- Daftar
- 17 May 2012
- Post
- 86
- Like diterima
- 234
Setelah perkawinan kami memasuki tahun
kelima, aku dan istriku mengalami hubungan
suami istri yang makin hari makin hampa,
karena kesibukan mengurus 2 anak kami yang
masing-masing berumur 2 dan 3 tahun. Istriku
malas sekali jika diajak berhubungan suami
istri, alasannya terlalu capai bekerja sebagai
ibu rumah tangga dan mengurus anak. Aku
yakin istriku bukan tipe istri yang suka
selingkuh, selain taat beragama, norma-norma
moral dan kesusilaan sangat dijaga benar oleh
istriku, ini dikarenakan istriku berasal dari
keluarga baik-baik dan harmonis.
Aku berusaha mencari informasi bagaimana
memulihkan hubungan kami supaya normal
kembali. Jika kupaksakan berhubungan, istriku
berteriak kesakitan, meskipun sudah dengan
pemanasan (four play) yang lama. Istriku tidak
terangsang sama sekali dan lubang
kemaluannya tetap kering, dan jika dipaksakan
masuk, dia akan menjerit kesakitan. Aku
berusaha mencari alternatif untuk
penyembuhan frigiditas istriku ini. Sudah
berbagai terapi dan dokter psiater sex yang
canggih kami datangi, tetapi tetap saja istriku
belum hilang frigiditasnya.
Istriku berumur 28 tahun dan aku 31 tahun,
pada awalnya perkawinan kami boleh
dikatakan cukup bahagia, namun sekarang
karena istriku mengalami frigiditas yang
nampaknya permanen, membuatku bingung
mencari solusinya.
Sebelum kulanjutkan, aku ingin menceritakan
istriku yang bernama Mia, yang kukawinkan 5
tahun yang lalu, untuk ukuran orang Indonesia
dia termasuk wanita yang cukup jangkung
dengan tinggi 170 cm dengan berat 49 kg.
Kulitnya kuning langsat, rambut sebahu,
memiliki leher yang jenjang.
Apa yang kusuka dari istriku adalah kakinya
yang panjang dan jenjang, serta bibirnya yang
tebal dan sensual, buah dadanya tidak terlalu
besar namun bentuknya indah mancung ke
atas. Yang membuatku penasaran adalah
puting payudaranya yang besar, hampir sebesar
ujung kelingking, itu yang membuatku
senantiasa gemas dan ingin selalu
menghisapnya.
Kembali ke masalah tadi. Setelah mendapat
informasi dari seorang rekan kerja, dia
mengatakan bahwa di daerah Ciputat ada
orang pintar/Dukun yang dapat menyembuhkan
segala penyakit termasuk penyakit frigiditas
seperti istriku ini. Namanya Pak Acan, dia
sering dipanggil Abah Acan (bukan nama
sebenarnya). Sebenarnya istriku ragu-ragu
untuk berobat ke orang pintar itu, namun atas
desakanku tidak ada salahnya dicoba.
Singkat cerita, kami pun pergi ke tempat itu,
dan memang banyak yang datang dengan
berbagai penyakit, kami pun mendaftar dan
mendapat giliran terakhir.
Sambil menunggu, aku mengamati pasien-
pasien sebelumnya, ternyata terapi orang
pintar tersebut adalah dengan memijat dengan
menggunakan minyak (seperti minyak kelapa)
yang dibuatnya sendiri. Setiap pasien
perempuan harus melepas seluruh bajunya, bh
dan tinggal celana dalam, dan mengenakan
sarung yang disediakan.
Aku sempat mengamati kamar kerjanya yang
serupa dengan kamar tidur itu pada saat
pintunya terbuka. Beberapa wanita sedang
menanggalkan BH dan memakai sarung. Begitu
istriku tahu tentang itu, dia hampir saja
mengurungkan niatnya untuk berobat karena
risih harus buka pakaian segala, apalagi harus
melepas BH.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.30,
kemudian giliran kami dipanggil ke dalam. Aku
pun disuruh masuk oleh assistennya.
Orang itu meperkenalkan namanya, kemudian
menanyakan keluhan penyakit istriku, dia pun
mengangguk-angguk mengerti dengan syarat
seluruh terapi harus diikuti dengan serius
tanpa ragu-ragu. Kami pun mengiyakan, asal
istriku dapat sembuh.
Kemudian Abah Acan menyuruh istriku
menanggalkan pakaiannya, begitu istriku
membuka BH-nya, kulihat ekor mata Abah
Acan agak terkejut melihat buah dada istriku
yang putih dan mancung ke atas itu, serta
puting susunya yang cukup besar itu.
Setelah sarung dililitkan di tubuh istriku yang
hanya tinggal mengenakan celana dalam,
kemudian istriku disuruh tidur telentang di
kasur yang sudah disediakan. Aku melihat
Abah Acan mulai meminyaki rambut dan
kepala istriku dengan minyak, kemudian
istriku disuruh duduk, serta merta lilitan
sarung yang dipakai istriku terlepas. Kemudian
dari arah belakang Abah Acan meminyaki
punggung istriku.
Posisi Abah Acan duduk menghadap punggung
istriku. Dari arah belakang kedua tangannya
mulai meminyaki payudara istriku yang kiri
dan kanan, seluruh permukaan payudara
istriku diminyaki, dan kemudian aku melihat
Abah Acan melakukan pijatan-pijatan yang
menurutku sepertinya pijatan pijatan erotis.
Aku juga melihat tangan Abah Acan meminyaki
puting susu istriku, tangannya yang hitam dan
telapak tangannya yang besar dan kasar itu
meminyaki puting susu istriku. Dan aku
terkejut ketika aku melihat jari-jari Abah Acan
yang besar itu juga memelintir-melintir puting
susu istriku yang besar itu. Anehnya aku
melihat istriku diam saja, tidak memberikan
perlawanan. Sungguh aku heran, dengan aku
saja suaminya dia paling tidak suka puting
susunya kupegang-pegang tapi ini kenapa,
sama Abah Acan dia diam saja?
Puting susu istriku yang dasarnya memang
sudah besar itu semakin besar dan keras
terlihat semakin kencang dan mencuat karena
terus dipelintir, dipencet dan ditekan-tekan
oleh jari-jari Abah Acan, yang kiri dan kanan.
Aku semakin mengamati bahwa pijatan Abah
Acan tidak lagi memijat, tapi justru meremas-
remas kedua payudara istriku. Aku bertanya-
tanya dalam hati, kenapa dia tidak memijat
bagian tubuhnya yang lain tapi justru hanya
kedua payudara istriku saja. Kuperhatikan
kedua puting susu istriku semakin besar dan
mencuat keras. Sungguh kontras menyaksikan
kedua telapak tangan Abah Acan yang hitam
dan besar dengan payudara istriku yang putih
yang diremas-remas oleh tangan yang kasar.
Aku semakin heran, apakah ini terapi untuk
menghilangkan frigiditas istriku? Dan yang
lebih aneh, buah dada istriku nampak makin
keras dan mengencang seiring dengan puting
susunya yang juga mengencang. Apalagi istriku
kok diam saja diperlakukan demikian, karena
benar-benar kusaksikan Abah Acan bukan
memijat, tapi meremas-remas buah dada
istriku seenaknya, dan itu dilakukan cukup
lama.
Segala macam bentuk pertanyaan timbul dalam
hatiku, bayangkan buah dada istriku diremas-
remas oleh Abah Acan di hadapan mata
kepalaku sendiri, dan aku mendiamkannya.
Dan yang lebih aneh lagi sarung yang masih
melilit di pinggang istriku diturunkan ke
bawah oleh Abah Acan, tentu saja paha istriku
yang putih panjang dan mulus langsung
terpampang.
Lalu dia berkata kepada istriku, "Neng, tolong
dibuka celana dalamnya, Abah mau periksa
sebentar..!"
Anehnya entah karena kena sirep atau apa,
istriku menurut membuka celana dalamnya
tanpa membantah sedikit pun. Tentu saja aku
kaget dan lidahku tercekat. Jantungku
berdegup dengan kencang. Kok, Abah Acan
menyuruh membuka celana dalam istriku. Dan
yang membuat jantungku lebih berdegup
dengan kencang, kenapa istriku tidak
keberatan atas permintaan Abah Acan?
Setelah istriku melepaskan celana dalamnya,
aku melihat sendiri mata Abah Acan terkesiap
melihat kemaluan istriku, yang bersih tanpa
rambut sedikit pun. (Memang bulu kemaluan
istriku selalu dicukur, agar nampak bersih)
Dan memang aku mengakui kemaluan istriku
termasuk indah seperti kemaluan anak gadis
umur 14 tahun, dengan kedua bibir kemaluan
yang tertutup rapat.
Jantungku semakin berdegup kencang ketika
Abah Acan menyuruh istriku berbaring dan
sekaligus melebarkan pahanya ke kiri dan ke
kanan yang secara otomatis kemaluan istriku
terpampang tanpa ada yang menutupi sama
sekali.
Lalu Abah Acan berkata, "Neng, Abah mau
periksa dalam yah.., Neng tenang-tenang aja,
yang penting frigid-nya Nneng bisa sembuh."
Lalu istriku pun mengangguk tanda setuju.
Dan tanpa kusadari, batang kemaluanku sudah
tegang luar biasa, apalagi ketika jari-jari Abah
Acan yang berbuku-buku besar itu mulai
membelai-belai kemaluan istriku. Dia mulai
memijat mijat bibir kemaluan istriku seraya
mengolesinya dengan minyak. Jari-jari Abah
Acan, yang besar dan berlumuran minyak itu
mulai mempermainkan kemaluan istriku. Aku
melihat jari telunjuk Abah Acan menyentuh
kelentit istriku. Jari tengahnya mulai masuk
perlahan-lahan merojok ke dalam kemaluan
istriku.
Aku hampir tidak percaya pada
pendengaranku, aku mendengar istriku
melenguh kecil dan mendesah-desah tertahan,
seperti orang yang sedang menahan suatu
kenikmatan orgasme (sebenarnya aku senang
mengetahui bahwa sebenarnya istriku tidak
frigid). Aku melihat mata istriku begitu redup,
seperti orang keenakan. Abah Acan tidak
hentinya terus mulai memundur-majukan jari
tengahnya ke dalam liang kemaluan istriku.
Jari tengah Abah Acan yang besar dan hitam
itu masuk dengan lancarnya ke dalam
kemaluan istriku. Nampaknya minyak pelumas
di dalam kemalaun istriku sudah keluar.
kelima, aku dan istriku mengalami hubungan
suami istri yang makin hari makin hampa,
karena kesibukan mengurus 2 anak kami yang
masing-masing berumur 2 dan 3 tahun. Istriku
malas sekali jika diajak berhubungan suami
istri, alasannya terlalu capai bekerja sebagai
ibu rumah tangga dan mengurus anak. Aku
yakin istriku bukan tipe istri yang suka
selingkuh, selain taat beragama, norma-norma
moral dan kesusilaan sangat dijaga benar oleh
istriku, ini dikarenakan istriku berasal dari
keluarga baik-baik dan harmonis.
Aku berusaha mencari informasi bagaimana
memulihkan hubungan kami supaya normal
kembali. Jika kupaksakan berhubungan, istriku
berteriak kesakitan, meskipun sudah dengan
pemanasan (four play) yang lama. Istriku tidak
terangsang sama sekali dan lubang
kemaluannya tetap kering, dan jika dipaksakan
masuk, dia akan menjerit kesakitan. Aku
berusaha mencari alternatif untuk
penyembuhan frigiditas istriku ini. Sudah
berbagai terapi dan dokter psiater sex yang
canggih kami datangi, tetapi tetap saja istriku
belum hilang frigiditasnya.
Istriku berumur 28 tahun dan aku 31 tahun,
pada awalnya perkawinan kami boleh
dikatakan cukup bahagia, namun sekarang
karena istriku mengalami frigiditas yang
nampaknya permanen, membuatku bingung
mencari solusinya.
Sebelum kulanjutkan, aku ingin menceritakan
istriku yang bernama Mia, yang kukawinkan 5
tahun yang lalu, untuk ukuran orang Indonesia
dia termasuk wanita yang cukup jangkung
dengan tinggi 170 cm dengan berat 49 kg.
Kulitnya kuning langsat, rambut sebahu,
memiliki leher yang jenjang.
Apa yang kusuka dari istriku adalah kakinya
yang panjang dan jenjang, serta bibirnya yang
tebal dan sensual, buah dadanya tidak terlalu
besar namun bentuknya indah mancung ke
atas. Yang membuatku penasaran adalah
puting payudaranya yang besar, hampir sebesar
ujung kelingking, itu yang membuatku
senantiasa gemas dan ingin selalu
menghisapnya.
Kembali ke masalah tadi. Setelah mendapat
informasi dari seorang rekan kerja, dia
mengatakan bahwa di daerah Ciputat ada
orang pintar/Dukun yang dapat menyembuhkan
segala penyakit termasuk penyakit frigiditas
seperti istriku ini. Namanya Pak Acan, dia
sering dipanggil Abah Acan (bukan nama
sebenarnya). Sebenarnya istriku ragu-ragu
untuk berobat ke orang pintar itu, namun atas
desakanku tidak ada salahnya dicoba.
Singkat cerita, kami pun pergi ke tempat itu,
dan memang banyak yang datang dengan
berbagai penyakit, kami pun mendaftar dan
mendapat giliran terakhir.
Sambil menunggu, aku mengamati pasien-
pasien sebelumnya, ternyata terapi orang
pintar tersebut adalah dengan memijat dengan
menggunakan minyak (seperti minyak kelapa)
yang dibuatnya sendiri. Setiap pasien
perempuan harus melepas seluruh bajunya, bh
dan tinggal celana dalam, dan mengenakan
sarung yang disediakan.
Aku sempat mengamati kamar kerjanya yang
serupa dengan kamar tidur itu pada saat
pintunya terbuka. Beberapa wanita sedang
menanggalkan BH dan memakai sarung. Begitu
istriku tahu tentang itu, dia hampir saja
mengurungkan niatnya untuk berobat karena
risih harus buka pakaian segala, apalagi harus
melepas BH.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.30,
kemudian giliran kami dipanggil ke dalam. Aku
pun disuruh masuk oleh assistennya.
Orang itu meperkenalkan namanya, kemudian
menanyakan keluhan penyakit istriku, dia pun
mengangguk-angguk mengerti dengan syarat
seluruh terapi harus diikuti dengan serius
tanpa ragu-ragu. Kami pun mengiyakan, asal
istriku dapat sembuh.
Kemudian Abah Acan menyuruh istriku
menanggalkan pakaiannya, begitu istriku
membuka BH-nya, kulihat ekor mata Abah
Acan agak terkejut melihat buah dada istriku
yang putih dan mancung ke atas itu, serta
puting susunya yang cukup besar itu.
Setelah sarung dililitkan di tubuh istriku yang
hanya tinggal mengenakan celana dalam,
kemudian istriku disuruh tidur telentang di
kasur yang sudah disediakan. Aku melihat
Abah Acan mulai meminyaki rambut dan
kepala istriku dengan minyak, kemudian
istriku disuruh duduk, serta merta lilitan
sarung yang dipakai istriku terlepas. Kemudian
dari arah belakang Abah Acan meminyaki
punggung istriku.
Posisi Abah Acan duduk menghadap punggung
istriku. Dari arah belakang kedua tangannya
mulai meminyaki payudara istriku yang kiri
dan kanan, seluruh permukaan payudara
istriku diminyaki, dan kemudian aku melihat
Abah Acan melakukan pijatan-pijatan yang
menurutku sepertinya pijatan pijatan erotis.
Aku juga melihat tangan Abah Acan meminyaki
puting susu istriku, tangannya yang hitam dan
telapak tangannya yang besar dan kasar itu
meminyaki puting susu istriku. Dan aku
terkejut ketika aku melihat jari-jari Abah Acan
yang besar itu juga memelintir-melintir puting
susu istriku yang besar itu. Anehnya aku
melihat istriku diam saja, tidak memberikan
perlawanan. Sungguh aku heran, dengan aku
saja suaminya dia paling tidak suka puting
susunya kupegang-pegang tapi ini kenapa,
sama Abah Acan dia diam saja?
Puting susu istriku yang dasarnya memang
sudah besar itu semakin besar dan keras
terlihat semakin kencang dan mencuat karena
terus dipelintir, dipencet dan ditekan-tekan
oleh jari-jari Abah Acan, yang kiri dan kanan.
Aku semakin mengamati bahwa pijatan Abah
Acan tidak lagi memijat, tapi justru meremas-
remas kedua payudara istriku. Aku bertanya-
tanya dalam hati, kenapa dia tidak memijat
bagian tubuhnya yang lain tapi justru hanya
kedua payudara istriku saja. Kuperhatikan
kedua puting susu istriku semakin besar dan
mencuat keras. Sungguh kontras menyaksikan
kedua telapak tangan Abah Acan yang hitam
dan besar dengan payudara istriku yang putih
yang diremas-remas oleh tangan yang kasar.
Aku semakin heran, apakah ini terapi untuk
menghilangkan frigiditas istriku? Dan yang
lebih aneh, buah dada istriku nampak makin
keras dan mengencang seiring dengan puting
susunya yang juga mengencang. Apalagi istriku
kok diam saja diperlakukan demikian, karena
benar-benar kusaksikan Abah Acan bukan
memijat, tapi meremas-remas buah dada
istriku seenaknya, dan itu dilakukan cukup
lama.
Segala macam bentuk pertanyaan timbul dalam
hatiku, bayangkan buah dada istriku diremas-
remas oleh Abah Acan di hadapan mata
kepalaku sendiri, dan aku mendiamkannya.
Dan yang lebih aneh lagi sarung yang masih
melilit di pinggang istriku diturunkan ke
bawah oleh Abah Acan, tentu saja paha istriku
yang putih panjang dan mulus langsung
terpampang.
Lalu dia berkata kepada istriku, "Neng, tolong
dibuka celana dalamnya, Abah mau periksa
sebentar..!"
Anehnya entah karena kena sirep atau apa,
istriku menurut membuka celana dalamnya
tanpa membantah sedikit pun. Tentu saja aku
kaget dan lidahku tercekat. Jantungku
berdegup dengan kencang. Kok, Abah Acan
menyuruh membuka celana dalam istriku. Dan
yang membuat jantungku lebih berdegup
dengan kencang, kenapa istriku tidak
keberatan atas permintaan Abah Acan?
Setelah istriku melepaskan celana dalamnya,
aku melihat sendiri mata Abah Acan terkesiap
melihat kemaluan istriku, yang bersih tanpa
rambut sedikit pun. (Memang bulu kemaluan
istriku selalu dicukur, agar nampak bersih)
Dan memang aku mengakui kemaluan istriku
termasuk indah seperti kemaluan anak gadis
umur 14 tahun, dengan kedua bibir kemaluan
yang tertutup rapat.
Jantungku semakin berdegup kencang ketika
Abah Acan menyuruh istriku berbaring dan
sekaligus melebarkan pahanya ke kiri dan ke
kanan yang secara otomatis kemaluan istriku
terpampang tanpa ada yang menutupi sama
sekali.
Lalu Abah Acan berkata, "Neng, Abah mau
periksa dalam yah.., Neng tenang-tenang aja,
yang penting frigid-nya Nneng bisa sembuh."
Lalu istriku pun mengangguk tanda setuju.
Dan tanpa kusadari, batang kemaluanku sudah
tegang luar biasa, apalagi ketika jari-jari Abah
Acan yang berbuku-buku besar itu mulai
membelai-belai kemaluan istriku. Dia mulai
memijat mijat bibir kemaluan istriku seraya
mengolesinya dengan minyak. Jari-jari Abah
Acan, yang besar dan berlumuran minyak itu
mulai mempermainkan kemaluan istriku. Aku
melihat jari telunjuk Abah Acan menyentuh
kelentit istriku. Jari tengahnya mulai masuk
perlahan-lahan merojok ke dalam kemaluan
istriku.
Aku hampir tidak percaya pada
pendengaranku, aku mendengar istriku
melenguh kecil dan mendesah-desah tertahan,
seperti orang yang sedang menahan suatu
kenikmatan orgasme (sebenarnya aku senang
mengetahui bahwa sebenarnya istriku tidak
frigid). Aku melihat mata istriku begitu redup,
seperti orang keenakan. Abah Acan tidak
hentinya terus mulai memundur-majukan jari
tengahnya ke dalam liang kemaluan istriku.
Jari tengah Abah Acan yang besar dan hitam
itu masuk dengan lancarnya ke dalam
kemaluan istriku. Nampaknya minyak pelumas
di dalam kemalaun istriku sudah keluar.