JUMPA PERS
Rina turun dari ranjang perawatannya, ibunya tengah tidur pulas di sofa ruang tamu kamar perawatannya, rina mendorong tiang infusnya keluar dari kamar, langkah kakinya menuju ruang ICU.
Tadi doni memberitahu kalau bang andi sudah ditemukan dalam kondisi terluka dan kini dokter sedang merawat di ruangan ICU, doni mengatakan kepada rina untuk tidak khawatir, andi perlu mendapat perawatan intensif sebagai prosedur biasa.
Namun naluri rina sebagai seorang istri tentu tak percaya apa yang dikatakan doni, kebetulan tadi doni sepertinya terburu-buru, hingga rina tak bisa bertanya lebih jauh tentang kondisi andi.
Di depan ruang ICU, rina melihat perawat jaga sedang konsentrasi menulis sesuatu, rina mengetuk kaca mencari perhatian perawat tersebut, perawat itu melihat ke arah rina.
“Ya ada apa bu,”, “mbak, saya ingin melihat keadaan suami saya, tolong bu,” ucap rina.
Perawat itu menolak permintaan rina, dengan alasan sudah tengah malam, dan ruangan sudah tak bisa dimasuki lagi.
“Tolong mbak, melalui kaca pun tak apa, saya hanya ingin melihat keadaan suami saya, tolong mbak,” ucap rina memohon, perawat tersebut melihat air mata mengembang di mata rina.
“Siapa suami ibu,” tanya perawat itu, rina menyebutkan nama suaminya, “baik sebentar saja ya bu, hanya melalui kaca,” ucap perawat tersebut, rina mengangguk, “silahkan masuk,” ucap perawat tersebut.
Dari ruang jaga ICU, rina melihat andi terbaring tak berdaya, sebuah selang masuk ke mulut andi, rina meneteskan air mata melihat kondisi suaminya, rina terisak-isak.
“Mbak, bagaimana keadaan suami saya,” tanya rina pada perawat itu, “maaf bu, kalau kondisi suami ibu, mungkin bisa ditanyakan ke dokter yang bertugas, saya gak berhak memberikan penilaian,”
“Apa besok saya bisa masuk mbak,” tanya rina, “kalo ibu masih menggunakan infus, ibu tidak bisa masuk, karena ruangan harus steril,” ucap perawat itu.
“Mohon maaf ya bu, saya kira waktunya sudah cukup, nanti kalau atasan saya tau saya kena tegur, maaf ya,” perawat tadi meminta rina meninggalkan ruang itu secara halus.
Rina kemudian keluar dari ruangan, berjalan gontai menuju kamarnya kembali, beberapa langkah, rina berjongkok menangis terisak-isak, “siapa yang tega berbuat seperti itu pada ayah,”.
Tiba-tiba sebuah tangan memegang bahunya, “kak rina, kakak belum boleh turun dari ranjang,” doni membantu rina berdiri.
“Kamu kapan datang don,” tanya rina, kemudian rina berjalan menuju kursi yang ada didepannya, rina duduk di kursi itu, doni berjongkok di hadapannya.
“Saya baru saja datang, saya lihat kak rina tidak ada, mau nanya ibu, kasian bangunin beliau, saya kepikiran pasti kak rina kesini,” ucap doni.
“Don gimana keadaan bang andi?, apa kata dokter, kamu pasti tau kan,” cecar rina.
“Seperti yang tadi saya sampaikan, menurut dokter mas andi sedang mendapat perawatan intensif kak,” jawab doni.
Rina melihat ke arah wajah doni, “ada sesuatu kan, hah don, katakan pada kakak, mas doni kenapa don, kenapa ada selang masuk ke mulutnya, apa yang terjadi don,” tanya rina gencar, rina merasa doni menyembunyikan fakta yang sebenarnya.
“Kak, sebaiknya kakak konsentrasi dulu menjaga kehamilan kakak, bukankah dokter menyuruh kakak bedrest, artinya kakak harus istirahat full termasuk pikiran kakak,” ucap doni.
“Gimana caranya don, coba kamu jadi kakak, apa kamu bisa tidak memikirkan ini, hati kakak sangat resah don, kakak merasa bang andi dalam kondisi parah,” ujar rina.
“Bener kan?, kenapa kamu menyembunyikan sesuatu dari kakak, apa kakak tidak berhak tahu?, apa kakak baru boleh tahu, kalau bang andi sudah mati gitu,” tanya rina emosional,.
“Kak..” doni tak tahu harus bicara apa.
“Tak usah alasan kehamilan aku don, aku hanya ingin tahu suamiku baik baik saja atau tidak, apa yang terjadi padanya, aku berhak tahu kan, apa kamu pikir aku bisa tenang bed rest, sedang aku tahu suamiku di ICU, tapi aku tak tahu karena apa, apa kamu pikir aku bodoh tidak tahu apa itu ICU” rina semakin emosional, dia kemudian menutup wajahnya terisak-isak.
Doni duduk di sebelahnya, “kakak benar, tapi bukan saya ingin menyembunyikan apapun, saya hanya kuatir dengan keadaan kakak kalau mengetahui yang sebenarnya,” namun disisi lain doni juga takut, rina terlambat mengetahui semuanya seumpama terjadi sesuatu pada mas andi.
Doni menceritakan semuanya kepada rina, rina terdiammendengarkan doni hingga selesai, rina menatap tajam mata doni, ekspresi wajahnya kaku namun air mata jatuh deras membasahi wajahnya.
Rina bangun dari duduknya, dia berjalan mendorong tiang infusnya, doni mengejarnya mencoba membantu memapah rina, namun rina mengibaskan badannya.
Rina berjalan terus menuju kamar perawatannya, doni hanya mengikuti dari belakang, rina masuk dan langsung naik ke ranjangnya.
Rina tak mempedulikan ibunya yang bertanya, dia menutup wajahnya dengan selimut, terdengar tangisan rina dibalik selimut.
Selimut yang menutupi tubuhnya bergerak-gerak, pertanda rina sedang menangis hebat, doni mencegah ibu rudi yang berusaha mendekati anaknya.
“Biarkan kak rina melepaskan semua beban hatinya bu, agar hatinya bisa plong,” ucap doni.
Setelah mendengar cerita doni tadi, rina berusaha keras untuk tidak jatuh pingsan, dia ingat kehamilannya, rina berusaha kuat menerima cerita doni tadi, dia hanya perlu berbaring,menangis sekeras mungkin melepaskan kesedihannya, karena hanya itu yang bisa dia buat sekarang.
Hari esoknya rina diperbolehkan pulang, dokter merasa kandungan rina sudah lebih aman, rina pulang terlebih dahulu untuk bertemu dengan kedua buah hatinya.
Rina merasa perlu bertemu dengan akbar dan nanda, karena mereka adalah sumber kekuatan rina saat ini, rina ingin mengisi kekuatan hatinya untuk menunggui andi di rumah sakit, dia tak boleh larut dalam kesedihan, rina merasa andi membutuhkan kekuatan cintanya untuk menemukan jalan kembali, pulang ke orang-orang yang mencintainya.
***
Berita ditemukannya andi membuat heboh, seluruh media mengulas peristiwa ditemukannya andi terikat di sebuah pabrik kosong , mereka bertanya-tanya apakah ada korelasi dengan peristiwa kecelakaan yang terjadi beberapa hari lalu.
Jakarta sungguh gusar dengan kejadian ini, mereka meminta pihak kepolisian mengusut tuntas pelaku penyekapan andi, sekaligus mengungkap motif pelaku penyekapan tersebut
Berbagai spekulasi di berita online, tv, dan media sosial menimbulkan gosip gosip liar, ada yang bilang andi di rampok, ada yang mengatakan andi terlibat hutang dan sebagainya.
Pihak kepolisian kemudian mengadakan jumpa pers untuk meredam gosip gosip liar yang menimbulkan keresahan di masyarakat, khususnya dari pihak bumn tempat andi bekerja, apalagi status andi sebagai panpel penyelenggraan KTT menjadi spesial.
Dalam jumpa pers tersebut pihak kepolisian di wakili oleh kombes sigit, beliau didampingi di andi dan tim terkait.
Kombes sigit menjelaskan kronologi kecelakaan hingga andi ditemukan, menurut kombes sigit, pihak kepolisian saat ini sedang melakukan investigasi menyeluruh mengenai peristiwa tersebut, kombes sigit meminta masyarakat untuk bersabar, karena andi juga baru saja ditemukan.
Setelah merasa sudah menjelaskan semua kronologi kejadian, kombes sigit membuka sesi tanya jawab, seorang wartwan pertama, bertanya tentang status supir truk yang terlibat kecelakaan, kombes sigit menjawab bahwa status supir truk hanya sebagai saksi, dan berdasarkan olah lapangan pihak kepolisian menyatakan bahwa kasus kecelakaan murni akibat kelalaian pengemudi sedan.
Kemudian pihak tim lapangan, memberikan pernyataan sekaligus memperlihat hasil olah tkp melalui layar raksasa di belakang tempat pak sigit berdiri.
Wartawan selanjutnya bertanya, “apa hubungan korban kecelakaan yang tewas dengan andi, mengingat korban yang tewas berada di mobil andi,”
Wartawan lain bertanya, “apakah pelaku penyekapan andi adalah orang yang tewas itu, lalu apa motif pelaku penyekapan andi.”
“Saat ini sedang dilakukan investigasi menyeluruh, dan sekali lagi kami minta masyarakat agar bersabar, kami berjanji akan mengungkap insiden ini secara transparan dan profesional.” Jawab kombes sigit
“Apakah pak andi diculik dan disekap karena motif asmara pak,” salah seorang wartawan memberikan pertanyaan mengejutkan, semua wartawan yang hadir menoleh ke arahnya.
“Kita tidak bisa berspekulasi semaunya, motif pelaku bisa karena apapun, tapi tolong jangan berspekulasi sembarangan, kami sampai saat ini masih mendalami kasus ini, apa ada korelasi antara kecelakaan dan penyekapan saudara andi, itu semua akan kita ketahui melalui penyidikan, bukan asal lempar gosip, ingat, baik pak andi ataupun pak suhendi yang tewas dalam kecelakaan punya keluarga, jaga perasaan mereka, jangan menimbulkan gosip yang tak bisa dipertanggung jawabkan.” ucap pak sigit.
“Saya gak melempar gosip pak, saya punya bukti kuat sebagai dasar pertanyaan saya,” ucap wartawan tersebut, semua yang hadir bergumam hingga jumpa pers itu sedikit heboh.
“Untuk pertanyaan saudara tadi, saya hanya bisa mengatakan semua motif akan kami selidiki kemungkinannya, oke saya rasa cukup dulu untuk saat ini, sebagai penutup, saya sekali lagi meminta masyarakat untuk bersabar menunggu hasil investigasi pihak kepolisian, kami berjanji akan menemukan pelaku penyekapan saudara andi secepatnya sekaligus motif terjadinya penyekapan tersebut, terima kasih,” pak sigit meninggalkan tempat jumpa pers, beberapa wartawan memburu beliau, karena merasa tidak puas dengan tanggapan kepolisian terhadap pertanyaan wartawan terakhir tadi.
***
Doni mengetuk pintu ruangan pak sigit, setelah memberi hormat dan dipersilahkan duduk, doni duduk disofa, wajah pak sigit kelihatan tegang, pak sigit berjalan mendekati doni, dia duduk dihadapan doni.
“Wartawan tadi, dari media mana dia,” tanya pak sigit, “siap pak, maksud bapak, yang bicara terakhir tadi,” doni balas bertanya, “ya,” jawab pak sigit singkat.
“Siap pak, dia heru pak, wartawan majalah kuning (gosip),” jawab doni.
“Apakah ucapannya itu benar atau dia hanya menggertak punya bukti seperti yang dia katakan, ohh astaga, aku teringat foto yang kamu temukan kemarin don,” ucap pak sigit, doni sedikit terkejut, “siap pak, maksud bapak, dia punya foto yang sama?” ujar doni.
Pak sigit mengangguk, “bisa jadi kan, saya juga berpikir seperti itu, coba kamu dalami hal itu apakah ada kaitannya foto yang kamu perlihatkan kemaren dengan motif penyekapan andi, kok saya jadi punya perasaan kecelakaan dan penyekapan itu saling berhubungan.” Ujar pak sigit.
Doni hanya diam, pikirannya juga menduga hal yang sama, doni tahu, jika heru memiliki foto yang sama seperti foto yang doni temukan, maka akan berakibat buruk bagi keluarga mas andi.
***
BERSAMBUNG
