nvidia_eyes
Adik Semprot
- Daftar
- 3 May 2014
- Post
- 145
- Like diterima
- 1.354
Chapter 0
Mizuno Nana sedang bertamasya melihat paus sebagai bagian dari Study tour yang dia pilih.
Aku Yashima Nobuo (65), seorang kapten kapal nelayan setempat.
Mendapat tugas sebagai Guide, Bersama seoarang guru baru sebagai Pembimbing, dengan murid-murid termasuk Nana, 2 cewek, 4 cowok. Total 7 orang.
"Terima Kasih sudah mau mengentar kami." Ucap guru pembimbing mereka padaku
"Pak, hari ini Pausnya bisa kelihatan gak!?" tanya salah satu murid.
"Tidak tahu, nanti kita lihat saja di lokasi, jam segini seharusnya sih bisa. Tolong jaga keselamatan dan jangan sampai tercebur ke laut." Ucapku.
Saat ku perhatikan para murid, perhatianku tertuju pada Nana... Mataku jadi terfokus memperhatikan gundukan besar di kaos seragamnya.
Anak-anak ini masih kelas 1 SMA kan? Apa peryumbuhan anak kota memang secepat ini?! Imajinasiku semakin terbang liar...
"Yashima-san? Ada apa?" tanya guru padaku
"Oh, oh. Tidak…. Ayo semuanya pakai pelampung keselamatan.”
Kami berlayar meninggalkan Pelabuhan.
Kapal akhirnya sampai ke spot pemancingan, Nobuo kemudian memberi para murid dan guru alat pancing dan mengajari mereka cara dasar memancing.
Kapal Nelayan diam terapung-apung mengikuti ombak di satu tempat...
Nana menikmati kegiatan memancing ini, tapi ... perlahan mabuk laut berat mulai dia rasakan...
"Mizuno? Ada apa? Mukamu pucat, kamu mabuk laut?" tanya guru pembimbing.
"Maaf... sepertinya iya..." jawab Nana
"kamu bawa obat anti mabuk?"
"Oh, itu ... tadi… uuh… kayaknya ketinggalan di Hotel ..."
Aku mendatangi mereka dan memeriksa keadaan Nana.
"Wah! Sepertinya mabuk lautnya mulayan parah... bagaimana ini? Masih mau lanjut acara melihat pausnya?" aku bertanya pada Guru pembimbing tapi dia tidak segera memberi keputusan.
"Aku Cuma perlu istirahat sebentar, tidak apa-apa... teman-teman juga sudah mulai mendapat banyak ikan... lagipula gak terlalu parah kok, jadi ...” jawab Nana kepada Guru, sepertinya dia tidak enak kalau acara memancing ini harus berhenti gara-gara dia.
Guru masih tetap khawatir, tapi setelah mendengar penjelasan Nana, acara tetap dilanjutkan…
"Di ruang kemudi ada kursi dan selimut, Dia bisa istirahat disana. Setiap tahun, memang selalu saja ada anak yang tidak kuat naik kapal dan mabuk laut, serahkan saja padaku." Aku menawarkan bantuan pada guru.
"Oh, Maaf. Ini pertama kalinya aku jadi pembimbing study tour... terima kasih sudah merawat Mizuno. "
"Serahkan saja padaku. Mizuno, ayo kita ke ruang kemudi…"
"Baik..." jawab Nana.
Ku papah dia ke ruang kemusi lalu ku dudukan di kursi... pintu ruangan ku tutup dan ku kunci.
"Apa Mizuno gak apa-apa?" tanya salah satu murid.
"Oh, Kapten akan mengurus dia. Lebih baik kita serahkan saja pada ahlinya. Baiklah sekarang ayo kita lanjutkan memancingya "
Para murid melanjutkan memancing
Di kursi kemudi, ku selimuti tubuh Nana kusemiluti dengan selimut darurat, lalu ku cari obat dari kotak obat.
"Nah, Mizuno. Mencegah mabuknya tambah parah lebih baik kamu tidur saja. Coba minum, ini pill tidur yang agak kuat tapi tenang saja..."
"Oh, Terima kasih Pak" Mizuno menurut dan meminum obatnya,
"Istirahat aja... Kita baru akan pulang 2 jam lagi..."
Saat melihat dia tertidur, aku bersiap meninggalkan ruang kemudi tapi...
“LIHAT! PAUS!”
“KEREN!” terdengar suara girang para murid dari luar.
Sedangkan aku masih penasaran dengan dua gundukan Nana yang tampak menantang itu,
"Apa-apaan sih dada ini...! masih bocah kok bisa sebesar ini...!"
Dia tampak tertidur pulas… tidak mempedulikan pri tua yang matanya jelalatan memandangi tubuhnya.
Resleting jerseynya ku buka, baju olahraganya ku naikan... dua bukit menakjubkan itupun menyembul keluar. Naik turun seirama dengan nafasnya. Ku coba mainkan putingnya, walau[un dia tidak sadarkan diri, sepertinya dia masih bisa merasakannya.
Dia mulai merasakan kenikmatan dan desahannya mulai keluar tanpa sadar...
"Ah ..." matanya Mizuno tampak terbuka sedikit.
"Oh, Mizuno-san... Kamu bangun?"
"Kapten... ada apa ini...?"
"waktu kamu tidur, kamu sepertinya merintih kesakitan, Jadi aku memberi stimulus pada bagian sini mu." Ucapku sambil terus memelintir putingnya.
"Oh, itu... tapi dadaku... jangan… eeeemmm...” tanpa dia sadari tubuhnya mulai bereaksi pada rangsanganku. Aku tidak berhenti terus meremas kedua bukit Mizuno Nana yang masih setengah sadar ini.
"Lihat... kalau tubuhmu diberi stimulus gini, mabuk lautnya pelan-pelan hilang. Ini Teknik rahasia yang hanya diketahui Nalayan berpengalaman."
Sejak tadi Muzuno Nana Cuma bisa bereaksi dengan desahan "Ah ..." saja…
"benar-benar dada yang meanakjubkan. Sejak dia naik kapal aku tidak bisa berhenti memikirkannya... kalau bisa meremas yang seperti ini tiap hari, segala strees ku pasti hilang…” pikirku.
Tubuh Mizuno masih terus menggelinjang menerima serangan dariku. Efek obat tidur tadi mulai menghilang membuat ransanganku semakin terasa buatnya.
"Ayo, lebih baik jujur dan ikuti saja kenikmatan tubuhmu. Sini biar ku stimulus lebih kuat lagi." Kataku sambil mencubit putting dan meremas dadanya lebih kuat lagi...
Dok… Dok… Dok… suara pintu ruang kemudi diketuk.
"Yashima-san! Sudah waktunya pulang, bagaimana?"
“Cih... padahal lagi panas-panasnya!” gerutuku dalam hati.
“WAH, sudah jam segini ya! Ayo kita Kembali ke pelabuhan."
Buru-buru ku rapikan baju Mizuno.
"Mizuno, Nanti kita lanjutin yah enak-enaknya…" bisikku ke telinga mizuno.
Mulai ku arahkan kapal ke pelabuhan.
Sesampainya di pelabuhan para murid tampak riang sekali setelah melihat paus tadi.
"Yashima-san, bagaimana keadaan Mizuno?"
"Obatnya sedang bekerja dan dia lagi tidur di kursi kemudi. Kalau dari pengalamanku, kalau ku paksa sia bangun sekarang dan dibawa pulang sekarang sakitnya justru bakal tambah parah. Jadi lebih baik dia istirahat di bilikku saja.”
"Begitu... kalau gitu saya tinggal disini saja sampai dia bangun."
“CIH…kamu pulang ajalah...” gerutuku dalam hati.
"Bu, Gimana kalau ibu antar kami ke hotel aja dulu terus ibu bisa jemput Mizuno nanti?" tanya salah satu murid.
"Ya benar. Butuh waktu agak lama sampai efek obatnya habis, lebih baik murid-murid lain pulang duluan saja" jawabku mengiyakan murid tadi.
"Ya, benar juga. Sepertinya gak baik kalau membangunkan dia sekarang.” Mereka akhirnya memutuskan pulang ke hotel duluan.
“Tolong hubungi kalau Mizuno sudah bangun. Nanti biar saya yang jemput." Ucap si guru padaku.
"Baiklah. Serahkan saja padaku." Ucapku sambil berusaha keras menahan sunyum sinisku.
BERSAMBUNG.
Terakhir diubah: