Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Istriku dan Semua Kebohongannya

Update 3

Siang suhu semprot semua, terimakasih banyak sudah menyempatkan waktunya mampir di thread gw yang masih acak-acak’an ini, maaf agak telat updatenya karena kesibukan juga, okee mari kita lanjut ke update yang ke 3
:):):)

Sesuai dengan request dari beberapa suhu, di update yang ketiga ini adalah improvisasi cerita ketika Alan menemukan CD istrinya yang ada bercak putih dan dikiranya itu adalah keputihan.

……………..

……………………

………………………….

Kenyataan yang terjadi pada hari itu……

POV dari Rima

Pagi ini badanku agak sakit semua, ya mungkin karena tadi malam suamiku meminta jatah untuk berhubungan badan, sebagai istri tentau sudah jadi kewajiban bagiku untuk memanjakan dan memenuhi kebutuhan biologisnya, selama ini aku cukup puas dengan permainan suamiku, yah meskipun kadang kalau aq membandingkan dengan gagah dan liarnya permainan Pak Seng.

Semalam pun ketika kita memadu kasih aku terbayang kejadian di kendang beberapa hari lalu, dan itu membuatku jadi semakin bergairah untuk melayani suamiku, aku tau tidak mungkin suamiku akan mau untuk menuruti beberapa fantasiku, jujur aku kadang menginginkan hubungan sex yang cukup menebarkan, bagiku cinta untuk suami dan keluargaku itu penting, tapi di lubuk hatiku terdalam, aku terkadang juga menginginkan tubuh ini dijamah liar oleh pria diluar sana.

Pagi itu rutinitas seperti biasa aku bersiap untuk pergi berbelanja, setelah membersihkan rumah aku berniat untuk langsung pergi belanja, tapi tiba-tiba saja Mas Alan sudah bangun dari tempat tidur, dia berpesan agar aku membawa HP ketika berbelanja. Yah awalnya aku menolaknya, yaah orang cuman belanja aja ngapain bawa HP segala, tapi mas Alan akhirnya menjelaskan alasannya, dia bilang karena takutnya nanti aku kelamaan lagi belanjanya dan mas Alan juga bilang kalau dia ingin beberapa kue basah di Warung Bu Seng.

Akupun segera mengayuh sepedah ku menuju Warung Bu Seng, sesampainya di sana suasana warung pagi itu sudah cukup ramai, yah banyak pengunjungnya adalah tetanggaku.

“pagi mbak rima”, sapa Bu Seng

“eeh pagi juga buk.., oiya buk.. maaf ya yang kemarin”, jawabku, sambil meminta maaf karena barang belanjaan yang tertinggal waktu belanja kapan hari

“heee, kemarin itu nyasar kemana to mbak, tak tungguin lama banget”, jawab Bu Seng sambil membereskan pesanan belanjaan dari pembeli

“ehhh, iya buk, maaf kemarin itu habis ambil telur saya langsung pulang, takut kesiangan nanti mas Alan nungguin”, jawabku

“oiya bapak (pak seng) kapan hari cerita, katanya mbak rima pesan telur bebek, itu barangnya udah ada, katanya mbak rima di suruh ambil ke sana, atau kalau mbak rima g mau ambil, tu telur mau di anter sendiri ke rumahnya mbak”, kata Bu Seng, aku sedikit terkejut mendengar pernyataan bu seng, perasaan aku tidak pernah memesan apa-apa, tapi aku langsung paham mengapa si tua itu memintaku untuk mengambilnya sendiri ke kandangnya.

Jelas dia pasti sedang mencari alasan agar aku berkunjung kesana, akan tetapi dia bilang kalau misal aku tidak mengambilnya, nanti dia akan mengantarkannya sendiri ke rumah, apa jangan-jangan ini ancaman dari si tua bangka itu jika aku tidak menurutinya maka dia akan melaporkan kepada suamiku..

“heh mbak rima kok malah bengong”, kata Bu Seng

“eeh.. eh ngga buk, iya deh sebentar saya ke sana dulu ya..”, kata ku sambil berjalan meninggalkan warung Bu Seng. Pikiranku sudah menjurus bahwa tentu si tua bangka itu hari ini akan menjahiliku lagi, tapi aku tidak punya pilihan, bagaimana nanti jika dia nekat datang ke rumah dan menceritakan semuanya ke Mas Alan.

Akhirnya dengan berat hati aku mengarahkan sepedah ku menuju ke Peternakan milik Pak Seng, beberapa saat setelah sampai di peternakan itu aku segera berjalan masuk kedalam, sambil beberapa kali kuteriakkan salam.

Di bagian ujung dari kendang akhirnya kutemukan Pak Seng tengah mencangkul ladangnya dengan badan penuh keringat, menyadari kedatanganku Pak Seng segera menghentikan aktifitasnya dan dengan senyum segera menghampiriku.

“wah wah… si cantik sudah dating, hahaha”, kata Pak Seng, sambil terus menghampiriku

Aku sedikit berjalan mundur sambil berkata, “maksud bapak apa bilang seperti itu??, apa bapak berencana mengancam saya dengan meemmpppfff”, belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku tiba-tiba saja Pak Seng membekap mulutku dan berkata.

“sudah, toh kamu juga kan yang mulai, katanya pengen segera punya momongan??, yak an.. toh kita juga sudah beberapa kali berhubungan badan, hahahaha, bapak ngga bapak ngerusak rumah tanggamu, bapak cuman pengen sesekali mencicipi memekmu..”, jawab pak seng sambil membekap bibirku dengan tangannya, sambil mulai mendekatkan wajahnya menyusuri tubuhku

Aku hanya bisa pasrah ketika pria tua itu kembali meremas-remas payudaraku dengan kasar, sesekali dia mendekatkan hidungnya menyusuri aroma keringat di sekitar tubuhku, mulai dari leher, kemudian turun ke bagian dada dan sesekali mengendus ketiakku.

Setelah melepaskan bekapan tangannya dari mulutkua, dia mengajakku menuju ke sebuah kamar yang berada di dekat dapur dan kandangnya, dia lalu memintaku untuk melepas semua pakaianku. Entah mengapa aku hanya bisa pasrah dan menuruti apa kemauannya.

Pak Seng juga segera melepaskan semua pakaiannya, ketika mendekatku, aku mencuim bau keringat yang sangat tajam dari tubuh Pria Tua itu, baunya sungguh menyengat membuatku sedikit berusaha untuk menghindarinya, tapi belum sempat aku menhindar, dia segera menarik tubuhku dan mencium bibirku dengan sangat kasar.

Gambar ilustrasi*



Aku dipaksa berciuman dengan pria tua itu, sesekali juga dia meremas dan memilin puting susuku yang bergeantungan secara bergantian, kami saling berpautan cukup lama, dengan kasar Pak Seng memaksa untuk memasukkan lidahnya kedalam mulutku sehingga air liur kami tercampur, tampa ragu dia menghisap lidahku sambil menghisap semua liur kami yang tercampur, awalnya aku agak terganggu dengan bau keringatnya, tapi lama-lama nafsuku memuncak mengalahkan aroma pekat yang sedari tadi pengelilingiku.

Gambar ilustrasi*





Aku yang mulai terbuai dengan permainannya hanya bisa pasrah dan mengikuti semua kemauannya, puas dengan bibirku, kini pria tua itu segera beralih menyusuri leherku, lagi – lagi dia menjilat dan menyapu semua kulit leherku dengan lidahnya sambil sesekali mendaratkan ciuman mesra di tubuhku, aku berusaha mengingatkan agar dia tidak membuat tanda cupang di tubuhku karena aku tidak mau Mas Alan menyadarinya.

Bergantian dia melahap puting susu ku, menghisapnya secara bergantian, aku hanya bisa mendesah menerima semua perlakuan itu, nikmat sekali, tanpa mempedulikan tubuhku yang tengah kotor dan berkeringat, pria tua itu seakan tidak mempedulikannya, bahkan di bagian ketiakku pun dia mencium dan menjilatinya dengan sangat liar.

Dia pun segera mengarahkan ku untuk berdiri, dan tampa disuruh aku segera mengangkat kedua tanganku ke atas, untuk memudahkannya menjamah dan menjilat setiap bagian lekukan tubuhku, jujur, suamiku pun bahkan tak pernah memanjakanku seperti ini, tapi pria tua ini dengan telaten menciumi setiap jengkap tubuhku yang penuh dengan keringat. Kini ketiakku yang ditubuhi bulu-bulu halus terlihat begitu becek yang diakibatkan karena perpaduan keringat dan air liur milik Pak Seng.

Gambar ilustrasi*





Puas menjilat dan menjamah tubuh bagian depanku, kini Pak Seng memintaku untuk membelakanginya dan bersandar kesebuah kursi plastik, Pak Seng mengambil handuk dari jemuran yang berada tak jauh dari tempat kami dan menggunakannya sebagai alas. Akhirnya aku segera memposisikan diriku untuk di posisi yang sedikit nungging atau posisi doggy style sambil bertumpu pada kursi tersebut.

Gambar ilustrasi*





Aku paham apa yang akan terjadi selanjutnya, Pak Seng segera jongkok dan dengan perlahan mendekatkan wajahnya mendekati bagian belakangku, aku menggenggam erat handuk tersebut untuk mengantisipasi kejadian berikutnya, dan benar saja..

“ahhhhhh….emmmmpppppp…..oooooooohhh”, desahku, yaah.. kurasakan lidah Pak Seng dengan ganas menghisap bagian vaginaku, sungguh nikmat, sensasi yang sungguh nikmat kurasakan, tanpa mempedulikan bahwa semalam vaginaku sudah ditembak sperma Mas Alan, dan aku pun belum sempat membersihkannya, tapi Pak Seng seakan tak mempedulikanya, dia menjilat dan menghisap lubang vaginaku dengan sangat kasar.

Sesekali pria tua itu memasukkan lidahnya membuat vaginaku terasa geli sekali, cukup panjang kurasakan lidahnya menyapu semua bagian dalam vaginaku, bahkan dengan nakalnya sesekali dia menghisap bagian yang paling sensitip yaitu klitorisku dengan sangat kasar, aku hanya bisa mendesah dan menikmati permainannya. Sesekali Pak Seng bilang kepadaku untuk tidak menahan suaraku, karena sekeras-kerasnya aku mendesah, tidak akan ada yang mendengar karena kandang ini riuh dengan suara ayam.

Gambar ilustrasi*





Yaah aku sudah tidak peduli lagi dengan rasa malu atau bersalahku, erangan manja yang keluar dari bibirku ini mulai berubah menjadi teriakan yang cukup keras setiap Pak Seng menjilati vaginaku, melihat vaginaku sudah mulai basah, Pak Seng langsung mencium dan menghisap lelehan cairan kenikmatan yang ada di dalam vaginaku, bersamaan dengan itu juga kurasakan sebuah dorongan hebat dan nikmat menjalar di sekujur tubuhku, yaaah aku mendapatkan orgasme pertamaku, tubuhku bergetar hebat.

Menyadari bahwa aku mengalami orgasme Pak Seng tidak menghentikan aktifitasnya, malah dia makin dalam dan intes menghisap semua cairan yang keluar dari dalam vaginaku tanpa sisa. Setelah sudah mulai mereda, kukira Pak Seng akan memintaku untuk beradu kelamin, ternyata dugaanku salah, kali ini lidahnya bergerak agak naik ke atas.

“ohh tidak…”, gumamku dalam hati. Yah, lidah itu kini bergerak naik menjelajah ke lubang yang satunya.

“jangan pak.. itu kotor.. jangan…”, pintaku

Tapi pria tua itu seakan tak mengindahkannya, dan benar saja, bagian lubang anusku, lidah itu menjilati bagian lubang anusku, sensasi yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Jangankan menciumnya, menyentuhnya saja suamiku tak pernah melakukannya. Tapi pria tua ini seakan tidak mempedulikannya, kini dia menjilat dan mencium bagian luar lubang anusku. Sontak aku pun reflek segera mencegahnya.

Gambar ilustrasi*





Tanpa mempedulikan pintaku, Pak Seng terus mencium dan menjilat bagian lubang pembuanganku tanpa merasa jijik sedikitpun, bahkan sesekali dia memuji bahwa aromanya sangat wangi dan berbau khas, tentu itu adalah sebuah kebohongan besar, karena aku menyadari itu adalah salah satu bagian dariku yang berbau kurang mengenakkan, tapi pria tua it uterus saja menjilat dan menciumnya, bahkan kini salah satu jarinya mulai dimasukkannya ke dalam bagian vaginaku, sementara lidah dan bibirnya mencium anusku.

Aku semakin menggila menerima rangsangan itu, mendesah.. tidak, kali ini aku berteriak kesetanan dengan segara rangsangan pada dua lubang itu, semakin cepat Pak Seng memainkan jarinya di bagian vaginaku, semakin juga ciuman dan jilatannya pada bagian anusku, bahkan sesekali kurasa dia mencoba memasukkan lidahnya kebagian terlarang itu.

Hingga tidak berselang lama, lagi-lagi sebuah serangan kenikmatan menjalar disekujur tubuhku dan membuat tubuhku bergetar hebat menandakan bahwa orgasme kedua ku telah dating.

Tubuhku terasa berat dan tak bertenaga, ku kira Pak Seng akan mengeksekusiku saat itu juga, tapi ternyata aku salah, dia kemudian menuntunku ke sebuah kursi kayu di dekat situ, dia memposisikan dirinya rebahan dan dia memintaku untuk duduk di atasnya, Kulihat kebawah, tampak penisnya yang hitam dan berurat serta memiliki ukuran cukup besar sudah bersiap di bawah vaginaku.

Perlahan kuturunkan pinggulku dan mengarahkannya pada penis pria tua yang sudah keras berdiri tegak di bawah posisi vaginaku, kuperhatikan terdapat cairan kenikmatan yg mengalir turun sehingga menetes tepat di bagian atas penis milik Pak Seng, melihat itu aku merasa bahwa tubuh ini seolah tidak terkontrol lagi dan hanya ingin mencari kepuasan, padahal di jari manisku terdapat cincin suci pengikat ku dengan suami.

Perlahan kuturunkan pinggulku sehingga penis Pak Seng yang sudah tegang itu dengan mudah segera menemukan lubang peranakanku, dan langsung saja blesssss… Tanpa halangan penis Pak Seng akhirnya amblas di telan vaginaku.. Sesaat penis itu masuk, aku hanya terdiam, entah karena efek orgasme yang belum usai, kurasakan vaginaku berdenyut pelan, dan penis itu serasa penuh menutup ruang yang ada di dalam vaginaku, ohhh nikmat sekali batinku dalam hati.

Yahh, memang tak perlu melakukan pemanasan, karena vaginaku sudah cukup basah dengan 2x orgasme yang menimpaku. aku tidak berani bergerak, karena tentu sedikit gerakan saja dapat membuatku langsung menuju ke orgasme ku yang ketiga.

Gambar ilustrasi*





Pak Seng sepertinya menyadari vaginaku berdenyut memijat penis besarnya yang bersarang di dalam vaginaku, dia pun segera menekan dan menahan pinggulku dengan kedua tangannya dan berusaha menekannya lebih dalam lagi, kurasakan ujung penis jumbo itu sudah berada di mulut rahimku, sungguh ngilu dan nikmat rasanya. Lagi-lagi aku tidak beradi menggerakkan pinggulku, tapi tiba2 kaki ku mulai bergetar. Dengan nada mengejek Pak Seng berkata, “baru juga dimasukin, dah mau keluar lagi ya cantik, haha”.

Aku tak menjawab kata-kata itu dan berusaha mengambil nafas untuk meredakan nafsuku, lagi-lagi tangan Pak Seng menekan-nekan pinggulku sehingga kurasakan ujung penis itu menusuk-nusuk ujung rahimku. Kaki kembali bergetar, oh apakan aku akan kembali mendapatkan orgasmeku. Kulihat pria tua itu mulai tertawa dengan tingkahku,sambil salah satu tangannya terus menekan pinggulku, tangan satunya mulai menekan kepalaku sehingga tubuh kami saling berhimpit dan saat wajahku mulai mendekati wajahnya, kembali bibirku di sambut dengan bibir pria tua itu dengan ganas, bebarengan dengan itu, Pak Seng mulai menggoyangkan pinggulnya membuat desakan ujung penisnya di dalam rahimku sangat terasa.

Bibir kami saling berpautan dan sambil terus menekan pinggulku Pak Seng menggoyangkan pinggulnya membuat penisnya keluar masuk dengan leluasa di dalam vaginaku, yah.. baru beberapa menit berselang, kurasakan kembali orgasme menghampiriku, membuat syaraf-syaraf di tubuhku meledak ledak penuh kenikmatan, kaki ku bergetar hebat, tapi Pak Seng tetap mencium bibirku dan tak melepaskannya, sementara itu penisnya dan vaginaku masih beradu tanpa henti, oooh sungguh rasanya aku ingin pipis waktu itu.

Mengetahui aku telah orgasme Pak Seng tidak memberiku waktu untuk beristirahat, kaki dan pantatku masih terus bergetar, sementara penis Pak Seng terus menusuk-nusuk bagian dalam vaginaku hingga menembus ujung rahimku. Aku hampir pingsan merasakan kenikmatan itu, tubuhku seakan tidak bertenaga dan tanpa kusadari sebuah cairan yang cukup deras merembes keluar dari dalam vaginaku, ini baru bagiku, apakah aku merasakan kenikmatan sampai ngompol.

Mengetahui bagian tubuh bawahnya basah karena ada cairan yang keluar dari vaginaku Pak Seng makin mempercepat gerakannya membuat tubuhku ambruk tak berdaya, dia sempet berkata.

“wah wah, bisa squirt juga ya… nikmat banget pasti ya, hahahaha”, kata Pak Seng

Aku seakan tidak punya tenaga lagi bahkan untuk berkata-kata, tubuhku sudah tidak bisa bergerak lagi, aku seperti orang pingsan tapi kenikmatan itu masih terus kurasakan, sementara itu Pak Seng terus mempercepat gerakan pinggulnya dan mendesak – desakkan penis besarnya itu kedalam vaginaku seakan-akan dia ingin memasukkan penisnya lebih dalam lagi sehingga menembus lubang rahimku, hingga akhirnya dengan sebuah hendakan kuat dia menekan pinggulku dan kuraskan cairan hangat mengalir deras dan menyiram rahimku dengan kuat.

Gambar ilustrasi*





Lagi-lagi rahimku diisi oleh sperma pir atua yang bukan suamiku, aku hanya bisa pasrah dan berdoa, semoga sperma suamiku semalam lebih dulu membuahi rahimku dari pada sperma pria tua ini. Yah aku ingat.. aku ingat betul kebodohanku diawal sehingga aku terjebak dengan perangkap pria tua ini sehingga dia bisa menyetubuhiku, seandainya waktu itu aku tidak terbujuk rayuannya. Tapi apa daya, tubuh ini sungguh menikmati pelecehannya, setiap perlakuan kasarnya membuat tubuhku tak bisa menolak kenikmatan yang dia berikan.

Setelah Pak Ceng mengeluarkan spermanya, kami tidak segera bangkit, bahkan setelah penis besar itu memutahkan spermanya di vaginakau, aq diamkan hingga akhirnya penis itu mulai mengecil dan keluar dengan sendirinya dari lubang vaginaku.

Tubuhku seakan tidak memiliki tenaga, aku terus berbaring di atas tubuh pria tua yang seharusnya kupanggil dengan sebutan bapak ini, sementara itu kulihat Pak Seng tersenyum sambil sesekali tangannya membelai rambutku.

Sayup-sayup kudengar ada panggilan telepon masuk ke HPku, menyadari bahwa masih ada tugas yang harus kuselesaikan, dengan segenap tenaga aku mencoba bangkit dari tubuh pria tua itu dan segera bergegas mengecek HPku, ternyata benar ini telepon dari Mas Alan, astaga, aku lupa kalau dia pesan kue basah di warung Bu Seng. Dengan sedikit terhuyung-huyung aku segera mengenakan kembali pakaianku. Pak Seng juga dengan penuh kasih sayang membasuh tubuhku yang basah karena keringatku dan keringatnya.

Pak Seng sebenarnya memintaku untuk membasuh tubuhku terlebih dahulu di kamar mandinya, tapi akan jadi masalah kalau sampai aku tidak segera kembali ke Warung Bu Seng dan membelikan pesanan kue basah milik suamiku.

Akhirnya setelah berpamitan dan membawa telur bebek yang tadi dijanjikan padaku,aku segera mengayuh sepedahku dan kembali menuju ke warung, sesampainya disana aku segera menelpon suamiku dan menyampaikan apa saja kue basah yang ada di sana. Sebenarnya Bu Seng sempat tanya mengapa lama sekali dari peternakan, akan tetapi aku beralasan karena tadi dijalan ketemu dengan teman lama jadi aku sedikit ngobrol agak lama.

Setelah urusanku selesai di warung bu Seng aku segera bergegas kembali ke rumah, tubuhku rasanya remuk, tenagaku sekan habis terkuras, tapi aku harus kuat, Mas Alan akan curiga kalau aku pingsan sekarang, karena itu aku harus bisa mengayuh sepeda ini dan sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, setelah memarkirkan sepeda di garasi, aku segera menata belanjaan dan menyiapkan sarapan Suami dan Anakku. Dari raut wajah dan tingkah lakunya aku tidak menemukan kecurigaan terhadap pandangan Mas Alan kepadaku, yah semoga kelakuaku ini, tidak pernah suamiku sadari, aku sungguh meminta maaf Mas Alan, tapi.. tubuh ini seakan tidak ingin kehilangan kenikmatan itu… Maafkan aku mas..


:baris:
Gimana suhu??, masih perlu di lanjutkah untuk kisah ini??

Maaf kalau misal ada yang agak ekstrim ya, semoga suhu2 berkenan dengan kelanjutan kisah ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd