya walaupun mungkin dia cuma bercanda. Lagian orang seperti Pak Aditya ini ngga butuh traktiran.

"Besok pulang kerja di Stubruk yuk." Balasnya.

Eh beneran dia minta traktir. Kupikir bercanda.

"Siapa takut." Balasku.

"Deal." Katanya.

Aku cengar cengir sendiri soalnya Pak Adit ini selain baik juga ternyata lucu.
Berapa ya biaya ngopi di Stubruk ? Ah gausah dipikirin. Nanti uangnya motong dari jatah ongkosku aja.

Begitu selesai berbalas-balasan pesan bercanda dengan Pak Aditya, aku menghapus seluruh percakapan. Bukan selingkuh, tapi ini jaga-jaga aja takut suamiku cemburu. Berabe.
Percakapan dengan Pak Aditya membuat aku tersenyum lebih bahagia. Dia adalah lelaki berhati paling baik yang pernah aku kenal.

Suaranya itu begitu menenangkan. Suara yang dalam dan ngebass.
Gaya bicaranya yang kalem tetapi begitu meyakinkan dan tegas.
Cara bercandanya juga ngga norak, tetapi lucu yang elegan.

Ih kenapa aku ngebayangin Pak Aditya yah ?
Mungkin benar seperti kata pepatah, lelaki umur 40an itu punya daya tarik istimewa di mata wanita. Matang dan Mapan.

Bertepatan dengan itu, Hendra pulang.

"Nih." Katanya singkat waktu dia memberi uang 1 juta.

Loh... dia ngasih uang 1 juta buat apa ? Bingung aku.

"Jatah buat ongkos kerja kamu." Begitu katanya.

Jatah ??? kok aku dijatah ???

"Yang buat bayar ini itu ngga mana, yah ?" Aku nanya.

"Itu nanti urusan ayah, kan ayah yang di rumah mbun."
Jawabannya ngeselin banget. Mau sih ngomel, tapi ada benernya juga soalnya dia yang sehari-hari ada di rumah untuk ngurus kebutuhan rumah tangga.

"ATM nya mana yah ?"

"Biar ayah yang pegang ATMnya aja ya soalnya kalau tiba-tiba di rumah ada keperluan apa-apa masa musti nungguin mbun pulang kerja."

Jawaban Hendra begitu manis dan ringan di mulutnya, tapi begitu berat menindih dadaku hingga rasanya sesak nafas ini.

Jadi aku yang capek cari uang, dan dia yang pegang ATM ?
Begitukah logika suamiku ini ?

Bangsat !

Aku mengutukinya di dalam hati.

Tapi bisa jadi aku yang salah sih, suamiku ada benernya juga.
Iya begitu kan, para pembaca semua ? suamiku bener kan ?

**********

Malam itu waktu Rendi sudah tidur, Hendra mencolek punggungku.
Iya betul, aku tidur memunggunginya dan menghadap ke Rendi.
Aku pura-pura tidur.

Dia mencolek lagi punggungku, aku tetap diam.

"Mbun....." panggilnya sambil menggoyangkan bahuku sampai tubuhku berbalik ke arahnya.

"Apa yah...?" Walaupun aku tau keinginannya, tapi aku tetap saja bertanya.

"Yuk..." Dia ngasih kode.

"Aku capek yah....." jawabku sambil kembali menggeliat dan berbalik lagi ke arah Rendi yang sudah pulas.

KLEPAK !

Ya ampun..... aku kaget.
Kepalaku sakit sekali dipukulnya.

"Aduh ayah...."

"Belagu amat sih jadi perempuan ? Gua juga cape ngurusin anak sama ngurus rumah. Lu enak enakan di kantor sama bos lu." Dia mulai emosi.

"Di kantor juga capek yah... belum lagi di perjalanan. Bunda berhak dong istirahat."
Rupanya jawabanku itu malah menyulut api yang mulai membara.

"Ooh lonte ini mulai ngelawan ?"

Kenapa sih dia selalu nyebut nyebut lonte sama aku?
Heyy ..... gua bini lu.... bukan lonte !
Tapi teriakan itu cuman ada di hati.

"Mbun bukan lonte, Yah." Aku bergumam.

"Beneran nih perempuan, ngelawan sekarang."

Dukk....
Dia menyikut pinggangku.
Aku cuma bisa meringis.

Tau apa yang dia lakukan berikutnya ?
Dia membuka sabuk celananya.

"Ayah... mau apa yah.... ampun yah..."
Duluuu banget waktu Rendi baru berusia 3 minggu, aku pernah dicambuk pakai sabuk celananya. Gara-garanya ya dia minta jatah sewaktu aku masih dalam masa nifas. Belum boleh berhubungan selama 40 hari setelah melahirkan. Saat itu setelah Hendra mencambukku, aku pasrah disetubuhinya. Rasa sakit di peranakanku sungguh tak nyaman. Akupun tak ingin mengulangi lagi rasa sakitnya dicambuk.

"Mau gua cambuk, apa mau gua iket ?"
Pilihan pertama pasti tidak enak, sudah pernah kualami.

"Nggak Yah, nggak... maaf yah, ampun." Aku ketakutan.

"Dosa terberat perempuan itu nolak permintaan suami." Ceramahnya.

"Iya yah... iya... maaf..." Seperti seorang jelata, aku menyembah raja.

"Istri yang ngelawan itu wajib dicambuk." Dia meneruskan.

Ampun, Tuhanku......

"Iket aja yah..... mbun jangan dicambuk yah, ampun..."

Dan dia mengikat tali pinggangnya di pergelangan tanganku dengan kuat.
Satu tanganku terikat ke kaki tempat tidur oleh ikat pinggang sedangkan tangan yang lain diikat juga dengan kain gendongan Rendi.

Aku terlentang tak berdaya bagaikan pesakitan di jaman kolonial.
Hendra duduk diatas perutku, membuat sesak nafasku.
Untungnya kakiku masih bebas.

Keplak.
Tamparan yang tak begitu kencang mengeplak pipi kiri seakan hanya sebuah lambang hukuman, bukan benar-benar menyakiti. Iya betul, Hendra ini hanya ingin membuat aku mengerti keinginannya, bukan ingin menyakitiku.

Keplak.
Pipi kananku sekarang dikeplak halus.
"Jangan ngelawan gua lagi, lonte." Dia mendesis tegas.

Kepalaku mengangguk angguk beberapa kali.
Mataku terpejam tak berani melihat wajahnya.

"Ngggkkk....." nafas ini tertahan waktu si Hendra menindihkan seluruh berat badannya di tubuhku. Perutku benar-benar didudukinya.

"Jangan mentang-mentang udah jadi sekretaris. Lu tau ? sekretaris itu cuman lonte."

Aku mengangguk angguk lagi, tak ingin membantah.

Tiba-tiba wajah Hendra mendekat dengan cepat, bibirnya melumat bibirku dengan ganas. Tidak ada enaknya sedikitpun.

"Bibir tukang nyepong kontol bos nih." Katanya.

Enak aja dia ngomong begitu. Bosku di kantor tidak pernah berbuat macam-macam walaupun aku sering menyadari kalau bosku Pak Dhani sering mencuri-curi pandang.

"Lu tiap hari ngentot sama bos ?"
Ini mode fantasi dia atau dia sedang menginterogasi, tak dapat dibedakan. Lebih baik biarkan saja tak usah diladeni. Pasrah aja lah.

Semakin hari aku semakin tidak bernafsu untuk berhubungan seks dengan suamiku. Selain hampir tiap hari minta jatah, dia juga semakin kasar didalam kata-kata yang menghinakan. Mending kalau kata-kata saja, berhubungan seks pun makin hari makin kasar.

Aku akui bahwa aku hampir selalu orgasme setiap disetubuhi oleh Hendra. Tapi itu semua karena terpaksa. Hati dan fikiran ini tak rela disetubuhi dengan cara kasar dan merendahkan seperti itu. Tapi tubuhku tidak punya fikiran yang sama dengan otakku. Klitorisku selalu saja berhasil dirangsang dan berhasil dibuat kelojotan mencapai orgasme walaupun bagian tubuhku yang lain kesakitan, walaupun otakku berkata jangan, walaupun hatiku berteriak tak suka.

Hendra benar-benar mengerti bagaimana membuat perempuan takluk dan pasrah.

Dan malam inipun terjadi lagi.

Hendra terus mengintimidasiku dengan hinaan-hinaan. Mulutnya tak berhenti berkata kasar sewaktu tangannya mulai meremas-remas dadaku dengan kuat.

Hendra berdiri sebentar untuk membuka pakaiannya, lalu duduk lagi di perutku.
Tali bahu dasterku dilorotkan melewati bahu dan ditarik kebawah dad.
Buah dadaku terburai keluar tanpa perlindungan.

Plak.
Plak.

Masing-masing payudaraku ditamparnya. Aku meringis.

"Udah ngelontein bos tiap hari, dibayar cuman 6 juta ?" Ucapan itu menyakitkan.

Telapak tangan Hendra berhenti meremas payudaraku.
Dia menggeser duduknya kebawah, tepatnya di kedua pahaku.

"Murah banget lonte ayah." Katanya sambil tangannya mencubit gundukan bukit di selangkanganku.

Jarinya mulai menelusuri sebuah celah yang terbelah.

Serrrrr........

Seeeeeeer......

Urat-urat sarafku bergidik waktu telunjuknya merayapi celah kewanitaanku dari luar celana dalam.

plak.
Tamparan halus pada selangkanganku.

"Enghh....." erangan halus keluar dari bibirku.
Mataku makin terpejam.

Telunjuk berganti, kiri kemudian kanan.
Lalu bergerak bersamaan, kiri dan kanan.

Telunjuk berganti jempol, kiri dan kanan.
Menelusuri garis pertemuan selangkangan dari belahan terbawah.
Kedua jempolnya bergerak perlahan ke samping-samping bukit kewanitaanku.
Jempol itu berhenti di suatu tempat, menekan ketengah dan bergerak bergetar.

Klitorisku terjepit daging kewanitaanku sendiri yang empuk.
Getaran jempol Hendra mengalirkan gelombang aneh.

"Ngggggggh....."
Sialan, aku terengah.

Hendra tertawa.
"Pura-pura ngga mau, padahal Ngocor nih memek lonte lu."

Kurasakan jemari menyelinap ke balik celana dalamku, tapi tak lama.

"Nih..... lu cemberut tapi memek lo ketawa."
Hendra memperlihatkan telunjuk dan jempolnya di mataku.

"Buka mata lu."
Jempol dan telunjuknya ditunjukkan di depan wajahku. Berlendir, bening, lengket.
Cairanku.

"Lonte." Bisiknya.
Aku diam, tak melawan.
Hendra turun dari perutku.

srot.
Celana dalamku terlepas.

"Nggggghhhhhhh........"
Pantatku langsung mengempot seketika pada saat lidah Hendra tiba-tiba saja terasa hangat menempel di selangkanganku.

Jemari kedua kaki mencengkram seprai.
Pantat terangkat mengikuti arah sapuan lidah Hendra.

Aku benci bagian tubuhku dibawah.
Selalu saja tak sinkron dengan otakku.

"Aaaaaah....."
Lirih jeritanku menyambut lidah yang dengan cepat menyapu-nyapu klitoris yang tegang.

"Ayah.... ngilu yah.... ah ah ah..."

Dan Hendra berhenti menyapu-nyapu dengan lidahnya tetapi sekarang langsung menyelomot klitorisku yang tegang bagai penis kecil.

Hendra bergumam, bibirnya bergetar mengumandangkan sebuah nada rendah.

"MMMMMMMMMMMMMM" Seperti itu nadanya.

Bibir Hendra bergetar mengirimkan gelombang.
Klitorisku mengejang.
Pantatku makin naik keatas, mengikuti selomotan bibir hendra pada sekeliling klitorisku.

"wok wok wok wok wok"
Kalian paham ? suara seperti itu ?
Itu adalah suara yang biasanya membuatku makin benci bagian tubuhku yang dibawah.
Klitorsku semakin terbuai jika suara itu sudah terdengar.

Suara itu, adalah lidah hendra yang membentuk huruf "O".
Klitorisku yang tegang menyelinap, tertarik oleh hisapannya.

plep
wok wok wok wok wok

klitorisku kelur masuk ke huruf "O" yang dibentuk oleh lidah Hendra.
Persis seperti batang kejantanan lelaki kelur masuk vagina wanita.


wok wok wok wok wok
Ya Tuhan aku benci suara basah yang memalukan itu.

wok wok wok wok wok
Pahaku mengejang, pantatku makin naik menekankan klitoris agar makin dalam.

SLOMOT !!!
Hisapan lidah Hendra menyelomot klitorisku dengan erat.
Kakiku makin mengejang, tubuhku lengkung.

MMMMMMMMM
Getaran bibir Hendra yang mengulum klitorisku membuyarkan pertahananku.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKHHHHHHHHHHHHHHHHHHH" Teriakan keras keluar dari mulutku.

Bangsatttttttt.... jahanam.....!
Si Hendra memang jagoan.

Sssratttttt..... cairan bening muncrat dari balik celah kewanitaanku.
Seluruh tubuhku yang terlentang dengan tangan terikat di ranjang persis seperti katak terkena setrum. Berkelojotan seperti hampir mati.

Squirt, adalah suatu bentuk paling tinggi dari orgasme pada wanita. Tetapi squirt juga menguras energi begitu banyak karena seluruh bagian tubuhku akan mengempot kuat dan melega.

Otot-otot pernafasan seorang wanita menjadi tak terkontrol.
Otot itu akan mengeden seperti orang melahirkan, kemudian di puncak tenaga yang sedang ngeden itu tiba-tiba otot akan melemas berkedut nikmat, lalu sedetik berikutnya akan mengencang lagi dengan begitu kuat hingga mengambil nafaspun dilakukan dengan susah payah.

Dan setiap ngeden yang tak mampu kukontrol itu, otot-otot vaginaku terasa mencengkeram begitu kuat begitu lama dan tiba-tiba melonggar.
Saat melonggar itulah cairan squirt muncrat seperti air mancur.
Bukan muncrat pada saat ngeden.
Semoga menjadi informasi bagi para lelaki.

Squirt, kutegaskan lagi,
Adalah suatu kenikmatan terdalam
Yang menguras energi paling dalam.

Dan tiga kali aku dibuat squirt kelojotan tanpa dapat kulawan karena tanganku terikat.
Tenagaku seakan sirna, tak mampu lagi bergerak.

Setelah aku tak berdaya tanpa tenaga, Saat itulah Hendra menikmati tubuhku bagai singa lapar yang mulai mencabik-cabik seekor kijang yang kehabisan daya.

Sang kijang masih bisa sadar dan melihat tubuhnya tercabik tanpa dapat berbuat apa.

Aku ?
Aku melihat,
Aku mendengar,
Aku merasakan !

Hendra begitu buas menancapkan kejantanannya yang panjang.
Keras !
Penuh tenaga !

POKKKK !
POKKKK !
POKKKK !

Kewanitaanku dihajar habis-habisan.

Aku melotot tanpa daya, tenagaku sudah terkuras tuntas oleh 3 kali orgasme squirt.

Hendra benar-benar seperti seekor singa jantan yang menikmati hasil buruan.
Menggeram geram, mencabik-cabik.
Dengan santai namun brutal.


Aku tak mampu bergerak bahkan untuk membersihkan sisa-sisa sperma Hendra yang belecetan di vagina, perut, dada, bahkan sampai wajah.

Hendra tersenyum penuh kebanggaan, merasa menjadi lelaki sejati dengan membuat fisikku terpuaskan secara seksual.

Sumpah, para pembaca sekalian, aku muakkkkk.

AKU MUAK DENGAN TUBUHKU !!!
Tubuh yang selalu pulas terpuaskan, dengan hati terhinakan.

Aku tertidur hingga subuh.

Bersambung ke sini :
5. Janjian Denggan Pak Aditya
 
Terakhir diubah:
bagus ceritanya
Terimakasih sista @ella1979 , karya saya masih ecek ecek jika dibanding karya anda
:ampun:

Jangan pernah nyakitin perempuan ya gaes. Apalagi istri sendiri.


Tapi kesel juga sik ngeliat Bella malah squirt gara2 suaminya yg kelakuannya kayak 🐷
Setuju dengan pendapat suhu @superfly karena istri bukan untuk disakiti melainkan untuk dikasihati.
 
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd