NABOK NYILIH TANGAN
Sekitar jam 8 malam, sebuah mobil berhenti di depan rumah andi, andi kemudian keluar dari mobil tersebut menenteng kotak pizza, “thanks ko, mampir dulu gak,” ucap andi pada orang yang mengantar nya pulang, “lain kali aja pak, saya permisi dulu,” ucap joko supir kantor, andi melambaikan tangan pada joko yang beranjak pergi.
“Assalamualaikum,” salam andi, rina yang sedang video call dengan akbar membalas salamnya, “tuh ayah baru pulang,” rina menghampiri andi mencium tangannya lalu menyerahkan hpnya ke andi, rina kemudian membawa pizza ke belakang.
“Halo sayang, lagi ngapain bang,” raut wajah andi begitu bahagia melihat wajah putranya.
“Abang lagi makan sate yah, ini sama radit,” jawab akbar.
“Wuih enak dong, eh radit kangen gak ama mamahnya,” tanya andi lagi, akbar menjelaskan bahwa mamah radit setiap hari menelpon radit.
Akbar lalu dengan semangat bercerita, sore tadi abang dan radit menggiring bebek kepunyaan uwak, akbar juga cerita dia naik delman bersama nenek saat ke pasar, akbar sepertinya banyak mendapat pengalaman baru di kampung, andi tersenyum-senyum mendengar cerita putranya itu.
“Kita disini lagi makan pizza dong,” ucap rina menunjukkan potongan pizza ke akbar, rina tau anaknya itu sangat menggemari pizza.
“Mau bun, ntar kalau abang pulang beliin pizza yang gede ya yah,” andi hanya mengangguk tertawa, mereka terus berbincang melepaskan kerinduan.
“Ayah udah makan,” tanya rina setelah andi selesai mandi, “sudah bun, tadi ayah ngajak pak joko makan pecel lele, gak enak udah dianterin pulang ama dia,”
Andi kemudian menonton tv sebentar ditemani rina, “nanda ngapain aja bun,” tanya andi pada rina yang rebahan di pundaknya.
“Nanda udah makin pinter, kayaknya dia udah mau jalan deh,” jawab rina, “masa sih,” ucap andi.
“Ya, dia udah mulai naikin badannya saat merangkak, lucu banget,” ucap rina lagi, “hehe, pasti lucu banget ya, kangen ama dia ih, ayah pulang dia dah bobo,” ujar andi.
“Ayah capek ya, kita bobo yuk, ntar bunda pijetin yah,” ucap rina, andi melihat ke wajah rina, “yuk, kebetulan badan ayah rasanya pegel-pegel,”
Andi duduk di kasur, rina berdiri memijat kepala andi, andi merasa nyaman dengan pijatan istrinya, “ahh rasanya enak banget bun, nyaman ayah jadi tambah ngantuk,” andi kemudian berbaring, diikuti rina yang menyenderkan kepalanya di dada andi.
“Bun, lusa ayah ada dinas keluar kota selama seminggu, tadi ayah dapat surat tugasnya,” ucap andi, rina melihat wajah suaminya, “ohh jadi lusa yah?” ujar rina, andi mengangguk.
“Bun kita liburan ke luar negeri yuk setelah usai ktt ini,” ucap andi, rina kembali menatap wajah andi.
”Liburan ke luar negeri?, bunda sih mau banget, tapi emang kita punya dana lebih yah, kan kita masih harus angsur pinjeman ayah di koperasi, masa mau pakai dana cadangan,” ujar rina, “dasar ibu-ibu perhitungannya tajam,”ucap andi.
Andi lalu bangkit dari ranjang mengambil tas kerjanya, andi mengeluarkan sk penunjukannya sebagai panitia pelaksana, diserahkannya pada rina.
“Apaan nih yah,” tanya rina bingung, “itu SK penunjukan ayah sebagai ketua gugus A panpel KTT,” andi menjelaskan, “ohh, trus buat apaan kasih liat bunda,” tanya rina lagi gak mengerti.
“Coba bunda lihat halaman berikutnya,” ucap andi, rina membuka halaman berikut, rina membelalakan matanya melihat tulisan disana.
“Serius ini yah? Sebanyak ini,” tanya rina sumringah, andi hanya mengangguk, “atau bunda mau ganti mobil aja,” ucap andi kemudian.
“Mobil kan masih bagus, ya udah buat liburan aja, gak usah jauh-jauh, ntar kalau ada lebih, mau bunda beliin logam mulia ya, buat simpanan,” ucap rina.
“Ya nanti bunda mulai cari-cari aja liburan yang deket-deket ke malaysia atau singapur, nah bener kalau ada lebih buat tabungan, pinter bunda,” ucap andi mencubit pelan pipi istrinya.
Rina menyerahkan kembali Sk tersebut ke andi, yang lalu menyimpan di tas kerjanya, andi kembali berbaring memeluk istrinya, rina merasa bahagia sekali, dia merasa nyaman, aman dan terlindungi di pelukan andi.
“Bunda sayang banget ama ayah,” ucap rina mencium dada suaminya, andi sudah mendengkur, rina tersenyum mendengar dengkuran andi, rina berharap dia akan selalu mendengar suara dengkuran ini hingga sisa umurnya, rina kembali memeluk erat suaminya.
***
2 HARI KEMUDIAN
“Pak, dek danar sudah bisa pulang hari ini, dokter sudah menanda-tangani surat kepulangannya, silahkan bapak mengurus administrasinya,” ucap perawat memberitahukan kepada endi, sambil menyerahkan sebuah kertas untuk diserahkan ke bagian administrasi.
Endi lantas segera mengurus administrasi kepulangan danar, setelah semua beres, endi kembali ke ruangan danar, niken dan ibunya sedang membereskan semua barang-barang, “kita pulang sayang, kita ke rumah kita lagi,” ucap niken pada danar yang sedang tidur.
“Gimana mums udah gada yang tertinggal?” tanya endi, “kayaknya gada ya bu, udah dimasukin tas semua kan bu yang di lemari itu,” tanya niken pada ibunya, “sudah, tinggal lemarinya aja yang belum ibu masukin,” ucap ibu tati bergurau, endi dan niken tertawa, kemudian niken memasang gendongannya lalu menggendong danar yang masih tertidur.
Mereka menuju ke tempat perawat, oleh perawat gelang tangan pasien di pergelangan tangan danar dibuka, lalu perawat memberikan obat-obatan sejenis puyer sambil menjelaskan cara pakainya, setelah semua usai, mereka meninggalkan rumah sakit.
Setelah mengantarkan keluarganya pulang ke rumah, endi kemudian pamit lagi untuk kembali ke kantor, endi begitu sibuk belakangan ini.
“Nik, kamu jadi senin besok masuk kerja,” tanya ibu tati, “tadi niken udah bilang atasan niken bu, katanya dikasih dispensasi karena ada kejadian ini, mungkin rabu baru niken masuk,”
“Ohh gitu ya, pengasuh danar kemaren sudah datang, ibu bilang besok aja datang lagi, soalnya danar lagi dirawat, kalau suruh masuk sekarang dirumah gada siapa-siap, kan ibu di rumah sakit,”
“Ohh ya udah, berarti besok dia mulai kerja ya bu,” tanya niken, ibunya mengangguk.
***
“Ayah ini jas coklat mau dibawa gak,” tanya rina yang sedang sibuk membereskan koper andi, “bunda baru masukin jas yang hitam saja 2 buah,” lanjut rina lagi.
“Gak apa bun bawa aja, dasinya juga ya,” jawab andi yang sedang menggendong nanda, “ya dong sayang, masa bunda lupa masukin dasi,” ucap rina.
“Ayah mau pergi dulu ya sayang, duhh ayah kangen banget pastinya nih, kamu tambah menggemaskan banget,” andi menciumi nanda, terdengar tawa nanda yang renyah karena geli perutnya diciumi
Andi kemudian berpamitan pada ibu mertuanya yang telah datang sejak semalam, mertuanya memang sengaja datang untuk menemani rina selama ditinggal andi.
“Bu saya berangkat dulu ya,” ucap andi mencium tangan mertuanya, andi kemudian menggendong nanda lagi, dia menciumi nanda dengan gemas.
“Ayah berangkat ya sayang,” namun saat diserahkan kembali ke novi, nanda menjerit menangis seolah tak ingin lepas dari dekapan andi, andi ingin menggendongnya kembali.
“Sudah yah, jangan digendong lagi, ntar gak berangkat-berangkat, takut macet dijalan,” ucap rina, nanda meronta-ronta di dekapan novi, tangannya menunjuk nunjuk ayahnya, andi melihatnya dengan iba, namun andi juga harus segera berangkat , nanda tidak diajak karena takut demam lagi, andi melambaikan tangan ke nanda dari dalam mobil.
Setelah tiba di bandara, rina mengantarkan andi hingga pintu masuk keberangkatan, rina mencium tangan andi, “hati-hati yah, nanti kalau udah sampe telepon bunda yah,” andi memeluk istrinya erat, “ayah berangkat ya bun,” lalu andi masuk ke ruang keberangkatan terminal 3.
Rina kemudian berjalan kembali ke tempat parkir, saat di dalam mobil rina sibuk mencari-cari sesuatu, dia lupa meletakkan tiket parkir, rina kemudian membuka tasnya.
”Dimana ya tadi aku taruh,” rina mengubek-ubek tasnya, lalu dia melihat sebuah amplop dalam tasnya, dia baru teringat amplop ini, amplop ini yang dia ambil beberapa hari lalu saat belanja bulanan, rina mengambil amplop tersebut lalu meletakkan tasnya di kursi samping.
Rina membuka amplop tersebut ada sebuah tulisan tangan, jantung rina seolah berhenti, mukanya pucat, rina tahu benar tulisan siapa ini.
Papah rindu ama mamah, temui papah di apartemen xxx, kapanpun mamah siap, dari papah yang sangat merindukanmu (08xxxx), tangan rina bergetar memegang amplop tersebut, wajahnya pucat pasi.
***
Endi melangkah ke tempat parkir kantornya, dia baru saja selesai meeting, besok sore rencananya dia akan berangkat ke surabaya dengan mobilnya.
“Di, lu besok berangkat jam berapa,” tanya ridwan temannya, “sore wan, kenapa wan,” ridwan menjawab dia ingin nebeng sampai solo kalau bisa, endi menyanggupi, kebetulan dia juga mau kesolo sebelum melanjutkan ke surabaya.
Endi lalu masuk ke mobilnya, baru saja hendak menyalakan mobil, endi melihat sebuah amplop coklat dijepit pada wiper mobilnya, endi turun kembali mengambil amplop itu, endi melihat sekelilingnya, “siapa yang naruh amplop ini,” endi masuk kembali ke mobil.
Endi meletakkan amplop tersebut di kursi penumpang sebelahnya, kemudian menyalakan mesin mobil, endi melirik ke amplop disebelahnya, dia penasaran juga, endi lalu mengambil amplop tersebut dan membukanya, “apaan ini,” ujar endi melotot melihat isi amplop tersebut.
Dalam amplop tersebut ada foto-foto perempuan yang sedang memeluk seorang pria, endi melihat wajah istrinya yang sedang memeluk pria tersebut.
Di foto lain endi melihat wajah pria itu berbincang dengan istrinya, endi teringat wajah pria tersebut, “ini kan pak andi, orang yang datang ke rumah tempo hari, mantan bos niken, ada hubungan apa mereka,” ucap endi geram dalam hati.
Dia lalu melihat tanggal yang tercetak di foto tersebut, “tanggalnya sama dengan karcis parkir yang kutemukan tempo hari, kenapa niken berbohong gak ketemu ama si andi ini, apa dia main belakang, dulu niken bisa jujur pernah tidur dengan mantan bosnya ini, tapi sekarang kok dia berbohong bilang gak ketemu mantan bosnya ini di bandara, ada apa ini, pantas saja dia mulai aneh-aneh belakangan ini, rupanya dia masih memikirkan bosnya ini, apa niken main hati dengan mantan bosnya?” endi mengatupkan giginya, dadanya berdegup kencang.
***
BERSAMBUNG