Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Istri Yang Tergadai [Drama & Pemaksaan]

Apa balasan yg setimpal buat Hendra ?


  • Total voters
    375
Episode 3
Perlawanan


Malam itu kami menginap di sebuah villa dari bata merah exposed yang berdiri di sebuah bukit kecil yang cantik, di sebuah pinggiran Desa Megamendung, Bogor. Villa itu terlindung oleh pohon pinus dan tak terlihat dari jalan desa. Namun manakala kita berada di teras villa, terlihat ada dua gunung yang sangat terkenal di Jawa Barat.

Lelaki brengsek asshole selalu membuat gadis-gadis remaja terpukau bagai melihat kuda jantan liar yang penuh tenaga. Tetapi wanita dewasa sepertiku akhirnya selalu jatuh hati pada lelaki 40an yang matang dan mapan, bagai melihat cowboy yang berhasil membuat kuda jantan liar manapun tunduk pada kepiawaiannya.

Jadi, wahai para gadis muda. Kuda jantan liar hanya membuatmu kecapean dan menguras hati serta fikiranmu.

Terkadang uangmu.

Lihatlah,
lelaki jantan yang tengah mencumbuku dengan penuh perasaan ini.

Yang ada hanya rasa nyaman di hati.

Tak ada kemarahan
Tak ada emosi dendam
Tak ada rasa sakit
Tak ada kekesalan

Kami bercumbu diatas tempat tidur queen-size yang tak terlalu besar. Rendi tidur dengan lelap berselimutkan comforter yang hangat. Dan aku terlentang berselimutkan jalaran kehangatan dari tubuh berotot pejal yang menindihku lekat.

Kecupan lembutnya mendarat di bibirku yang sedikit terbuka. Kami saling memagutkan bibir dengan lidah menggapai-gapai.

"Embun.... " Bisiknya di telingaku. Nafasnya yang hangat beraroma jantan membuaiku.

"Kamu cantik sekali...." Rayuannya biasa saja.

Sudah kudengar beribu kali ucapan seperti itu dari mulut lelaki lain. Tetapi ucapan yang sama dari mulutnya berasa lain, begitu berperasaan. Sepenuh hati.

Aku terbuai.

"Bapak gombal....." Bisikku manja. Berpura-pura kesal, padahal bahagia.

Begitulah, wanita tak pandai menanggapi gombalan yang mengena. Terkadang malu untuk menanggapi, tetapi ingin digombali lagi, dan lagi, hanya oleh lelaki yang tepat.

"Sst... jangan panggil 'bapak'." Desahnya, hangat dan harum tembakau khas lelaki.

"Apa dong......" tanyaku penuh harap akan jawabannya.

"Panggil aja 'Adit'." Pintanya.

Clepok.
Ciumannya mendarat di keningku.

"Ayaaaang..... nnnnngggghhhhh." Aku menyebutkan nama panggilan barunya dengan erangan nikmat karena sebelah tangannya meremas lembut dadaku.

Puting payudaraku memucuk tegang. Remasannya menggetarkan, bukan menyakitkan.

Adit merengkuh tubuhku, diangkatnya mesra lalu didudukkan di pahanya. Selangkangan kami rapat. Dua tangannya bekerja menyelinap kedalam kemeja di belakang punggungku.

tasss...

Tali bh yang kukenakan terlepas dari pengaitnya.
Adit menarik kemeja dan bh-ku hingga terlepas.
Kedua buah dadaku yang seukuran kepalan tangan terlepas.

Aku berusaha menutupnya dengan menangkupkan lengan.

"Jangan ditutup, sayang." Katanya.

"Malu.... dada aku jelek." Aku menolak sambil bermanja-manja.

"Tubuh kamu indah, ukurannya pas." Rayunya.

Dekapan lenganku sendiri melonggar, perlahan memamerkan buah dadaku yang mengencang tergelayut dengan mesra di dada.


Satu telapak tangan Adit bersarang disana, sementara bibirnya menghampiri payudaraku yang satu lagi.

"Mmmmmmmmhhhhh......." Lirih suaraku saat lidahnya yang hangat menempel.

"Ngghhhhhh." Nafasku berat oleh nafsu yang menggelora akibat dari emutan bibirnya.

Putingku mengeras didalam mulutnya yang panas.

Dan Adit semakin bergelora menyelomot putingku.

slepok... slepok... slepok

Suara sedotan bibir dan lidahnya di putingku yang tegang terdengar seksi.

Aku terbang melayang merasakan derasnya aliran darah yang menghangatkan seluruh tubuh.

Tubuhku dibaringkan kembali. Lelaki itu melucuti seluruh pakaian yang dikenakannya kecuali sebuah boxer hitam. Kedua kakiku diangkat keatas.

tass....

Celana dalamku melayang entah kemana.
Pahaku mengapit pinggangnya yang tanpa lemak.

Ciuman Adit yang menggetarkan merayapi leherku. Nafasnya terdengar menderu.

"Aaaah....." erangku.

Ciuman itu turun melintas sebentar ke dada lalu ke perut, dan berlama-lama disana.

Pusarku dikecupnya.

Lalu ciuman itu turun lagi, kemudian berhenti pada selangkanganku.

Aku menutup selangkanganku dengan kedua tangan.

"Jangan sayang, aku malu."

Kalian pasti tertawa karena aku malu saat selangkanganku akan dilihat Adit, tetapi biasa saja saat selangkanganku diselomoti oleh Pak Dhani.

Ini adalah bentuk manja dari wanita.
Kami, para wanita pandai berpura-pura.

Padahal itu yang kami inginkan, ditatap dan dinikmati oleh lelaki pilihan.

Adit tak menggubris laranganku, dia mencium jari dan tanganku dengan bibirnya tak henti-henti.

Akhirnya tangankupun terbuka, mempersembahkan sebuah bukit empuk yang siap dinikmati olehnya.

Nyawaku seakan tercerabut bahagia dan masuk ke surga setelah Adit mendaratkan bibirnya pada celah kewanitaanku. Lidahnya perlahan menelusuri sepanjang bibir vaginaku yang menjadi rekah menampakan daging memerah dadu.

Adit menemukan vaginaku telah basah, bukti bahwa aku menyerah pasrah.

Lidahnya menari-nari serta menyelinap dengan gerakan memutar-mutar.
Khayalkupun berputar putar.

Seumur hidup, belum pernah aku bercinta senyaman ini.
Lembut, tetapi begitu kuat memberikan rangsangan.

Tubuhku bergetar, meliuk-liuk merasakan lidahnya merasuk dalam celah kewanitaanku.

"Ayang........" Kupanggil dia, dan dia menghentikan kegiatannya. Menatapku.

"Kenapa, embun ?" tanyanya.

Aku tak menjawab melainkan memegang kepalanya dan mengarahkan wajahnya ke klitorisku. Aku tak kuat lagi menerima rangsangat, klitorisku gatal.

Adit paham.

Lidahnya terjulur pelan.

Tap.

"Aaaaah...." Lidah perkasa itu dengan lembut menekan klitorisku yang gatal.

Slomot.

Bibirnya sekarang mengemut klitoris yang menegang. Aku mengangkat pantatku dan mengejangkan kaki.

Ini luar biasa.
Gerakan yang tenang dari bibir dan lidah Adit membuatku semakin tinggi melayang.

Adit mulai menghirup klitorisku.
Lidahnya menari balet laksana tarian The Nutcracker yang komposisinya diciptakan Pyotr Ilyich Tchaikovski pada tahun 1892 : Bergerak lembut dan lentur tetapi terkadang mengetuk cepat.

Sihir apa ini ?
Sihir pejantan ini mengajakku ke dunia lain.
Dunia yang tak ada kesedihan dan kesengsaraan didalamnya.

Adit mengulum.

wok wok wok wok wok.

Oooooh Tuhaaaan.......
Dia juga jagoan memperlakukanku seperti yang aku mau.

Lidahnya membulat, menyelimuti klitorisku yang tegang.

Bibirnya menghirup-hirup menyelomot.

Wajahnya maju mundur perlahan penuh perasaan.

Klitorisku masuk dan keluar pada lidahnya yang hangat.

Nafasku semakin sulit untuk diatur, aku meggap-megap.

Adit mengentod klitorisku dengan lidahnya secara luar biasa.

Lelaki ini.... sungguh pejantan yang mengerti wanita.

Sebuah tangan yang hangat mengusapi perutku yang mengeras mengejang-ngejang. Nyaman sekali aku dibuatnya. Kehangatan dari telapak tangannya menambah rangsangan semakin menguat.

Aku dibuat takjub oleh sentuhan jemarinya yang penuh kapal.

Inilah bentuk kasar dari lelaki yang diinginkan wanita.

Kasar tangan yang penuh kapalan.

Bukan kasar tangan yang penuh kepalan.

Dan aku tak sanggup lagi bertahan

Kedua kakiku menapak pada tempat tidur, mengejang.

Pantatku naik, memohon agar lidahnya makin kuat menyelomot klitorisku.

Ngilu... sungguh ngilu yang hangat.

Dan kehangatan itu menjalar dari tulang belakang, menuju ke kepala, tangan, kaki, lalu terpusat pada klitorisku yang makin sensitif.

Adit menyelomotnya kuat.

Aku mengejan.

"Uaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh"

Kenikmatan itu datang bergelombang seperti air pasang.

splatssss.........

Secercah air bening muncrat dari kewanitaanku, menyemprot ke muka Adit.

Adit tak melepaskan selomotannya pada kelentitku. Dia mengantarku hingga akhir.

"Ayaaaaaang.........." kupanggil panggil lelaki itu dengan kata sayang.

Dan adit terus mengantarku menikmati gelombang demi gelombang yang menghentak nikmat di sekujur tubuh. Lidahnya tak berhenti sedetikpun 'menggenggam' klitorisku dengan erat.

Ini sungguh orgasme ternikmat yang pernah aku rasakan, tanpa sedikitpun rasa sakit.

Tubuhku ambruk ke ranjang.

Barulah setelah itu Adit melepaskan lidahnya.

Ngilu sekali disana.

Adit naik keatas tubuhku yang lemas.

"Kamu tambah cantik." Rayunya.

Aku hanya tersenyum, kucubit perutnya.

"Gombal melulu." ujarku.

"Yaudah, aku ngga akan gombal lagi." Godanya.

"Tapi aku suka digombalin kamu." Jawabku malu-malu.

Dan Adit mencium keningku.

Bahagia, sungguh bahagia aku bersamanya.

Jemari Adit mengelusi rambutku yang berantakan.

"Capek ?" dia bertanya. Aku menggelengkan kepala.

Dia tersenyum melihat jawabanku.

Adit bergerak meloloskan boxer yang dikenakannya.

Dia memelukku kembali.

Sesuatu yang keras dan panas terasa menyentuh kewanitaanku yang telah begitu basah becek membanjir.

"Kamu siap ?" dia bertanya.

Dengan vagina sebasah ini, sebecek ini, dia masih bertanya juga ?

Aku sudah siap sedari tadi.

"Siap." Bisikku.

Adit menekan.

Plep.

Terasa sesuatu yang gemuk menyelinap, merekahkan pintu masuk vaginaku.

"Akkhhhh..."

Besar !

Adit menariknya sebentar, lalu menekan lagi.

Plep.

"Akkkkkh...." Kejantanannya yang membonggol masuk lebih dalam.

Vaginaku terasa lebih rekah. Ujung-ujung simpul saraf didalam sana terasa tersentuh semua.

Dan

BLEP.

Melesak masuk bertenaga.

"Oooooh..... ayang..... gede..." desahku.

Pantes aja dia bertanya apakah aku siap atau nggak, rupanya dia khawatir membuatku kesakitan.
Tapi tidak, ini tidak sakit. Kejantanannya besar namun besar yang 'pas' maksimal diterima vaginaku tanpa mereasa kesakitan.

Setiap gesekan kejantanannya di tubuhku terasa nikmat.

Jika diibaratkan makanan, aku seperti makan makanan yang enak dengan suapan yang memenuhi mulutku tetapi tidak sampai muntah.

Aku menikmatinya.

Aku sangat menikmatinya.

Adit terus menekannya dengan berbagai jenis tusukan yang tak mampu kulukiskan dengan kata.

Tusukan pendek, dibarengi dengan tusukan dalam, dalam berbagai variasi kecepatan dan macam-macam goyangan.

Aku terbuai, terlena oleh kenikmatan.

"Ehek... ehek... ehek...." Suara Rendi terdengar di sampingku. Tubuhnya menggeliat, dan dia melek terbangun.

Adit tersenyum, dia tak menghentikan genjotannya yang melenakan.

Dan berikutnya, dia menepuk-nepuk pantat Rendi hingga Rendi terlena.

Anak itu lelap kembali oleh tetpukannya.

Dan aku mengerang, merintih, menjerit lirih, oleh kelihaian gecakan kejantanannya.

Kuraih orgasme berkali-kali hingga akhirnya Adit membisikkan sesuatu.

"Aku mau keluar." katanya.

Aku ingin menghirup kenikmatan ini dengan utuh, penuh.

"Didalem aja." Rintihku.

"Yakin ?" tanya lelaki gagah itu.

Sungguh, aku begitu menginginkannya menyemprot di rahimku.

Aku tak menjawab melainkan memegang bokongnya yang pejal, lalu menariknya kearahku agar dia bisa masuk lebih dalam. Kutekan dalam-dalam.

Kejantanannya makin bengkak didalam tubuhku.

Kenikmatanku memuncak.

CROTTTTTTZ
Serrrrrrrr...

Kami keluar bersamaan.

Teguk demi teguk kenikmatan itu kami rasakan bersama

"AAaaaaaahhhh ayang....." Rintihku.

"Embun.................." Rintihnya, sambil mengecup bibirku hangat.

Kami terkapar bersama, disamping Rendi yang masih saja terlelap.


**********

Sisa malam kami habiskan dengan bertukar cerita.

Dia menceritakan masa lalunya, bagaimana dia menikahi istrinya dengan terpaksa walaupun bukan dirinya yang menghamili perempuan itu.

Aku mempercayainya.

Adit juga menceritakan bagaimana statusnya dalam perusahaan sebagai komisaris bayangan.

Tugasnya ternyata menjadi tameng yang bisa ditumbalkan kalau perusahaan berurusan dengan yang berwajib. Tapi dirinya mampu bertahan sampai sekarang, tak pernah tertangkap lembaga yang berurusan dengan korupsi karena ia sangat pandai meniti langkah di ujung jurang.

Dialah yang bertugas menyerahkan segala macam uang sogokan yang nilainya bermilyar-milyar demi kelancaran bisnis keluarga.

Sedikit-sedikit dia mengutip uang sogokan itu.

Pendek kata, mencurinya.

Dia telah lama berniat berhenti dari tekanan keluarga istrinya. Tetapi masih ada satu pekerjaan yang belum diselesaikan di perusahaan keluarga konglomerat itu.

"Pekerjaan apa ?" tanyaku penasaran.

"Belum saatnya aku cerita." Dia hanya beralasan singkat.

"Dan aku tak memiliki cukup alasan untuk berhenti dari pekerjaan tersebut." Katanya.

"Sampai aku menemukan kalian. Ya, kamu dan Rendi." Lanjutnya.

Dari hasil kutipan alias curian yang sedikit-sedikit itulah akhirnya dia bisa mengumpulkan sedikit uang cadangan dan menyembunyikannya dalam berbagai bentuk termasuk rumah, villa sederhana berdindin bilik bambu bervarnish, kendaraan antik, bitcoin, dll.

"Aku bukan orang baik seperti yang kamu bayangkan, Bella."

Menurutku dia tetap orang baik dan hanya mengucapkan "Tidak ada manusia yang sempurna, sayang."

Akupun menceritakan berbagai hal yang kualami selama ini.

Adit seakan tak percaya bahwa Pak Dhani, yang secara prinsip adalah anak buahnya, telah memaksaku melakukan perbuatan dibawah ancaman.

"Aku sayang kamu, Bella. Ayo kita lawan mereka !"

Aku menatapnya. Benarkah lelaki ini yang akan menyelamatkanku dan membalas semua rasa sakit hatiku ?

Aku bahagia di tengah kesedihan yang bertumpuk tumpuk menimpa.

Kami bercinta lagi, dan lagi, hingga pagi menjelang.

Bersambung ke
4. Aturan Yang Berlaku
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd