INSIDEN TAK TERDUGA
Doni dan rina bicara di sebuah taman di area rumah sakit, doni menceritakan perkembangan terbaru kasus kecelakaan endi.
“Apa? Jadi kecelakaan itu direncanakan, ya Tuhan, maksud kamu ada yang mengincar bang andi? trus ternyata mereka keliru.” tanya rina, doni mengangguk.
Rina menutup mulutnya terkejut, “tapi kenapa, kenapa bang andi diincar, dia bukan siapa-siapa, bukan pejabat penting atau apa,” tanya rina.
“Apa selama ini mas andi punya musuh kak?” doni balas bertanya.
Rina berpikir sejenak, lalu menggeleng, “setahu kakak, bang andi tidak pernah punya masalah dengan siapapun, baik di pekerjaan, atau di lingkungan rumah,”
“Soalnya bang andi selalu terbuka pada kakak, kalau ada masalah dengan orang, pasti bang andi akan cerita pada kakak,” lanjut rina.
“Apa mas andi.. akhir-akhir ini ada perubahan perilaku, seperti kelihatan pusing, atau sering termenung seolah banyak pikiran,” tanya doni.
Rina menggeleng “semuanya seperti biasa aja don, gada perubahan sikap atau perilaku pada bang andi, kalaupun ada pasti kakak tahu,”
“Boleh saya bertanya tentang masa lalu mas andi dan kak rina, maksud saya ini ada hubungannya dengan mbak niken” tanya doni sambil memperhatikan raut wajah perempuan didepannya itu.
Rina menatap doni, seperti tak paham ucapan adik angkatnya itu.
“Apakah saat mas andi dinas di semarang, hubungan kakak dan mas andi sedang bermasalah,” doni melanjutkan.
“Sebenarnya tujuan pertanyaan kamu kemana don, apa maksudmu, kecelakaan suami niken dan penyekapan bang andi ada hubungan dengan masa lalu kakak dan bang andi,” rina balas bertanya.
Doni kemudian mengeluarkan foto yang dia temukan dulu di kamar pakdenya, dan menyerahkan pada rina.
“Ini apa don, kenapa kamu kasih foto ini lagi, kakak udah lihat kan foto ini, ya kakak tahu, teorinya, suami niken melihat foto ini, lalu marah dan menyekap bang andi, namun ternyata malah mendapat kecelakaan, tunggu..tadi kamu bilang kan kecelakaan itu direncanakan untuk mengincar bang andi, lalu kamu pikir semua ini ada hubungan dengan masa lalu kakak dan bang andi?” ucap rina.
“Itu juga yang saya pikirkan kak, tapi ada satu lembaran yang hilang sehingga semua ini terasa aneh,” doni menghela napas.
“Apa maksud kamu,” tanya rina kini mulai penasaran.
“Foto ini, saya temukan jauh sebelum peristiwa ini terjadi, saya menemukan foto itu di kamar pakde saya, yang anehnya beliau itu baru saja pulih dari kecelakaan yang fatal, jadi saya bingung dari mana dia mendapatkan foto itu,” ucap doni.
“Kakak gak paham ucapan kamu, pakde kamu?” tanya rina bingung.
Lalu doni bercerita tentang pakdenya yang mengalami kecelakaan dan harus koma selama 6 bulan, doni juga cerita proses pemulihan pakdenya itu hingga kemudian kembali bisa pulih dari kelumpuhan dan kehilangan memorinya.
Rina tercekat mendengar ucapan doni, cerita doni mirip dengan surat penjelasan frans yang dia baca tempo hari.
“Yang anehnya, terakhir saat saya pulang dari jakarta, pakde bilang dia ingat semuanya, dia bilang terakhir pakde bekerja di solo, dan kemaren niken juga cerita kalau mas andi pernah bertugas di solo sebelum ke semarang, dan niken juga bercerita kalau kakak dan mas andi hidup terpisah, kakak tidak ikut dengan mas andi ke solo,” ujar doni, rina terdiam, hatinya gelisah.
“Siapa pakde kamu itu don,” tanya rina lirih
Doni mengeluarkan hpnya, dia membuka file gambar, mencari foto pakde frans, doni menemukan saat selvi dengan pakde frans sebelum pakdenya itu pergi, doni menyerahkan hpnya pada rina, “ini pakde saya kak,”
Rina seperti mendapat pukulan telak di wajahnya, rina terkejut setengah mati melihat foto tersebut, doni melihat raut wajah rina yang pucat.
“Kakak kenal pakde saya?” tanya doni, rina terdiam, dia terus menatap foto dalam hp doni itu.
“Kak..” baru saja doni ingin bertanya lebih lanjut, handphonenya memunculkan panggilan dari sersan joko, doni mengambil hpnya dan menjawab panggilan itu. Doni berdiri dari duduknya, dan melangkah sedikit menjauh.
“Ya halo sersan,” ucap doni
“Siap pak, ada masalah disini pak,” ucap sersan joko diujung telpon.
“Ada masalah apa sersan,” tanya doni.
“Siap pak, tersangka pemerkosaan, si max itu ditemukan tewas pak di selnya,” sersan joko memberi info.
“Apa..!!” mata doni membelalak
“Siap pak, kini korban sudah dibawa ke rumah sakit bhayangkara untuk diperiksa, dari pengamatan luar, mulut almarhum mengeluarkan darah, sepertinya dia muntah darah, soalnya di lantai juga ditemukan darah," sersan joko menjelaskan
“Shit!!, baik saya akan segera kesana,” doni menutup pembicaraan.
Doni menghampiri rina kembali, “maaf kak, saya harus kembali ke kantor, nanti kita bicara lagi,” doni berpamitan, setelah itu doni langsung berlari menuju kantornya.
***
Frans mendapat telpon dari dominggus yang mengabarkan kalau satu ganjalan sudah di buang, frans sepertinya tak mengerti ucapan dominggus tersebut, dominggus menjelaskan kalau saksi kunci si max sudah dikirim ke alam baka, frans menghela napas mendengar kabar tersebut.
Sebenarnya tertangkapnya max, tak membuat frans khawatir, dia merasa max bukanlah ancaman, frans punya cara tersendiri untuk mengatasi itu, namun ternyata dominggus dan adiknya melakukan inisiatif sendiri, frans kemudian menelpon capo.
Pada capo, frans mengatakan akan kembali ke surabaya, frans memang ingin ke surabaya, dia tiba-tiba kangen dengan dewi istrinya, saat pulih dia belum sempat mengunjungi makam istrinya, faktor penyakitnya membuat frans merasa rindu pada dewi, bagi frans dewi bukan hanya istri, dewi juga sahabat yang bisa menenangkan hati frans saat gundah.
Frans memanggil pujo, “jo nanti malam kita berangkat ke surabaya, persiapkan mobil ya,”, pujo sebagai supir dan asisten frans yang setia segera melaksanakan perintah bosnya itu.
Frans kemudian menelpon pak erik, frans bermaksud mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati pak erik menyediakan akomodasi bagi dirinya, saat pak erik mengetahui frans akan kembali ke surabaya, pak erik meminta frans menggunakan propertinya yang ada di surabaya, awalnya frans sungkan menerima kebaikan pak erik tersebut, namun rupanya jasa frans pada pak erik sangat besar sehingga pak erik memaksa untuk mengurus akomodasi bagi frans di surabaya.
***
Rina berjalan gontai menuju kamar perawatan suaminya, dia memikirkan ucapan doni tadi, rina sungguh terkejut mendapatkan kenyataan bahwa frans adalah pakde dari doni.
Rina duduk di kursi depan kamar suaminya, dia mencoba mereka-reka apakah frans ada hubungan dengan semua ini, “tapi bukankah dia ada di kalimantan, ahh aku tak percaya mas frans melakukan semua ini,”
“Bu rina..” rina menoleh ketika seseorang memanggil namanya, dilihatnya niken datang bersama seorang bayi dan perempuan setengah baya.
“Maaf bu, boleh saya menengok pak andi, saya dengar dari doni, pak andi sudah siuman, ini ibu saya, dan bayi saya, rencananya besok pagi, saya akan kembali ke semarang, saya senang pak andi sudah siuman kembali,” ucap niken.
Rina berdiri dan menatap niken sesaat, kemudian rina mengangguk dan mengantar niken, ibu dan bayinya masuk ke kamar perawatan andi.
***
Doni memutuskan untuk langsung ke rumah sakit bhayangkara, sesampainya di kamar jenazah, doni bertemu dengan sersan joko, doni mendapat penjelasan mengenai kronologi ditemukannnya max dalam kondisi tak bernyawa.
Menurut polisi yang saat itu bertugas, mereka tidak mengetahui keributan yang terjadi, mereka mengetahui tewasnya max saat seorang penghuni sel berteriak memanggil petugas, tahanan itu melihat max duduk tak bergerak dengan mata melotot, petugas yang masuk mendapatkan max telah tewas dengan mulut mengeluarkan darah.
Doni kemudian menghampiri dokter yang baru saja keluar memeriksa jenazah max, dokter tersebut belum bisa memberi info pada doni, dokter itu mengatakan bahwa dia perlu waktu untuk memeriksa isi perut max, “isi perut dok, maksud dokter, tahanan itu di racun,” tanya doni, “makanya saya perlu untuk menganalisa lebih lanjut pak, nanti jika telah diketahui saya akan hubungi secepatnya,permisi pak,” dokter tersebut berlalu meninggalkan doni.
Seoarang pria terlihat adu mulut dengan seorang petugas, doni bertanya pada sersan joko yang datang menghampirinya, “siap pak, orang itu mengaku bernama alex, dia bilang adik dari max, orang itu memaksa untuk melihat jenazah kakaknya,” sersan joko menjelaskan.
Doni menghampiri alex dan menjelaskan bahwa pihak keluarga belum bisa masuk karena dokter masih memeriksa apa yang terjadi, alex hanya menatap doni dengan tatapan tajam, terlihat kilat dendam di mata alex, tanpa bicara sepatah katapun alex pergi, beberapa langkah berjalan, dia berbalik menatap doni kembali, alex meludah sambil tersenyum sinis ke doni.
Sersan joko terpancing emosinya mencoba mengejar alex, doni menahan tangan anak buahnya, “sudah biarkan saja, dia mungkin sedang sedih mendapati saudaranya meninggal,” ucap doni.
***
Niken masuk ke kamar andi dengan perasaan gelisah, hatinya berdegup kencang, di kamar itu ternyata ada banyak orang, niken melihat dua orang setengah baya, seorang bayi dan seorang anak lelalki tanggung, niken mengenali akbar.
Semua orang didalam itu terdiam saat niken masuk, setelah menyadari siapa yang datang, bu rudi terlihat emosi, rina buru-buru menarik ibunya keluar dari kamar.
“Ngapain dia datang kesini,” ucap bu rudi emosi, “tenang bu, dia juga kehilangan suami, dia bilang mau minta maaf pada bang andi,” rina mencoba menenangkan ibunya
“Alasan aja dia datang kesini,” ucap bu rudi bersungut-sungut, “bu, rina mohon biarkan saja bu, dia juga mau pulang ke semarang besok, kami sudah bicara juga bu,” ucap rina.
“Kamu bicara dengannya? lalu apa yang dia katakan,” tanya bu rudi
“Bu, rina mohon bu.. percayalah, kasih kesempatan rina untuk menyelesaikan semua ini ya bu, ibu tenang ya....serahkan semua pada rina,” tatap rina mencoba meyakinkan ibunya, akhirnya bu rudi luluh, dan menganggukan kepalanya.
Rian dan ibunya kembali masuk, saat masuk ternyata niken sudah bersiap pergi, niken dan ibunya sedang bersalaman dengan pak rudi, “Saya mohon maaf pak atas perbuatan suami saya,” ucap niken lirih, pak rudi dengan jiwa besar berkata, “kami sudah memaafkan mbak, ini sudah takdir dari yang diatas, mbak juga sabar ya, semoga mbak niken bisa sabar menghadapi ujian ini,”.
“terima kasih pak, saya mohon pamit, besok pagi kami akan kembali ke semarang,” niken dan ibunya berpamitan.
Saat di hadapan rina, niken kembali meminta maaf atas perbuatan suaminya, tiba-tiba rina memeluk niken dan berbisik sesuatu, bu rudi sedikit heran dengan sikap rina, namun dia sudah berjanji untuk menahan diri.
Niken dan ibunya juga bersalaman dengan bu rudi, kemudian mereka pamit dan meninggalkan tempat tersebut.
***
Pak rudi dan istrinya serta bobi juga berpamitan pulang, rina memutuskan untuk menginap di rumah sakit menunggui suaminya.
Setelah menyelimuti suaminya, rina menatap andi yang sedang tertidur, dia tak tahu apa yang dibicarakan niken saat menegok andi tadi.
Rina kemudian berjalan menuju sofa bed yang ada di kamar itu, rina membaringkan tubuhnya yang terasa letih, dia teringat kembali ucapan doni tadi.
Rina mengambil hpnya, tangannya gemetar ketika mencari nama frans, dia lalu mengetik chat kepada frans, lama rina mengetik, chatnya terlihat panjang, namun rina ragu untuk mengirimkan, rina menghapus kembali chat itu.
Rina kembali menatap suaminya yang masih tidur, akhirnya rina memutuskan menunda chatnya pada frans, rina lalu menyimpan hpnya ke dalam tas, dan berbaring kembali.
BERSAMBUNG