Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Istriku dan Semua Kebohongannya

Selamat sore para suhu semua, hari ini kita lanjut perjalanan Rima yang penuh dengan liku-liku kehidupan.. Tapi memang kalau menurut gw pribadi, si Rima ini termasuk tipikal cewek yang pinter banget menyembunyikan rahasia, kalau dari cerita bro Alan, dia merasa mungkin dah lama si istri ini bergonta ganti partner dalam berhubungan, yaaah untuk sementara si tua bangka Pak Seng ini yang masih gw ceritain sejauh ini, tapi tenang aja, kedepan juga akan muncul wajah-wajah baru serta banyak kejadian baru. Tapi memang bagi Alan, kecurigaannya bener-bener muncul ketika kasus belanjaan yang tertinggal itu, semakin jauh kedepan waktu berjalan, Alan mulai yakin kalau ada yang tidak beres dengan gelagat sang istri, meskipun menurut pengakuan Alan sendiri si Rima ini tidak pernah tertangkap basah dengan bukti yang nyata kalau dia permah bermandikan keringat dengan pria lain.

Bagi yang menjalankan ibadah puasa selamat menjalankan dan kalau bisa bacanya habis maghrib saja ya, hehe~~
:baris:

Setelah berjalan melalui rute jalan sehat yang mengitari kampung mereka akhirnya sampailah mereka di akhir perjalanan, yaitu kembali ke lapangan tempat awal mereka berkumpul.

Tampak beberapa warga sudah banyak yang mengelilingi dan mendekat ke arah panggung hiburan, panitia juga menyajikan hiburan penyanyi local yang menyanyikan alunan lagu dangdut dan koplo sehingga ikut menambahkan kemeriahan acara tersebut.

“wah, rame juga ya mah yang ikut??”, kata Alan

“ya iya lah pa, orang hadiahnya aja ada motor Listrik, kulkas, tv, macem2 tuh, kan lumayan”, jawab Rima

“waduh, masih lama ini pengundiannya..”, kata Alan sedikit mengeluh

“adek tidur ya pah..”, tanya Rima sambil memperhatikan Bela yang digendong oleh Alan.

“kayanya iya ma, duh gimana ini.. mana masih belum mulai lagi pengundiannya...”, jawab Alan.

“Apa papa pulang dulu??”, tanya Rima

“Lah terus mama di sini sendirian??”, jawab Alan

“ya ngga sendirian, ini juga banyak tetangga pah”, kata Rima

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Alan memutuskan untuk pulang bersama Bela, karena kondisi matahari yang mulai terik membuat Alan harus meninggalkan Rima dan kembali pulang.



>>POV Rima<<

Setelah Alan dan Bela kembali pulang ke rumah, Rima segera mencari jajanan dan minuman di pedagang kaki lima yang banyak berjejer di sekitar lokasi. “hmmm beli apa ya..”, gumamku sambil berkeliling melihat berbagai jajanan

Akhirnya perhatianku tertuju pada salah satu penjual seblak yang cukup ramai dikerubuti oleh banyak pengunjung, aku pun segera mendekat untuk menghampirinya, cukup ramai disana hingga para pengunjung pun saling berdesakan, aku yang sudah terlanjut mengantri pun hanya bisa pasrah ketika mulai menyadari bahwa pembelinya juga semakin ramai, saat ini aku berada di barisan pengunjung yang depan, sementara di bagian belakangku sudah banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang berdatangan. Sesekali aku merasa ada tangan-tangan jahil yang mencoba mencolekku dari arah belakang, mulai dari menepuk punggungku hingga ada yang mencoba meremas pantatku.

Tubuhku masih sensitive setelah kejadian di toilet sekolah dasar tadi, jadi aku hanya fokus untuk membeli seblak pilihanku tanpa memperhatikan gangguan yang ada dibelakangku. Akhirnya giliranku tiba juga, aku yang sudah mulai merasa gerah karena terus berhimpitan dengan para pembeli lain akhirnya bisa bernafas lega, setelah mendapatkan seblak yang aku inginkan aku pun berusaha untuk menjauh dari pedagang itu dengan menerobos kumpulan pembeli yang sudah antri lama di belakangku.

“minggir-minggir mbak cantik mau lewat”, sekilas aku dengar ada teriakan bapak-bapak yang mencoba memberikanku jalan agar aku bisa terbebas dari kerumunan itu. Hanya saja karena terlalu padatnya yang mengantri membuat tubuh kami tetap berdesak-desakkan, sesekali aq merasa ada tangan – tangan jahil mencoba meraba tubuhku, rasanya ingin marah, tapi apa daya, tidak hanya para lelaki yang ada di sana, tapi ada ibu-ibu dan anak-anak yang sedang mengantri juga.

Tiba-tiba aku merasa ada tangan yang cukup besar langsung meremas dadaku dan menarik tanganku menjauh dari kerumunan itu, hal itu membuatku tersontak kaget, hanya saja ketika aku membalik badan untuk meluapkan amarahku, ternyata Pak Seng yang ada di sana.

“bapak!!, apa mau bapak?”, kataku dengan sedikit nada meninggi

“mbak Rima galak bener, ya daripada mbak rima jadi bulan-bulanan disana, ahaha”, kata Pak Seng sambil tertawa

Tanpa mempedulikannya aku mencoba berlalu meninggalkannya, tapi lagi-lagi Pak Seng menahan tanganku dan tatapannya membuatku sedikit takut

“Ayo mbak, makannya ditempat saya saja..lebih tenang di sana.. kalau disini kan ramai”, kata Pak Seng dengan sedikit memaksa, aku merasa sedikit takut dengan perkataannya, tapi menolak pun aku pikir percumah, perbuatan kami sudah melewati batas kewajaran, meskipun bibirku berkata tidak, sebenarnya tubuh ini menginginkan hal yang lebih dari yang terjadi tadi pagi di dalam toilet sekolah, dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.

“maksud bapak.. mau makan dimana??”, tanyaku

“ya di Sekolah tadi, di sana ada ruang guru, jadi bisa sambil duduk, bapak juga bisa setelin TV dan hidupin AC supaya mbak Rima ngga kepanasan”, rayunya padaku

Entah setan apa yang merasuki ku, aku hanya pasrah ketika Pak Seng memintaku kembali mengikutinya masuk ke sekolah yang berada di samping lapangan tempat acara pembacaan dorprice mulai dibacakan.

Aku seakan sudah tak mempedulikan kupon yang ada di tanganku, langkahku seakan pasrah mengikuti lelaku tua bejat yang selalu melecehkanku itu. Setelah memasuki Kawasan Sekolah, Pak Seng memintaku masuk menuju ruang tempat para guru biasa berkumpul, terdapat sofa, banyak meja dan beberapa berkas rak buku yang tertata rapi di sana, setelah membuka pintu ruangan tersebut Pak Seng segera mempersilahkanku masuk ke dalam ruangan.

Aku sedikit ragu untuk melangkah, sesekali aku tengok kanan dan kiri dan memandang sekitarku, takut jika ada orang yang memergoki tingkah laku kami di sekolah ini, tapi benar kata Pak Seng, aku tidak menemukan satu aktivitas pun di sana. Dengan berat hati aku akhirnya masuk ke dalam ruangan itu.

Pak Seng segera menyalakan AC di ruangan, dan bertanya padauk apakah ingin melihat TV juga kemudian Pak Seng mempersilahkanku duduk di atas sofa yang ada di pojok ruangan itu, untuk beberapa saat aku mencoba mengamati ruangan tersebut, aku bisa membayangkan banyak guru dan para murid yang berkeliaran di ruangan ini jika jam sekolah sedang berlangsung.

“Mbak Rima, piring dan sendoknya…. Oiya ini minumnya”, kata Pak Seng sambil menyodorkan segelas air putih dan beberapa peralatan makan, dan kemudian ikut duduk disampingku. Aku pun segera menata makanan dan minuman yang tadi sempat kubeli ketika berada di lapangan.

“hmm.. Pak Seng sudah lama jadi penjaga sekolah ini??”, sambil makan, aku berusaha mencairkan suasana dan bertanya padanya

“iya mbak, lumayan, sudah 10 Tahun lebih, yah lumayan untuk menambah penghasilan dan mengisi waktu juga… Keseharian bapak kan cuman dikandang, kadang ya membantu si ibuk (bu seng) untuk berjualan di warung”, katanya

“sudah lama ya pak…”, jawabku singkat

“iya mbak, dulu ada banyak peternakan di desa ini, tapi hanya punya bapak yang bisa bertahan, yah tapi sekarang bapak agak khawatir, karena besok siapa yang akan menggantikan bapak, tau sendiri si ibuk (bu seng) juga sudah sakit-sakitan”, jelasnya padaku, aku sedikit tertarik dengan ceritanya dan aku pun kembali bertanya

“kalau anak-anak bapak, kan bisa d teruskan sama mereka”, kataku

“haha, kalau anak-anak sih udah pada di kota, mereka juga beberapa waktu pulang kalau hari raya, dan sepertinya mereka tidak ada yang tertarik untuk meneruskan peternakan bapak”, jelasnya padaku

Entah mengapa aku sedikit agak mengiba padanya, aku seperti teringat akan kedua orang tuaku yang jauh ada di kampung, sesaat aku bisa melihat raut wajah kesedihan ketika dia bercerita tentang anak-anaknya dan istrinya yang mulai sakit-sakit’an. Dalam hati aku pun mengira, mungkin itu penyebapnya dia begitu ganas jika berkaitan dengan hubungan sex. Karena mungkin Bu Seng tidak bisa melayaninya seperti dulu lagi.

Percakapan dengan Pak Seng membuatku sedikit nyaman, selesai makan aku mulai menyandarkan kepalaku di ujung sofa, sayup-sayup dari sini aku masih bisa mendengar panitia sedang membacakan nama-nama pemenang dorprisenya.

Melihatku sedikit rebahan di sofa, Pak Seng sempat bertanya dan meminta nomor-nomor kupon undianku dan membantu menyimak nomor-nomor pemenang dorprise yang sedang dibacakan panitia, mungkin dia menyadari aku sudah mulai mengantuk. Aku sudah tak mempedulikan sekitarku lagi, mendapati suasana dingin dari AC membuatku semakin nyaman dan aku pun mulai merebahkan tubuhku di atas sofa.

Entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba aku merasa ada sesuaitu yang mencoba meremas payudaraku dan membuka kancing bajuku, entah karena lelah atau hanya pasrah, aku enggan membuka mataku dan membiarkan tangan itu mulai menaikkan bajuku, dengan lembut tangan itu juga melepas pengait BHku membuat dua gunung payudaraku terpampang bebas disana.

Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di atas payudaraku dengan lembut, aku sedikit mendesah tapi tetap saja mataku seolah enggan untuk dibuka, bibir it uterus mencumbu kedua payudaraku tanpa henti, mencium dan menjilat kulit payudaraku dengan lembut. Mendapati rangsangan yang begitu hebat, putingku mulai mengeras, menyadari hal itu sebuah tangan mulai menyentuh salah satu putingku dan kemudian memilinnya perlahan.

“ummmh…..ahhh..”, desahku tak terbendung, dan tiba-tiba puting yang lain dihisap dengan kuat oleh bibirnya

“ahhhh…..”, aku melenguh cukup panjang dan seketika membuka mataku, kudapati Pak Seng sudah telanjang bulat dan mulai mencumbui tubuhku di atas sofa.

“aahh paakk…..shhhhhh”, desahku setiap kali dia memilin putingku dan menghisap puting yang lain dengan ganasnya

Sambil terus menindih tubuhku, Pak Seng terus menghisap payudaraku secara bergantian, makin lama hisapannya makin keras hingga membuatku mendesah tidak karuan, selain menghisap puting, sesekali dia mengigit kasar putingku dan menarik-nariknya dengan kasar.

“ahhh… pakkk, shhhhh… ampun sudah..ahhhhh”, desahku ketika dia makin keras mengigit putingku secara bergiliran

Tampak putingku sudah sangat mengeras dengan urat-urat yang menyembul keluar, Pak Seng kemudian memintaku duduk dan membantuku untuk membuka semua pakaianku, ketika dia menarik pakaianku ke atas, aku pun segera mengangkat tangaku, akan tetapi sebelum semua pakaian terlepas melewati kepalaku tiba-tiba Pak Seng mengendus dan mencium ketiakku.

“aahh pak, geli…ah jangaan……”, kataku padanya, aku hanya bisa bergoyang-goyang menghindari cumbuannya yang berusaha menjilati bagian ketiakku sementara tanganku masih tertahan di atas dengan wajahku yang tertutup pakaian.

Sepertinya dia sengaja melakukan itu, dan kembali dia mendorong tubuhku sehingga jatuh keatas sofa, salah satu tangannya menahan tanganku agar tetap di atas membuat buah dadaku terpampang bebas dihadapannya, tapi sepertinya tujuannya bukan itu, dengan segera di kembali mengendus ketiakku secara bergantian dan menjilati bagian ketiakku hingga payudaraku dengan liar.

Ooh sebuah sensasi yang sangat menggelikan tapi juga nikmat, “ahhh pak geli…ahh sudah pak… shhhh, aah jangan di gigit ahhhh putingku pak…”, kataku sambil berusaha menggerakkan dadaku kekanan dan kekiri menghindari bibirnya yang sangat aktif mencium dan menjilati tubuhku mulai dari bagian ketiak hingga dadaku.

“ohhh, bulu keteknya mbak rima tipis bikin nafsuin…mana aromanya enak banget, ooohh bikin ngga sabar”, kata Pak Seng sambil terus mencumbu bagian dada dan ketiakku

Sambil terus menciumi bagian dada dan ketiakku, salah satu tangannya kini mulai turun masuk kesela-sela celana trainingku dan langsung menuju vaginaku yang mulai basah.

“ahhh… jangan, ampun….mppphhh….ohhh”, erangku ketika tangannya berhasil menyusup masuk dan mulai mengusap-usap permukaan vaginaku

Satu tangannya menahan kedua tanganku di atas sofa dengan bagian bajuku yang masih menutupi wajahku, sementara bibirnya terus bergereliya di bagian dada dan ketiakku, dan tangan yang lain mulai mengorek-orek lubang vaginaku, Bagai cacing yang kepanasan, tubuhku hanya bergoyang kekanan kekiri tanpa bisa lepas dari cengkraman pria tua ini.

Dari awal hanya satu jari yang mengobok-obok vaginaku, kini menjadi dua jari, permainan lidahnya menyapu bagian dadaku dengan sesekali mengigit putingku, sementara tangan yang menyusup ke dalam celana dan CDku terus mengorek bagian dalam vaginaku membuatku merasakan kenikmatan yang tiada tara, hingga akhirnya..

“hmmmp…ahhhh… pakkk…ooohh…aku keluar…aku mau keluar pak…ohhh…pakkk zuuuuudahhhhhhhhhh……ahhhhhhh”, aq mengerang tanpa henti ketika permohonanku untuk menghentikan hal itu malah membuatnya semakin ganas mencumbuku hingga tubuhku merasakan letupan hebat menandakan aku sudah mengalami orgasme pertamaku..

Vaginaku berdenyut kencang dan tubuhku bergetar hebat menandai orgasme yang luar biasa nikmat telah menerpaku, bersamaan dengan hal itu Pak Seng juga menghentikan aktivitasnya, dia tampak bangkit dari duduknya dan mulai meraih celana trainingku, dengan segera di menurunkan celana beserta CDku tanpa membuka pakaian yang masih menutupi wajahku dan mengunci tanganku.

Tubuhku yang terbaring di sofa seolah tidak bertenaga, aku hanya pasrah atas apa yang telah dia perbuat padaku, saat ini aku rasa tubuhku sedang telanjang bulat kemudian Pak Seng seperti beralih ke bagian bawahku dan yah…sesuai perkiraanku...

Kedua tangannya segera mengangkat dan melebarkan kedua kakiku, dan kembali aku rasakan bibirnya menghisap mulut vaginaku dengan ganasnya, seoalah mencoba meminum cairan kenikmatan yang ku tumpahkan ketika mengalami orgasme tadi.

“zuuudaaahhh pak…ahhh…shhhh…”, erangku ketika bibirnya mulai menghisap vaginaku dengan sangat kasar

Puas bermain-main dengan vaginaku, kini dia memposisikan penis jumbonya di atas vaginaku, meskipun wajahku tertutup pakaian, aku bisa merasakan penisnya mulai digesek-gesekkan kelubang vaginaku. Akhirnya tiba juga di saat ini, lagi-lagi penis yang selain bukan milik suamiku kembali mengisi rahimku..

Tanpa kesusahan dengan sedikit hentakan akhirnya *Blesssssss penis itu masuk kedalam vaginaku, pria tua itu saat ini berada di atas tubuhku, kurasakan peluhnya berjatuhan di atas tubuhku.

“ahhh…ooh….ummhhh..”, erangan demi erangan mulai keluar dari mulutku ketika penis itu terus mendesak maju menggesek bagian terdalam rahimku.

Sambil terus menggoyangku di atas sofa, lagi-lagi aku merasakan jilatan-jilatan manja di sekitar ketiakku, yah, sambil terus mensetubuhiku dengan posisi man on top, Pak Seng kembali menyerang bagian dada dan ketiakku dengan intens.

Butir-butir keringatku yang mulai muncul disapunya dengan lidahnya tanpa ampun membuat bagian dada dan ketiakku mulai basah karena keringat bercampur air liurnya Pak Seng.

Semakin lama gerakan ritme hentakan dari penis pak seng semakin kuat dan cepat, bersamaan dengan itu pula salah satu tangannya mulai meremas keras puting susuku hingga air susuku kembali merembes bercampur dengan keringat dan sisa liurnya..

Kembali aku merasa vaginaku semakin panas dan gatal, sepertinya aku kembali akan mendapatkan orgasme keduaku kali ini, mengetahui aku mulai mendesah liat, Pak Seng semakin mempercepat gerakan memompa penisnya di dalam vaginaku, ditambah lagi kini bibirnya juga ikut menghisap puting susuku dengan sangat kasar.

“ahhh… pakkk….rima keluar….ahhhh… rima mau keluuaar…. Ahhhhh….ahhhhhhhh………akkkhhhhh!!!.......shhhhhhhhhhhhhh…zudah pak….”, kataku ketika akhirnya sebuah orgasme hebat kembali meledak ditubuhku

“oooh enak mbak, terusss..teruss keluarin…wahhh memeknya sampai berdenyut hebat…pijat kontol bapak mbak..iya terusss”, kata Pak Seng, yah ketika mengalami orgasme, tidak hanya tubuhku saja bergetar hebat, didalam vaginaku pun seperti berdenyut, dengan ukuran penis jumbo Pak Seng yang bersarang di dalam vaginaku tentu dia merasakannya, sebuah pijatan yang tidak bisa ku kontrol ketika aku mengalami orgasme, vaginaku berdenyut hebat, memijat apa saja yang ada di dalamnya dengan nikmat.

Setelah orgasmeku mulai reda, Pak Seng segera membantuku melepas pakaian yang tadi masih menutupi bagian wajahku. Dari raut wajahku tampak begitu lelah, tapi dengan lembut Pak Seng mengambil tissue dan membersihkan keringat di wajahku, Tindakan yang sederhana tapi sungguh membuatku merasa nyaman.

“ah sial, apa aku baper sama bapak tua ini, nikmat banget permainannya, belum pernah aku merasa seliar ini, bermain di tempat umum yang bahkan tidak seharusnya aku berada di sini”, gumamku dalam hati

Bahkan ketika aku masih terduduk di sofa, Pak Seng tanpa sungkan meraih payudaraku dan kembali menciuminya, seolah tak peduli dengan bau keringat kami yang sedang bercampur, dia terus mencium kedua payudaraku secara bergantian dengan lembut, membuatku kembai merasakan hangatnya rangsangan secara perlahan.

“andai punya istri seperti mbak rima, bodynya montok, kuat banget maennya, hahaha”, kata Pak Seng sambil terus menciumi kedua payudaraku, sesekali dia menjilati kulit leherku. Aku yang masih lemas terduduk di atas sofa, hanya bisa pasrah mendapati tubuhku menjadi bulan-bulanannya. Sesekali tercium bau keringat pria tua itu, bercampur dengan aroma liurnya yang membasahi seluruh tubuhku.

Mengetahui putingku kembali mengeras, kali ini Pak Seng memintaku untuk posisi sujud di atas sofa, dengan perlahan dia membantuku memposisikan tubuhku membelakanginya, yaaah aku tau, posisi ini, dia pasti akan kembali menghunuskan penis jumbonya kedalam vaginaku untuk yang kesekian kalinya, tapi tubuhku hanya lemah, berkata saja aku sudah kesusahan.

Setelah memposisikan tubuhku sujud di atas sofa, lagi-lagi bibirnya menjamah bagian senstifku, padahal vaginaku tengah basah bercampur antara keringatku dan keringatnya, belum lagi sisa-sisa orgasme yang berupa lender putih dengan aroma khas masih menempel di sana, tapi lagi-lagi pria tua itu seakan tak mempedulikannya dan kembali mencium, menghisap dan menjilati bagian vaginaku tanpa sisa.

Bahkan ketika aku mengintip dari sela-sela kakiku, aku bisa melihatnya menghirup dalam-dalam bagian vaginaku yang dipenuhi bulu, “oooh nikmat sekali”, batinku.. “mengapa Mas Alan tidak seliar pria tua ini”, gumamku dalam hati

Perlahan tenagaku mulai kembali, tanpa sadar mulai terdengar desahan dari bibirku secara perlahan, “ummmhhh… ahhh…shhhh…”, gairahku semakin bertambah tatkala Pak Seng mulai mengganti posisinya dan menggesek-gesekkan ujung penisnya yang masih keras berdiri di permukaan vaginaku.

“Padahal sudah lemes, tapi memeknya masih merah, kayanya harus d puasin tiap hari ya mbak rima, hahaha”, ejek Pak Seng sambil terus menggesek-gesekkan kepala penisnya di lubang vaginaku

Sungguh gatal sekali vaginaku mendapat perlakuan seperti itu, hingga tanpa sadar sebuah kata-kata yang tidak seharusnya aku ucapkan terlepas dari bibirku. “ahh….uhhmm.. pak cepet masukin….ahhh”.

Shit!!!, aku langsung menutup mulutku seolah tak percaya dengan apa yang baru saja kuucapkan. Bersamaan dengan itu.

“niiihhh bapak masukin”, kata Pak Seng sambil mendorong penisnya dengan keras

“hmmmpppppppp”, pekikku tiba-tiba, untuk kedua tanganku tengah menutup rapat mulutku, aku sudah mendapatkan ketiga orgasmeku hari ini, tapi lagi-lagi hanya dengan sentakan keras dari penis Pak Seng sudah mampu membuatku hampir mendapatkan orgasme ke empatku.

Belum sempat aku menikmati hujaman keras dari penis pria tua itu, tiba-tiba Pak Seng mencabut penisnya, ketika aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba…

“nihhhh”, kata Pak Seng sembari menghujamkan penisnya dengan keras kedalam vaginaku

“hummmpppppphhhhh”, kedua kalinya aku terpekik, nikmat sekali dan hampir membuatku pingsan karena enaknya, sambil terus menutup mulutku lagi-lagi tubuhku kembali bergetar..

“ooh apa aku akan orgasme lagi….jangan..jangann…”, gumamku dalam hati, mengetahui aku kembali akan mendapatkan orgasme, Pak Seng langsung menggoyangkan pantatnya dengan keras

Kembali mencabut penis jumbonya dan langsung menhujamkan kembali dengan keras kedalam vaginaku.

Tanganku reflek mencengkeram permukaan sofa dengan kencang.. “zuuudahh.. pak… ampun….ampuuun…ahh…aahhhhkk..ampun pak.”, kataku memelas memohon agar Pak Seng menghentikan gerakannya, nikmat sekali, aku sampai menangis dibuatnya…

“ampuuun pak…zzuuuudaaahh…aahh..oohhh…ooohh”, aku terus meracau sambil berteriak, aku tidak peduli jika ada yang mendengar teriakanku, vaginaku terasa panas dan geli sekali membuatku ingin kencing saat itu juga, tapi Pak Seng mengabaikan permohonanku dan terus memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan kasar.

Bahkan ketika aku telah merasa orgasme telah menerpaku, aku berusaha untuk mencabut penis itu dari vaginaku. “ahhh rasanya terlalu nikmat, aahhhh geli sekali vaginaku, ahh aku mohon sudahi…”, batinku dalam hati tapi lagi-lagi Pak Seng tidak membiarkanku beranjak dari posisiku bahkan kini dia mempercepat gerakannya sampai pada suatu momen dia hentakkan penisnya dengan keras dan kurasakan lelehan cairan sperma hangat membanjiri rahimku.

Tubuhku bergetar sangat hebat dan tiba-tiba…

*Pshhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………….

Aku kecing di sofa, yaah aku kencing di sofa, bersama dengan itu tubuh kami berdua ambruk di atas sofa

Untuk sesaat aku tak menyadari apa yang terjadi, Lelah sekali tubuhku, samar-samar aku melihat Pak Seng mulai menjauh dariku, sementara tubuhku masih terbaring lunglai di atas sofa.

Dengan sisa-sisa tenaga, ku coba untuk meraba secara perlahan bagian bawah sofa, basah… itu yang kurasa, sepertinya aku kencing di sofa.. sial….sialll… tapi sungguh nikmat…

Sepertinya cukup lama aku terbaring di sofa itu, setelah tersadar kulihat Pak Seng sudah berpakaian dan duduk di sampingku, sementara aku masih terbaring telanjang bulat di atas sofa di ruang guru ini.

Setelah kesadaranku pulih, Pak Seng mempersilahkanku untuk kekamar mandi yang berada di ruangan itu, aku pun segera merapihkan diriku, aku seka dengan tissue dan air permukaan dadaku, ketika aku menyeka bagian vaginaku, aku masih bisa merasakan lelehan sperma yang cukup banyak di dalamnya..

“mungkin aku akan hamil kali ini..”, gumamku dalam hati

Setelah mengenakan kembali bajuku, kulihat Pak Seng sedang membersihkan permukaan sofa yang basah karena keringat dan air seniku itu, dengan susah payah Pak Seng menggotong sofa itu keluar ruangan dan menempatkannya di luar ruangan agar terkena Cahaya matahari.

Sebelum meninggalkan sekolah itu, Pak Seng sempat memberikan beberapa dorprise yang aku dapatkan dengan kuponku, dia bercerita ketika aku rebahan di awal tadi, Pak Seng menyempatkan untuk menyerahkan kupon-kuponku ke temannya yang sedang berada di lapangan mengikuti pengumuman hadiah itu. Dan ketika aku tertidur setelah bermain dengannya, dia kembali mengambil hasil dorprice yang aku dapatkan. “yaah setidaknya Mas Alan ngga kecewa karena aku pulang terlambat”, gumamku dalam hati.

Sungguh capek sekali badanku hari ini, aku tidak menyangka ternyata berhubungan sex bisa senikmat itu, baru kali ini sensasi yang kurasakan seumur hidup berumah tangga, ternyata kenikmatan itu kudapati dari seorang pria tua.

Sebelum pulang, Pak Seng sempat berkata padaku, “Mbak Rima hati-hati, soalnya Mbak Rima ini punya sisi liar yang baru aja kebuka, kalau sudah tau enaknya ngesex kaya gini, jangan sampai tergoda penis pria lain.. Kalau pengen, Mbak bisa datang ke bapak aja, hehehe”, katanya sambil tertawa

“Hmmmmm… emang siapa yang bakal minta maen lagi, lagian aku juga ga ada niatan buat nyoba kontol lain, dasar tua bangka… aneh-aneh aja pikirannya”, gumamku dalam hati sambil berjalan menuju rumah.

Sekian suhu update kali ini, nantikan segmen berikutnya, bagi yang berpuasa sebaiknya dibuka setelah adzan magrib saja, hehehe
;);)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd