Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Update Ch 2 B​

Keesokan pagi harinya, *Tringgggg... *Tringgg... ( Bunyi nada dering hp ) “Sabrina ? pagi-pagi ada keperluan apa dia ?” Pikir Mariana ketakutan setiap menerima panggilan telphone dari Sabrina. “Ya halo.. “ Ucap Mariana. “Halo Mar kamu lagi dimana ? aku ingin menyerahkan jabwal serta kontrak kerja.” Tanya Sabrina. “Oh.. ku kira bakalan ada hal yang terjadi” begitu pikir Mariana menenangkan hatinya. “Aku sedang berada di sekolah Aditya ini mau mendaftarkan dia” Ucap Mariana “lah.. bersebelahhan saja kok.. kalau begitu aku ke tempat mu saja.” Ucap Sabrina yang langsung mematikan telphonenya.


Saat Sabrina di depan sekolah Aditya, Sabrina melihat ada 2 bocah seumuran aditya yang duduk melihat mariana dengan mata seperti melenjangin pakaian mariana. “Ha ha Masih kecil kelakukan matanya sudah seperti om-om saja” Ucap Sabrina heran melihat tingkat laku anak zaman sekarang.

Pakai yang ini.jpg
Mariana menggunakan baju kemeja lengan panjang berwarna putih di tambah mini syal pada lehernya dan rok berwana merah muda sederhana tidak ada unsur sexy pada pakaian Mariana yang menarik perhatiaan kedua bocah tersebut tak lain dan tak bukan adalah kedua toket yang besar dan tubuh sexy Mariana yang tidak bisa di sembunyikan.


“Aha.. Gimana kalau aku membuat kedua bocah itu mengentot Mariana di depan Aditya yang terikat ya ? hehehe pasti seru.” Ucap Sabrian sambil tersenyum karena ide gilanya itu. “Ah.. baru membayangkannya saja sudah membuat aku semangat dan bergairah.” lanjutnya lagi sambil melanjutkan langkahnya ke arah Mariana dan Aditya.


“Bagaimana pendaftaran Adityanya ? Apakah ada halangan ?” Tanya Sabrina. “Aman kok sudah selesai.” Balas Mariana. “Baguslah, Aditya sayang, tante kesepian di sekolah bang Risky sendirian. “ Ucap Sabrina dengan nada pura-pura sedih, “Karena itu tante mau ajak mama mu temanin tante, kamu mau ikut ? atau kamu mau ke perusahaan tante bermain game lagi ?” Sambung Sabrina sambil tersenyum memberikan jebakan ke Aditya, “Perusahaan tante lah.” dengan cepat Aditya menjawab. “Tapi Sab, Aku tidak bisa meninggalkan Aditya sendiri.” Ucap Mariana yang sadar apa maksud dari Sabrina berusaha menahannya. "Tenang.. ada Liandra di mobil" kata Sabrina langsung menujuk mobilnya. Tak jauh dari sana ada sebuah mobil memantau, kaca mobil di turunkan nampak Liandra, Bobby, Rony dan 1 pria asing lainnya sedikit menurunkan kepalanya ke arah Mariana.


Tampak setelah memberikan hormat Liandra turun dari mobil membawa beberapa dokumen mendekati Sabrina. “Ini madam.” Ucap Liandra menyerahkan 1 dokumen ke arah Sabrina “dan ini jabwalnya....” “Panggil saja kak Mari” Ucap Mariana terseyum ke Liandra. “kak ? hahaha Mar kamukan sudah tidak muda.” Ngeledek Sabrina “Yee.. justru kalau di panggil tante sama Liandra seperti umur ku sudah masuk kepala 5 tau.” Balas Mariana. “Yah.. yah.. terserahlah, ini tanda tangan dulu di sini dan di sini.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan pulpen dan dukumen dan di tanda tangan Mariana tanpa membaca apa isi dari dokumen tersebut.


“Kalau begitu Liandra bawa Aditya balik ke kantor seperti biasa bersama yang lainnya dan cukup suruh Bobby saja yang kembali tunggu aku di pakiran, mengerti ?” Perintah Sabrina dengan nada yang berwibawa. “Mengerti madam.” balas Liandra membungkuk sambil menaruk tangan kanannya di dada kirinya dan mengarahkan Aditya ke mobil yang menunggu sedari tadi. “Ayok Mar, temanin aku mengambil rapot anakku.” Ajak Sabrina ke Mariana berjalan ke sekolah Risky. “Apa nilai Risky baik-baik saja ?” tanya Mariana, “Apa arti baik-baik saja ? yah.. selama dia naik kelas dan tidak buat masalah selama di sekolah saja sudah bagus.” Ucap Sabrina yang tidak berusaha menjadi orang tua yang tidak mengekang anaknya seperti yang di lakukan orang tuanya dulu harus ini itu.


Di sekolah Risky, “Kemana anak satu tuh ? sudah di bilangin tunggu di sini. Haaaahhhh..” Sabrina menghela napas karena Risky seperti tidak ada di tempat saat dia kembali. “Yah sudahlah kita ke kamar kecil dulu yuk Mar, nanti baru telphone dia.” ajak Sabrina seperti kebanyakan wanita-wanita yang selalu lebih senang ke kamar kecil bersama temannya. “Yuk..” Jawab Sabrina mengikuti Sabrina.


Di Kamar mandi Sabrina menarik tangan Mariana ke salah satu bilik kamar mandi. “Kenapa Sab ?” tanya Mariana mulai panik. “Suutttttt.. tenang, santai cantik,” Ucap Sabrina memegang dagu Mariana dan menciumnya. mmmm... tangan kiri Sabrina berlahan mengarah pada toketnya dan tangan kanannya turun ke paha meneglus hingga ke memeknya. Wajah Mariana mulai memerah dan napasnya mulai berat ha.. haaa.. “Cepat sekali apa obatnya masih bersisa di tubuh mu sayang ?” ledek Sabrina yang terus mengeluarkan vibrator berbentuk telur kecil. “angkat rok mu.” perintah Sabrina yang langsung memposisikan vibrator tersebut di tengah memek Mariana. “Yuk Mar, Risky pasti sudah tunggu di luar.” Ajak Sabrina seperti tidak terjadi apa-apa.


“Rasanya aneh sekali, Apa aku boleh melepasnya sekarang ?” Tanya Mariaan, “Tentu saja tidak boleh, bodoh,” jawab Sabrina sambil tersenyum seperti malaykat tanpa rasa dosa. Setiap langkah kaki Mariana selalu memberikan kesan gesekkan antara vibrator dan kulit memeknya.


“SERAHKAN UANG MU !” derdengar suara anak laki-laki yang berbicara cukup keras yang menarik perhatian Mariana dan Sabrina. Tampak 2 orang anak sedang membully seorang anak yang tak lain adalah Risky. “Pantes saja tuh anak tidak kelihatan di sana, ternyata di situ dia.” ucap Sabrina santai seperti bukan hal besar melihat anaknya sendiri di bully. “Sabrina itu anak mu loh serang di bully.” Ucap Mariana khawatir. “Santai saja, Jika anak itu memang anak ku dia harus bisa melewati hal kecil seperti ini, kelak perusahaan dan semua yang ku punya akan jatuh ke dia, jika mental dan kelakukannya seperti pengecut begini bagaimana aku bisa menyerahkan ke dia ?.” Ucap Sabrina santai tapi Mariana yang tidak tega langsung melangkah saat itu di karenakan emosi amarah yang berlebihan membuatnya tidak merasakan vibrator tersebut.


“Hey kalian berhenti membully teman kalian.” Ucap Mariana dengan lantang. Mata Risky berkaca-kaca melihat Mariana seperti malaykat datang menolongnya. “Hah ? Siapa sih tante ini.” Ucap salah satu anak. “Tunggu tante ini cantik juga, toketnya gede pula tuh. fiuuuwwww..” Ucap anak satunya lagi mengarahkan tangannya ke toket kiri Mariana sentak membuat Sabrina marah besar. “Cukup sampai di sana !” Ucap Sabrina. “Satu lagi nih, Tante yang ini juga cukup cantik hehe..” Ucap anak yang satu lagi mendekati Sabrina ingin memegang toket Sabrina, tetapi tanggannya di tahan oleh seorang pria “Uggh.. Aaakk tangan ku patah.” Ucap anak ku saat tangannya di remuk pria yang tak lain adalah Bobby.


“Lapor madam, maaf terlambat.” Ucap Bobby sambil masih memegang tangan anak tersebut. “Tangkap mereka.” Perintah Sabrina yang tak butuh banyak gerakan untuk Bobby memegang kedua anak tersebut di hadapan Sabrina. “Yang satu Reza dan yang satu Lukman.” Ucap Sabrina membaca nama pada kemeja sekolah mereka dan membisikkan sesuatu. “Serius tante ?” Ucap Reza dan Lukman tiba-tiba semangat, entah apa yang di bisikkan Sabrina tetapi mata kedua bocah itu tertuju pada Mariana, yang seketika membuat perasaan tidak enak. “baiklah, sekarang pergilah kalian.” Ucap Sabrina sambil mengoyangkan tangan kanannya sebagai tanda ke Bobby untuk melepas mereka dan menyuruh mereka pergi.


Dengan cepat kedua bocah tersebut berlari meninggalkan Sabrina, Mariana, Bobby dan Risky. “Ayo.. Risky tunjukkan mana kelas mu.” Perintah Sabrina. “Sabrina, tadi itu apa yang kamu katakan pada mereka ?” Tanya Mariana sambil jalan mengikuti Risky. “Bukan apa-apa kok.” Balas Sabrina sambil tersenyum ke arah Mariana.


Di depan kelas Risky, Sabrina melihat jam tangan berwarna putih dengan hiasan permata bermerek Richard Mille “Seperti sudah waktunya.” Ucap Sabrina sambil mengerakakn jari telunjuknya memanggil Bobby mendekat dan membisikkan beberapa perintah ke Bobby. “Mengertikan ?” Tanya Sabrina. “Mengerti madam.” Jawab tegas Bobby. “kalau begitu laksanakan, jangan kecewakan aku.” Ucap Sabrina yang langsung membuat Bobby putar arah dan berjalan dengan cepat meninggalkan Mariana, Sabrina dan Risky.


Di dalam Kelas tampak seorang pria kisaran umur 40 akhir dengan rambut botak tengah, “Silakan duduk. Bu.” Ucap Pria tersebut membungkuk mempersilahkan Sabrina untuk duduk, Sudah sewajarnya pria bernama Sulaiman tersebut memperlakukan Sabrina sebagai salah satu d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) terbesar dengan hormat. “Kalau boleh tau ini siapa ya ?” Lanjut Sulaiman cengegesan melihat toket Mariana. “Oh.. ini tantenya Risky.” Ucap Sabrina sambil menaikkan sedikit kecepatan pada dildo di memek Mariana. Mmmhh.. suara Mariana berusaha menahan desahannya sambil mengesekkan kedua pahanya.


“Bisa kita langsung saja pak ? saya tidak punya banyak waktu.” Ucap Sabrina. “Oh.. ya tentu, Jadi Risky dari segi sosialisasi dia sangat kurang, walau segi nilai ia biasa-biasa saja ini akan membuat dia kesulitan kedepannya.” Ucap Sulaiman berusaha tidak melirik toket Mariana. “kalau memang anak itu tidak sanggup, yah berarti memang segitu kemampuan dia.” Balas Sabrina dengan nada dingin walaupun Risky adalah anaknya sendiri, sudah menjadi rahasia umum walau Sabrina adalah d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) di sekolah tetapi dia dengan sengaja membiarkan anaknya di bully.


Sabrina pelan-pelan mengambil pulpen di dekat Sulaiman dan menjatuhkannya. “Ah maaf aku menjatuhkannya, boleh tolong ambilkan.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke Sulaiman. Walau merasa kesal dengan kelakukan Sabrina, Sulaiman tidak bisa memasang ekpresi kesal dan bilang tidak, yang ia bisa lakukan hanya tersenyum dan bilang “Tentu.” dan mengambil pulpen yang di jatuhkan Sabrina.


Sabrina kembali menaikkan kecepatan pada dildo Mariana dan membuka paksa paha Mariaan. “Aaah.. mmhh.” Desahan Mariana spontan membuat Sulaiman yang di bawah meja melihat ke arah Mariana berusaha menutupi roknya dan membuat dia kaget melihat paha mulus Mariana terlebih celana dalam putih dengan benjolan yang ia tau itu benda apa.

Sulaiman kembali ke kursinya, “Terima kasih.” Ucap Sulaiman yang sudah mengerti situasinya, “Untuk masalah Risky akan saya atur.” Lanjutnya lagi. “Tidak perlu biar saja. kalau begitu kami permisi dulu.” Ucap Sabrina berdiri di ikuti Mariana dengan wajah yang sudah merah keluar meninggalkan Sulaiman.


Di luar kelas tak terlihat Risky, hanya ada Bobby yang berdiri memberi hormat kepada Sabrina. “Sudah selesai madam.” Ucap Bobby. “Ho, cepat juga, bawa kami ke sana.” Ucap Sabrina “Baik.” Jawab Bobby tegas yang terus memandu Sabrina dan Mariana yang berjalan dengan risih pada memeknya. Selama perjalanan hati Mariana tidak tenang, jantung yang terus berdetak kencang, “Apa lagi yang di rencanakan Sabrina ? Dimana Risky yang seharusnya menunggu ? kenapa ia membiarkan anaknya sendiri di bully padahal ia bisa membantunya.” pikir itu berputar-putar di otak Mariana selama mengikuti Bobby hingga sampai di gedung olah raga.


“Silakan.” Ucap Bobby membuka pintu mempersilakan Sabrina dan Mariana masuk terlebih dahulu. Di dalam terlihat kedua bocah yang mebully Risky tadi sedang bersantai di atas matras seperti kasur, kamera yang sudah terpadang di berbagai sisi dan Risky yang terikat dengan tampang muka yang memerah bekas tamparan dan baju yang kotor bercap sepatu, sepertinya kedua anak tersebut kembali membully Risky di saat Bobby menjemput Mariana dan Sabrina.


“Risky ?” Ucap Mariana sambil berlari ke arah Risky, Sabrina yang melihat itu langsung menaikkan kecepatan dildo hingga mentok hingga membuat Mariana terjatuh karena getaran kencang pada area memeknya. “Aagghhh.. Tunggu.. Aaah.. aah.. Sabrina.. Risky dia..” Ucap Mariana sambil menahan serangan pada memeknya. “Tunggu ? Risky ? kenapa dia ? kau mau bertanya kenapa dia bonyok begini ? kenapa aku yang seorang d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) dan punya uang banyak membiarkan anak ku sendiri di bully ?” Ucap Sabrina sambil melangkah dengan santai ke kursi yang telah di siapkan oleh Bobby. “Jawabannya karena kau Mariana ! karena kau pandangan ku pada dunia ini berubah, jika kau lemah kau akan di injak, jadi kau harus kuat. Bapak dia adalah seorang ketua mafia, aku ibunya seroang pengusaha yang naik ke atas dengan tumbukan mayat orang-orang. apa kau pikir dengan sifatnya yang lembek itu bisa mewarisi semua ini ?” Lanjut Sabrina sambil duduk menyilangkan kakinya. “Aku sempat kepikiran ingin Aditya, anak mu yang mengambil alih perusahaan ku. Hahahahaha Bagaimana menurut mu Mar ?” tanya Sabrina sambil tersenyum sinis ke Mariana. “Aaah... ah..” Mariana tertunduk diam sulit berpikir antara memilih Risky atau Aditya anaknya sendiri untuk mewarisi perusahaan berdarah itu di tambah dengan dildo pada memeknya yang masih bergetar mengesek klitorisnya. “Cukup, karena kau sudah menggangu ku dengan menolong dia, maka kau yang harus menanggungnya, sekarang puasin kedua bocah itu.” Ucap Sabrina sambil menunjuk ke arah Lukman dan Reza.


Mariana melihat ke arah kedua bocah tersebut, terus ke arah Risky dan kembali ke arah Sabrina. “Aaah.. Di.. Di depan anak.. haa.. di bawah umur ini mmhh... ?” Tanya Mariana ragu. Sabrina yang mendengar pertanyaan itu hanya membalas dengan tatapan rajam ke arah Mariana hingga membuat Mariana gemetar ketakutan.


Dengan perasaan campur aduk Mariana berusaha berdiri mulai membuka syal kecil yang melilitnya. “Wiiuuwww..” Ucap Lukman melihat leher Mariana sambil mulai melangkah mendekati Mariana, di ikuti Reza di belakangnya. Mariana mulai membuka kancing roknya dan menurunkan roknya, memperlihatkan paha mulusnya ke Lukman, Reza serta Risky yang melihat dengan jantung berdetak kencang karena wanita yang ia sukain mulai telanjang di depan orang yang membully dia.


Mariana memasukkan tangannya ke dalam celana dalam yang sudah basah untuk mengeluarkan dildo tersebut. Sabrina hanya tersenyum melihat Mariana mengeluarkan dildo tersebut dengan berlahan. “ha.. ha.. “ Mariana berusaha mengatur kembali napasnya walau dengan ekpresi malu memalingkan wajahnya dari 2 bocah yang menatapnya seperti binatang buas.


“Belum apa-apa sudah becek saja tante cantik kita ini.” Ucap Reza sambil berdiri si sisi kiri Mariana menggunakan tangan kirinya mengelus memek Mariana berlapis celana dalam tersebut dan memeras pantat montok Mariana. Lukman memilik tinggi 169 cm hampir sebaya dengan Mariana yang 168 cm sedangkan Reza janya 152 cm yang membuatnya tidak bisa menikmati leher Mariana seperti yang di lakukan Lukman sambil meraba toket Mariana di sisi kanan.


“Aaah.. haaa.. haa..” Erangan Mariana mulai keluar sambil memejamkan mata menikmati permainan tangan kedua bocah itu pada tubuhnya, dan Mariana pun mulai tidak memikirkan nasip Risky yang terikat dengan kontol yang mengeras di balik celana kainnya tersebut. Tangan Mariana yang sedari tadi pasif mulai mengelus kontol Reza dan Lukman dari balik celananya. “Wah.. si tante sudah tidak sabaran saja pengen melihat kontol kita, Za. “ Ucap Lukman yang langsung membuka semua pakaiannya di ikuti dengan Reza “Hari ini akan ku keluarkan semua jurus yang sudah ku pelajari dari film bokep yang ku nonton selama ini.” Ucap Reza dengan nada sangat percaya diri.


Terpampang kontol kedua bocah tuh yang tak jauh berbeda dalam segi ukuran, Reza 15,1 cm sedangkan Lukman 15,5 cm sedikit lebih panjang dan lebih gemuk. “sujud” Ucap Reza sambil tangannya dengan tidak sopan menekan kepala Mariana ke bawah. “Jilat.” Perintah Reza seakan ia lah yang berkuasa sambil matanya melihat ke arah Risky yang terikat menyediahkan. “Risky apa kau pernah nikmat wanita ini ? ku rasa kau tidak pernah” Ucap Lukman yang ikut memanasi hati Risky.


Saat ini Mariana bersujud mengemgam kedua kontol tersebut, Kontol yang mulai tumbuh bulu-bulu halus dan bau yang khas dari kontol mulai memasuki hidungnya tetapi bukan merasa jijik malam semakin meningkatkan gairah Mariana, Reza yang memang memiliki sifat tidak sabaran langsung memajukan kontolnya ke mulut Mariana. “Tunggu apa lagi ?” Ucap Reza mengelus-elus rambut Mariana seperti pacaranya sendiri.
preview_n.mp4-1727601470.jpg

“ggghhh” Ucap Reza yang merasa geli saat kontol perjakanya bersentuhan dengan lidah Mariana. slurp.. slurpp.. Mariana berlahan menjilat kontol Reza sambil membuka kemeja putihnya. “Aku juga.” Ucap Lukman memegang kepala Mariana mengarahkan ke kontolnya. “ggghhhhh” Lukman yang merasa geli hingga membuatnya ingin muncrat berusaha ia tahan.


“Uggh.. huuuu.. huuuuu.. “Lukman berusaha mengendalikan kontol perjakanya agar tidak muncrat karena permainan baru di mulai sambil tangannya memeras toket Mariana di balik bra putih bermotif bunganya. “Gimana rasa kontol kami ? tidak kalah dengan om2 di luar sana kan ? “ Tanya Reza yang merasa mengamgap Mariana adalah pelacur di luar sana. Mariana tidak peduli dengan apa yang di katakan bocah tersebut, secara bergantian menjilati kedua kontol bocah tersenyum sambil sesekali ia masukkan ke dalam mulutnya. “Uggh.. Maaf Za, aku sudah tidak tahan.” Ucap Lukman yang langsung menarik rambut Mariana ke arah matras. “Ayok tante, aku ingin tante cantik mengambil perjaka ku dengan gaya kesukaan ku.” Ucap Lukman berbaring ingin Mariana yang bergerak dari atas. Mariana yang mengerti maksud dari bocah satu itu langsung menaiki tubuh Lukman, membuka celana dalam putihnya dan mengarahkan kontolnya ke memeknya tidak sekalipun Mariana berani mengarahkan matanya ke arah Risky karena ia takut melihat tatapan Risky yang melihatnya dengan menyedihkan. “Risky, hari ini tante cantik mu ini akan merasakan kontol ku ini.” Ucap Lukman melihat ke Risky dengan tatapan meremehkan, sedangkan Sabrina dan Bobby melihat dari belakang camera seperti sutradara. “Ck.. kenapa jadi kau pula yang pertama.” Ucap Reza dengan nada kesal.


“Uggh..” Ucap Lukman menahan rasa geli saat kontol saat Mariana mulai memasukkan kontolnya ke memeknya. “Aaah.. aah...” Ucap Mariana menikmati kontol yang tidak terlalu besar tetapi tidak juga kecil, Ukuran kontol Lukman dan Reza memang lah tidak tidak sebesar milik Dirwanto dan Prahmono tetapi Mariana merasa kalau ukurannya berasa pas di dalam memeknya.


Reza yang tidak sabaran berdiri di belakang Mariana. “Ludah in ke sini” Ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya seperti ingin menampung sesuatu. Seisi ruangan di buat binggung dengan tingkah Reza kecuali Sabrina. “yah.. kau boleh melakukannya.” Ucap Sabrina memerintah seperti mengerti apa yang ingin di lakukan Reza. Mariana yang binggung hanya menuruti perintah Reza *Phuiiii Puiiii Puiii Mariana meludah ke tangan Reza “kurang lebih banyak lagi.” Perintah Reza. *Phuuii.. puiiiii.. berkali-kali Mariana meludahin ke tangan Reza hingga ada yang tumpah dari tangannya. Merasa cukup Reza mengunakan tangan kirinya mendorong pundah Mariana hingga berbaring di atas tubuh Lukman dan Reza pun melumuri semua ludah barusan ke lubang anus Mariana dan mencolokkan kedua jarinya ke lubang tersebut. “Aaggghh.. tunggu.. jangan..” Ucap Mariana menggunakan tangannya berusaha mendorok Reza walau tidak sampak, karena masih merasa takut walau ini bukan pertama kalinya lubang pantatnya di masukkan benda asing.


Kesempatan ini tidak di sia-siakan Lukman untuk mengendalikan napas “huuu huuu..” Jari Reza mulai mengobok-obok lubang Mariana yang lumayan becek karena ludah Mariana. “Aaggh.. haa..” Nikmat dan perih mulai bercampur pada diri Mariana. “Ah.. lama” Ucap Reza meludahin kontolnya sendiri kali ini. *Phuii.. puii.. dan langsung mengarahkannya ke lubang pantat Mariana. “Aaah.. tung.. UGGH.. AAAhhh..” Ucapan Mariana terhenti karena Reza yang langsung memasukkan kontolnya. “jangan takut, semakin takut semakin perih.. nikmati saja.” Ucap Reza yang mulai kembali membenamkan kontolnya ke dalam lubang pantat Mariana. “Risky, Lubang Pantat tante mu ternyata nikmat juga berasa seperti di emek-emek kontolku” Ucap Reza melihat Risky sambil menjilat pundah Mariana.


“Man kau sudah siap ?” Tanya Reza yang melihat Lukman yang kesusahan menahan napasnya karena akan keluar. “Tentu.” Ucap Lukman yang berlagak seakan semua baik-baik saja. Mendengar persetujuan temannya Reza langsung berlahan mengerakkan kontolnya. “Aaahh.. ha.. aaah.. “ Erangan Mariana untuk kedua kalinya memek dan anusnya di masukin secara bersamaan.


Wajah sange Mariana terlihat jelas oleh Lukman yang berada di bawahnya. “Tante siapa namanya ?” Tanya Lukman yang terpesona melihat Mariana. “Sally namanya bocah.” Ucap Sabriana, “Tapi tadi bukannya Tante memanggilnya dengan Mar.. Mar.. begitu.” Tanya Reza. “Jika kalian tidak percaya setelah ini tante akan memberikan kalian informasi social medianya, jangan lupa untuk mendukungnya ya.” Ucap Sabrina sekalian mempromosikan media social Mariana sebagain Sally. “Baik tante.” Ucap Reza ambil tetap mengerakkan kontolnya.



“Aaah.. haa.. haa...” Mariana terlihat sangat menikmati permainan pada memek dan lubang pantatnya hingga menjatuhkan air liurnya ke muka Lukman yang di bawahnya. Lukman yang terpesona melihat Mariana memegang kepala Mariana dan mencoba menciumnya tetapi di tepis Mariana dengan cara menahan muka Lukman dengan tangan kanannya. “Ck.. sombong kali satu lonte ini.” UCap Lukman yang kesal langsung memeras kedua toket Mariana dan mengerakan kontolnya dengan sangat cepat. “Uggh.. Man mentar jangan cepat-cepat aku sudah mau keluar.” Ucap Reza. “Aaaah.. aaah.. terus.. lagi.. haaa.. haa..” Gerakan cepat Lukman membuat Mariana semakin menikmati permainan hingga hampir mencapai puncaknya. “Aku keluarr..” Ucap Lukman yang langsung memuntahkan spermannya di dalam memek Mariana, “aku juga.” Di ikuti Reza di dalam lubang pantatnya dan ambruk di atas tubuh Mariana. “Uggghhhh.. Za berat.” Ucap Lukman yang merasa sesak di timpa dua tubuh langsung mendorong tubuh Mariana ke samping kiri tanpa menunggu Reza menikmati klimaksnya hingga sperma mereka keluar ke perut dan pantat Mariana.


Mariana sudah di ujung klimaks tetapi tidak kesampaian melihat kedua kontol bocah tersebut yang sudah lemas di sampingnya. *Brrukkkk “APA YANG KALIAN LAKUKAN” Teriak seorang pria botak tengah yang tak lain adalah Sulaiman Wali kelas yang tadi. “Mhhhmmm” Ucap Reza yang ingin meminta tolong pada pak Sulaiman. Bobby yang merasa ada yang menggangu siap-siap ingin menghajar Sulaiman tetapi Sabrina mengangkat tangan kanannya seakan menyuruh Bobby untuk berhenti. “Dari pada teriak-teriak, kenapa tidak bapak ikut dalam pesta saja ? bukankah bapak juga ingin menikmati tubuh wanita itu ?” Ucap Sabrina dengan santai membuat suasana kembali tenang.


Sulaiman melihat dengan tatapan mesum ke arah Mariana yang membalikkan tubuhnya berusaha menutupi dirinya yang hanya bersisa bra putih dari Suliman “Sejak pertama aku melihat tubuh mu aku sudah ingin sekali merabanya.” Ucap Sulaiman melangkah mendekati Mariana sambil membuka semua pakaiannya. “Kalian dua bocah minggir sana, sekarang waktunya orang dewasa yang beraksi.” Ucap Sulaiman sudah telanjang di depan Mariana yang masih berbaring di atas mataras. Tangan kiri Sulaiman menarik tangan Mariana agar posisi duduk di atas matras, dan menggunakan tangan kanannya menghantamkan kontol berbulu lebat tak terawat tepat di atas muka Mariana. Kontol Sulaiman memiliki panjang 17,8 cm yang mengigatkan Mariana pada kontol milik Prahmono. “Buka saja bra mu, nanti kulit mulus mu lecet” Ucap Sulaiman membantu Mariana membuak pengait di belakang Mariana. Muka Mariana memerah karena malu di tambah nafsu yang masih di puncak.


Kontol Sulaiman yang berada tepat di atas mukanya membuat ia bisa mencium aroma khas kontol yang membuat nafsu Mariana tak tertahankan “Aaah.. Aah... haa..” Cuuhh muuaahhh Mariana mulai mencium telor Sulaiman sedangkan tangannya mengemgam dan mengocok pelan kontol Sulaiman. “Bagus.. Ugggh.. Bagus sekali permainan mu.” Ucap Sulaiman menikmati permainan Mariana. Mariana yang di puji mulai menjilat dan memasukkan telor berbulu Sulaiman ke mulutnya.


Risky yang melihat adegan tersebut di depannya membuat kontolnya berdiri keras hingga membuatnya tidak nyaman pada area celana, sedangkan Reza dan Lukman yang berbaring di atas matras berusaha membuat kontol mereka kembali berdiri. *Srrupp.. Sruup.. Mariana berlahan menjilat kontol Sulaiman dari telor hingga kepala kontolnya. “Jago sekali, siapa sangka wajah cantik ini memiliki kemampuan seperti pelacur yang berpengalaman, Suami mu pasti bangga punya istri sempurna seperti kamu.” Ucap Sulaiman mengelus rambut Mariana seperti istrinya sendiri.


Perlakukan lembut Sulaiman membuat Mariana semakin bernafsu, ia pun mulai memasukkan kontol berdiameter 6cm tersebut ke dalam mulutnya dan menghisap dengan kuat. *Srrup.. .srrruuppp srrupp.. Tangan kanan Mariana dengan lentiknya memainkan kedua telor Sulaiman dan tangan kirinya memainkan memeknya sendiri mencari kenikmatan. “Ug.. aku sudah mau keluar.” Ucap Sulaiman menggunakan kedua tangannya memegang kepala Mariana dan memaju mundurkan kontolnya dengan cepat hingga membuat Mariana melotot sulit bernapas. Uggh.. *Crottt.. Croott Sulaiman menumpahkan sperma panasnya di atas muka cantik Mariana, “AAAAGGgggghhhhh...Mariana juga ikut keluar saat merasakan sperman panas di wajahnya dan terkapar di atas matras di samping Reza dan Lukman.


“Cepat sekali, ini masih permulaan.” Ucap Sulaiman menaikki tubuh Mariana dan mengarahkan kontol dengan sisa spermanya di mulut Mariana. Tubuh Mariana masih lemas dan kesemutan karena klimaks tadi tetapi ia tetap berusaha menjilat membersihkan kontol Sulaiman. “Khee heee.. segitu sukanya kah kau pada kontol.” Ucap Sulaiman tersenyum melihat wanita secantik Mariana tak di sangka-sangka akan menjilati kontolnya seperti dalam imajinasinya.


“Sudah cukup mari kita lanjutkan.” Ucap Sulaiman kembali menghentak-hentakkan kontolnya pada muka Mariana. Mariana yang masih kelelahan, kaget melihat kontol Sulaiman masih bisa tegang padahal baru saja keluar. “yah ampun staminamu buruk sekali.” Ucap Sulaiman sambil menungingkan pantat Mariana tepat di harapan Risky yang terikat. Mariana yang masih terdunduk lemas tidak menyadari apa yang di rencanakan Sulaiman padanya. *Plak.. plak.. Plak.. “Pantat ini sungguh selalu membuat kontol ku semangat.” Ucap Lukman menampar pantat Mariana berkali-kali dan berlahan memasukkan kontolnya ke dalam memek Mariana. “Aaaah.. ha.. ha..“ Erangan Mariana pelan memejamkan mata menikmati kontol Sulaiman.


*Plok.. Plok Plok seisi ruangan bergema suara hentakan kontol Sulaiman pada Memek Mariana berulang kali. “Bagaimana rasa kontolku ? Berbeda dengan bocah-bocah nakal ini kan ?” *Plak.. Ucap Sulaiman sambil menampar pantat Mariana sekali dengan sangat kuat.. “Aaaah... ha.. ha..” Mariana tidak mengubrisnya. “JAWAB !” Bentak Sulaiman sambil menghentakakan kontolnya dengan kuat ke dalam memek Mariana. “Aaaggghhhh.. ia.. lebih nikmat dari punya mereka.” Ucap Mariana terkaget karena hentakan barusan. Reza dan Lukman yang melihat Mariana di siksa oleh guru mereka mulai kembali bernafsu, “Hehehe.. kalau begitu bagimana dengan rasa sperma ku ?” Tanya Sulaiman lagi sambil meraba pantat Mariana yang sudah memerah seperti memberi peringatan jika Mariana tidak menjawab ia akan menampar pantatnya lagi. “Haa.. Aaah.. ha... pa.. Pahit..” Ucap Mariana. “Hahahaha... kali ini mulut bawah mu yang kanan merasakan sperma ku.” Ucap Sulaiman meraih kedua tangan Mariana untuk menegakkan tubuhnya, hingga Mariana bisa melihat Risky yang sedang duduk menatap nafsu ke arah Mariana. “Aaaahh.. tidak.. tung.. tunggu..” Ucap Mariana mengelengkan kepalanya.
blasianbastard2-jpwaf-4e6721-16492.gif

Sulaiman yang merasa senang dan bangga akan dirinya sendiri langsunng menghentakankan kontolnya dengan kecepatan penuh. *Plok.. Plok.. “Risky, bapak harus berterima kasih pada mu, karena kamu lah, bapak bisa merasakan memek berkualitas ini.” Ucap Sulaiman sambil menghentakan kontolnya dengan sangat kuat. “Ti.. Aaah.. Tidak.. ha.. haaa.. Cukup..” Ucap Mariana ketahan dengan erangannya sendiri.


Sulaiman menggunakan kedua tangannya menarik tubuh Mariana lebih mendekat ke dirinya, mengarahkan tangan kirinya ke toket kanan Mariana agar Mariana tidak jatuh dan tangan kanannya memegang dagu Mariana ingin mencium bibirnya. “Mmmhhmmm Mmmm” Mariana berusaha menolak tetapi Suliman tidak menyerah, Lidah Suliman berusaha menembus pertahana Mariana sambil tangan kanannya mencekek leher Mariana. “Mmmnnnnn.. mmmnnnn.. Aagghhh..” Refleks mulut Mariana terbuka berusaha memasukkan udara melalui tenggorakannya yang di cekek Sulaiman. Sulaiman yang merasa lidahnya sudah bersentuhkan dengan lidah Mariana langsung melonggarkan tangan kanannya dan menikmati seluruh bibir Mariana.


“Aku sudah mau keluar..” Ucap Sulaiman memejamkan matanya dan semakin mempercepat temponya. “Aaagghhh.. Terima ini.” Lanjut Sulaiman yang langsung menghentakan kontolnya sedalam mungkin berbarengan dengan Mariana yang juga mencapai klimaksnya. “AAAAaaaahhhhh..”


Sulaiman langsung melepas tubuh Mariana yang langsung membuat Mariana terjatuh lemas di atas kasur kembali dan melepas kontolnya dari memek Mariana hingga ia bisa melihat lelehan spemaya di memek Mariana. “Kalau kau sampai hamil aku rela meninggalkan istriku untuk mu cantik.” Plak.. Ucap Sulaiman kembali menampar pantat Mariana. Risky yang melihat adegan itu hanya bisa berusaha mengesekkan kontolnya yang tegang sedikit-sedikit.


“Pak boleh kami gantian sekarang ?” Tanya Lukman kepada Sulaiman yang masih di depan memek Mariana. “Gantian ? apa kau pikir aku ini selemah itu ?” Ucap Sulaiman yang ternyata kontolnya masih berdiri. “Hoooo.. Bobby cari tau latar belakang dia.” perintah Sabrina yang sepertinya merencanakan sesuatu. “Siap madam.” Ucap Bobby melihat Sulaiman untuk mengigat mukanya. “Ayok lah pak.. kami juga mau.” Ucap Reza dan Lukman berdiri di atas matras sambil menunjukan kontolnya yang sudah berdiri tegak.


“Cih.. Dasar bocah.. tapi kalian hanya boleh bagian tangan dan mulutnya saja.” Ucap Sulaiman berusaha menguasai Mariana untuk dirinya sendiri. “Yessss..” Ucap Reza dan Lukman serentak tanpa menutupi kesengan mereka. Sulaiman menggunakan tangan kanannya menampar pantat Mariana yang sudah merah padam dengan sangat kuat hingga ia terbalik dari posisi nunggingnya dan Sulaiman membuka kedua paha Mariana hingga ia bisa melihat sisa spermanya yang masih mengalir dari memek Mariana yang kembang kempis.


“Kontol.. hee... Kontol.. heeeee..” Lantur Mariana yang sepertinya pikirannya sudah ngambang dan tatapan kosongnya melihat ke arah kontol Reza dan Lukman. “Bu Sabrina sepertinya pelacurmu sudah rusak.” Ucap Sulaiman ke Sabrina yang duduk di belakangnya tetapi Sabrina hanya diam tersenyum seperti tidak peduli. “Ck.. Dasar orang kaya, tidak peduli dengan perasaan orang kecil.” Grutu Sulaiman dengan nada kecil takut kedengaran Sabrina.


Reza dan Lukman yang sudah tidak sabar langsung mengarahkan kontolnya di atas wajah Mariana “Tante cantik cari ini ?” Ujar Reza sambil menghentakan kontolnya ke wajah Mariana dan di ikuti Lukamn sambil ketawa cengegesan. Mariana yang sudah tidak peduli akan sekeliling dan hanya mencari kenikmatan, mulai mengemgam kedua kontol tersebut sambil menjilati kepala kontolnya bersamaan dengan lidahnya. “Rasanya aneh sekali, aku mengentot seorang pelacur tercantik, tetapi bersamaan dengan 2 murit ku sendiri.” Ucap Sulaiman mulai memasukkan kontolnya ke memek Mariana berlahan. “Aaaah... haa.. teruss.. lebih dalam.. Srruppp mmmhh... Srrupp” Ucap Mariana sambil melihat Sulaiman dengan tatapan menggoda.


Sulaiman yang merasa memek Mariana sudah sangat licin karena spermanya sebelumnya langsung menghentakkan kontolnya sedalam mungkin “AAaaggghhhh kontolmu menyentuh ujung memek ku.” Ucap Mariana tersentak karena kontol Sulaiman menyentuh dinding rahimnya. “INI KAN YANG KAU MAU !?” Bentak Sulaiman sambil mengerakan kontolnya dengan cepat dan keras menghantam dinding rahim Mariana. “Ia.. aaaah.. iaaa... teruss... laggii.. lebih kuattt... Aaaah.. ha.. “ Erangan Mariana menerima permainan Sulaiman sambil menghisap kontol Reza dan Lukman bergantian dengan cepat. Srrruuppl... srruuupppp “Pak pelan-pelan nanti kami cepat keluar.” Ucap Lukman memejamkan matanya berusaha menahan sedotan mulut Mariann pada kontolnya. “Hahaha.. Dasar bocah, Anggap ini sebagai pengalaman buat kalian.” Ucap Sulaiman yang tidak peduli dengan keluhan muritnya terus menghantam kontolnya ke memek Mariana.


“Man, aku sudah mau keluar,” Ucap Reza merasa kontolnya ingin beledak. “Aku juga.” balas Lukman. “Dasar bocah-bocah lemah, kalian keluar ini saja di toket nih lacur.” Ucap Sulaiman sambil mengeplak kepala Reza dan Lukman. “Ck..” hanya itu yang keluar dari mulut Reza dan Lukman yang langsung mengeluarkan sperma mereka di toket Mariana, Crrooott.. Crott.. sperma kental yang tidak lebih banyak dari yang pertama. “Aaaaahh.. sudah gak sanggup lagi aku.” Ucap Lukman, “sama..” Balas Reza yang langsung terduduk di atas matras.


“Aaaahhh... haa.. haa.. lebih... ha... kuat...” Mariana mendesah sambil meratakan spema kedua bocah itu di toketnnya hingga putingnya dan menjilati tangan bekar sperma tersebut sambil menatap genit ke Sulaiman. “Ugggh.. dasar rubah pelacur, Risky andai tante kau istri ku, pasti tiap malam akan ku ngentot sampai doer memenya.” Ucap Sulaiman melihat ke Risky yang bergetar mengeluarkan sperma. Sentak Reza dan Lukman ketawa “HAHAHAHA apa itu ? terikat saja bisa keluar kau melihat kita-kita ?” Risky yang hanya bisa menutup matanya menanggis dan pasrah.


“Sampai segitunya kah kau membayangkan bapak menjadi istri tante lacur satu ini ?” Tanya Sulaiman sambil semakin kencang menyodokkan kontolnya. “Aaahh.. haaa. ah.. aku... keluarrr” Jawab Mariana mencapai klimaks sambil menjulurkan lidahnya. “Aaaaaaaahhhhhh... “ Tubuhnya bergetar kuat. “kalau begitu aku juga.” Ucap Sulaiman yang langsung melepas kontolnya dan menumpahkan spermanya di muka Mariana. “Aaahh,, nikmatnya.” Ucap Sulaiman sambil membenamkan kontolnya di mulut Mariana. Kondisi Mariana lemas dengan bau sperma di tubuhnya dan paha terbuka lebar hingga nampak cairan sperma keluar membanjiri matras.


“Ayok foto dulu.” Ucap Reza sambil memegang hpnya. “Ide bagus.” Ucap Sulaiman yang langsung duduk di belakang, menyandarkan Mariana yang lemas di dadanya dan Reza dan Lukman duduk di sisi kiri dan kanan Mariana. “1... 2.. 3.. yeaaahhh..” Ucap Reza yang langsung mengambil gambar di hpnya.


Di ujung ruangan Sabrina melihat dengan tatapan tidak senang, mengangkat tanganya seakan menyuruh Bobby untuk maju. Bobby yang mengerti maksud dari Sabrina langsung mengambil hp tersebut dan menginjaknya. “Dasar tidak tau diri.” Ucap Sabrina memandang Reza, Lukman dan Sulaiman dengan tatapan merendahkan. “Sudah ku kasih kenikmatan, malah kau injak aku.” Marah Sabrina membuat suasana menjadi tegang dan Sabrina melemparkan segepok uang ke muka Reza. " beli lah hp baru yang lebih bagus, terus lebih baik salah satu dari kalian tidak membicarakan tentang semua ini mulai sekarang, jika kalian berani, tante akan meratakan rumah sekaligus orang tua kalian dengan tanah.” Ucap Sabrina sambil melotot melihat ke mereka tiga, ketiga kontol mereka menciut entah takut dengan Sabrina atau memang kelelahan habis keluar berkali-kali. “Ah.. dan soal Rizky anak tante.. tante bisa saja langsung menghajar kalian.. tetapi tante cukup bermurah hati.. jadi jangan melewati batas mu anak muda.. " Ucap Sabrina sambil tersenyum berjalan ke atah pintu keluar.


“Kunci mobil ?” Tanya Sabrina yang langsung di serahkan sama Bobby. "Ah.. hampir lupa.. jangan lupa untuk support sally dan jika kalian sudah tamat sekolah bisa mampir ke tempat tante." Ucap Sabrina sambil menyerahkan sebuah kertas ke Lukman. “Bobby bereskan sisanya dan antar Mariana langsung pulang, Aditya akan aku yang antar.” Ucap Sabrina meninggalakn ruangan tersebut. Bobby membalikan badannya melihat kekacauan yang harus ia bereskan sendiri.


Malam harinya di rumah Dirwanto, Sabrina sedang makan malam keluarga, suasana sepi sunyi, mengerikan. "Ma.. tolong lepaskan tante Mariana.” Ucap Risky dengan nada kecil dan pelan. “cukup, Itu bukan urusanmu.” Ucap Sabrina singkat padat dan tegas. “Ma aku mohon..” Ucap Risky yang kali ini dengan nada lebih tinggi. “AKU BILANG CUKUP ! “ Bentak Sabrina sambil melempar garpu dari tangannya ke arah Risky dan hampir mengenainya. “jangan pernah bahas Mariana lagi mulai sekarang, bikin selera makan ku hilang saja.” Ucap Sabrina yang langsung meninggalkan ruangan dan membanting pintu *BUKKK.


“Sudahlah, menyerah saja, Segila dan kejam papa ini, tetap lebih gila dan kejam mama mu itu, di tambah lagi dengan dendamnya selama belasan tahun itu.” Dirwanto berusaha membujuk anaknya tanpa tau kalau anaknya jatuh cinta pada Mariana.


Malam hari di rumah Mariana sekitar pukul 11:24 malam, Aditya telah tertidur lelap setelah seharian bermain lagi di ruangan game perusahaan Sabrina. “Aaahhh.. ha.. aku keluar..” Ucap seorang pria sedang menyodok kontolnya yang tak lain tak bukan adalah Hermanto sedang bercinta dengan Mariana. “Maaf ya.. aku keluar duluan.” Ucap Hermanto yang terus mencium kening Mariana dan berbalik tidur. Mariana yang sudah kecapekan di ngentot oleh kedua bocah di tambah kontol Sulaiman yang lebih besar dari kontol Hermanto hanya bisa pura-pura menikmati permainan Hermanto dan ikut tidur sambil membiarkan sperma Hermanto di dalam memeknya.
 
Terakhir diubah:
Update 03

Di pagi hari yang mendung, *Ting tong tenggg tonggg bunyi bel pintu di depan. “Ia sebentar.” Ucap nyonya rumah yang tak lain adalah Mariana berjalan mengarah ke pintu masuk. *Clek pintu terbuka. “ “Sabrina ?” Mariana kaget melihat temannya mau datang ke rumahnya yang sederhana ini. “Mariana aku datang mau ajak kamu jalan-jalan, belanja-belaja.” Ucap Sabrina terseyum cerah. Mariana memiringkan kepalanya melihat beberapa orang asing di belakang Sabrina. “Mereka ?” tanya Mariana kebingungan, “Oh.. Meraka adalah kariawan ku, aku ingin memasang CCTV dan alarm keamanan di sini, area inikan tidak aman, jadi jaga-jaga saja.” Jelas Sabrina. “Tunggu ya aku tanya Hermanto dulu.” Ucap Mariana ragu. “Sudah tidak apa, ini juga demi kebaikan mu kok. liat diri mu masih dengan baju terusan ngembang-ngembang, gaya pakaian mu dari dulu tidak berubah, lebih baik kita belanja-belanja, tinggalkan kariawan ku yang kerja, mereka juga tidak berani macam-macam tenang saja, Aditya lagi di sekolah jugakan ? ini waktu yang pas.” Bujuk Sabrina panjang lebar agar Mariana mau ikut dengan dia jalan-jalan.


Maraina sebenarnya malas untuk ikut dengan Sabrina karena pasti akan ada kejadian seperti sebelum-sebelumnya, tapi di sisi lain semua alasan selalu di bantah oleh Sabrina. “Baiklah, kalau begitu bisa kau tunggu aku ganti baju ?” Tanya Mariana. “Sudah tidak usah.” Balas Sabrina sambil memegang tangan dan menariknya ke luar rumah. “Tung.. Tunggu.” Ucap Mariana yang kaget. “Kalian lakukan tugas kalian, kali ini special, jangan buat salah sekecil apa pun itu.” Perintah Sabrina tegas.


Mariana yang saat itu hanya sempat memakai sepatu flatnya ikut masuk ke dalam mobil. “Jalan.” Perintah Sabrina ke pada Rony. “Siap madam.” Balas Rony langsung membawa mobil ke tujuan yang sudah di perintahkan Sabrina sebelumnya. “Kita mau kemana Sab ?” Tanya Mariana. “Sudah ikut saja, Hari ini waktunya WA-NI-TA.” Ucap Sabrina yang tampak sangat bersemangat dan gembiri, di sisi lain Mariana merasakan sebaliknya, Heran, was-was, “Apakah orang kalau sudah menjadi kaya, jalan pikirnya juga berubah sederastis ini ? aku sama sekali tidak mengerti apa yang di pikirkan Sabrina, ini kali pertamanya aku meninggalakan rumah dengan keadaan di dalamnya ada orang asing dan pergi dengan orang yang apa masih bisa ku anggap teman ?” pikir Mariana sepajangan perjalanan.


“Kita sampai.” Ucap Sabrina turun dari mobilnya. “Ini adalah salah satu mall milik ku, gimana gak burukkan ?” Lanjut Sabrina masih dengan senyumnya seperti anak kecil yang memamerkan barang mewahnya. “Sabrina, ini mall terbesar di kota ini, kalau ini buruk yang lainnya apa ?” Tanya Mariana berusaha membaur. “Sudah.. sudah.. yuk.” Ajak Sabrina memegang tangan Mariana memasuki ke dalam mall di ikuti Bobby, sedangkan Rony memakirkan mobil. Sekilas Mariana mengigat masa-masa sekolah dulu dimana Sabrina juga memegang tangan Mariana masuk ke dalam mall.


“Kita mulai dari toko pakaian dulu yuk.” Ajak Sabrina. “Aku tidak bawa uang, kan kamu sendiri yang tiba-tiba.” Ucap Mariana. “Sudah tenang saja aku ini pemilik, semua yang ada di sini adalah milikku.” kembali lagi Sabrina pamer mallnya sambil memutar tubuhnya melihat segala sisi. “Liat gaya pakaian mu, kamu cantik, tinggi, kenapa tidak pakai pakaian yang cocok ?” Ucap Sabrina melihat Mariana dari ujung kaki hingga kepala. Mariana yang merasa perkataan Sabrina benar hanya bisa melihat ke bawah dan terdiam. Memang ia dari dulu selalu menggunakan gaya berpakaian tertutup seperti ini hingga menikah ia tidak pernah kepikiran untuk mencoba menganti gaya perpakaiannya.

Baju pertama pilihan Sabrina.jpg

“Ini adalah salah satu toko kesukaanku.” Ucap Sabrina sambil mengajak Mariana ke dalam salah satu toko yang di hiasi warna hitam dan ada warna emas, di tambah lampu toko yang membuat warna emas semakin bercahaya. “Selamat datang Madam.” Serentak penjaga toko berbaris rapi menyambut Sabrina dan Mariana. “Jangan berlama-lama masih banyak toko yang harus aku kunjungi, keluarkan edisi musim ini.” Perintah Sabrina yang langsung membuat kariawan bergerak mengeluarkan troli yang mengantung berbagai baju.


Sabrina mulai memilih-milih baju yang di bawakan oleh kariawan toko tersebut dengan sangat teliti. “Sabrina kenapa kok kayanya agak terbuka ya ?” Ucap Mariana melihat baju-baju yang di gantung tersebut. “Mariana, Mariana, baginilah gaya pakaian zaman sekarang, lihatlah sekelilingmu.” Ucap Sabrina sambil menunjuk ke arah luar toko melalui kaca besar di sekeliling toko. Semua wanita yang datang bersama dengan pasangannya berpakaian sangat sexy, memamerkan perut mereka yang rata, paha yang mulus. “Sudah, turutin saja.. kamu ikutin saja aku, coba pakai ini.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan sebuah baju dress jenis midi sepanjang betis berwarnacoklat kemerahan. “Mari..” Ucap salah satu kariawan mengajak Mariana ke ruang ganti.


Mariana cukup lama berdiam di dalam ruang ganti baju yang di hiasi kaca 3 sisi. “Mar kenapa lama sekali ?” Panggil Sabrina dari luar. “Sabrina ini bajunya sepertinya kekecilan deh.” Ucap Mariana yang masih di dalam ruang ganti. “Huff...” Sabrina menghela napas. “Sudah coba keluar, aku mau lihat.” sambung Sabrina. *Kreeeekkk suara tirai kain bergeser, tampak Mariana dengan baju yang mencetak tubuhnya. “Wah.. bajunya cocok sekali, sekaan baju ini memang di untuk tubuh sebagus anda.” Ucap salah satu kariawan tertua. Mendengar pujian tersebut muka Mariana mulai memerah karena malu. “Dengar itu, Pakai saja terus yang ini untuk hari ini.” Perintah Sabrina. “Dan bungkuskan 1 set seperti ini dengan warna yang berbeda.” Ucap Sabrina kepada kariawan tersebut. “Siap madam.” Balas kariawan tersebut.


Tak hanya satu baju yang di beli Sabrina untuk Mariana, Sabrina membelikan cukup banyak baju dari satu toko ke toko lainnya. “Tak terasa sudah mau jam 1 saja, makan dulu yuk.” Ucap Sabrina. “Jam 1 ? aku harus menjemput Aditya.” Ucap Mariana mulai merasa panik karena sudah mau jam pulang sekolah. “Tenang saja, Aku sudah menyuruh Risky untuk menjemput Aditya, biar dia merasakan punya adik itu bagaimana.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke arah Mariana. “Yakin tidak apa ?” Tanya Mariana yang masih sulit untuk menepis kekhawatirannya. “Yah sudah mentar.” Ucap Sabrina sambil mengeluarkan hp. “Halo ky, kau sudah dimana ?” tanya Sabrina. “Hmm.. oke, boleh, jaga dia baik-baik.” Perintah Sabrina yang terus menutup panggilan. “Tenang saja, Risky sekarang sudah berada di depan sekolah Aditya, aku menyuruhnya membawanya ke tempat makan dan setelah itu antar ke perusahaan ku, nanti siap dari sini kita ke perusahaan aku bersama-sama.” Ucap Sabrina mencoba menenagkan Mariana.


Di sebuah restauran dalam mall. “Selamat datang madam.” Ucap kepala koki sekaligus pemilik nama restauran tersebut. “Meja ku dimana ?" Tanya Sabrina sambil melihat sekeliling. “Antar madam ke mejanya.” Perintah kepala koki kepada salah satu kariawannya. “Mari madam.” Ucap kariawan tersebut memandu ke meja yang tampak lebih mewah di bandingkan meja yang lainnya. “Permisi, makanannya segera di sediahkan.” Ucap kariawan tersebut membungkuk badannya memeberikan hormat dan langsung menuju ke dalam dapur.


“Sabrina.. Aku.. mau ngomong soal.. yang terjadi sebelum.. “ Ucap Mariana ragu-ragu. “Hmm ? tentang baju ?” Tanya Sabrina. “bukan ini tentang perkejaan ITU.” Ucap Mariana berusaha memberanikan diri. Wajah Sabrina mulai berubah menjadi serius, melotot melihat ke Mariana “cukup.” Ucap Sabrina. “Tapi Sab..” Ucap Mariana berusaha agar Sabrina tidak melanjutkan pekerjaan itu demi keluarganya. “AKU BILANG CUKUP !” Emosi Sabrina sambil memukul meja makan. Seketika membuat suasana menjadi hening dan mencemkram.


"Aku mengajak kau di sini untuk bersenang-senang antar teman karena aku lagi senang, tolong jangan rusak mood ku." Ucap Sabrina melihat Mariana tertunduk diam. “Sudah lah.. kalau kamu gak mau menemanin aku, kita pulang saja setelah ini.” Lanjut Sabrina. Mariana yang ketakutan memegang tangan Sabrina “Maaf, maafkan aku Sabrina, mari kita bersenang-senang hari ini.” Ucap Mariana sambil tersenyum berusaha meredahkan amarah Sabrina.


“Taruk saja.” Perintah Sabrina kepada kariwan yang sedari tadi berdiri ketakutan memegang makanan. “Silakan.” Ucap Kariawan tersenyum dan langsung kabur. “Mmm... harum sepertinya enak.” Ucap Mariana berusaha mencairkan suasana. “Makan-makan semua ini adalah makanan kesukaan ku.” Ucap Sabrina yang moodnya berubah 180 drajat kembali senang. Setelah makan hidangan yang di siapkan Sabrina dan Mariana bercerita tentang kejadian-kejadian masa lalu sambil ketawa-ketawa.


Setelah selesai makan, “Mariana sebelum pulang mari mampir ke 1 toko terakhir. Toko kali kau pasti suka.” Ajak Sabrina ke sebuah toko yang ternyata adalah salon kecantikan. “Ayok masuk.” Ajak Sabrina sambil memegang tangan Mariana yang mematung di depan toko. “Selamat datang madam.” Ucap serentak kariawan dan bos toko, seperti biasa Sabrina di perlakukan seperti ratu. “Mari saya antar.” Ucap bos yang langsung membawa Sabrina dan Mariana ke ruangan khusus. “Di sini langsung saya dan assiten saya yang turun tangan.” Ucap bos tersebut sambil memberi rasa hormat dengan membungkukan tubuhnya.


Selama di dalam salon kecantikan Sabrina dan Mariana di perlakukan seperti tuan putri melebihi pelanggan biasanya, di mulai dari ujung rambut hingga ujung kuku kaki semua di beri perawatan dengan lembut dan hati-hati. “Apa kau sering ke sini Sab ?” Tanya Mariana. “Hmm.. tidak juga, tergantung ada acara dan waktunya juga sih.” Jawab Sabrina. “Tapi kau bisa datang lagi ke sini kok, nanti akan aku suruh mereka memgigat muka mu dan perlakukan mu seperti memperlakukan aku.” Lanjut Sabrina dengan nada sombongnya. Wajar-wajar saja Sabrina berperilaku sombong dengan semua yang ia miliki.


Di luar toko, “Ah.. senangnya hari ini, balik yuk, Aditya pasti menunggu di sana, atau mungkin dia juga lupa waktu di sana. hahahhaa..” Ucap Sabrina yang tampak sangat senang. Mariana yang terlalu menikmati jalan bersama Sabrina setelah sekian lama sampai lupa akan rumahnya yang ia tinggalkan dan anaknya sendiri yang berada di perusahaan Sabrina. “Gimana dengan belanjaan tadi ?” Tanya Mariana. “Sudah di urus sama Bobby dan Rony, tenang saja.” Jawab Sabrina


Di dalam elevator perusahaan Sabrina. “Sabrina kenapa perasaan elevatornya kebawah ? bukannya tadi kau bilang tidak ada pekerjaan hari ini ?” Tanya Mariana yang mulai gemetaran dan merasa was-was. “Tenang saja, ada tempat yang mau ku tunjuk sebelum menjemput Aditya.” Ucap Sabrina. *Ting pintu elevator terbuka. “hmm ?” Mariana binggung melihat ada tempat olah raga di dalam perusahaan Sabrina, kiri-kanan Mariana dapat melihat pelacur-pelacur yang dulu ia lihat di lantai bawah. “Kau ingat jabwal yang ku berikan kemarin ? nah, di sinilah tempat kau latihan untuk memperbagus tubuh.” Ucap Sabrina. “Selamat datang madam” Sentak pelacur-pelacur tersebut memberi salam kepada Sabrina. “Terserah kau mau latihan atau tidak, aku cuma memberikan fasilitas, jika kau tidak menggunakan dan tubuh mu menjadi kendor, jangan salahkan pihak perusahaan.” Ucap Sabrina sambil berjalan mengelilingi tempat olah raga tersebut di ikuti Mariana di belakangnya.


Selama perjalan mengelilingi tempat olah raga semua mata pelacur-pelacur tersebut memandangi Mariana dari bawah hingga atas sambil berbisik-bisik seperti. “Cantik kali dia, bisa-bisa pelanggan kita di rebut dia.” ,atau “Jadi ini anak kesayangan madam ? Biasa saja tuh.” dan sebagainya. “Selamat datang madam.” Ucap pria yang tampak feminim menyambut Sabrina dengan nada gemulai. “Oh bagus kau di sini, Mariana ini instrutur disini, kau bisa memanggil dia Milky dia yang akan mengajari mu segala hal yang ada di sini.” Ucap Sabrina menjelaskan. “dan Milky, ini Sally, Anak baru di sini, ajarin dia dengan benar ya.” Lanjut Sabrina. “Beres madam” Ucap Milky sambil tangan kanannya mencolek toket kanan Mariana. “Ummm gede banget tuh toket, bikin iri saja.” Ucap Milky dan berjalan meninggalkan Sabrina dan Mariana. “Tenang saja, dari penampilan saja sudah seperti itu. jadi, Mar apa kau masih sering seks dengan Hermanto ?” Tany Sabrina yang membuat Mariana kaget. “Eh ? Ah.. yah.. tak terlalu sering.” Balas Mariana dengan nada binggung. “Oh.. begitu.” Ucap Sabrina sambil berjalan ke arah elevator untuk menjemput Aditya.


Lobi perusahaan, “Tunggu di sini saja, aku sudah menyuruh Risky untuk membawa Aditya turun.” Ucap Sabrina. “Risky ?” Ucap Mariana dalam hati, ia masih binggung bagaimana harus bersikap di depan Risky setelah kejadian di sekolah kemarin. *Ting pintu elevator terbuka. “MAMAAAA” Teriak seorang bocah yang tak lain adalah Aditya. “Wah.. mama tampak cantik dan keren seperti tante Sabrina.” Lanjut Aditya yang senang melihat mamanya yang bertambah cantik. “Benarkah ? kamu suka mama yang seperti ini ?” Ucap Mariana sambil tersenyum ke Aditya. “IA. “ Balas Aditya.


Risky hanya bisa mematung melihat Mariana yang bertambah cantik dengan rambut dan baju yang seksi. “Rony sudah di depan menunggu kalian.” Ucap Sabrina sambil tersenyum ke Aditya. “Tante terima kasih.” Ucap Aditya memeluk Sabrina. “Sama-sama sayang. sudah, sana.” Ucap Sabrina. Sabrina hari itu merasakan kesenangan yang selama ini ia impikan, berjalan-jalan bersama sahabatnya, hingga setuhan hangat Aditya yang meluluhkan hatinya. Di sisi lain Risky hanya bisa diam melihat pantat Mariana yang menonjol.


Malam hari di kamar Hermanto dan Mariana. “Sabrina baik sekali selain membuat kamu tambah cantik dan seksi” Ucap Hermanto sambil mencium istrinya *Muaacch. “Dia juga memberikan perusahaan ku bantuan, hari jumat nanti perusahaan ku di izinkan melakukan rapat di hotel dia gratis dan dia juga menyiapkan kamar khusus untuk Aditya, jadi kita tidak perlu khawatir.” Ucap Hermanto dengan nada semangat. Mariana hanya bisa memaksakan dirinya tersenyum dan berpikir “Apa lagi yang di rencanakan Sabrina ? tadi pagi ajak aku belanja, siang ajak aku senang-senang, sekarang dia memberi tawaran menarik ke Hermanto. Apa mungkin dia sudah berubah ?” Begitu pikir Mariana, tanpa sadar di sela-sela Mariana sedang memikirkan apa yang akan di lakukan Sabrina padanya, sebuah tangan masuk ke dalam bajunya.


“Kyaaa... tu.. tunggu.. kenapa ?” Tanya Mariana kepada Hermanto yang tangannya sudah di dalam bajunya memeras toketnya. “kamu hari ini cantik sekali, aku jadi semangat.” Ucap Hermanto sambil mendekatkan mukanya ke toket Mariana dan menghirup aroma tubuh Mariana “Hmm... wangi sekali istri ku ini.” Puji Hermanto. “Tunggu.. lepaskan dulu bajunya.” Ucap Mariana membuka gaun malamnya yang terbuat dari kain sutra. Hermanto yang tidak sabaran juga ikutan melepas baju dan celana pendeknya.


Hermanto menunggingkan pantat Mariana. "Eh ? Mariana kenapa kau tidak mencukur bulu memekmu ?" Tanya Hermanto yang melihat ramput-rambut halus hingga ke bagian lubang pantatnya. "E.. Ah.. ya.. itu.. kau tau sendiri aku belakangan sibuk mengurus Aditya, Tapi aku berpikir untuk mencoba menganti gaya, apa kau suka ?" Tanya Mariana sambil menatap mengoda Hermanto. "Tidak, aku tidak terlalu menyukainya, tapi jika itu yang sedang kau coba, aku tidak akan melarangnya." Ucap Hermanto dengan muka dan nada pasrah dengan keputusan yang di ambil istrinya, walaupun ia tidak menyukainya. Memang sedari dulu Hermanto tidak menyukai bulu rambut pada kemaluan, bahkan ia sendiri rutin mencukur bulu kemaluan ia sendiri.


"Aku masukin sekarang." Ucap Hermanto mulai memasukkan kontolnya berlahan ke dalam memek Mariana. "Aah.. Sayang.." Desahan Mariana merasakan kulit kontol Hermanto mulai mengesek memeknya. "Haaa.. aahhnggg.. lebih keras lagi." Mariana merasa ada yang kurang dalam bercinta dengan Hermanto, tidak seperti dulu saat ia masih awal-awal pernikahan.


"Apakah karena kontol Dirwanto yang mengubah memek ku ?" begitu pikir Mariana "Ugh.. Yaa.". ucap Hermanto sambil mempercepat kontolnya keluar masuk memek Mariana. "Haaa.. Sayang..aahhh lagggiii." Desahan Mariana semakin besar memenuhi ruangan yang untungnya kedap suara. "Ughh.. hari ini kau terlihat sangat seksi Mariana" Ucap Hermanto sambil berusaha menahan spermanya tapi tetap memuji wanita cantik di depannya.

Pakai yang ini.png

"HAAAA sayang kau membuat ku sangat bergairah."Mariana berusaha berpura-pura menikmati kontol Hermanto karena ia tidak ingin membuat pria di depannya itu sakit hati dan mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya selama ini. "Aku mencintai mu Mariana." Ucap Hermanto menatap mata Mariana. "Aku juga." Jawab Mariana menerima cinta Hermanto sambil menatap Hermanto memejamkan matanya. "Aaaaggghhhh... Aku keluar. " Ucap Hermanto langsung mengeluarkan spermanya dalam memek Mariana dan terlentang di samping tubuh Mariana.


"huff.. tadi itu sangat luar biasa." Ucap Hermanto langsung tertidur karena kelelahan. "Aku juga sangat menikmatinya sayang." Walau Mariana mengucap itu tapi mata dan ekspresi berkata sebaliknya.


Tanpa Mariana dan Hermanto sadari sedari tadi ada 2 buah CCTV yang merekam kegiatan mereka. "Mengecewakan, Jadi hanya segitu kemampuan Hemanto ?" Ucap seorang wanita yang melihat layar adegan seks Hermanto dan Mariana.


Jumat pagi, *Tringgggg... *Tringgg... ( Bunyi nada dering hp ) "Sarbina ? bukannya dia hari ini ada janji dengan Hermanto ya ?" Mikir Mariana melihat layar pada hpnya dan mengangkat telphone dari Sabrina. "Ada apa Sabrina ?" Tanya Mariana. "Mar, Hermanto akan datang ke hotel jam 3 sore, Bagaimana kalau kita main-main di kolam dulu ?" Tanya Sabrina dengan nada bersemangat. "Tidak bisa, aku harus menjemput Aditya, dan lagian aku tidak tau harus memakai apa di kolam nanti." Ucap Mariana berusaha mengelak ajakkan Sabrina. "Soal baju itu mudah, kau lupa siapa aku ? dan untuk Aditya kau bisa serahkan sama Liandra, entah kenapa sepertinya mereka sedang berusaha menyelesaikan sebuah game bersama." Ucap Sabrina berusaha meyakinkan Mariana.


Mariana lagi-lagi di buat tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang di inginkan Sabrina. "Baiklah, jadi jam berapa ? dan kumpul dimana ?" Tanya Mariana. "Sekarang, itu Boddy sedang menuju ke rumah mu, ah.. tenang saja semua sudah ku siapkan kok, kau tinggal datang dan kita bersenang-senang saja. Dah..." Ucap Sabrina dengan nada semangat yang langsung mematikan panggilannya. "Dasar Sabrina senenaknya sendiri saja. Huff.. sekarang aku harus bagaimana ?" PIkir Mariana binggung apa yang harus di siapkan.


“Mungkin aku siap-siap ganti baju dulu.” Ucap Mariana melihat kaos singlet dan celana pendek yang ia kenakan. *Ting TONG bunyi bel. “Ha ? Sudah datang saja ? cepat sekali.” Ucap Mariana yang mulai panik. “Yah sabar.” Teriak Mariana yang mengambil jaket dan langsung menuju ke pintu. “Saya datang menjemput.” Ucap Bobby sambil memberi hormat kepada Mariana. “Bisa tunggu sebentar ? aku ganti baju dulu.” Ucap Mariana. “Tak perlu, semua sudah di siapkan, Mari.” Ucap Bobby yang langsung mempersilakan Mariana menuju ke mobilRolls Royce berwarna hitam. “Baiklah.” Ucap Mariana langsung mengunci pintu dan masuk ke mobil.


Di lobby hotel, Mariana masuk melihat ke kiri-kanan mencari Sabrina. Semua mata pria yang berada di lobby dapat tertuju pada wanita yang memiliki toket besar walau berusaha di tutupi dengan jaket. “Madam sudah tunggu di meja sana.” Ucap Bobby sambil mengarahkan Mariana ke meja Sabrina. “Kenapa aku di panggil ke sini ? “ Tanya Mariana. “Sudah ikut saja yuk.” Ucap Sabrina berdiri dari kursi sofanya yang kelihatan empuk dan mahal itu, menuju ke elevator dan di ikuti oleh Mariana, Bobby, dan Rony. Selama di dalam elevator raut wajah Sabrina terlihat cerah senyam senyum, tetapi tidak dengan Mariana yang merasa was-was karena sekilas suasana terasa mirip dengan pertama kali ia di ajak ke perusahaan Sabrina.


“Tenang saja hari ini aku ajak kamu untuk menikmati fasilitas hotel ini.” Ucap Sabrina *Ting pintu Elevator terbuka. “Yuk.” Ajak Sabrina ke salah satu kamar, sedangkan Bobby dan Rony berjaga di luar. Di dalam kamar terasa sangat merawah di mulai dari karpet yang tampak mahal hingga lampu gantung yang cantik. “Sudah jangan di liatin terus, aku ajak kau ke sini bukan buat liat kamar, buka semua baju mu.” Perintah Sabrina. Mariana yang sudah mulai terbiasa dengan keadaan bugil di depan orang asing berlahan membuka jaket, kaos dan celana pendeknya, meninggalkan bra putih dengan motif bunga serta celana dalam berwarna putihnya. “Bra dan celana dalam mu juga.” Perintah Sabrina sambil ia pun ikut membuka semua pakaiannya.


Mariana yang melihat Sabrina juga ikut membuka pakaiannya membuat ia merasa sedikit tenang. “Pakai ini.” Ucap Sabrina sambil melemparkan sebuah baju selimut berwarna putih. “Kita mau kemana dengan pakaian ini ?” Tanya Mariana kepada Sabrina yang sama-sama bugil di dalam hantu mantel tersebut. “Berhentilah tanya-tanya ikut saja.” Ucap Sabrina yang sudah mulai malas menjawab semua pertanyaan Mariana dan berjalan keluar menuju sebuah ruangan.


“Selama datang madam, mari saya antar.” Ucap wanita berparas imut dengan rambut jedai. “Wah.. tempat SPA.” Ucap Mariana yang terkagum dengan ide temannya dan seketika ia merasa pegal-pegal di seluruh tubuhnya. “Benar, ini salah satu fasilitas hotel ini, aku sudah memesan yang paling bagus untuk kita dua.” Ucap Sabrina dengan nada sombongnya sambil mengikuti wanita rambut jedai membawa Sabrina dan Mariana ke ruangan masing-masing, Di dalam ruangan tersebut sudah ada 1 orang wanita terapis berdiri memberi hormat kepada tamu yang datang. “Saya tinggal ya madam.” Ucap wanita jedai meninggalkan Mariana dan Sabrina.


“Di buka dulu mantelnya kak.” Ucap terapis kepada Mariana yang masih binggung harus bertindak apa. “Gak apa, santai saja kak, tengkurap dulu kak.” Ucap terapis itu sambil melipas mantel Mariana. Suasana hening dengan aroma lavender yang memenuhi ruangan membuat hati Mariana tenang, berlahan terapis yang berdiri di samping Mariana menumpahkan cairan losion di punggung Mariana, sensasi dingin dan geli membuat Mariana mulai terangsang “Aaah.. Nikmatnya... “ Ucap Mariana semakin melemaskan tubuhnya.


Dengan perlahan sang terapis mulai memijat punggung Mariana dari bawah ke atas berulang kali. “Apa terasa sakit kak ?” Tanya terapis itu mencoba memastikan. “Tidak, enak kok.” Ucap Mariana menikmati perlakukan sang terapis. Setelah sang terapis merasa cukup pada bagian atas ia pun berpindah ke pada bagian bawah Mariaan, kembali lagi ia tumbahkan cairan lotion pada kedua kaki Mariana, di mulai dari ujung kaki hingga pantat Mariana kembali di pijat dengan pelan. “Ah.. serasa pegal-pegal ku rontok semua. Apa sebaiknya seminggu sekali aku ke tempat seperti ini ?” pikir Mariana.


Tanpa Mariana sadari tangan terapis kini telah sampai pada bagian belahan pantatnya, Sang terapis menumpahkan kembali cairan losion pada bagian lubang pantat Mariana dan memijat pantat sambil sesekali mengesekkan tangannya ke belahan memek Mariana. “Mmmmhhhh..” Mariana yang mulai terangsang berusaha menutup mulutnya dengan jarinya. Sang terapis yang sadar sengaja memijat memek Mariana dengan lebih lama untuk mempermainkan Mariana.


“Balik badan kak.” Ucap sang terapis, dengan berlahan Mariana membalikkan badannya hingga tampak putingnya sudah mulai mengeras dan cair memeknya yang bercampur dengan cairan losion membanjiri area memeknya. Entah kenapa saat itu Mariana merasa sangat malu, yang padahal Mariana sudah mulai terbiasa bugil di depan orang asing. Mariana hanya bisa memalingkan wajah merahnya tidak berani menatap muka terapis yang sedang menumpahkan lotion pada perutnya.


Dengan berlahan kedua tangan terapis tersebut mulai mengosok perut hingga ke toket Mariana dan sesekali memainkan jari-jarinya di puting. “Aahh.. mmmnnn..” Kembali Mariana menahan desahannya dengan menutup mulutnya dengan jarinya.


Di rasa cukup pada bagian atas Mariana, sang terapis berjalan ke bagian bawah Mariana. “Kak, ini bulu memeknya tidak mau di cukur saja ? di sini kami bisa membantu mencukurnya dan ada banyak pilihan model.” Tawar terapis tersebut. Mariana yang ingin mencukurnya tetapi tidak berani dengan Sabrina hanya bisa menolak “Tidak, tidak apa.” Ucap Mariana yang mukanya sudah merah padam karena malu di tambah rangsangan dari tangan terapis.
Mariana SPA pertama kali.jpg

“Baiklah.” Ucap terapis sambil kembali menumpahkan cairan losion pada area kaki Mariana dan memijat kedua kaki Mariana hingga kepada area memek Mariana. Kini sang terapis bisa melihat sekaligus meraskaan, sambil tersenyum yang Mariana sendiri tidak tau apa maksud dari senyum tersebut, sang terapis membuka paha Mariana selebar mungkin dan menuang cairan lotion tepat di area bulu memek Mariana hingga basah kuyup. Sensasi dingin dari cairan losion semakin membuat Mariana tersangsang. “Haa.. Haa.. mmmhh.. Ini membuat ku semakin gila.” Pikir Mariana yang mulai merasakaan jari-jari sang terapis memijat area-area sensitive di memeknya.


“Sudah selesai kak.” Ucap sang terapis yang tampak senang karena mengerjai Mariana yang sudah sangat terangsang tetapi tidak mendapatkan klimaksnya dan Mariana pun bangun, mengunakan kembali handuk mantelnya dan berjalan keluar dari ruang pijitnyadengan memek yang masih becek. “Bagaimana Mar ? enakkan ? Yuk lain ke ruang Sauna di sana.” Ucap Sabrina yang duluan keluar ruangan dan sepertinya mendapatkan perlakukan yang berbeda dengan dirinya. “Hmm.. ia enak.” Ucap Mariana sambil memaksakan senyumannya dan mengikuti Sabrina masuk ke ruang sauna.


“Ah.. Liandra tadi telphone, katanya Aditya sudah bersamanya di perusahaan.” Ucap Sabrina sambil menyiram air ke bara api agar suhu sauna meningkat. “Benarkah ? syukurlah.” Mariana merasa senang mendengar kabar anaknya sepertinya bersenang-senang. Selama di dalam ruang sauna Sabrina dan Mariana bercerita tentang masa-masa sekolah mereka yang indah sambil ketawa-ketawa. “Sepertinya sudah cukup, balik ke kamar dulu yuk, ada yang ku kasih.” Ucap Sabrina berdiri dan berjalan keluar ruang. “Hmm ? kasih ?” Mariana merasa penasaran barang apa lagi yang akan di kasih Sabrina.


Di kamar, “Ini.” Ucap Sabrina sambil melemparkan 2 set baju renang ke atas kasur. “Tu.. Tunggu.. ini..“ Ucap Mariana kaget melihat salah satu set baju renang berwarna merah dan sangat kecil yang adalahsebuah set G-sting renang berwarna merah terang dan 1 set lagi baju renang model bikini berwarna putih. “Coba saja dan pilih salah satu dari itu.” Ucap Sabrina sambil membuka mantelnya, memperlihatkan tubuhnya yang terawat, rambut memek yang sudah di cukur seperti saat Mariana pertama kali dan mengambil baju renang one-piece backless berwarna kuning tenang seakan ia ingin semua mata tertuju padanya. Mariana yang melihat tubuh telanjang Sabrina pun ikutan membuka mantelnya, melihat rambut memeknya yang sudah cukup lebat dan hanya bisa menghela napas dan mengambil set G-String berwarna merah karena ia penasaran bagaimana rasanya.


Setelah menunggunkana set G-string berwarna merah tersebut Mariana melihat dirinya di cermin dari bawah hingga atas. “Terlihat seksi kok Mar.” Puji Sabrina menatap tubuh Mariana. “Ia sih, tapi.. “ Mariana melihat di bagian bra yang sangkin kecilnya hanya menutupi bagian putingnya saja, orang-orang dapat melihat dengan jelas toket mulusnya dari sisi kiri dan kanan, di bagian bawah ia melihat celana renang juga hanya menututpi belahan memeknya sehingga rambut memeknya dapat terlihat dengan jelas. “Tidakkan ini terlalu kecil ?” komplin Mariana dengan nada kecil. “Hey.. itu yang di pakai sama anak zaman sekarang, memarekan tubuh seksi mereka yang sudah mereka perjuangan, tidak dengan kau yang tidak bersyukur karena memiliki tubuh bagus dari dulu.” Balas Sabrina yang ikut komplin.


“Kalau begitu coba yang satu lagi.” Ucap Sabrina sambil menunjuk set bikini berwarna putih. “Apa tidak ada yang lain ?” Tanya Mariana sendari melepas G-String merah itu dan mengganti ke bikini yang berwarna putih. “Tak ada, tapi ini ada kardigan kalau kau merasa tidak percaya diri.” Ucap Sabrina melemparkan 2 kardingan panjang berwarna merah dan putih.


Setelah menggunakan bikini putih tersebut Mariana kembali melihat dirinya dari pantulan cermin, walau rambut-rambut memeknya masih bisa kelihatan pada cela-cela bikini tetapi tidaklah separah yang pertama. “Bagus yang tadi Mar.” Ucap Sabrina dengan santainya. “Tak apa, aku pake yang ini saja.” Ucap Mariana sedari mengambil kardigan, menutupi dirinya. Sabrinatersenyum sinis seperti ada sesuatu yang ia rencanakan. “Yuk, kita ke kolam.” Ajak Sabrina menuju pintu keluar kamar.


Di kolam, di karenakan hari jumat siang, entah karena kolam yang besar atau memangtidak ada begitu banyak orang di area kolam, suasana kolam cukup sepi dan tenang, walau begitu tetap saja semua pasang mata pria yang memperhatikan Sabrina dan Mariana yang menuju ke kursi dan meja yang telah di siapkan oleh pihak hotel, tentu mereka hanya berani melihat karena di belakang Sabrina terdapat Bobby dan Rony yang mengintimidasi.


“Kalian berjaga di area cafe.” Ucap Sabrina menunjuk ke area dimana orang-orang memesan makanan dan minuman. “Siap madam.” Ucap tegas dan serentak Bobby dan Rony.


“Mariana yang dulu pasti gak menyanka dirinya mengunakan bikini di kolam.” Ucap Sabrina melihat Mariana, tapi Mariana hanya diam tidak tau harus menjawab apa. “jadiMar mau makan dulu ? atau langsung cebur ? kita harus tanding rencang ulang.” Ucap Sabrina yang dengan percaya diri akan kemampuan renangnya. “Kayaknya aku tidak makan deh, aku takut muntah setelah selesai makan.” Ucap Mariana sambil melepas kardingannya “Gimana kalau kita langsung tanding saja.” Lanjut Mariana sambil lompat-lompat dan melakukan gerakan pemanasan. Semua mata pria di kolam dapat melihat toket Mariana yang naik turun dan rambut-rambut memeknya yang sedikit keluar.“Seperti yang ku harapkan.” Ucap Sabrina sambil berjalan ke ujung kolam.


Kolam di hotel Sabrina berjarak 50M yang sengaja di buat untuk acara lomba renang. “Ini mungkin sedikit berlebihan di bandingkan dengan kolam sekolah dulu dan umur kita.” Ucap Sabrina yang merasa percaya diri dengan kemampuannya. “Kalau aku kalah boleh dong aku menggunakan itu sebagai alasan.” Ucap Mariana sambil ketawa kecil dan mengambil ancang-ancang siap renang di samping Sabrina.


Dari belakang tempat Mariana dan Sabrina menungging terdapat 2 pria dengan kewarganegaraan asing yang sedang melotot melihat belahan memek Mariana dan Sabrina yang terbelah oleh baju renang mereka. “Seperti biasa bolak balik ya.. 1... 2.. 3.. “ Aba-aba dari Sabrina yang menandakan perlombaan di mulai dan Mariana langsung melompat ke air bersamaan dengan Sabrina.


Perlobaan renang itu benar-benar menarik perhatiaan semua orang yang berada di kolam, bukan hanya pria tetapi wanita dan juga pegawai hotel yang saat itu berada di area kolam, semua menantikan siapa di antara Sabrina dan Mariana yang menang. Pertandingan sungguh berlangsung sengit, Mariana yang awalnya memimpin di depan Sabrina tetapi karena napas Mariana yang sudah mulai habis membuat kecepatannya melambat dan akhirnya di menangkan oleh Sabrina. Sentak semua orang memberi tepuk tangan kepada Sabrina, termasuk pegawainya sendiri yang bangga akan kemenangan bos mereka. “Haaa.. haaa.. Selamat Sabrina, aku gak nyangka bisa kalah, kayaknya mulai besok aku harus mengembalikan staminaku kembali.” Ucap Mariana sembari duduk di pinggir kolam. “Tentu saja, berbeda dengan kau, aku masih ada berenang di sini kalau ada waktu.” Ucap Sabrina dengan nada bangga.


Mariana melihat ke bawah, ia baru sadar bikini putih yang ia kenakan menjadi transparan saat kena air. “Hah ? kok begini ?”. Saat Mariana hendak naik untuk mengambil kardigannya untuk menutupi dirinya, Sabrina menahan dengan memegang tangan Mariana. “Sudah tak apa.” Ucap Sabrina tersenyum ke Mariana seakan ia tau kalau ini akan terjadi. “Apa lagi yang hendak di rencanakan Sabrina ?” mikir Mariana. Saat Mariana hendak kembali komplin dengan Sabrina tiba-tiba sebuah tangan memegang bahunya. “Halo, boleh gabung ?” Ucap seorang pria yang ternyata adalah 2 pria kewarganegaraan asing tadi.

Putih tipis sengaja - Copy.jpg

“Halo nama ku Tommy.” Ucap pria kewarganegaraan asing tersebut sambil masuk ke dalam kolam berdiri di depan Mariana, “dan aku Andre.” dan yang satu lagi sambil berdiri di depan Sabrina. “Aku Sabrina, dan ini teman ku Mariana.” Ucap Sabrina juga memperkenalkan diri. Mariana hanya tersernyum karenamerasa risih dengan bikini tembus pandangnya dan ingin segera bangkit karena malu, sedangkan Sabrina asik ngobrol panjang lebar bersama Andre. Tommy lebih memilih pasif dengan pembicaraan dari pada melihat tubuh Mariana, toket yang besar dengan puting yang kelihatan transparan, memek yang montok dengan rambut-rambut yang kelihatan jelas membuat kontolnya berdiri keras. Kaki Mariana secara tidak sengaja bersentuhan dengan kontol Tommy membuatnya kaget “Eeehh..?” tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena mikir ini juga pasti ada campur tangan Sabrina, kalau tidak, tidak mungkin ada orang kewarganegaraan asing yang berani mendekat.


“Mariana, aku sana dulu.” Ucap Sabrina yang langsung menarik Andre ke tempat sepi. “Oke.” Ucap Mariana yang mikir itu adalah kesempatannya untuk pergi juga, tetapi Tommy yang sedari sadar akan keinginan Mariana, langsung memegang paha Mariana. “Jangan pergi dulu, bagaimana kalau kita bermain dulu.” Ucap Tommy yang mulai mengelus-elus paha Mariana. Mariana melihat kiri dan kanan tak ada yang peduli dengan dirinya, hanya ada beberapa pasang mata pria yang melihat ke arahnya. Entah karena klimaks yang tidak ia dapat dari pijit atau Hermanto yang tidak bisa memuaskan dirinya belakagan, membuat tubuhnya mudah terangsang. “Baiklah.” Ucap Mariana yang mukanya mulai merah,


Berlahan Mariana mengesekkan kedua kakinya menjepit kontol Tommy yang berada di dalam air, sedangkan Tommy yang menikmati perlakuan Mariana sambil cerita tentang masa hidup, tetapi Mariana tidak peduli dengan cerita tersebut, Mariana menatap mata Tommy dengan mesum terus mengangkat bikini kirinya, memperlihatkan puting pink kecoklatannya dan menutupnya kembali. Sentak Tommy yang merasa mendapat izin dari Mariana langsung mendekat dan menjilat memek Mariana yang masih di lapisi kain bikininya. “Aaah.. “ Mariana mulai mendesah dengan suara kecil sambil menatap ke langit-langit dan kedua tangannya memegang kepala Tommy. “Ini sangat lezat, baru pertama kali aku menjilat memek wanita di pinggir kolam.” Ucap Tommy yang semakin semangat.


“Tunggu... “ Ucap Mariana mendorong kepala Tommy dan melihat Tommy dengan tatapan genit. “Kita pindah yuk. aku tunggu di kamar mandi.” Ajak Mariana sambil berdiri dan mengambil kardigannya, memek Mariana sudah berdenyut tidak sabar ingin merasakan kontol besar Tommy, Sedangkan Tommy yang masih dalam kolam menunggu karena tidak ingin membuat sekitar curiga. Sambil berjalan ke arah kamar mandi dan mengkedipkan sebelah matanya ke Tommy.


“Mariana.” Suara pria yang tak asing di telinga Mariana, membuat ia kaget. “Hermanto ?” Tanya Mariana yang kaget, ia cuma bisa berharap suaminya tadi tidak melihat apa yang sedang ia lakukan dan semoga kain kardigan dapat menutupi bikini yang ia kenakan. “Kenapa kau sendiri mar ? Sabrina mana ?” Tanya Hermanto sambil melihat sekeliling. “Ah.. tadi dia pergi sebentar, aku ingin ke kamar kecil.” Ucap Mariana yang panik. “Oh.. ya sudah, kenapa muka mu merah ? apa sudah lama kau di sini ?” Tanya Hermanto yang heran. “Ah.. itu yah.. begitulah.. sudah lama aku tidak berenang.. jadi beginilah..” Ucap Mariana berusaha memberi alasan. “Tapi aku bangga kali melihat suksesnya Sabrina sekarang, perusahaan yang besar, mall yang besar, sekarang hotel dia punya. Hebat dia.” Ucap Hermanto membangga-banggakan Sabrina tanpa tau apa yang sudah Sabrina lakukan kepada istrinya.


“Oya, apakau masih ingat dengan senior klub basket ku ? Anton, sini.” Ucap Hermanto memanggil salah satu dari 4 pria di belakangnya. “Senior klub baset ? Anton ? siapa ?” mikir Mariana yang lupa akan siapa orang yang di maksud suaminya itu. “Hay Mar, masih ingat aku ? dulu kita sering berjumpa di pertandingan basket.” Tanya Anton berharap Mariana ingat padanya. “Ah.. yah ingat kok..” Ucap Mariana yang sebenarnya sudah lupa dengan Anton, Mariana dan Anton memang sering ketemu di saat ada pertandingan basket di karenakan Mariana adalah ketua cheerleader kampus dan matanya selalu tertuju pada Hermanto, jadi wajar saja ia tidak begitu ingat dengan Anton. “Sepertinya sudah waktunya, kami naik dulu.” Ucap Hermanto meninggalkan Mariana yang di ikuti 3 orang lainnya yang melihat Mariana sambil berbisik. Mariana bertanya-tanya “Apa mereka sedang membicarkan bikini ku ? atau mereka melihat saat aku sama Tommy tadi ?” Suasana hati Mariana menjadi tak menentu, nafsu yang tadi besar sekarang sudah hilang ketutup dengan rasa takut ketahuan. Mariana melihat ke belakang yang ternyata Tommy sudah hilang entah kemana dan Mariana pun berjalan ke kamar kecil.


Di ruang rapat berukuran 24m khubik, Jam sudah menunjukkan pukul 18:49. “Sepertinya cukup sampai di sini.” Ucap seorang pria yang tampak sebagai pemimpin rapat yang tak lain adalah Hermanto. Hermanto adalah pemimpin cabang perusahaan milik papanya. “Bagaimana kalau kita langsung makan ?” Ucap Hermanto sambil menelphone ke pihak hotel. “Yah.. baiklah.. terima kasih.” Ucap Hermanto dan langsung menutup panggilan. “Katanya makananya segera di antar ke sini.” Ucap Hermanto sambil beres-beres kertas-keras dan laptop yang ada di meja berbentuk persegi panjang 2,5 meter dan lebar 120 cm, sehingga saat makanan datang mereka bisa langsung makan.


*Clack suara pintu terbuka “Papa” Teriak seorang anak sambil berlari memeluk Hermanto. “Sejak kapan kamu datangnya nak ?” Tanay Hermanto mengendong anaknya. “Tadi di antar kak Liandra.” Ucap Aditya. Di belakang Aditya juga masuk Sabrina, Mariana dan ada 4 wanita berpakaian koki membawa makanan. Semua mata pria pada Ruangan tersebut bukan melihat ke arah makanan walau mereka sedang lapar, mereka lebih memilih melihat ke Sabrina yang menggunakan dress model one piece berwarna biru yang hanya sepanjang pantatnya, memperlihatkan belahan dadanya yang montok dan Mariana yang menggunakan kaos turtle neck ketat tipis dan lengan panjang di padu rok maxi Terompet, Walaupun pakaian yang di gunakan Mariana tertutup tetapi tetap tidak bisa menutupi cekakan toketnya dan pantatnya yang montok.


Hermanto sendiri terbengong melihat penampilan dari Sabrina yang sangat sexy, tanpa tau kalau kariwannya yang lain juga menatap istrinya seperti serigala melihat domba segar. “Mari makan.” Ucap Sabrina yang mengambil posisi duduk di sebelah kiri Hermanto dan Mariana di sebelah kanan Hermanto, setelah itu barulah Aditya. “Wah bapak enak sekali ya. duduk di kelilingi wanita-wanita cantik.” Ucap seorang pria yang tampak paling tua di sana. “Oya ini kelankan ini Pak Mulyono, orang kepercayaan papa yang datang untuk membantu aku, yang di sebelahnya Suhardi danKusnadi walaupun muka mereka mirip mereka bukan kembar kok dan yang terakhir Anton, Senior Basket ku, merekalah yang membantu aku selama di sini” Ucap Hermanto memperkenalkan kariwannya. “Aku Mariana, istri Hermanto, dan ini anak kami, Aditya.” Ucap Mariana sambil memperkenalkan Aditya juga.

72 pas masuk.jpg

“Aku Sabrina, sahabat Mariana.” Ucap Sabrina. “Sabrina ? pemilik DelCorsa itu ? Wah.. aku tidak menyangka ternyata orangnya masih muda dan cantik seperti ini.” Ucap Mulyono yang sepertinya mengenal Sabrina. “Terima kasih pujiannya, silakan di nikmati hidangannya.” Ucap Sabrina tersenyum. Suhardi, Kurnadi dan Anton berbisik-bisik sepertinya mereka tidak tau tentang perjalan hidup Sabrina. “Sabrina apa kau ingat dengan Anton ? dia ada di tim basket yang sama dengan aku saat kau menjadi cheerleader dulu.” Tanya Hermanto. “Ah yah ingat kok, yang paling sering goda wanitakan ?” Ucap Sabrina sambil ketawa kecil. Wajar saja Sabrina ingat dengan Anton, salah satu dari banyaknya pria yang menyatakan cintanya pada Mariana tetapi di tolak dan semenjak cintanya di tolak Anton melampiaskan dengan menggoda banyak wanita. “Ehehe.. tetapi sekarang aku sudah berubah kok.” Ucap Anton yang matanya menatap ke belahan toket Sabrina, di sisi lain Mariana hanya diam tanpa banyak bicara, yang ternyata tanpa di ketahui oleh seisi ruangan, Sabrina menaruk dildo berukuran telur kecil di belahan memek Mariana, sehingga Mariana berusaha untuk fokus menahan rangsangan dildo tersebut.


Acara makanapun di isi dengan canda tawasa semua orang kecuali Aditya yang tidak mengerti apa maksud dari pembicaraan mereka. “Halo, bawakan semua whiskey dan jus jeruk yang tadi ku siapkan.” Ucap Sabrina ke pelayan hotel melalui telphone gemgam ruangan. “Berhubung besok sabru dan minggu kalian libur, bagaimana kalau kita sedikit minum-minum.” Ucap Sabrina sambil kembali duduk di kursinya. “Saya mewakili anak-anak ini berterima kasih untuk jamuannya." UcapMulyono yang sepertinya sangat hormat kepada Sabrina walaupun Mulyono lebih tua. “Tak apa, aku juga sudah lama tidak minum-minum dengan teman ku.” Ucap Sabrina sambil menatap Hermanto penuh arti.


*Tok Tok.. “Ia masuk” Ucap Sabrina. “Permisi madam ini semua minumannya.” Ucap seorang wanita dengan troli penuh minuman. “Sudah tinggalkan saja di sana.” Perintah Sabrina ke wanita tersebut. “kalau begitu aku permisi.” Ucap wanita tersebut memberi hormat dan meninggalkan ruangan. “Baiklah karena hari ini adalah hari bagus mari kita mulai dari THE BALVENIE 50.” Ucap Sabrina membuka botol whiskey tersebut, menuangnkannya ke 2 sebuah gelas dan memberikannya kepada Hermanto. “Untuk merayakan pertemuan kita setelah sekian lama.” Ucap Sabrina mengadu gelas yang ia pegang dan yang di pegang Hermanto hingga menimbulkan bunyi *Tinggg dan mereka meneguk minuman itu bersama.


“Aaaahh... sungguh minuman berkualitas.” Ucap Hermanto yang sepertinya mukanya mulai memerah. Sabrina hanya bisa tersenyum senang melihat pria yang dulu ia cintai selama puluhan tahun bahagia setelah minum minuman yang ia tuangkan, di sisi lain yang lainnya tidak mau ketinggalan moment, Sabrina mempersilakan mereka untuk mengambil whiskey apapun yang ingin mereka minum, dan Mariana mengambil jus jeruk untuk Aditya.


“Wah.. enak sekali bapak, sudah punya istri yang cantik, di saat minum pun di tuangkan sama wanita lain yang cantik juga.” Ucap Anton yang sepertinya whiskey mulai memambil akal sehatnya. “Oya ? kalau begitu, Mariana, kenapa tidak kau membantu menuangkan minuman untuk pria-pria ini ?” Ucap Sabrina sambil tersenyum melotot ke Mariana. “tidak mungkin, mana mungkin Mariana mau melakukan hal seperti itu.” Pikir Hermanto sambil melihat Mariana. “Tentu.” Ucap Mariana sambil berdiri. “Eh ?” Kaget Hermanto yang tak menyangka Mariana mau melakukannya, “Apa karena pengaruh dari Sabrina ?” Pikir Hermanto sambil melihat Mariana melangkah menuju troli minuman, mengambil botol bertulisan Crown Royal dan berjalan menuju Mulyono. “Mari.” Ucap Mariana sambil membuka botol dan menungkannya ke gelas yang di pegang Mulyono. Setiap gerakan yang di lakukan kaki Mariana membuat dildo yang berada di selangkangannya mengesek memeknya dan semakin membuatnya bergairah.


“Kau juga.” Ucap Sabrina kembali menuangkan Whiskey ke Hermanto. Sambil minum mata Hermanto mulai sulit untuk lepas dari belahan toket Sabrina yang montok. Mariana yang melihat Hermantoyang melihat toket Sabrina membuat hatinya panas akan cemburu, tetapi ia juga tidak bisa melarang Hermanto karena pria mana yang tidak tergiur melihat toket montok di depannya ? maka dari itu Mariana memanfaatkan moment tersebut, berjalan di tengah antara Suhardi dan Kusnadi, menuangkan minum sambil menempelkan toketnya ke pundak mereka. “Eh ?” Ucap Suhardi dan Kusnadi serentak, saling melihat seperti memberi kode “Apa kau juga merasakan apa yang ku rasakan ? apakah Mariana memberi kita kode kalau ia pengen di nakalin ?”


“Mari minum.” Ucap Mariana sambil tersenyum ke Suhardi dan Kusnadi. “Ah.. ia.. ia..” Ucap Suhardi dan Kusnadi kikuk, mereka ingin meraba pantat Mariana tetapi niat itu mereka kurungkan karena takut ketahuan dengan suaminya yang tak lain juga bos mereka juga. Kini Mariana berada di samping kiri Anton. “Gelasnya ?” Ucap Mariana menunggu Anton mengangkat gelasnya, tetapi tangan Anton bukan mengambil gelas tetapi ia malah meraba pantat Mariana, seketia mata Mariana melotot karena kaget. Anton telah memperhitungkan jika dari arah dia duduk dan jika ia meraba pantat Mariana dengan tangan kirinya tak akan kelihatan dari Hermanto. “Tak apa aku tak kuat minum, tapi boleh kau berdiri di sini lebih lama ?” Ucap Anton ketawa cengegesan melihat Mariana. Mariana hanya merespon mengelengkan kepalanya dan berjalna ke arah troli minuman.


“Adit sayang, minummu sudah kosongkan ? mama ambilkan lagi ya.” Ucap Mariana sambil melihat Sabrina yang memberi kode anggukkan kecil. Ternyata sebelum masuk ke ruang rapat tersebut Mariana sudah menerima sebuah obat tidur dari Sabrina, karena ia sudah bisa menebak apa yang akan di rencanakan oleh Sabrina dan Mariana lebih memilih anaknya tidur dari pada harus melihat dirinya telanjang dan di ngentot oleh kariwan papanya.


Di waktu yang bersamaan Sabrina juga menaruk obat tidur di minuman Hermanto. “Hoaaamm.. mama bosan, ngantuk.” Regek Aditya yang langsung ketiduran. “Ia.. kayaknya malam ini sampai di sini sa....” *Brukkk seketika Hermanto ketiduran di atas meja sama seperti Aditya.


“Eh ? pak ? bangun pak. Jangan tidur di sini, gak ada yang angkat loh.” Mulyono bangkit dari kursinya berusaha membangunkan Hermanto sambil sedikit bercanda. “Sudah, biarkan saja.” Ucap Sabrina sambil berdiri mengetok pintu. *Tok tok Tok.. Mulyono, Suhardi, Kusnadi dan Anton merasa binggung kenapa Sabrina menyuruh Mulyono membiarkan Hermanto ketiduran di atas meja dan mengetok pintu. *Ckelk suara pintu tebuka. “Permisi madam.” tampak 2 pria masuk sambil membawa perlengkapan kamera dan memasangnya di berbagai sudut. “EH ? ada apa ini ? “ Ucap Mulyono yang mulai was-was, tentu bukan hanya Mulyono Suhardi, Kusnadi dan Anton juga merasakan hal yang sama. Sabrina tidak menjawab pertanyaan mereka dan hanya tersenyum melihat tingkat 4 pria tersebut. Setelah memasang kamera ke dua pria yang tak lain adalah Bobby dan Rony, langsung berdiri tegak di belakang Sabrina.


Tanpa di perintah Mariana langsung mengerti apa yang di inginkan Sabrina, Mariana naik ke atas meja dengan masih menggunakan sepatu hak tingginya dan menari sambil melepas bajunya berlahan. ke empat pria yang awalnya was-was kini telah pelongok kaget, ternyata di balik baju Mariana sedari tadi terdapat baju lingerie berwarna hitam yang sangat seksi di tambah dengan dildo di belahan memeknya. Seketika 4 pria tersebut mengerti apa yang di maksud Sabrina.


[YouMi尤蜜荟] 2023.01.20 VOL.0894 Carol周妍希 - Photo Model 0002 - Copy.jpg

Walau di sebelahnya anak dan suaminya sedang tidur, tetapi Mariana menari seperti tidak ada beban, memperlihatkan rambut ketiak dan memeknya yang lebat, serta sesekali mengedipkan matanya, menggoda 4 pria yang benggong melihat dirinya. “Aku tak pernah menyangka istri pak Hermanto akan melakukan hal seperti ini, Apa yang harus ku katakan kepada pak Kaharudin tentang menantunya seperti lonte ini ?” Ucap Mulyono tertunduk, tetapi ia tak bisa menutupi kontolnya yang sudah sangat keras di balik celananya. “Ah.. pak aku sudah tidak tahan.” Ucap Suhardi yang langsung menarik tangan Mariana. “Aku juga.” Ucap Kusnadi ikut membantu membaringkan Mariana di atas meja dan menjilat puting Mariana. “Aaahh.. pelan-pelan, waktu masih panjang, Pak Mulyono, Tak apa biar soal ini menjadi rahasia di antara kita saja.” Ucap Mariana sambil mengedipkan sebelah matanya.


“Aku.. Aku.. tidak peduli lagi.” Ucap Mulyono membuka kemejanya dan celana panjangnya, menyisahkan celana dalamnya sambil menuju ke selangkagan Mariana dan mengambil dildo tersebut. *Srrupp.. Sruupp “Manis.. Manis sekali.” Ucap Mulyono menjilat dildo tersebut dengan lahap dan membuangnya. “Kalau jus memekmu saja semanis itu, bagimana memeknya mu sendiri.” Ucap Mulyono yang langsung menjilat memek Mariana. “Aaah.. Pak.. terus... Aaahh.. lebih cepat..” Ucap Mariana merasakan sangat bergairah membayagin tubuhnya sepertidaging segar di kelilingi Harimau.


Anton yang tak mau kalah langsung ikut membuka kemeja dan celana panjangnya. “Kau tau dulu, aku pernah suka sama kamu.” Ucap Anton yang langsung mencium bibir Mariana dan mengobrak-abrik mulut Mariana. “Hah ?” Serentak Mulyono, Suhardi, dan Kusnadi kaget mendengar pengakuan Anton. Sabrina hanya tersenyum sambil menyilangkan kakinya karena ia mengetahui tentang informasi tersebut. “Apa ? Apa salahnya ? semua pria di kampus menyukai Mariana saat itu.” Ucap Anton melepas ciumannya dan menarik Mariana turun dari atas meja.


“Sujut.” Ucap Anton memposisikan Mariana duduk di lantai, dan ia pun membuka celana dalamnya, di ikuti ke tiga pria lainnya. Kini Mariana terduduk di lantai sambil di todongkan 4 kontol yang ukurannya bervariasi, Mulyono walau sudah tua tetapi punya kontol 18 cm paling besar di antara yang lain hanya 16,8 cm. Anton dan yang lainnya menghantap kontol mereka ke wajah Mariana. Aroma kontol yang khas bisa tercium melalui hidung ke paru-paru Mariana dan jantung Mariana berdetak lebih kencang karena aroma tersebut.


Tangan Kiri Mariana mulai meraba memeknya sendiri, tangan kanannya memegang kontol Suhardi. dan lidahnya menjilat kontol Anton dan Mulyono bersamaan. “Aaaah.. tangannya lembut sekali, berbeda dengan tanganku setiap malam.” Ucap Suhardi memejamkan matanya merasakan kontolnya di elus sama tangan Mariana. “Oi.. oi.. lihat lah muka mu sekarang, bertapa cabulnya, apakah kau sangat terangsang dengan kontol kami sampai menggosok memek mu sendiri tapi mengabaikan kontol teman ku ini ?” Ucap Anton memandang rendah Mariana. “Kalau begitu bagaimana kalau bapak yang membantu mu Mariana, jadi kau bisa fokus ke Kusnadi” Ucap Mulyono menggunakan kakinya mengosok-gosok memek Mariana. “Aku setuju, biar adil.” Anton juga mulai ikut menggunakan jari jempol kakinya menggosok klitoris Mariana.


“Aaaahh.. Mmmhh... Terus..” Srrruuppplll Mariana sangat menikmati momen permainan kaki Mulyono dan Anton sambil memasukkan kontol mereka ke mulutnya bergantian. “Anton bagaimana rasanya melihat wanita yang dulu kau cintai ini, sekarang bersujud menghisap kontol kita ?” Ucap Kusnadi sambil ketawa cengegesan. hehehehhee.. “Pasti membuatnya sangat kesallah.” Ucap Suhardi memanas-manasin hati Anton sambil ikut ketawa cengegesan. Mariana mendengar perkataan tersebut tidak membuatnya marah, malah semakin semangat menghisap kontol ke empat pria tersebut.


“Berisik.” Ucap Anton sambil melihat wajah Mariana. Dalam hati kecil Anton masih ada sedikit memedam rasa kepada Mariana, di tambah salah satu impian Anton dimana Mariana bersujud menghisap kontolnya akhirnya terwujud. “Dari pagi itu bagaimana kalau kita sama-sama lumurin wajahnya.” Ucap Anton memberi ide kepada teman-temannya.


“Ide bagus.” Ucap Suhardi, sedangkan Mulyono dan Kusnadi hanya mengangguk tanda mereka juga setuju. Mereka pun sama-sama memegang kontol mereka dan mengocoknya di depan Mariana. Mariana yang mengerti maksud mereka, dapat melihat 4 kotol yang siap menembakkan cairan hangatnya langsung ke mukanya, malah membuatnya semakin bernafsu, sambil melihat ke 4 kontol tersebut, Mariana membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya siap menerima sprema mereka.


"Ugghh.. terima ini." Ucap Anton yang langsung menembakkan spermanya ke muka Mariana, di ikutin Mulyono, Suhardi dan Kusnadi yang merasa bangga. "Kenapa kalian para pria suka sekali menembakkan sprema kalian ke muka aku ?" Komplin Mariana sambil membersihkan dan menghisap sisa sperma di ke 4 kontol di depannya. "Karena itu membuat kau menjadi pelacur sepenuhnya, jadi bagaimana rasa sprema kami ?" Tanya Anton yang merasa puas melihat sisa spremanya di muka Mariana. "Nggh.. rasanya pahit
kalian semua perokok dan peminum jelas rasa sperma kalian pahit
dan lengket di tenggorokan ku." Jawab Mariana sambil menjulurkan lidahnya tanda sperma masih berasa di tenggorokannya.


"Berisik ! pelacur seperti kau itu pantas di perlakukan seperti itu !" Bentak Pak Mulyono sambil menarik tangan kanan Mariana dan memposisikannya terlentang di atas meja. "Masukin.. haa.. Masukin Kontolmu.. Aaah... Buruan.. Acak-acak Memek ku.. Haa.." Mata Mariana menggoda Mulyono sambil membuka pahanya lebar dan menggunakan jari tangan kananya membuka memeknya. "Dasar pelacur." Senyum Mulyono langsung menghentakkan kontolnya yang masih keras ke memek Mariana dengan sekali sentakkan. "Aaggghhh.. Aaaaahhhh aku keluarrrrr.." Mariana mencapai klimaksnya.


"Dasar pelacur gampangan." Ucap Mulyono yang kesal memeras kedua toket Mariana karena rasa setia dia pada bos besarnya tercoret oleh perlakukan menantunya. "Aaahh.. hhaa.." Bukannya merasa malu atau menyesal, Mariana menatap mata Mulyono dengan genit menggoda. "Uggh.. benar-benar ini satu pelacur." Ucap Mulyono semakin memeras kedua toket Mariana dan menghentakkan kontolnya dengan cepat ke memek Mariana. "Ahhh... Aaahhh.. ya.. terus... haaa.. terus pak.. haaa.." Desahan Mariana mengisi ruangan, Anton, Suhardi dan Kusnadi duduk tersenyum sambil mengumpulkan tenaga menunggu giliran mereka.


Bobby dan Rony hanya bisa mengeras urat leher mereka menahan nafsu yang sudah di puncak dan kontol yang sudah seperti ingin meledak, tetapi tidak dengan kakinya mereka yang tak berani melangkah. "Aaahh... terus pak.. sodok memek Mariana lebih kuat pak.. Aaahhh haa.. peras toket ku lebih kuat.. haaa.." Mariana tak henti-hentinya menggoda Mulyono. "Ugghh.. Dasar pelacur. aku sudah mau keluar." Mulyono mulai mempercepat gerakan kontolnya. "Di dalam pak.. Keluar in di dalam Mariana.. aaahhh.. haa.. Ngentot Mariana terus pak... ahaa.. Mariana juga mau keluar.." Desahan Mariana membuat Mulyono tak dapat menahannya lagi. "Kalau begitu mari kita sama-sama.. UGGhh.." Mulyono dan Mariana sama-sama mencapai klimaks mereka. Crottt.. Crottt.. Mulyono tak langsung mencabut kontolnya, ia membenamkan hingga kontolnya mengecil. "Dasar pelacur hamillah anak ku." Ucap Mulyono mencabut kontolnya.


Yang mereka tak tau, Mariana masih rutin mengonsumsi obat anti hamil yang di berikan Sabrina. "Sekarang giliran aku." Ucap Anton naik ke atas meja, menarik tangan Mariana dan memposisikannya nungging di depan Hermanto. "Hermanto ku akui kau lebih ganteng dari pada aku." Ucap Anton yang langsung menyentakkan kontolnya ke lubang memek Mariana. "Aaaahh.." Mariana dapat merasakan kontol Anton dengan mudahnya masuk ke memeknya karena sperma Mulyono sebelumnya dan di tambah kontol Anton tidaklah sebesar milik Mulyono. "Tapi liatlah sekarang istrimu menerima kontolku ini." Ucap Anton mulai menyentakkan kontolnya. "Aaaah.. mmmhh.." Mariana menahan desahan karena takut Hermanto terbangun mendengar desahannya. "Ayo... ayok keluarkan desahan mu itu." Tangan Anton menjambak rambut Mariana, sehingga Mariana kita bertatapan langsung dengan wajah suaminya yang tertidur.


"Apa saja yang sudah kau terima dari Hermanto ini ? begini ? beginikah ? hah ? " *Plok.. Plok.. suara Anton menyentakakn kontolnya sedalam mungkin ke memek Mariana. "Aaaahhh.. haa.. Aaagghhhh.." Desahan Mariana mulai tak tertahankan. "Mana yang lebih hebat ? kontol ku atau milik suami mu ini ?" Tanya Anton dengan nada bangganya, tetapi Mariana tak peduli hanya terus mendesah sambil menikmati setiap sodokan Anton. "JAWAB !" *Plak Anton menampar pantat Mariana karena kesal. "Mana yang lebih hebat ?" Tanya Anton lagi. "Milik mu.. aaaahh.. Milik Anton lebih nikmat.. aaaahhh.." Ucap Mariana sedikit teriak yang mulai tak takut suaminya bangun. "Bagus.." Ucap Anton yang tanpa sadar menumpahkan spermanya langsung.. *Crrottt.. crottt "Uggh.. nikmat sekali memekmu." Anton langsung melepas kontolnya sehingga sebagian spermannya mengenai pantat Mariana.


"Sudah ? Cepat kali pak Anton ? si cewek saja belum keluar itu." Ucap Suhardi memanasi Anton. "Berisik, kalian nikmati saja nih pelacur." Muka Anton sedikit memerah karena malu dan turun dari atas meja meninggalkan Mariana yang masih posisi nungging. Lelehan sperma Anton mengalir keluar dari memek Mariana.


Suhardi melihat Kusnadi dan mengganguk kepalanya sepertinya memberi kode kepada Kusnadi. Seperti mengerti maksud dari Suhardi, Kusnadi pun tersenyum dan menaikkan alisnya seperti setuju dengan rencana yang di tawarkan Suhardi. Mereka pun berjalan mendekati Mariana dan menariknya turun dari atas meja.


Kini Mariana berdiri di himpir oleh Suhardi yang berada di depan Mariana dan Kusnadi di belakang Mariana. “Hmmm.. Wangi sekali ketiaknya.” Ucap Kusnadi mengangkat tangan Mariana dan menghirup aroma yang bercampuran keringat di ketiak Mariana. “Eh masa ? “ Tanya Suhardi yang ikut mengangakat tangan Mariana dan menghirup aroma ketiak Mariana. “hmmm. ya benar.. harum sekali, sudah cantik, montok, ketiaknya wangi, sempurna sekali nih pelacur.” Ucap Suhardi yang semangat sambil menjilat ketiak Mariana. Mariana yang merasa tanggung karena Anton tak bisa membuatnya klimaks, kedua tangannya membelai kontol Kusnadi dan Suhardi. “Aaaahh... geli.. berikan aku kontol kalian.” Mariana merasa tubuhnya tak sabar ingin segera merasakan kontol kembali.


*Srruupplll srruulllppp...“Puaahh... jangan terburu-buru.” Ucap Kusnadi melepas dasi kantoran dan menutup mata Mariana dengan dasinya. “Kurang gelap kayaknya, Suhardi berikan dasi mu juga.” mina Kusnadi. “Hehehehee.. Ini.. “Ucap Suhardi menyerahkan dasi miliknya sambil ketawa cengegesan. “Nah, sepertinya sudah siap.” Ucap Kusnadi yang mulai meraba seluruh tubuh Mariana di ikutin Suhardi. Pandangan gelap Mariana dan detak jantung yang kuat membuat tubuhnya menjadi lebih sensitive dari sentuhan tangan Kusnadi dan Suhardi. Mulai dari tangan yang di raba, perut, paha, toket dan puting yang di putar-putar. “Aaaahh.. haa... aaaahh.. ahahhh.. “ Desahan Mariana tak henti-hentinya merasakan sensasi tersebut untuk pertama kalinya.


Kusnadi berjalan ke tasnya mengambil sebuat botol dan kembali lagi ke belakang Mariana. “Muaaccchh.. malam ini akan ku puasin kau.” Ucap Kusnadi mencium leher belakang Mariana. Suhardi yang melihat Kusnadi yang sepertinya sudah siap langsung mengangkat kaki kiri Mariana. *Crottt Crottt suara cairan yang keluar dari botol pelumas ke lubang pantat Mariana. Cairan pelumas yang dingin menyetuh pantat Mariana membuatnya tersentak kaget dan Mariana merasakan jari Kusnadi menerobos ke lubang pantatnya. “AAAahh.. haa.. aaahh..aaahhh... “ Mata Mariana yang tertutup membuatnya lebih bisa merasakan sensasi nikmat jari Kusnasi di lubang pantatnya. “Malam ini akan ku ambil perawan lubang pantatmu.” Ucap Kusnadi yang merasa pantat Mariana sudah cukup basah dan mengarahkan kontolnya ke lubang pantatnya.


“PUhaahahahhahahaa..” Ketawa Sabrina yang tiba-tiba membuat semua mata tertuju padanya. “Perawan ? Hahahhaa maaf saja, Perawannya telah ku ambil duluan.” Ucap Sabrina melihat Kusnadi yang tidak patah semangat, malah lebih biasa-biasa saja mendengar fakta tersebut. Kusnadi kembali menganggukan kepalanya ke Suhardi dan mereka bersama-sama dengan satu sentakkan memasukkan kontolnya ke dalam tubuh Mariana. Suhardi di bagian memek dan Kusnadi di lubang pantat Mariana. “AAAAAAAAHHHHHHH... “ Pantat Mariana bergetar merasakan klimaks yang ia rasakan. “Pak Anton liat ini baru di tusuk sudah bisa memuaskan si wanita. ternyata lubang pantatnya titik sensitivenya.” Suhardi melihat ke arah Anton yang sedang duduk memulihkan tenaganya dan mengejeknya. Anton yang mendengar ledekan Suhardi hanya menatap Mariana dengan kesal. “Aaah.. jangan di gerakin dulu. aku masih ingin menikmati kontol kalian.” Ucap Mariana mohon.


“Dasar pelacur ! terserah kami !” Ucap Suhardi mengangkat sebelah kanan kaki Mariana, di bantu Kusnadi dan memompa memek Mariana. “Aaaaaahh... haaaa.. aaaaahhhh...” Desahan Mariana semakin besar dengan mata di tutup, kaki yang sudah tak menyentuh tanah, dan merasakan 2 lubangnya di sodok dengan cepat. “Bukan kau yang memerintah.” Ucap Suhardi dengan nada marah. “Aaaahh.. ampun.. aahh.. maafkan aku.. Aahhhh..” Mariana yang merasakan titik sensitive di tubuhnya semakin di serang hingga membuat otaknya kesemutan.


Tak membutuhkan waktu lama hingga Mariana mulai menikmati permainan Suhardi dan Kusnadi. Mariana menaruk kedua tanganya di belakang kepala, memperlihatkan toketnya yang indah di depan Suhardi agar menengakan amarahnya. “Ini lonte benar-benar tau cara memuaskan pria.” Ucap Suhardi mengigit puting Mariana dan menariknya, sedangkan Kusnadi fokus pada ketiak Mariana yang berbulu tersebut. *Srrruupppllll srrruuppllll “Aaaaahh... Aaaahh.. teruss.. Aaah.. nikmat.. Aaaaahhh.. sesak... 2 kontol di dalam tubuh ku.. Aaaaahhh.. Sesak..” Sangkin nikmatnya Mariana tidak dapat mengontrol ekpresi wajahnya, menikmati kedua kontol sambil melihat ke atas hingga bola matanya mampir putih seutuhnya, dan lidahnya menjulur keluar. Seisi ruangan sesaat hanya terdengar desahan Mariana dan suara mulut Kusnadi dan Suhardi pada tubuh Mariana.


“Kau punya anak, tidakkah kau membayangi bagaimana hancurnya persaan anakmu saat melihat mamanya sekarang membuat ekpresi seperti lonte haus kontol di samping dirinya sedang tertidur ? Hahahhahaa..” Ucap Kusnadi memanas-manasin Mariana. “Uggghhh.. Memeknya mulai menjepit Kontol ku. Sepertinya ini lonte lebih bersemangat kalau kita ngomongin anaknya.” Ucap Suhardi yang semakin bersemangat memompa kontolnya ke memek Mariana. “Nak, liat lah mamamu yang cantik inisudah menjadi lonte yang suka di ngentot rame-rame." Kini Suhardi pun ikut memanas-manasin Mariana.


“Ahh.. kontol kalian sangat hebat Aaaaahhhhh pikiran ku kosong. Aku sudah tidak peduli lagi.. Aaaahhh.. Kontol.. Kontol.. terusss... lebih cepat." Mariana yang tenggelam pada lautan nafsu sudah tidak peduli akan sekitar, yang ia cari hanya kenikmatan. “Suhardi, kalau kau punya mama yang kelakuannya seperti lonte ini, apa yang kau lakukan ? ikut ngentot ? hahahahaha” Tanya Kusnadi. “Pertanyaan bodoh, Uggghhh..” Jawab Suhardi menyantak tubuh Mariana ke kontolnya dengan kuat. “Aaaaahh.. teruss.. lebih kuatt pak... aaaahhh” Desahan Mariana membuah Suhardi semakin bersemangat. “Tentu saja, aku pukul tuh lelakinya.” Sambung Suhardi menjawab candaan Kusnadi. “Tapi lonte satu ini malah semakin bersemagat, HAHAHAHHAA.” Ucap Kusnadi yang langsung ikut mempercepat gerakannya menyodok kontolnya ke lubang pantat Mariana mengikuti Suhardi. “Ugggghhh.. Aku sudah mau keluar ini.” Suhardi yang sepertinya sudah tidak tahan. “Aku juga.” Kusnadi juga tidak bisa menahan ledakan kontolnya lagi. “Keluarkan Aaahh.. keluarkan di dalam Mariana pak. AAAAAAAHHHHHHH..” MInta Mariana yang langsung Suhardi dan Kusnadi bersama-sama menembak spermanya ke dalam tubuh Mariana.


“Ah.. gila ini lonte. nikmat banget.” Ucap Kusnadi berlahan menurunkan tubuh Mariana ke lantai dengan lembut, membuka penutup mata Mariana, berbeda dengan Kusnadi yang langsung melepas kontolnya dan pergi meninggalkan Mariana. “Kalian sudah selesaikan ? Sekarang gilirang aku.” Ucap Anton menghampiri Mariana. “Bukannya harusnya pak Mulyono lagi ?” Tanya Kusnadi. “Berisik !” Bentak Anton menarik Mariana kembali ke atas meja dan membaringkannya. Kusnadi melihat ke arah Mulyono yang mengelengkan kepalanya. “Tak apa, biarkan anak muda itu yang duluan.” Ucap Mulyono mengalah.


“Huh.” Anton membalikkan pandangannya ke arah memek Mariana. “kali ini akan ku puaskan kau.” Ucap Anton sambil memasukkan kontolnya ke memek Mariana dengan sekali sentak. “Aaaaahhh.. memek ku masih sangat sensitive, pelan-pelan.” Minta Mariana. “Pfftttt.” Suhardi dan Kusnadi ketawa kecil melihat Anton bertingkah bodoh karena amarahnya sendiri. “Berisik.. Haaaaaa Haaa..” Anton terus menerus menghantap kontolnya ke memek Mariana dengan sangat kuat. “Aahhhh.. Tunggu aaaahhh.. pelan haaa... ”


Sabrina yang sedari tadi hanya duduk melihat Mariana di kerjain, tanpa sadar celana dalamnya basah karena cairnya sendiri. “Sepertinya aku akan ikut bermain.” Ucap Sabrina bangkit dari kursinya, melepas celana dalamnya dan melemparnya ke Mulyono. "Eh ?" Mulyono kaget dan melihat ke arah celana dalam itu datang. Dengan senyum sinisnya Sabrina menggunakan jari telunjuknya memberi perintah Mulyono untuk mendekatinya, sadar akan perintah itu pun langsung berjalan mendekati Sabrina.


"Sungguh bijaknya, mengalah untuk yang marah tolol." Ucap Sabrina sambil senyum. "Sebagi gantinya aku akan memberi hadiah special." Lanjut Sabrina sambil mendorong dada hingga Mulyono terduduk di kursinya. "Santai saja." Bisik Sabrina ke telinga Mulyono sambil mengemgam kontol Mulyono dan mengarahnya ke memeknsaya yang sudah basah. "Aaaahhhhh.." Desahan Sabrina mulai terdengar saat kontol Mulyono masuk berlahan hingga habis terlahap memek Sabrina. Suhardi dan Kusnadi yang sedari tadi melihat Mariana di ngentot Anton teralihkan oleh suara asing, melihat ke Sabrina yang sedang mengoyang pantatnya naik turun, menikmati kontol Mulyono. "Woow.. yang di sana juga sedang berpesta diam-diam ternyata." Ucap Kusnadi sambil berdiri di ikuti Suhardi berjalan mendekati Sabrina. "Berhenti." Perintah Bobby sambil mengulurkan tangannya. "Apa kau pikir kalian aku ini pelacur yang bisa di nikmati oleh semua orang ? Sadari posisi kalian." Ucap Sabrina sambil melotot ke arah Kusnadi dan Suhardi.


"Ck.." hanya umpatan kecil yang keluar dari mulut Kusnadi dan Suhardi sambil berjalan kembali duduk di tempat mereka dengan wajah cemberut. "Aaaahh.. aaahh... haaa.. Aahhh.." Seisi ruangan di isi dengan desahan Sabrina dan Mariana seperti nyaut-nyautan. "Tunggu sebentar." Perintah Sabrina berdiri melepas kontol Mulyono dari memeknya. "Mari ku tunjukkan sesuatu yang lebih menarik." Ucap Sabrina menarik tangan Mulyono menuju atas meja, mendekati Mariana dan Anton. Sambil merangkak Sabrina memposisikan dirinya di atas Mariana yang sedang terlentang dan menggunakan tangan kirinya membuka memeknya. "Nah, sekarang masukin ke sini." Perintah Sabrina ke Mulyono.


Merasa tak ingin kehilangan kesempatan yang di berikan, Mulyono pun langsung mengarahkan kontolnya dalam memek Sabrina. “Aaaahh yah.. seperti itu, Mariana jilat memekku.” Perintah Sabrina, Sentak membuat Kusnadi, Suhardi, Anton dan Mulyono. Berlahan Mariana menjulurkan lidahnya menjilat memek Mariana hingga sesekali mengenai kontol Mulyono. “Ugghhh.. aku bisa merasakan lidah Mariana mengenai kontol ku, Nikmat sekali.” Ucap Mulyono sambil terus mengerakan kontolnya. “Wah.. pak Mulyono enak sekali. aku juga pengen.” Ucap Suhardi sambil pura-pura memasang ekpresi sedih seperti anak kecil. “Hehe.. berbuat baiklah, maka hal baik juga akan datang ke kalian dengan sendirinya.” Ucap Mulyono sok bijak menceramahi bawahannya. “Yah.. keluar lagi kalimat bijak Mulyono nih.” Ucap Kusnadi yang sepertinya sudah sering mendengar kata-kata bijak dari Mulyono.

gifcandy-creampie-96.gif

Anton yang juga merasa bernafsu melihat Mariana menjilat memek Sabrina, hingga membuat wajah Sabrina kenikmatan seperti itu, semakin semangat memaju mundurkan kontolnya ke memek Mariana. “Aaaahh.. Srrurupppllll srurup.. aaahhh..” pikiran Mariana sudah sepenuhnya kosong, ia hanya bisa mengikuti alur, menjilat memek Sabrina sambil menikmati sodokan kontol Anton pada memeknya.


“Aaaahh.. yah.. teruss.. aaahhh..” Tanpa sadar Sabrina sekarang melihat wajah Anton yang berada tepat di depannya dan mencium bibirnya. Sentak Anton kaget hingga matanya melotot, ia tak menyangka Sabrina mau berciuman dengannya dan ia pun mencoba memegang kepala Sabrina, membalas ciumannya. “Harusnya kita yagn di sana.” Ucap Kusnadi tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya karena melihat ke empat manusia di tas meja bercinta dengan sangat serasih seperti yin dan yang. “Aaaahhh.. aku sudah mau keluar Aaahhh.. lebih cepat..” Perintah Sabrina ke Mulyono. “Uggghhh aku juga.. “ Ucap Mulyono mempercepat gerakan kontolnya. Anton yang melihat Mulyono dan Sabrina yang sudah mau mencapai klimaksnya, tersenyum dan juga ikut mempercepat kontolnya juga.


“AAAHHHHHH AKu keluaarrr..” Sabrina keluarr di ikutin Mulyono dan Mariana juga mencapat klimaksnya, Kecuali Anton dengan senyum sombongnya melihat ke Sabrina dan Mariana bergetar saat klimaks. Mulyono pun langsung melepas kontolnya, sehingga sebagian spermanya mengenai Mariana yang posisinya tepat berada di bawah memek Sabrina. “Jilat kasih bersih.” Perintah Mulyono ke Mariana, yang langsung di laksanakan oleh Mariana. *Srrruupplll Srruupplll “Bersihkan memekku.” Perintah Sabrina ke Mariana. Mendengar perintah tersebut Mariana melepas kontol Mulyono dan menjilat memek Sabrina bersertah lelehan sprema Mulyono dan Sabrina. *Srrruuupppllll Srrruuppplll “Tempat pembuangan sprema ku yang sempurna hahahahahhaa.” Ucap Sabrina bangkit, turun dari meja dan duduk kembali di kursinya seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya, begitu juga dengan Mulyono.


“Sini kau ! “Bentak Anton menarik Mariana turun dari atas meja. *Buk terdengar suara keras saat tubuh Mariana di lembar ke jendela. “Sekali lagi kau lakukan itu. Ku patahkan tangan mu itu.” Mata melotot Sabrina mengarah tepat ke Anton. “Ck.. hanya karena pelacur saja.” Ucap Anton mengesekkan kontolnya ke belahan memek Mariana yang masih sensitive. Kaca jendela yang dingin di tempelin ke toket Mariana, membuatnya sedikit bergairan hingga putingnya mengeras. “Aaaahhh tunggu... aaahhh.. tunggu sebenar.. aaahh..” Mariana memohon kepada Anton, tetapi Anton malah membuat Anton semakin semangat. “Berisik, Dasar pelacur murahan.” Bentak Anton yang langsung memasukkan semua kontolnya ke memek Mariana. “AAGGGGGHHHHH” desahan Mariana terdengar cukup keras, ia bahkan tidak membayangkan desahannya bisa membangunkan suami atau anaknya.


Mariana hanya bisa mendesah hingga kaca jendela berasa berempun karena napas Mariana. Selama di ngentot oleh Anton, Mariana dapat melihat keluar jendela, karena ruang rapat berada di 31 dari 52 lantai, Mariana dapat melihat kota dan jalanan dari atas. “Aaaahhh.. berhenti.. Aaahh.. orang-orang bisa melihat kita.. Aaaahhhh.. berhenti.” Minta Mariana, tapi itu semakin membuat Anton semangat mengentot Mariana. Dari jendela Mariana dapat melihat ke arah kolam dan ia melihat pria kewarganegaraan asing yang tadi siang itu sedang mengobrol, bercanda tawa dengan seorang wanita dan itu membuat Mariana berbakar api cemburu hingga tanpa sadar ia mengerakakan pantatnya sendiri. “Uggghh.. tiba-tiba kau bergerak sendiri dan mengemkram kontol ku dengan kuat..” Anton yang sepertinya tidak bisa menahan klimaksnya lagi. “Apa yang kau liat hingga kau tiba-tiba bernafsu seperti ini ?” Lanjut Anton mencari-cari apa yang sedang di liat Mariana. “Oh pria itu ? Benar-benar pelacur.” *Plak. Anton menapar pantat Mariana, menambah kecepatan kontolnya dan mendorong wajah Mariana ke kaca jendela. “Uggghh.. aku sudah mau keluar, dasar pelacurr... liat baik-baik itu.” Ucap Anton dengan nada kesal. “AAAAAhhhhhhh..” Mariana dan Anton bersama-sama mencapai klimaks.


“Sini kau ! Aku belum selesai.” Emosi Anton yang semakin membara, menarik Mariana ke atas meja dan memposisikan Mariana jongkok menghadap ke Hermanto. “Dasar pelacur, kau main hati dengan pria lain kan ? sebenarnya tadi siang aku melihat kau dengan menggoda pria tersebut di kolam. dan apa-apaan itu baju renang tembus pandang ? apa kau mau pamer bulu memek mu ke orang-orang hah ? apa kau mau memamerkan puting mu itu hah ?” *Plaaakk.. * Plaakkk Anton meluapkan kemarahanyan dengan menampar pantat Mariana dengan sangat keras. “Aaaaahhh ampun.. sakitt... ampun..” Mariana berusaha memohon belas kasih dari Anton. “Ampun ? Oi.. kalian ayok sini, kita sebagai ganti suaminya itu, menghukum pelacur satu ini.” Ajak Anton ke teman-temannya. “Hehehehee..” ketawa cengegesan Suhardi dan Kusnadi berjalan mendekati Mariana, di ikuti Mulyono.


*Plak.. Plak.. Plak... Anton, Suhardi, Kusnadi dan Mulyono menampar pantat Mariana dengan sangat keras. “Ampun.. aaahh.. maafkan aku Hisk.. hisk..” Air mata Mariana mulai keluar membasahi pipinya. “Ampun ? Maaf ? mintalah pada suamimu itu !” Bentak Anton. “Kau tau Mariana ? kau membuat aku sangat kecewa, aku pikir anak bosku memiliki kehidupan yang sangat bahagia, tetapi yang ia nikahi ternyata hanyalah pelacur.” Ucap Mulyono mempar pantat Mariana di ikutin Suhardi dan Kusnadi dengan sangat kuat. “Ugghh.. aaaahh.. ha.. “ Entah kenapa perasaan sakit pada pantat Mariana yang sudah merah padam mulai berubah menjadi rasa nikmat. “Aaaaaaaahhhh..” Cairan memek Mariana keluar membasahi meja dan Mariana pun ambruk di depan Hermanto. “HAHAHAHAA.. benar-benar tidak ada harapan lagi. bisa-bisanya dia mencapai klimaks dengan di tampar, di tambah di depan suaminya lagi.” Ketawa Suhardi membuat amarah Anton dan Mulyono meredah.


“Sudah.. Sudah.. Pak Mulyono dan kak Anton istirahatlah dulu.” Ucap Kusnadi berjalan ke arah troli minuman dan membawa 4 botol whiskey. “Ho-oh aku tak tau kau menjadi sangat hormat pada atasanmu.” Ucap Mulyono ke Kusnadi. “Eh ? Maaf pak, ini bukan buat bapak.” Ucap Kusnadi memasang muka tidak bersalah. HAHAHAHAHAA sentak ketawa Suhardi pecah dan membuat Mulyono malu. “kita liat saja dulu pak, apa yang di lakukan 2 bocah gila ini.”Ucap Anton menenagkan Mulyono.


Suhardi mengangkat pantat Mariana yang masih lemas di atas meja sampai terbalik, sehingga posisinya sekarang Mariana dari bawah bisa melihat memeknya yang masih ada lelehan sperma pria-pria itu dan cairan memeknya sendiri melumer keluar ke perutnya. “Ini.” Ucap Kusnadi menaruk 4 botol Whiskey di atas meja. “Dulu aku pernah mencoba 4 Whiskey ini jika di campur akan berasa nikmat dan aku pengen kau juga merasakannya.” Lanjut Kusnadi dengan nada bangganya dan menepuk pelan pipi Mariana. Ke 4 botol whiskey bertulisan Scotch Single Malt , Bourbon, Irish Whiskey , dan Japanese Whisky.


Mariana berpikir kalau Kusnadi ingin membuat ia mabuk dengan 4 bis yang berbeda tersebut. “Tolong jangan, aku tidak suka minum.” minta Maraina. “Khehehe.. Dia tak suka minum katanya. hehehee.. bibir atas mu emang tidak, tapi bibir bawahmu ini pasti suka.” Ucap Kusnadi mulai menuang Whiskey satu persatu ke dalam lubang memek Mariana. “Hahahahhahaa gila.. ini pertunjukan yang sangat bagus.” Ucap Anton sambil ketawa dan di ikuti Mulyono ketawa melihat tingkat Kusnadi dan Suhardi.


“Aaaahh.. berhenti.. jangan..” Teriak Mariana yang tubuhnya gemetaran ketakutan dengan apa yang akan terjadi pada dirinya, karena mereka memasukkan whiskey lewat memeknya. “Cukup AAaahh.. tidak.. memek ku merasa panas.. berhenti... pedas.. bibir memek ku.. aaahhh pedas...” Lanjut teriak Mariana, Suhardi semakin kuat memegang paha Mariana yang berusaha memberontak, sedangkan Kusnadi juga tidak peduli, ia tetap memasukkan semua isi Whiskey hingga habis dan ada yang tumpah. “Habis.” Ucap Kusnadi langsung berjalan ke tasnya mengambil sebuah klip buku yang besarnya mencapai 9 cm dan menjepit memek Mariana. “Oke selesai.” Ucap Kusnadi dan Suhardi pun berlahan membaringkan Mariana. Kini di dalam memek Mariana terasa sangat panas dengan memeknya yang berlahan mulai mati rasa karena darah tidak dapat mengalir di area tersebut. “Aaaaaahhh.. aku mohon lepaskan. Hisk.. hisk..” Tangis Mariana masih berlanjut sambil melihat ke arah Kusnadi. “Sekarang berdiri, taruk tanganmu di kepala, buka pahamu lebar-lebar dan menari kocok memek mu. hahahhahaa.” perintah Suhardi kepada Mariana.

memek x bir.png

Berlahan Mariana mengerakan kakinya yang sudah lemas, berdiri dan mengikuti seperti perintah Suhardi, menaruk kedua tangannya di belakang kepalanya. Memamerkan bulu ketiak yang halus, dan memeknya yang maju mundur dengan bulu memek yang sudah cukup lebat. Suhardi, Kusnadi, Anton dan Mulyono sangat terhibur dengan tarian Mariana. tapi tidak dengan Mariana yang menanggis berharap suaminya dapat menolongnya, atau Sabrina yang menghentikan semua ini, tetapi harapan itu putus sudah, ia lebih takut suaminya bangun dan Sabrina tidak mungkin menghentikan, malah ia tersenyum puas melihat dirinya menari dengan whiskey dalam memeknya.


“Sepertnya sudah cukup.” Kusnadi berdiri mengambil sebuah cangkir, berjalan mendekati Mariana. “Sekarang mari kita liat apa hasilnya.” Ucap Kusnadi sambil membuka klip yang menjepit memek Mariana, Suhardi, Anton dan Mulyono yang penasaran berjalan mendekat. Srrullllll seketika cairan whiskey yang awalnya berwarna coklat terang menjadi coklat pucat karena bercampuran dengan sperma pria-pria pun mengalir seperti kencing, ke gelas yang di tampung Kusnadi. “Sekarang minum ini.” Kusnadi menyerahkan gelas yang berisi cairan memek Mariana tadi. “Ku mohon, aku tidak minum alkohol.” Mariana berusaha memelas, karena ia tidak minum alkohol dan sekarang di tambah alkohol yang di rusuh minum berasal dari memeknya.


“Huff.. tinggal minum saja susah sekali sih.” Ucap Suhardi langsung membuka mulut Mariana dengan kedua tangannya, Anton dan Mulyono yang mengerti apa maksud Suhardi, langsung memegang kedua tangan dan kaki Mariana. Berlahan Mariana dapat melihat cairan tersebut masuk ke mulutnya, ingin sekali ia segera memuntahkannya, tetapi ia tak mampu karena tubuhnya di pegangin oleh 3 pria sekaligus. *glup... glupp.. “Oke habis. bagaimana rasanya ?” Tanya Kusnadi bersemangat.


*Uhuk.. uhukkk... Mariana merasakan tidak enak pada tenggorokannya karena tidak biasa minum alkohol. Rasa panas berlahan menjalar dari tenggorokannya menuju dadanya dan mukanya mulai memerah efek mabuk. “Aaaaaa... panas... pahitt... aaaaaa.. Tidak enak” Jawab Maraian seketika pecah tawa ke empat pria tersebut serentak.. HAHAHAHHAHAHHAHAAA.. “Ahh.. sekarang kontol ku menjadi semangat lagi.” Ucap Mulyono berbaring di atas meja dan menarik tangan Mariana ke atasnya.


Tanpa di perintah, Mariana mengerti apa yang harus di lakukan. Mariana mengemgam kontol Mulyono yang sudah berdiri keras dan mengarahkannya ke memeknya. “Aaaaahhh...” Mariana berlahan bisa merasakan kontol Mulyono mengesek memeknya, masuk ke dalam. “Mariana, kau punya suara yang bagus dan menggairahkan pas hari pernikahan mu, jujur saja aku membayagin desahan mu saat kontol ku menyodok memek mu ini.” Ucap Mulyono diam membiarkan Mariana bergerak naik turun mencari kenikmatannya sendiri. Mendengar Mulyono berkata seperti itu, Mariana tersenyum dan mendekatkan ke kuping Mulyono, sambil berbisik. “Aaah.. pak.. memek Mariana juga pengen di sodok dengan kontol pak mulyono.. Aaaah.. puaskan Mariana pak. Aaaahhh.. haaa..”


“Giliran Aku.” Ucap Anton mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Ini salah satu titik sensitivenya kan ?” Lanjut Anton mendorong kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Aaaaaaahhhh..” Desahan Mariana meraskaan lubang memek dan pantatnya sesak di isi kontol Mulyono dan Anton, di tambah efek whiskey yang membuatnya sangat terangsang.


Suhardi dan Kusnadi saling melihat. “Yah.. sudah tidak ada lubang lagi.” Ucap Suhardi. “Tenang saja aku masih ada sisa losion kok.” Ucap Kusnadi mendekati Mariana sambil membawa botol losion sebelumnya, sambil di ikuti Suhardi senyum mesum hehehee. “Jilat.” Perintah Kusnadi sambil menodongkan kontolnya bersamaan dengan kontol Suhardi, walau Mariana terlihat kesulitan untuk menopang tubuhnya jika ia memegang 2 kontol sekaligus. Sambil Mariana menjilat kontol Suhardi dan Kusnadi, Kusnadi dan Suhardi mengoleskan banyak cairan losion ke ketiak Mariana hingga bulu ketiaknya menjadi basah. “Sepertinya segini cukup.” Ucap Suhardi sambil bersama Kusnadi menaruk kontol mereka di ketiak Mariana dari arah belakang. “Sekarang tekan kontol kami, tenang nanti kami tahan tubuhmu” Perintah Suhardi sambil menahan tubuh Mariana agar tidak jatuh dengan memegang toket kiri, sedangkan Kusnadi menahan di toket kanan.


“Aaaahhh.. haaa.. panas.. memek ku panas.. haaa.. perut ku panas.. Aaaahhh.. lubang pantat dan ketiak ku juga.. aaahh.. aaahh.. aaaaa tubuh ku panas.” Muka Mariana memerah merasakan panas di luar dan di dalam tubuhnya. “Aaaahh.. aahhh.. Aku akan berusaha, Tolong bantu suamiku.. Aaahh.. aaaa...” Lanjut Mariana. “Uggghh.. gila.. Dasar pelacur.. di saat begini masih saja mikirin suami mu itu ? aku sudah mau keluar, kontolku merasa meleleh di dalam lubang pantatnya.” Ucap Anton. “Ugkk.. Aku juga.. pantes kata orang pelacur mabuk memeknya paling mantap, rasa panas tubuhnya melelehkan kontolku.“ Ucap Mulyono berusahan menahan kenikmatan karena anget dan padatnya memek Mariana. “Hiaatttt.. hiattt..” Sentak Mulyono yang semakin mempercepat gerakan pinggangnya menyentak memek Mariana seperti kuda, hingga membuat Anton juga ikut dalam irama permainan Mulyono. “Gila.. aku sudah mau keluar pak.” Ucap Anton memejamkan matanya berusahan sekuat tenanga menahan ledakan kontolnya. “Kami juga pak.” Ucap Kusnadi semakin kuat meremah toket Mariana, di ikuti Suhardi yang juga mempercepat gerekan kontolnya di ketiak Mariana. “liat nih Hermanto seluruh lubang istri mu sudah terisi kontol kami. Ugggghhh..” Di mulai dari Anton yang duluan menumpahkan spermanya di lubang pantat Mariana, terus Mulyono di memek Mariana, Kusnadi dan Suhardi di ketiak Mariana. “AAAAAAAAAHHHHHH.” Mariana mencapai klimaksnya bersamaan dengan Mulyono menembakan sperma panasnya ke memeknya.


Mariana tergeletak ngangkang di atas meja memperlihatkan memek dan lubang pantat yang memerah dengan lelehan sperma, muka yang merah karena efek mabuk dengan sperma kering di wajahnya. Mulyono, Suhardi dan Kusnadi terduduk lemas, beda dengan Anton yang punya rencana lain. “Ayok foto dulu, sebagai kenang-kenangan.” Ajak Anton yang sudah siap memposisikan kamera handphone ke atas meja. “Ayok.. ayok.. “ Semangat Suhardi dan Kusnadi langsung memposisikan Mariana duduk sambil membuka pahanya lebar-lebar dan ke 4 pria tersebut foto sambil menaruk kontol mereka yang sudah lemas di atas kepala Mariana seakan Mariana sudah mereka kuasai. “keluarkan muka paling nakalmu.” Perintah Mulyono, Mariana pun tersenyum nakal melihat kamera sambil menjulurkan lidahnya dan memegang kontol-kontol di atas kepalanya. *cekrek.. suara foto terambil. “Sip dengan ini kedepan kita bisa mengentot lonte satu ini sepuas kita, dan kalau sudah bosan kita bisa kasih liat suami tololnya itu.” Hahahhahaha ketawa Anton sambil mengucapkan ancaman dia itu.


Sabrina dengan muka tidak senangnya, mengangkat tangan kanannya, memberi code kepada Bobby untuk maju. "Bobby" Ucap tegas Sabrina, Bobby langsung merebut handphone Anton dan menginjaknya. “WOii” Teriak Anton. "Anjing sekali pun bisa membedakan mana teman, mana majikan dari perilaku yang dia dapatkan, tapi kalian lebih rendah dari anjing. Kali ini ku beri peringatan karena Hermanto masih membutuhkan kalian, tapi tidak ada lain kali." kata Sabrina sambil berjalan keluar meninggalkan ruangan dan seperti biasa, sudah menjadi tugas Bobby dan Rony membersihkan kekacauannya.


"Berengsek.. dasar pela.." belum selesai Anton mengucap, mulutnya langsung di tutup oleh Mulyono. “"Dasar bodoh.. kau tidak tau siapa madam Sabrina ? suaminya adalah mafia paling besar di negeri ini.. di belakangnya ada mantan presiden. “ Mendengar penjelasan singkat Mulyono, Anton lansung melas. “Ada rumor yang ku dengar pernah ada orang yang mencoba mencuri uang dari dia, jari-jari tangannya di potong satu persatu terus di berikan kepada anjing.." Lanjut Mulyono menenangkan emosi Anton. “"tidak mungkin.. itu pasti di lebih-lebihkan" Ucap Anton tidak percaya. "aku juga pernah dengar ada orang yang mencoba menjatuhkan perusahaan dia dengan menfitnanya, tapi malamnya orang tersebut di temukan tidak bernyawa tanpa lidah di tubuhnya. Katanya lidahnya di tarik dengan paksa terus di potong dan di beri makan anjing" Ucap Suhardi sambil gemetaran, seketika suasana yang tadinya ceria menjadi tegang mencemkramkan, di tambah Bobby dan Rony yang mendengar percapakan 4 pria tersebut sambil beres-beres.


"Intinya jangan sampai saja salah satu dari kita memgucap soal ini di luar" Ucap Mulyono dengan tatapan tegas ke Anton, Suhardi, dan Kusnadi yang tertunduk. “Tapi tidak mungkin, saat di kampus dulu dia termasuk orang yang baik dan tidak mungkin seperti itu.” Ucap Anton yang masih menolak percaya dengan keadaan. “huff.. dasar anak muda, jika kau tidak ketemu sama seseorang lebih dari 3 hari lebih baik menilai ulang orang tersebut. 3 hari cukup mengubah manusia 180 derajat.” Mulyono berusaha memberi nasehat kepada Anton karena nyawanya juga terancam. Tentu saja semua cerita itu benar adanya, dalam membangun karir, Sabrina sudah berulang kali menghabiskan nyawa orang-orang yang mencoba menghalagi jalannya.


2 hari kemudian di ruang ganti GYM. Tampak seorang wanita sedang mendesah, menikmati 1 kontol di lubang pantatnya dan 1 kontol dildo di memeknya. “Aaaaaahh.. mmhh... mmhh..” Desahan Mariana sambil menjilat kontol Prahmono, Sedangkan Dirwanto menyodok memek Mariana dan Sabrina menggunakan kontol dildonya di lubang pantat Mariana sambil tangannya meremas kedua toket Mariana dengan sangat kuat. Aaagggghhhhh~~~~ Aaah... Aaaahh.. Suara desahan ke 4 manusia tersebut mengisi rauangan.


*Tringgggg... *Tringgg... ( Bunyi nada dering hp. ) Seketika ke 4 manusia tersebut berhenti bergerak. “Sepertinya HP mu Mar.” Ucap Sabrina terus mencabut kontol dildonya. *Ploppp.. dan berjalan mengambil hp Mariana di dalam lemari locker. “Dari suami mu.” Ucap Sabrina sambil tersenyum dan menaik turunkan alisnya ke 2 pria di depannya. “Halo.” Ucap Sabrina menjawab panggilan Hermanto. Muka Mariana seketika berubah ketakutan karena sadar posisinya sedang telanjang merasakan kontol pria lain dan uaranya bisa terdengar oleh suaminya. Prahmono yang mengerti maksud dari Sabrina langsung mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Jangan.. ku mohon.. suamiku bisa mendengarnya.” Mariana mengelengkan kepalanya sambil memohon kepada Prahmono. “Justru di sana serunya.” Ucap Prahmono sambil memasukkan kontolnya ke lubang pantat Mariana dengan berlahan hingga mentok semua.


“Mmmmm...” Mariana berusaha sekuat tenaga menahan desahannya. Sambil tersenyum Prahmono dan Dirwanto mengerakkan kontol mereka dengan berlahan. Mariana hanya bisa mengelengka kepalanya, berharap mereka mau melepaskannya. “Mariana ? Dia sedang di latih.” Ucap Sabrina sambil melihat Mariana di ngentot 2 kontol sekaligus. “Ia.. tenang saja.. aku memberikan dia pelatih terbaik di sini.” Lanjut Sabrina sambil tersenyum dan menghidupkan pengeras suara agar Mariana juga bisa mendengar percakapannya.


“AAAAAHHHH... ” Desah Mariana tiba-tiba lepas karena Prahmono mendadak menyentakakn kontolnya ke lubang pantatnya dengan sangat kencang. “Suara apa itu ? kok kayak kedengaran suara wanita ?” Tanya Hermanto. “Namanya juga GYM wanita, mendengar suara desahan wanita yah wajar dong, namanya juga olah raga, capek.” Ucap Sabrina dengan nada bercanda. “Atau jangan-jangan kau mikir hal aneh ya ? ku lapor ke Mariana nih.” Lanjut Sabrina sekilas terlihat wajah bahagia di Sabrina karena ini adalah saat-saat bahagia yang dulu ia impikan, bisa ngobrol dan bercanda bersama Hermanto. “EH ? yah.. um.. itu.. tidak.. tidak.. hahaha..” Hermanto mulai panik. “Oya, Sabrina terima kasih atas undangan di hotel kemarin, karena kau semua direksi ku sekarang semangat berkerja, dan terima kasih juga selalu ada untuk Mariana” Lanjut Hermanto, tapi Sabrina yang awalnya senang, berubah menjadi muram setelah Hermanto membahasa tentang Mariana. “Yah.. tak apa kok, lagian aku melakukannya untuk diri ku sendiri kok.” Ucap Sabrina sambil melihat Mariana di ngentot oleh 2 kontol sekaligus sambil berusahan menahan desahannya. “Kalau begitu aku titip Mariana ya, sampai jumpa Sabrina.” Ucap Hermanto dan mengakhiri panggilannya. “Yah.. sampai jumpa.”


“Huff.. kalian ini ya.. dalam hal seperti ini kompak sekali kalian, di luar saling bunuh-bunuhan.” Ucap Sabrina heran melihat Dirwanto dengan Prahmono. “Demi wanita satu ini kami rela damai.” Ucap Dirwanto semakin semangat mengentot Mariana. “Aku setuju, bau ketiak.. mmhhh... ketiak sehabis olah raga Mariana adalah yang terbaik.” Balas Prahmono menghirup dalam-dalam ketiak Mariana dan menjilatnya. *Srruuppp Srrruupppp “Dasar aneh. Mariana kau masih sering ngentot dengan suami mu ? cobalah malam ini.” Ucap Sabrina sambil senyum liciknya, pergi meninggalkan Prahmono dan Dirwanto mengentot Mariana berbagai macam gaya hingga kedua kontol mereka lemas.


Malam hari di rumah Mariana. “Gara-gara acara rapat kemarin, semua direksi semangat sekali berkerjanya. Apa sebaiknya aku minta Sabrina sering-sering memberi fasilitas itu ya ? hehehe canda.” Ucap Hermanto dengan semangat. Jantung Mariana berdetak kencang mendengar ucapan Hermanto seakan ia mendengar suaminya ketagihan istrinya di ngento oleh para direksinya dan itu membuat memeknya yang merah sehabis di ngentot Dirwanto dan Prahmono basah. “Gak mau ikut lagi aku, Lain kali aku sama kak Lia saja.” Ucap Aditya yang merasa bosan selama acara di hotel Sabrina. Mariana yang melihat anaknya dan mengerti perasaan anaknya. “Yah sudah, lain kali kalau papa ada acara lagi, kita di rumah saja ya nak, papa akan beliin mainan baru kayak punya tante Sabrina katanya.” Ucap Mariana sambil mengelus kepala Aditya. “Benarkah ? asikk..” Aditya tampak senang dengan ajakan mamanya.


Malam hari pukul 11:17 di kamar Hermanto dan Mariana. “Aaahh.. ha... haa.. Mariana aku sudah mau keluar.” Ucap Hermanto mempercepat kontol keluar-masuk memek Mariana yang terlentang di bawahnya. “Aaaahh.. AKu juga aaahhh.. keluarkan.. Aaaahh.. keluarkan di dalam.” Mariana yang berusaha berpura-pura menikmati permainan Hermanto. “Ugggghh.. aaaaaaa. Mariana kamu semakin cantik saja.” Ucap Hermanto dan mencium kening Mariang dan berbaring ke samping. “Kau masih belum mau mencukur bulu memek mu ya ?” Tanya Hermanto yang hanya di balas anggukkan oleh Mariana dan Mariana ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, meninggalkan Hermanto yang memejamkan mata, tertidur.


Di kamar mandi Mariana membilas memeknya menggunakan selang. “Ini tidak cukup. Huff.. apa ini yang di katakan Sabrina tadi ?” Mariana merasa depresi karena merasa kontol suaminya tidak bisa cukup untuk memuaskan dirinya lagi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd