LAPORAN DOMINGGUS
Tengah malam seorang pria berkulit gelap dengan dandanan necis memasuki komplek apartemen frans, pria itu mengenakan kacamata walau hari sudah malam, dia masuk ke apartemen diikuti beberapa pria lain.
Segerombolan lelaki dengan tampang sangar itu masuk ke lift, seseorang yang sedang menunggu lift pergi meninggalkan tempatnya ketika gerombolan itu datang.
Tak lama gerombolan itu tiba di depan sebuah kamar 1749, seorang pria paruh baya berbadan kurus membukakan pintu, pria berkacamata memerintahkan orang-orang yang datang bersamanya untuk menunggu diluar.
Pria itu kemudian duduk di ruang tamu, sedangkan pria paruh baya tadi mengambil sebotol soju untuk pria necis berkacamata itu.
Tak lama frans keluar dari kamar menggunakan jubah tidurnya, frans rupanya berbohong pada rina pergi ke kalimantan.
“Duduk dom, gimana kabarmu,” tanya frans pada tamunya dominggus.
“Ha ha ha sudah saya laksanakan dan sukses pak bon,’ jawab dominggus, lalu dominggus menyerahkan hpnya memperlihatkan video rekaman berita dari stasiun televisi yang memberitakan kecelakaan andi.
Frans melihat video tersebut sambil tersenyum-senyum, “wah kebakaran hebat ini, sungguh tega kamu dom,” ucap frans menyerahkan kembali hp tersebut.
“Ya pak bon, hangus seperti arang dia punya badan hahahah,” ucap dominggus seperti tak punya perasaan.
“Tapi omong-omong apa kesalahan orang itu pak bon,” tanya dominggus.
“Kamu mau tau, kalau kamu tau nanti, kamu yang bakalan hangus berikutnya,” jawab frans dengan wajah serius.
Dominggus agak berdesir dengan ucapan frans, walau dia tak kenal takut dengan siapapun, tapi dengan orang didepannya ini, sungguh hati dominggus ciut.
“Hahah bisa aja pak bon ini, lalu pak bon apa pak bon sudah mengatur semua kan,” tanya dominggus
“Maksud mu cctv?, aku sudah mengatur cctv saat kejadian akan dihapus, kan bisa aja rusak, hahaha,” jawab frans.
“Hahah, salut saya dengan pak bon, jaringannya luas, pak bon bagaimana dengan bonus yang pak bon janjikan,?” tanya dominggus.
“Tenang pekerjaan kamu ini baru 20%, sudah minta bonus, apa perlu kuhilangkan kau,” ucap frans menatap dominggus, dominggus terlihat pucat.
“Hahaha, aku becanda dom, kamu lihat ini korbannya hangus, apa mirip dengan target, kita tunggu saja dulu, pasti polisi sedang meminta dna keluarga, tenang urusan bonus yang kujanjikan tak akan meleset, kamu tak percaya padaku,” tanya frans
“Hahaha, bukan gitu pak bon, saya percayalah, hahaha, saya minum ya,” doni menenggak soju didepannya.
“Ohh ada ini, tapi bukan bukan bonus , hanya sedikit tips dariku, sebentar,” frans menelpon seseorang , “susan silahkan kamu naik ya,” ucap frans di telpon.
10 menit kemudian datang seorang gadis belia yang ditaksir masih belasan tahun, berwajah oriental, berkulit putih mulus dan seksi memasuki apartemen frans, “halo om,” sapa gadis itu genit pada frans, lalu duduk di ruang tamu.
Dominggus memperhatikan gadis itu dengan pandangan mesum, memang dominggus menyukai tipe wanita seperti dihadapannya ini, “oyy, bengong,” ucap frans mengejutkannya.
“Susan kamu temani, teman om ini ya,” ucap frans pada wanita itu, “oke om,” susan lalu berdiri menjulurkan tangan pada dominggus, “sudah bawa sana,” ucap frans melihat dominggus seperti bingung.
Dominggus tertawa, dan berpamitan pada frans, dia menggandeng wanita seksi itu meninggalkan apartemen frans.
***
Rina termenung didalam kabin pesawat yang membawanya ke surabaya, pikirannya kosong memandang kedepan, pak rudi berulang kali melihat ke arah rina, dia sungguh iba dengan putrinya, akbar terlelap tidur di kursi dekat jendela.
Kemudian pak rudi mendengar senggukan rina, digenggamnya jemari putrinya, rina memandang ke arah bapaknya dengan pandangan sedih, matanya membengkak, karena menangis terus sepanjang jalan menuju bandara.
“Sabar ya nak,” ucap pak rudi lembut, rina menyenderkan kepalanya di bahu bapaknya, sesekali pundaknya berguncang.
Rina teringat kebersamaannya dengan andi selama ini, saat andi begitu sabar menghadapinya saat dirinya terpuruk ditinggal frans, betapa rina menyesali semua yang telah dia ucapkan pada andi di masa lalu.
Rina semakin terisak, rina merasa bahwa terjadi hal yang buruk pada suaminya, namun pikirannya tak mau mengakui. “gimana bunda bisa hidup tanpamu yah..” batin rina di tengah sedu sedannya, pak budi menepuk nepuk bahu putrinya dengan lembut.
***
Niken tak bisa tidur malam itu dia gelisah melihat medsos andi, walaupun dia menduga-duga apa yang terjadi, tapi sama dengan rina, pikirannya tak ingin mengakui, niken benar-benar bingung dengan situasi yang terjadi, tak ada tempatnya untuk mengkonfirmasi.
Di medsos folower andi mengirimkan status duka cita dan menyebut kecelakaan di jalan XXX surabaya, niken sama sekali gak paham maksudnya, para pembuat status tersebut tak menjawab komen-komen dari pembacanya.
Niken kemudian membuka portal berita online, dia menulis kata kunci kecelakaan di jalan xxx surabaya, ada update terkini dari portal berita tersebut, di tulis beberapa menit lalu. Isi berita tentang kecelakaan yang melibatkan 3 buah kendaraan dan mengakibatkan tabrakan beruntun, 3 orang dipastikan tewas, belasan lainnya luka-luka akibat tabrakan beruntun, korban tewas adalah pengemudi sedan , kenek truk tangki dan supir mobil box.
Niken gemetar membaca berita itu, “apakah pak andi tewas, apakah ini yang dimaksud para folower andi di medsos, kecelakaan ini, apakah pak andi menjadi salah satu korban tewas,” sejumlah pertanyaan muncul di benak niken.
Niken membuka portal berita lain, di portal yang baru ini niken menemukan berita lain yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut, handphone niken terlepas dari tangannya saat membaca artikel yang dimuat di disana, korban tewas diduga bernama andi saputra pengemudi mobil sedan, dan bla bla..................
Niken terpekur seperti patung, air matanya jatuh deras menetes, ekspresi wajahnya datar.. niken mengusap matanya, ingin rasanya niken berangkat ke surabaya, namun dia juga masih menyusui danar, putranya itu masih asi esklusif, jadi hanya minum asi sebagai makanannya.
Niken hanya berharap semoga ini hanya mimpi, dan berita itu salah, sungguh dia sangat terguncang dengan berita yang dia baca tadi, niken kembali mencoba tidur, sedu sedannya masih terdengar
***
Doni menjemput rina di bandara, doni tak tega melihat wajah rina yang pucat dengan mata sembab, akbar terlihat mengantuk, doni menyalami pak rudi dan seolah tak ingin membuang waktu, doni langsung mengajak mereka menuju mobilnya.
“Don, gimana kondisi bang andi don, tolong katakan pada kakak,” tanya rina didalam mobil, doni hanya memandang rina melalui kaca spion tengah, “mas andi di rumah sakit kak,” doni sungguh bingung mengatakan yang sesungguhnya, untunglah rina tak bertanya lagi, doni melihat tatapan rina kosong kepalanya menyender di kaca mobil.
Sesampainya di rumah sakit polri, doni berjalan cepat sambil menggendong akbar di punggungnya, rina dan pak rudi mengikutinya, ketika rina sadar dia menuju kemana, langkah rina terhenti. Doni yang jauh didepan juga menghentikan langkahnya.
Doni menurunkan akbar, dan mendudukan akbar di kursi, pak rudi hanya diam mematung, wajahnya mulai ingin menangis.
Doni mendekati rina yang memegang tembok seolah kakinya tak mampu menahan bobot tubuhnya “don, kita mau kemana, “ tanya rina menahan tangis, “kak, aku mohon kakak sabar ya,, mas andi meninggal kak,” suara doni tercekat saat mengucapkan itu.
Rina terjatuh duduk mendengar kata-kata doni., “ayahhhhhh haaaaaa, ayahhhhhhhhhhhh haaaaaaaaaaaaaa,” rina meraung-raung memanggil suaminya, Doni berjongkok sambil menangis, dia sungguh tak tahan melihat rina menderita seperti itu .
Akbar hanya diam bingung memandangi bundanya yang menangis, kakek akbar juga ikut menangis memeluk akbar.
“Kak, ayo kakak harus mengenali bang andi,” ucap doni sambil mengusap air matanya, rina memandang doni, “kak, kakak tabah ya..,” ucap doni.
Rina kemudian bangkit setelah mendengar perkataan doni tadi yang mengatakan harus mengenali, “apa maksud kamu don mengenali, apa maksudmu,” rina mengguncang-guncangkan tubuh doni, dia memukul-mukul dada doni.
Doni hanya diam, kemudian doni menagkap tangan rina dan spontan memeluk rina, rina meraung raung meronta melepaskan diri, “ayahhhhhhh hhhhaaaaaaaaaaaaaaaa ayahhhhhhh haaa ,” doni memapah rina memasuki kamar jenazah.
Di hadapan rina kini ada sebuah kantung mayat, doni membuka resleting kantong itu, “mohon maaf kak, tapi bagaimanapun kakak harus mengenali,”
Setelah kantung itu terbuka, mata rina terbelalak, napasnya terdengar cepat, rina kemudian jatuh pingsan, doni membopongnya ke luar ruangan, di baringkannya tubuh rina di sebuah ruang perawatan, doni meminta dokter yang berjaga untuk memeriksa rina, dokter menyimpulkan rina hanya shock, namun dokter tak berani memberikan suntikan penenang karena rina sedang hamil.
Setelah melihat rina masih dalam kondisi tertidur, doni keluar ruangan, doni menemui pak rudi, dia berbincang dengan pak rudi, doni mengatakan jenazah andi sulit dikenali karena terbakar, untuk memastikan identitas andi, doni meminta izin mengajak akbar ke ruangan DVI untuk diambil sampel dna nya, pak rudi hanya mengangguk sambil menangis.
“Abang ikut om doni ya,” doni berjongkok di hadapan akbar, “bunda kenapa om,” tanya akbar, “bunda sekarang tidur, nah akbar ikut om ya ambil obat buat bunda,” jawab doni, “nanti om gendong dipunggung kaya tadi ya,” ucap doni lagi.
Akbar mengangguk, dan naik kepunggung doni. Doni membawa akbar ke ruangan DVI untuk diambil sampel dnanya.
***
BERSAMBUNG