Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Joko Sembrani dari Sawojajar

Yang diharapkan dari akhir kisah Anakmas Joko Sembrani...?


  • Total voters
    631
  • Poll closed .

°°°°°°


"Kowe pinter dan jeli milihkan nama buat anak mendiang Sumini, Ai.."
ucap pria cukup lanjut ini sambil menaruh kembali cangkir berisi kopi hangat yang barusan di teguknya. Sebentar kemudian sekepul asap putih beraroma wangi tembakau berhembus dari bibir hitam sedikit berkeriput itu.

Aini yang duduk di sebelahnya hanya tersipu

"...buat orang Jawa memberi nama seorang anak manusia yang baru lahir itu sesuatu yang sakral dan tak seperti bayangan orang…lebih-lebih yang tidak mengenal budaya setempat"

"Harus melalui upacara khusus sesuai tradisi dan kearifan lokal adat istiadat yang telah dijunjung oleh para leluhur kita sejak dulu"

"...dan yang utama jelas…soal nama"

"Itu bukan perkara enteng…"

"Kau tentu telah banyak mendengar kejadian seorang anak yang karena orangtuanya salah memberi nama atau kasih nama sembarangan berakibat buruk kepada si anak itu…"

"...yang sakit-sakitanlah…yang hidupnya jadi ndak karu-karuan…yang macem-macemlah…"

Pria setengah tua itu terdiam sejenak sambil asyik menghirup rokok lintingan yang telah terbakar separuhnya.

"...keberatan nama, Pakde Toyo…"sahut Aini tersenyum simpul sambil menyorongkan sepiring pisang rebus hangat ke arah tamunya itu.

"...persis Ai…"

"...itu yang kumaksud…keberatan nama alias kabotan jeneng.."balasnya menunjuk dengan tangannya yang menggenggam rokok.

"Darimana kau dapat ide nama Joko Sembrani itu Ai..?

"...apa itu hasil dari semedimu atau bagaimana heh..?" Katanya lagi sambil membetulkan kupluk nya yang lusuh.

Matanya menyorot ke arah Aini yang lagi-lagi hanya melempar senyuman.

"Halah semedi apaan Pakde…"

"Semua serba kebetulan.."

"Kalu itu yang ditanyakan Pakde, memang betul nama itu memang Aini sendiri yang pilihkan"

"..kebetulan waktu sekolah Aini pernah baca cerita mengenai hewan kendaraan para dewata, salah satunya yang paling terkenal yaitu kendaraan dari Sang Hyang Bhatara Wisnu, Pakde"

"Ternyata selain Jatayu atau Si Burung Garuda, Batara Wisnu juga punya tunggangan lain yang sama gagahnya. Berupa kuda bersayap yang juga bisa terbang, Pakde"

"...Namanya Kuda Sembrani ".



Kuda Sembrani

"Selain nama kuda tunggangan Batara Wisnu...Sembrani juga adalah sebutan lain untuk magnet besi, Pakde"

"Dulu waktu kecil Aini biasa menyebutnya, besi berani.."

"Dari situlah Aini menitipkan doa dan harapan semoga kelak putra almarhumah mbakyu Sumini dianugerahi berkat agung dari Sang Maha Pencipta"

"Dikaruniai fisik lahir serta sifat batiniah yang sempurna, menarik hati dan mengagumkan bagi siapapun, Pakde"

"...dan dengan karunia yang diberikan itu dia mampu memberikan faedah bagi semuanya…untuk seluruh mahluk di penjuru Bumi ini…"ucap Aini menambahkan sambil menarik nafas dalam-dalam menyusul seutas senyum manis tersungging di bibir tipisnya.

Pria bernama Pakde Toyo tersebut nampak mengangguk-angguk mendengar penjelasan Aini.

"...berani, gagah perkasa dan tangguh di seluruh penjuru jagat raya…"
.....
"Jaya membawa nama besar disegani lawan maupun kawan…hahahaha…!!
Ucap Pakde Toyo tiba-tiba dengan suara cukup keras sambil bergaya bak dalang.

Aini yang sempat kaget nampak menepuk pelan lengan pria berusia 60an tahun itu sambil menutup mulut.

"Lho…kenapa Ai ? Bener ora omongane Pakde…?

Aini yang masih menahan tawa hanya mengangguk kecil.

"Gagah Prakoso koyok kuda Sembrani…lan ganteng ora ketulungan koyok besi magnet ngeluwihi Janoko Putro Pandu…tak..taktak tak…"ucap pria tua itu masih dengan berlagak dalang dengan gaya lucu.
(Gagah perkasa seperti Kuda Sembrani - Ganteng tak terkira melebihi Arjuna putra Pandu.red)

Aini yang akhirnya tak mampu menahan diri terpaksa meledakkan tawanya sampai bahu mungilnya terguncang-guncang disusul Pakde Toyo ikut terkekeh-kekeh.

"Berarti selama kamu ngantor si bocah bagus kae mbok tinggal di rumah bareng si Utari..? Tanyanya kemudian setelah tawa keduanya reda.

"Betul Pakde, Utari yang saya tugaskan buat ngasuh dan njaga si Joko sementara saya kerja…"

"Kebetulan dia pernah kerja sebagai baby sitter di kota dan mumpung kontraknya selesai di sana saya pake saja jasanya.."

"...lumayan pakde, dapet tenaga terlatih dengan harga ekonomis…hihihi.."sahut Aini.

"...hemmm…yo wis kalu begitu…"

"Bukan apa-apa Ai…soalnya kata orang-orang si Tari itu keluar kerja bukan karena kontraknya habis…"

"...tapi dia dipecat sama majikan perempuannya karena ketahuan kepergok selingkuh sama suaminya Ai…"ucap Pakde Toyo sedikit berbisik.

Aini yang sempat tertegun hanya melempar senyuman.

"Pakde ini lho ah.."

"...senangnya kok ngegosip…"

"Gosip itu kerjaannya perempuan Pakde…"

Pria tua tinggi kerempeng itu hanya diam sedikit mberengut.

"Sak karepmulah…"

"Aku cuma kasih tau…"

"Yang penting kamu kudu tetap ngawasi polah tingkahe si Utari…"

"Jangan sampai dia berbuat yang tidak-tidak…terutama sama si Joko…mudeng ora Ai…?

"Injih Pakde…" ucap Aini mengiyakan kata-katanya sambil menahan senyum.

("Utari main-main dengan Joko yang baru berumur 3 bulan ?? Ah, yang benar saja…") pikir Aini sejenak memikirkan perkataan Pakde Toyo.

Ia memang tak ingin berdebat dengan Pakde Toyo. Pria yang meski sudah berumur tapi terkenal berwatak bebas semaunya sendiri.

Di kampungnya bahkan terkenal dengan julukan "tawon ndas" karena beliau memang seneng cari-cari berita sambil kasak kusuk ke sana kemari.

Meski demikian Aini memaklumi bahwasanya beliau sebenarnya sosok yang cerdas alias luas pengetahuannya karena semata mudanya beliau memang suka bertualang.

Dari mulut dia pula, Aini jadi tahu tentang banyak hal yang kian menambah pengetahuannya termasuk kehidupan pribadi warga Desa Sawojajar dan sekitarnya.

Selepas menemani Pakde Toyo mengurus surat-surat di bagian administrasi desa, Aini beranjak hendak pulang sebentar untuk makan siang di rumahnya sekalian menengok Joko.

"Ai, jangan lupa segera kembali yah…"

"..jam setengah dua siang nanti kita ada tamu dinas dari kecamatan.."kata seorang teman sekantornya.

"Injih, Bu…"

-------------

Sementara di rumah Aini. Suasana nampak lengang. Bisa dimaklumi karena Aini hanya tinggal berdua dengan Joko Sembrani.

Tak lama muncul seorang gadis dari dalam rumah.

Sosok gadis itu bertubuh tinggi denok, padat berisi. Di tangannya nampak keranjang berisi pakaian yang habis ia cuci.

Rambut panjangnya yang lebat nampak disanggul ke atas memperlihatkan lehernya yang mulus jenjang.

Gerak lakunya yang gendis luwes kelihatan kementhel (kemayu.red) dengan bokong montoknya yang megal-megol bikin sesak nafas laki-laki yang melihatnya

Belum kelihatan wajahnya tapi keindahan "aksesoris" pribadinya termasuk payudaranya yang menonjol besar dengan sepasang betis langsing berkulit sawo matang namun terlihat bersih mulus itu tak ayal bikin orang langsung berhalusinasi.

Lamat-lamat terdengar senandung merdu dari sosok tersebut menyanyikan sebuah lagu anak-anak sepanjang zaman.


Nina bobo, oh nina bobo...🎶🎵
Kalau tidak bobo, digigit nyamuk
Nina bobo, oh nina bobo
🎶🎵...Kalau tidak bobo, digigit nyamuk


Jari jemarinya yang lentik nampak terampil mengambil cucian dari keranjang cuciannya lalu dijemur di atas tali-tali yang tergantung rapi.

Kebanyakan adalah popok kain yang biasa dipakai oleh bayi dan beberapa handuk kecil.

"Joko…Joko…"

"Bocah kok nggemeske bangeet…"

"...ndak pernah nangis…ndak pernah rewel…ckckck…"

"Makannya lahap banget…"kata si gadis menggumam sendiri disusul senyumannya di bibirnya yang tebal seksi itu.

"Anehnya, pup-nya…(poep : berak/Belanda) kok bening ya dan sama sekali ndak bau…"

"Pipisnya juga ndak bau pesing sama sekali…"gumamnya lagi dengan perasaan heran.

"Apa Aini tahu soal ini ya…? Katanya sendirian.

"Harusnya sih tahu dia…hmmm…"

Di tengah kesibukannya menjemur popok ia menoleh saat mendengar suara dari arah depan rumah.

"Mbak Utari...mbak tari…! Terdengar suara perempuan rada keras memanggilnya.

"Ooohh…piye Yuk…? Sahut Tari sesampainya di beranda depan.

Di depannya kali ini sudah berdiri anak perempuan berpakaian seragam SMP berwajah manis berkerudung berdiri sambil membawa baki berisi mangkok.

"Ini Mbak…bubur bayi bikinan emak buat si Joko…"kata si gadis remaja sambil tersenyum ramah.

"Oalah…apa emakmu ndak capek tho Yuk..bikinkan ini saban hari buat si Joko, pagi siang malam…pagi siang malam…hehehe…"balas Utari

"Tau lah Mbak…'

"Yang penting saya cuma disuruh kasih ini buat si kecil…"

"Ya sudah. Bilang aja sudah diterima Mbak Tari. Ntar aku sampaikan sama Mbak Ai…"kata Tari.

"Terima kasih Mbak"

"Oya, Ayuk sekalian mau lihat si kecil. Boleh ya mbak…?

"Boleh…tapi tunggu sebentar yah. Ini Mbak sudah mau selesai ngejemurnya.."sahutnya.

Saat menyelesaikan menggantung popok, Tari hanya menggelengkan kepalanya sambil tak habis pikir. Emaknya si Ayuk ini begitu getol ngasih bubur buat si kecil padahal Aini sudah berulangkali menolaknya.

Bukan hanya emaknya Ayuk melainkan banyak lagi ibu-ibu di Sawojajar ini yang entah kenapa seolah berebut mencari perhatian dengan memberi yang beraneka rupa.

Bukan karena Aini semata melainkan lebih karena rasa sayang mereka yang begitu besar kepada Joko Sembrani.

Begitu alasan yang sering ia dengar langsung dari mereka.

Berpikir demikian membuat Utari menghela nafas.

"Yuk sekalian dibawa nampannya.."ujar Tari bergegas masuk diikuti oleh si Ayuk.

"Emang si kecil lagi ngapain kalau jam segini, Mbak..?

"Yah, namanya aja masih orok Yuk. Tidur dong. Biasa kalu habis sarapan…"ucap Tari.

"Tuh, tempat tidurnya ada di pintu kedua sebelah kiri, Yuk…"

Ayuk hanya tersenyum sebelum melangkah masuk. Sementara Tari masih sibuk membereskan peralatan.

"Aaaaaaaaa…..!!!!

Mendadak terdengar pekik keras si Ayuk dari dalam bilik.

Tari yang mendengarnya sontak terkaget lantas bergegas menuju ke kamar.

"Aaaakkhhh….!!!

Jeritan Tari terdengar keras menyusul pekik Ayuk sebelumnya.

Tubuh Utari gemetar sambil berdiri memandang ke muka.

Sementara Ayuk telah duduk delonsor di pojok lantai kamar dekat lemari baju dalam posisi meringkuk ketakutan.

Wajah gadis remaja ini pucat pasi memandang tak berkedip ke arah tempat tidur di mana si Joko kecil tidur berbaring.

Utari lebih-lebih lagi. Dalam posisi berdiri ia seolah terpantek di atas bumi manakala sorot matanya yang terbuka memandang nyalang dengan mulut menganga.

Di atas pembaringan nampaklah satu pemandangan yang sangat menggidikkan dan mengerikan.

Terlihat jelas dua ekor ular kobra dewasa berukuran cukup besar masing-masing sepanjang 2 meter melata di dekat Joko Sembrani dalam jarak hanya sekian jengkal saja.



Ular kobra

Bayi mungil berumur 3 bulan itu nampak terlelap dengan pulasnya. Dia tak menyadari ancaman maut yang tengah mengintainya dengan sangat jelas.

Utari yang semula terpaku akhirnya mampu bersuara dan segera berlari keluar hendak meminta bantuan siapa saja yang ia temui.

Sementara Ayuk masih meringkuk ketakutan di pojokan tanpa bisa menggerakkan anggota tubuhnya saking terkejutnya.

Tepat di saat keluar pintu Utari secara sangat kebetulan melihat Aini yang baru saja tiba memakai sepeda onthelnya.

"Ai..ai..aduuuhhhh…syukurrr Ya Allahhhh….!

"Ada apa, Ut…? Kamu kok kayak gini sih…? Tanya Aini yang rada kaget tangannya digenggam erat Tari.

"Joko…Joko…Ai…ada ular…ularrrr…Aiiii…"katanya terbata dengan raut muka begitu tegang dan pucat.

Tangannya menunjuk-nunjuk ke dalam rumah. Aini yang segera tersadar langsung memekik kecil lantas setengah berlarian masuk ke dalam rumah diikuti oleh Tari.

Rok ketat dan hijab yang dipakainya berkibar tak menghalanginya untuk berlari.

"Joko…Joko…Joko….!!!

Ucapnya setengah berteriak sambil memuju ke kamar putra semata wayang mendiang Sumini itu.

Setelah masuk langkah kaki Aini seketika terpantek ke bumi.

"Akhhhh…"

Kedua matanya terbuka setengah melotot memandang ke muka dengan bibir terbuka lebar dalam kekagetannya.

Tepat hanya beberapa langkah di hadapannya terlihat sebuah penampakan ganjil sekaligus luar biasa persisnya di atas pembaringan Joko Sembrani.

Pemandangan yang membuat siapapun akan bergidik ngeri sekaligus takjub di saat bersamaan.

"Ai…hahhhh…!!!!
Pekik Tari terdengar tertahan manakala ia sampai di samping Aini.

Spontan ia menutup mulutnya dengan kedua tangan sambil sepasang matanya menatap dengan sorot tak percaya akan penampakan yang dilihatnya saat itu.

Kedua wanita itu tak mampu berkata-kata kecuali diam terpaku melihat fenomena nyata yang tergambar jelas di pelupuk mata mereka.

Joko Sembrani, bayi berusia baru 3 bulan ini terlihat sudah dalam posisi duduk tegak di atas kasur.

"Egghh…eghhh..egghhh…"

Joko mengerang dan mengoceh lirih laiknya bayi seusianya dengan raut muka imutnya yang tanpa dosa tersenyum sangat menggemaskan.

Wajah yang putih mulus dan cempluk itu nampak begitu lucu dan sangat manis memperlihatkan barisan gigi mungilnya yang secara ajaib telah tumbuh sebagian begitu cepat melebihi normalnya bayi manusia.

Namun bukan itu sebenarnya yang membuat kedua perempuan itu terpaku melainkan sesuatu yang berada di genggaman Joko Sembrani.

Anak itu mengangkat kedua tangannya dan mengibaskannya kesana kemari dengan leluasa seolah asyik bermain bersama mainannya.

Nampak sangat jelas kedua telapak mungil itu mencengkram masing-masing seekor ular kobra yang tadi tepat berada disisinya.

Dikibaskannya berulang kali sambil bibirnya mengoceh dengan raut muka lucu menggemaskan.

"E..eeghh…ee…eeghhh…."

"Akhhh…
!! Terdengar pekik Aini dan Tari nyaris berbarengan manakala Joko melempar "mainannya" ke lantai.

Joko menepuk-nepuk kakinya sendiri sambil mengoceh lucu lalu merangkak pelan di atas tempat tidurnya.

Hal ini sontak menyadarkan Aini yang cepat meraih Joko yang tengah meraba dinding hendak berdiri.

Dengan hati-hati Aini berhasil memondong Joko dalam pelukannya sambil matanya menatap tak berkedip ke bawah melihat sepasang ular kobra tersebut.

Tak lama seorang bapak tetangga Aini yang dikenalnya baik tak lain adalah Pakde Toyo sudah tiba di situ sambil berseru kaget.

"Ast*ghfirull*h…!!!

"Kobraaa…kobraaa…Kuwi…!!!
Serunya sambil meminta semua yang ada disitu untuk segera menjauh.

"Ularnya sudah mati dari tadi…"ucap seorang gadis tiba-tiba mengagetkan mereka yang hadir di situ…Pak Toyo, Aini dan juga Tari.

"Ayuk melihatnya sendiri…"

"Kedua Ular kobra itu sudah berdiri dengan membuka sirip kepalanya…"

"Mulutnya terbuka lebar lalu merunduk kayak mau mematuk Joko…"

"Joko tiba-tiba bangun dari tidurnya lalu menangis keras sambil menggeliat…"

"Ayuk tak sempat melihat persis kejadiannya karena takut. Tapi setelah itu Ayuk melihat jelas kedua tangannya Joko sudah mencengkram leher kedua ular itu seperti mau meremasnya…"

"Tangannya lantas membanting kedua ular itu berkali-kali sambil terus menangis…"

Ayuk lantas diam tak melanjutkan kata-katanya.

Sesaat suasana nampak lengang sebelum Pak Toyo memberanikan diri mengambil sebatang tongkat panjang di dekat pintu.

Dicobanya meraih kedua ular kobra itu dan ia pun terkaget sambil mundur ke belakang.

"Gimana Pakde….??"
Muncul suara Aini pertama kali memecah keheningan. Suaranya terdengar cemas dan ketakutan.

Pak Toyo tak menjawab. Ia terlihat mencoba kembali mendekat terus duduk dengan kehati-hatian berjongkok di dekat sepasang ular yang nampak terkulai dengan moncong menganga.

Ia menghela nafas panjang sambil matanya menebar sekeliling menatap tajam mereka yang hadir di kamar tersebut terutama Aini yang terlihat memondong erat Joko Sembrani.

"Seperti yang dibilang Ayuk, Kobranya memang sudah mati Ai…"

"...bapak tidak bisa ngomong apa-apa lagi"

"Semua ini jelas kuasa Gusti Kang Maha Agung yang telah memberi perlindungan buat putra Sumini, Ai.. Angger Joko Sembrani"

"Sungguh kejadian ini jelas tak masuk di akal dan merupakan mukjizat ajaib yang tidak sembarang orang mengalaminya…"

"Menurut bapak, Ngger Joko Sembrani ini pasti memiliki sesuatu keistimewaan di dalam dirinya"

"Entah apa itu bapak juga tidak tahu persis…"

"Yang pasti kamu musti menjaganya baik-baik Ai…"ucap Pakde Toyo sambil berpikir sejenak.

{"Anak Sumini ini jelas bukan anak sembarangan….mungkin saja di kehidupan lain dia merupakan jelmaan sosok luar biasa istimewa yang entah bagaimana dan apa alasannya menitis ke dalam sosok Ngger Joko Sembrani…hemmm…}

Aini hanya mengangguk dan segera keluar dari kamar diikuti Tari dan Ayuk yang bergegas pulang ke rumahnya.

Pakde Toyo yang masih membersihkan bangkai ular itu sambil menyapu lantai tiba-tiba menghentikan aktifitasnya. Diam tak bergerak seolah mematung.

Daun telinganya yang besar nampak bergerak-gerak.

Pakde Toyo seperti terhenyak saat telinganya mendengar sesuatu yang meski sebentar namun cukup jelas terdengar olehnya.

Suara itu lirih namun terdengar seperti sebuah desisan yang disusul suara menyerupai geraman, entah manusia entah bukan.

Namun satu yang membuat pria tua itu terdiam karena suara itu terdengar begitu menyeramkan dan sempat membuat bulu kuduknya merinding.

"Garrghhhhh….."

Tanpa diketahui Pakde Toyo, segumpal asap kehitaman samar terlihat keluar dari kamar Joko Sembrani melalui jendela kayu yang dibiarkan terbuka lalu menghilang ditelan angin yang berhembus.

Sementara kabar tentang ihwal kejadian di rumah Aini kontan saja menjadi kabar yang menggemparkan bukan hanya di Desa Sawojajar melainkan juga sampai ke desa-desa lain hingga ke kecamatan.

Semua membicarakan kejadian mengerikan sekaligus luar biasa yang dialami bayi Joko Sembrani.

Sebagian orang mempercayai berita itu namun banyak pula yang menganggapnya sebatas gosip dan omong kosong belaka.

Dari sekian orang yang mengamini kabar tersebut nyatanya hanya ada dua sosok saja yang seolah terus terbayang dan teringat akan kejadian itu.

Sosok pertama adalah pria tua bernama Sri Toyodiningrat atau yang akrab dipanggil Pakde Toyo.

Kedua ialah wanita yang paling dekat kehadirannya dengan sosok bayi ajaib, si Joko Sembrani. Sosok yang bisa dibilang merupakan orang tua asuhnya yang telah merawatnya menggantikan posisi ayah ibunya yang telah tiada.

Wanita yang sangat menyayangi dan mengasihinya dengan sepenuh hati, Aini.

-------------

Malam ini tepat berselang 1 minggu pasca kejadian yang menggemparkan itu terjadi.

Rumah Aini terlihat senyap. Sepertinya penghuni rumah memang sudah terlelap dalam tidurnya.

Angin malam yang dingin semilir lembut diiringi suara jangkrik genggong dan kodok ngorek bersahutan silih berganti menciptakan suasana malam yang damai dan menentramkan.

Akan tetapi suasana adem malam ini nyatanya tidak juga membuat pemilik sepasang mata indah ini terlena.

Berkali-kali mata indahnya yang bersinar teduh berbulu lentik dan beralis tebal melengkung itu terlihat merem melek seperti ada yang menganggu kenyamanan waktu tidurnya padahal jam sudah menunjukkan jelang pukul 12 malam.

Sudah diusahakannya untuk memejamkan mata namun sosok mungil dan imut yang ada di balik baby crib berbahan kayu kukuh itu membuatnya tak jenak pikirannya.

Beberapa kali sosok wanita yang hanya berbalut kain daster tidur tipis selutut itu nampak menggeliat gelisah seolah ada yang mengganggunya.

Saking tipisnya daster yang dipakainya tak ayal memperlihatkan siluet lekuk tubuhnya yang membayang begitu menggoda dari tampak belakang.

Posisi tidurnya yang menyamping membelakangi jelas mempertontonkan belikat punggungnya yang menonjol seksi berikut kulitnya yang putih mulus.

Pinggangnya meliuk ramping mempesona mengarah ke pinggulnya yang mekar indah tertutupi sebagian oleh rambut hitamnya yang panjang lebat indah terawat.

Disusul bongkahan pantatnya yang cukup besar menonjol bulat mulus dan kencang sangat menggiurkan.

Sehelai cawet celana dalam minim warna merah maroon tercetak cukup jelas membungkus bokong putih dan mulus yang membulat penuh itu menampilkan belahan anu*nya yang sangat menggetarkan syahwat pria.

Paha montoknya yang padat dan jenjang beserta betis yang langsing dan putih mulus saling menumpuk melengkapi pesona keindahan yang tergelar nyata menohok dada.

Sebentar tubuh molek itu perlahan memutar menghadap ke muka menampilkan pesona area depan yang tak kalah luar biasa membayang indah dari kain tipis itu.

Sepasang buah dadanya yang bulat mengkal begitu kencang tanpa bra begitu memukau dengan puting yang imut berwarna merah kecoklatan begitu menyedapkan pandangan para pria.

Semua gambaran tersebut jelas menampilkan aura seksualitas yang nyaris sempurna dari sosok perempuan muda nan ayu yang tengah terbaring dalam lamunannya itu.

Yah, Aini masih terjaga dari tidurnya dengan sorot mata tajam mengawasi Joko kecil yang tertidur pulas dengan wajah imut dan menggemaskannya.

Pikirannya masih saja tak tenang karena peristiwa siang itu yang nyaris merenggut nyawa si kecil, Joko Sembrani.

Ia sendiri tak habis pikir. Hampir 15 tahun ia tinggal di rumah itu bersama keluarga mendiang Sumini tak sekalipun mereka menjumpai hewan liar berbahaya apalagi sejenis ular kobra.

Ditambahkan lagi bahwa menurut Pakde Toyo yang sudah hidup di Sawojajar di hampir sepanjang hidupnya juga belum pernah ditemukan kejadian menggegerkan seperti ini.

Jangankan masuk ke dalam rumah melihat ular kobra saja mereka belum pernah.

Naluri Aini yang peka sebagai seorang perempuan bisa merasakan hal ganjil yang membuatnya tidak nyaman dari peristiwa yang baru dialaminya.



Baby Crib / Box

Ia lantas bangun dari tidurnya lalu berjalan mendekati ranjang baby crib yang baru saja dibelinya dimana si kecil tertidur pulas.

Digenggamnya erat teralis box yang terbuat dari kayu itu dengan penuh kehati-hatian.

Pandang matanya lembut menatap penuh kasih sayang si kecil yang terlihat pulas.

"...Joko, Joko Sembrani, sayangku…"ucapnya lirih sambil tersenyum manis.

Wajah yang imut dengan alis mata tebal nampak jelas berbeda dibanding anak seusianya. Hidung mancung dengan kulit putih mulus, badan montok serta rambutnya yang terlihat makin lebat sungguh memperlihatkan paras tampannya yang tak bisa dipungkiri.

"Kamu betul-betul ganteng sayangku…"

"Tante…Tante Ai…aakhh.."


Aini menghentikan kalimatnya takkala menyebut dirinya sendiri "tante" saat memuji ketampanan keponakan kecilnya. Sepintas senyum manisnya kelihatan saat tersipu lalu dipegangnya lembut pipinya sendiri.

"Tante Ai tidak sabar melihatmu tumbuh dewasa, sayangku…"katanya lagi kali ini sambil mengusap lembut pipi Joko Sembrani

"Saat ini Tante Ai sangat bahagia bisa bersamamu, sayang.."
.......
"Tante janji akan menjaga dan melindungimu dari apapun yang akan mencelakai dirimu
…"ucapnya lalu mengecup lembut kening Joko.

"...oohhh…mbakyu….mbakyu Sumini…"
…….
"Aini…Aini berjanji akan merawat dan menjaganya sampai dia bisa hidup mandiri kelak…hik..hik..hik.."


Terdengar sesenggukan suaranya menahan tangis yang tak tertahankan saat Aini sudah kembali berbaring di atas tempat tidurnya.

Dipandanginya baby crib di mana si kecil Joko berada untuk yang kesekian kalinya memastikannya dalam keadaan baik-baik saja.

"Besok sepulang kerja aku sempatkan sebentar menemui Umi Ana di rumahnya…"kata Aini sambil mengusap pipinya yang semula basah lalu kembali larut dalam lamunannya

-------------

"Tentu dik Ai, insyaallah aku akan datang mendampingi pengajian untuk keluargamu.."

"...untuk membentengi hal-hal seperti itu memang seharusnya kita banyak mendekatkan diri kepada Illahi Robbi.."
"Banyak yang bisa kita lakukan, Ai..."
"...ibadah wajib, ibadah sunah maupun amalan-amalan yang lain, seperti pengajian misalnya"
"Semuanya itu tentu bertujuan supaya dikabulkan segala hajat kita. Senantiasa mendapat perlindungan agar kita terhindar dari marabahaya maupun hal-hal yang tidak kita inginkan…"ucap wanita berjilbab lebar itu dengan raut muka ramah.

Aini mendengarkannya dengan seksama sambil sesekali menganggukan kepala.

"Hemmm, kapan umi ada waktu luang ?
"...kalu saya jelas lebih fleksibel kok mi, beda dengan jadwal Umi Latifah yang padat menghadiri undangan pengajian sampai kemana-mana…"tanya Aini tersenyum sambil sedikit menjura.
(Umi : ibu)

Mendengar Aini memujinya membuat wajah ayu wanita bergamis lebar dan berkacamata ini nampak tersipu .

"Jangan terlalu memuji dik..'

" ..biasa aja. Lha wong belum setenar mamah Dedeh kok…"

"Baru level tarkam alias antar kampung…hihihi…"balas wanita cantik ini sambil tertawa kecil.

Aini yang mendengarnya ikut tertawa sekaligus merasa lega bukan main karena orang yang sangat diharapkannya bisa datang memenuhi undangannya.

"Bagaimana kalu malam Jumat lusa, Ai…?
"...dibarengkan sekalian sama pengajian rutin ibu-ibu menjelang bulan puasa…"ucap Umi Ana menawarkan.

"Kebetulan pas hari itu aku longgar alias tidak ada jadwal.."

"Karena hari sabtu aku diundang sebagai penceramah kelompok pengajian ibu-ibu persaudaraan haji di Desa Wolokerto…"

"Ahadnya Umi sudah diundang menghadiri silaturahmi forum komunikasi perangkat desa se-kabupaten di rumah dinas bupati, Dik..."
"...kebetulan penceramahnya memang favorit Umi, yaitu Ust. Fikriansyah dari Jakarta…"

"Ustad Fikriansyah…?!"tanya Ai.

"Bukankah dia ustad muda ganteng berdarah Arab yang terkenal itu, Mi..?"

"...yang sering tampil di TV-TV…?" ujar Ai dengan antusias. Sang Umi hanya tersenyum lalu menganggukan kepala.

Sejenak seperti berpikir Aini akhirnya mengiyakan saran dari Umi Ana untuk mengadakan pengajian keluarga berbarengan dengan pengajian ibu-ibu setempat.

"...baik Umi, saya menurut saja apa kata Umi Latifah..."ujar Aini dengan muka berseri-seri.

Setelah berbasa-basi sejenak Aini pamit pulang dengan perasaan senang dan lega bukan main.

"Ya Alloh…Alhamdulillah...."
.......
"...matur nuwun…puji syukur Aini panjatkan karena ridho-Mu, Umi Ana insyaallah akan hadir…"
"...niat Aini untuk mengadakan pengajian bersama ini semata-mata ikhtiar Aini dalam melindungi keluargaku terutama ponakanku tersayang, Joko Sembrani dari semua bentuk kejahatan maupun bencana…"
......
"...amin…"
ujarnya lirih sambil memandang ke langit sore yang makin mendung dengan awan berarak makin cepat dihembuskan angin senja.

------------

Hari kamis itu pukul 5 sore selepas ashar terlihat aktifitas di Masjid As Syukur Al Fadholi yang merupakan masjid terbesar di Desa Sawojajar dan sekitarnya.

Suasana nampak hikmat saat puluhan wanita berpakaian muslimah bersama -sama memanjatkan ayat-ayat suci di dalam masjid yang terbilang cukup megah berlantai dua dan luas berubin granit itu.

Para jemaah pengajian yang mayoritas ibu-ibu paruh baya ini kelihatan makin khusyuk takkala lantunan merdu ayat-ayat suci kali ini muncul dari bibir tipis kemerahan seorang wanita ayu berhijab mencolok dan berkacamata yang berada paling depan.


Ustazah Ana "Umi" Latifah

Sosoknya terlihat menonjol selain karena busana gamis mewah yang ia pakai juga karena suaranya yang terdengar begitu fasih melafalkan bait ayat demi ayat dilagukan dengan sempurna tanpa cacat.

Beberapa Ibu mendongak sambil menatap sosok tersebut dengan pandangan penuh kagum.

Beliau, siapa lagi kalau bukan Ustazah "Umi" Latifah atau lengkapnya Ustazah Hj. Ana Latifah.

Perempuan muda berusia 30an ini bergelar sarjana agama dari sebuah perguruan tinggi ternama di Jawa sekaligus dai wanita yang terkenal di seluruh Kecamatan Lohjinawi.

Namanya bahkan mulai kondang hingga ke penjuru kabupaten membuat dirinya makin laris sebagai penceramah.

Suaminya yang juga lulusan ponpes terkenal telah memiliki pondok pesantren sendiri dengan ratusan siswa semakin meneguhkan Hj. Ana Latifah sebagai wanita alim berilmu dan dianggap sebagai salah satu warga terhormat di sana.

Tak terasa sudah hampir setengah jam mereka mengaji sebelum kemudian Umi Latifah menyela untuk memberikan tausiyahnya.

Semua ibu-ibu yang hadir mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang keluar dari mulut Ustazah muda nan cantik itu.

"...demikian ya ibu-ibu…"

"Oleh karenanya kita wajib senantiasa berdoa kiranya kita dijauhkan dari segala bentuk ancaman dan malapetaka…"

"…Mari kita berdoa bersama di pengajian sore ini terutama ditujukan untuk keluarga Dik Aini Komalasari…lebih-lebih untuk adik kecil kita yang tersayang, Adik Joko Sembrani…agar selalu diberikan keselamatan, kesehatan dan kehidupan yang penuh barokah sekaligus manfaat hari ini dan di masa datang…"

".....aaminnn…"ucapan para jamaah terdengar nyaring seusai Umi Latifah berkata-kata.

Sesaat kemudian kembali terdengar lantunan ayat-ayat suci yang merdu dibawakan oleh Umi Ana bersama dengan para ibu-ibu yang hadir, tidak terkecuali Aini yang berada di sampingnya.

Angin sore membawa mendung pelan tapi pasti kian menyeruak hingga ke tengah-tengah acara di dalam masjid.

Aini yang rada mengkhawatirkan keadaan rumah terutama Joko Sembrani yang hanya ditemani oleh Tari terlihat tak bisa diam.

Beberapa kali wajah manis dan ayu berkerudung itu mendonggak melihat ke arah rumahnya yang berjarak seratusan meter dari masjid megah tersebut.

Ustadzah Ana alias Umi Latifah yang mengetahuinya di sela-sela doanya hanya melirik sebentar.

Sebentar kemudian doa pun selesai dan dilanjutkan dengan ramah tamah dengan menyantap makanan yang telah disediakan.

" …kamu kenapa Ai..? Seperti ada yang kamu cemaskan…"tanya Umi Ana di sela-sela jeda waktu.

"Oh ya, Mi…"
.......
"..maaf, saya…saya ijin sebentar mau nengok rumah takutnya ada yang kelupaan belum saya masukkan…kayaknya mbentar lagi mau hujan deras ini…"

"Bukannya ada si Tari di rumah kamu Ai..?"

"Betul Mi, cuman biar saya lebih yakin saja…sekalian nengok si kecil…"balas Aini berharap ustadzah muda yang sepantaran dengan Alm. Sumini ini membolehkannya pulang barang sebentar.

"Ya sudah…tapi ndak usah lari…kalau hujan takkan kemana kok Ai…"kata Umi Ana sambil tersenyum.

Begitu mendapat kode dari Umi Ana, Ai segera bergegas pulang ke rumahnya. Saking keburunya membuat Ai berjalan cepat setengah berlari diselingi suara guntur yang semakin dekat.

Sejenak Ai berhenti menatap mega mendung yang telah demikian pekat menggantung tepat di atasnya.

"Aaahhhh.."
desah Ai lantas berlari kecil menuju rumahnya yang sudah kelihatan dari jauh.

Tiba-tiba kilatan cahaya terang dilanjutkan suara gelegar guntur memekakkan telinga tepat setelah Aini menginjakkan kaki di halaman rumah.

CESSS…GELEGAR ….!!!

"Subh*n*llah….subhan*ll*h….!
Pekik kecil Ai sambil memegang dadanya. Iapun terus masuk begitu saja tanpa melepas sandalnya.

Sementara ibu-ibu pengajian termasuk Ustadzah Ana Latifah sontak berdzikir takkala guntur menggelegar keras di atas mereka.

"Padahal musim hujan masih beberapa bulan lagi ya Bu, tapi hujan deras sudah turun sampai berhari-hari…."ucap seorang ibu yang hadir kepada temannya.

Sementara Umi Ana hanya diam sambil sesekali memejamkan matanya.

Meski berilmu soal pengetahuan agama namun dia tetaplah manusia biasa yang terkadang dihinggapi rasa takut.

Bibir tipisnya yang bergincu merah muda itu nampak komat-kamit membaca doa berusaha menenangkan hatinya yang mendadak berdebar begitu kuat tanpa ada alasan yang jelas.

Sebentar kemudian hujan pun turun dengan derasnya disertai kilatan api guntur saling bersambung di seluruh penjuru desa dan sekitarnya.

Aini yang sudah berada di beranda mendapati Tari tengah sibuk menyetrika sambil menonton TV.

"Pengajiannya sudah selesai Ai..?" Tanya Tari sambil tersenyum melihat Aini kembali dari masjid.

"Belum Mbak…cuman pengin nengok Joko sebentar…"sahut Aini.

"Oohh…si kecil kayaknya masih pules itu. Barusan sebelum kamu datang, aku sempat menengoknya tadi…"

"Syukurlah kalu begitu….pas hujan lebat ini…"ucap Ai sambil tersenyum lega.

Sebentar ia pun melangkah masuk ke dalam kamar si kecil Joko Sembrani.

Aini memandang si kecil dengan sorot penuh kasih sayang. Diusapnya lembut pipi dan wajah imut itu perlahan sekali.

Ada sekian menit Aini berada di dalam kamar si kecil sebelum kemudian keluar untuk beranjak ke kamar mandi.

"Mbak Ut, nanti setelah aku tinggal...jangan lupa rajin menengok Joko, ya mbak..."

"Ok Ai...beres deh..."kata Tari sambil mengangkat jempolnya.

Namun barusan saja Aini keluar kamar dan menutup pintu terjadi fenomena aneh di ranjang bayi dimana si kecil tergolek pulas.

Tampak seperti seberkas cahaya kekuningan seperti memancar keluar dari dalam sela-sela teralis box baby crib tersebut.

Apa yang sebenarnya tengah terjadi di dalam ranjang baby crib itu...?

Cahaya kekuningan berwarna keemasan itu ternyata bukanlah sinar lampu melainkan keluar dari sosok mungil Joko Sembrani yang makin lama kilaunya semakin nampak nyata !

Bersamaan dengan itu di dalam Masjid As Syukur dimana tengah dilangsungkan acara pengajian yang dipandu oleh Ustazah Umi Latifah terjadi keganjilan luar biasa yang membuat Ustazah Umi sontak diam terpaku.

Di tengah hujan yang mengguyur lebat disertai gemuruh guntur sambung menyambung menjadi satu, sepasang mata bening Ustazah Umi melotot tak berkedip memandang ke tengah dalam area utama masjid.

Tepat di tengah ibu-ibu pengajian yang hadir satu sosok pria nampak tegap berdiri berselimut cahaya kuning keemasan menyelubungi sekujur tubuhnya.

Belum nampak jelas wajahnya namun posturnya yang semakin kelihatan memperlihatkan lekuk tubuh perkasa seorang pria.

Bersamaan sinar kuning dari tubuh Joko Sembrani menguat begitu pula raut muka dan tubuh pria asing yang entah darimana datangnya mendadak muncul di tengah area dalam masjid.

Mata Umi Latifah tak berkedip dengan bibir terbuka manakala paras pria tersebut semakin nyata berikut seluruh tubuhnya.

"Akhhh…!

Ustadzah Umi sontak memekik kecil manakala matanya berbenturan dengan sorot pria tersebut.

Dada Umi berdetak kencang bak tersetrum listrik saat mata tajam berwarna kebiruan nan bening mempesona itu seakan-akan menikam jantungnya.




Seraut pria muda yang sangat tampan dengan semacam mahkota indah keemasan bertengger cantik di kepalanya yang berambut panjang terkuncir.

Sementara tubuhnya yang setengah terbuka nampak bidang gagah berotot dihiasi aksesoris etnik menyerupai perhiasan kerajaan jaman dahulu berupa manik-manik dan gelang emas menampilkan aura yang luar biasa menggetarkan.

Wajahnya tidak kelihatan jelas karena jauhnya jarak dengan posisi Umi Latifah tidak menghilangkan pesonanya yang membuat sekujur tubuh ustazah cantik ini gemetar karena takjub.

Pria misterius itu memegang semacam tombak berwarna gelap berhiaskan batu mulia yang nampak gemerlap di tengah cahaya kekuningan yang keluar dari dalam tubuhnya.

Ustadzah Umi Latifah yang tak mampu mengontrol dirinya tiba-tiba merintih dan mengerang saat birahinya menguat drastis ditandai rasa gatal dan geli yang luar biasa di area buah dada, leher, paha, pantat dan terutama liang kewanitaannya.

"Oooohhhh…. ssshhhh….ahhhhh…."

Suara rintihannya kian keras manakala sepasang jari tangannya meraba tubuhnya sendiri. Mengelus dan menelusup ke balik gamis ketatnya.

Tangan kanan meremasi buah dadanya sendiri yang menonjol indah sedang tangan kirinya menekan keras pangkal pahanya.

Matanya terpejam sesekali merem melek menatap pria tampan di hadapannya yang kian mendekat ke arahnya.

Anehnya semakin pria misterius itu berjalan mendekat ke arahnya birahinya justru makin kuat hingga akhirnya si pria sudah berdiri hanya beberapa langkah di depannya yang tengah bersimpuh di lantai masjid.

"Ooouugghhh….Gustiii...ampunnnn…akuuuhhhh…ndak kuaatt lagiii…akhhhhh…!!!!

Creett…

"...gantengnyaaaa….!!!

'..***nteng bangeettttt….!!!


Creettt….

"... KELUARRRRR….!!!

"Ooouugghhh….!!"


Tubuh semok Ustazah Umi meronta dan menggelinjang saat pria tersebut tersenyum sambil menjura hormat ke arahnya tanpa suara

Tubuh moleknya yang tertutup hijab dan gamis ketat mengejang seiring rasa nikmat orgasme mengoyak liang cintanya menghunjam ke dalam jantungnya.

Sepasang matanya membelalak dengan mulut menganga merasakan nikmatnya orgasme yang belum pernah ia alami sebelumnya di sepanjang hidupnya.

Pinggul dan pantatnya terangkat tinggi dengan paha mengangkang saat klimaks itu menghampirinya begitu dahsyat tanpa permisi.

Erangannya mengejutkan para jama'ah yang semula tidak memperhatikan.

Tubuh Ustazah Umi sesekali mengejat saat klimaksnya perlahan mereda bersamaan sosok pria tampan dan misterius itu perlahan memudar lalu menghilang begitu saja tanpa bekas.

Bersamaan dengan itu di rumah Aini, cahaya keemasan yang keluar dari dalam tubuh mungil Joko Sembrani perlahan meredup lalu lenyap seperti tak pernah terjadi sesuatu.

Sementara Aini yang hendak kembali ke masjid menyempatkan diri untuk menengok si kecil kembali di dalam kamar.

Sesampainya di tepian ranjang, Aini menjulurkan jemari lentiknya meraba lembut wajah Joko yang nampak mengolet dengan begitu menggemaskan.

Kedua mata yang semula tertutup itu akhirnya membuka memperlihatkan sorot mata yang begitu bening dan meneduhkan.

Aini tak bisa untuk menahan senyumnya. Hatinya berbunga-bunga apalagi saat si kecil mengerang lirih. Yah, Joko Sembrani terbangun dari tidur pulasnya.

Diangkatnya sosok mungil lalu didekapnya dengan erat ke dalam pelukannya seakan-akan tak membiarkan apapun buat menyakitinya.

Ditimangnya pelan penuh kasih sayang sambil bibirnya bersenandung lirih tanpa ia menyadari telah terjadi suatu keanehan pada sosok mungil di pangkuannya ini.

Bersamaan itu di luar sana cuaca buruk berupa hujan lebat dan guntur yang tadi melingkupi pelosok Sawojajar dan sekitarnya mendadak mereda seketika.

Awan mendung pekat yang memayungi langit Sawojajar perlahan sirna memperlihatkan semburat sinar matahari sore yang mengintip malu-malu menuju peraduannya.

"Saya tidak apa-apa kok Bu…hahhh…"kata Umi Latifah saat ibu-ibu mengerubunginya dengan rasa cemas dan takut.

Nafas dan jantungnya belum kembali ke keadaan normal membuat Umi Latifah sulit untuk berkata-kata.

Beberapa kali terlihat ia memejamkan mata dengan posisi setengah tidur bersandar di dinding masjid.

Ia berusaha mengembalikan kesadarannya akibat kejadian aneh bin ajaib yang telah dialaminya barusan saja.

Tak berapa lama, Aini pun kembali ke dalam masjid lalu ikut terkejut mendapati keadaannya.

"Umi ndak papa kok Ai…"

"Hahhh…mungkin kecapekan atau kondisi kesehatan lagi kurang baik…hahhh.."kata Umi sedikit memburu.

"Maaf Umi, saran saya…Umi harus segera periksa diri ke dokter secepatnya…"
.......
"... amit-amit, takutnya ada gejala penyakit yang harus cepat ditangani…"kata Aini sambil memegang lembut jemari tangan Umi Latifah.

Umi hanya diam memejamkan mata lalu mengangguk sambil menarik nafasnya.

"Umi…umi basah kuyup ya gamisnya…? ujar Aini sedikit terkejut..

"Apa..Umi sempat keluar tadi lalu kebasahan…?" Lanjut Aini menegaskan.

Umi yang baru menyadarinya sontak tergugup lalu berusaha mengalihkan keadaan.

"...ii..iyaa dik…tadi…hemmm…sempat keluar masjid…ada yang terlupa di mobil…"katanya berkilah.

Tak lama pengajianpun berakhir dan para jamaah kembali ke rumahnya masing-masing.

Sementara itu selama perjalanan pulang segudang pertanyaan dan keheranan memuncak menggelayut di benak kedua wanita ini, Aini dan Ustadzah Umi Latifah.

---------------

Malam itu Ustazah Umi tak bisa tidur.

Ia baru saja selesai menunaikan shalat tahajud berusaha memenangkan perasaannya yang sempat terguncang karena kejadian ganjil sekaligus luar biasa yang dialaminya di dalam masjid sore tadi.

Masih mengenakan mukenah mahal berbahan sutra yang ia beli sewaktu umroh di tanah suci ia bersandar di dinding kamarnya.

Matanya terpejam erat bukan untuk menghilangkan gambaran peristiwa ganjil itu melainkan sebaliknya. Umi Latifah justru ingin mengingat kembali kejadian aneh namun sangat berkesan membekas dalam sanubarinya.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya khususnya semenjak ia dinikahi oleh Kyai Haji (KH) Sobri Amin yang kini menjadi suaminya, ia mengalami orgasme yang tak pernah terbayangkan.

Yah, klimaks seksual yang luar biasa. Begitu nikmat…begitu ennak dan sangat menggetarkan relung kewanitaannya.

Sebagai wanita dewasa yang normal pastilah ia juga membutuhkan kepuasan seksual saat berhubungan intim bersama suaminya.

Namun sayangnya hal itu tak bisa ia dapatkan semenjak suaminya menderita lemah syahwat lebih dari setahun ini.

Entah apa yang terjadi, suaminya KH. Sobri Amin yang terbilang belum terlalu tua sekitar 48 tahun mengalami masalah kejantanan yang membuatnya tak bisa melaksanakan tugasnya sebagai suami yaitu memberi nafkah batin kepada istri mudanya ini.

Yah, Umi Latifah adalah istri keduanya setelah istri pertamanya meninggal karena sakit.

Umi Latifah dan suami sudah berupaya berobat kemana-mana namun tak kunjung membuahkan hasil.

Umi yang terlanjur menyayangi suaminya 'terpaksa" menahan diri dan membiarkan dirinya terombang-ambing dalam nafsu birahi yang semu alias tak terlampiaskan secara hak.

Umi sadar bahwa sebagai wanita muda yang aktif ia masih sangat membutuhkan seks. Ia butuh penyaluran libido sebagai sarana rekreasi sebagai seorang wanita…seorang manusia.

Dan hari ini…sore ini , libido seks yang ia pendam lama akhirnya meletup dahsyat bagaikan kawah gunung yang mengeluarkan isi perutnya setelah tertahan berabad-abad lamanya.

Sungguh kenikmatan klimaks seks yang dialaminya begitu luar biasa sampai ia pun nyaris pingsan dibuatnya.

Yang bikin istimewa sekaligus menakjubkan…klimaksnya itu muncul terlecut dan meletus hebat saat dirinya melihat sosok misterius seorang pria muda yang berada di dalam masjid.

"Ooowwhhh…ganteng banget dan begitu gagahnya…"ucap lirih Umi Latifa sambil menggigit bibirnya sendiri.

Meski tak terlampau jelas ia bisa melihat ketampanan paras muka si pemuda begitu sempurna tanpa cela.

Dibandingkan ustadz Fikriansyah yang dianggap pria terganteng saat ini oleh banyak khalayak, ketampanan pemuda yang ditemuinya ini jauh tak bisa dibandingkan. Ibarat setetes air di tengah kolam.

Yang mengherankan lagi, tak seorangpun dari ibu-ibu para jama'ah yang melihat sosok pemuda itu kecuali dirinya.

Ia benar-benar tak habis pikir.

Apakah ini hanya sekedar buah khayalan, imajinasi semu atau cuma halusinasi belaka akan kehausan lahiriahnya terhadap sentuhan laki-laki alias soal seks ? Entahlah, ia sendiri bingung untuk menjawabnya.

Memikirkan hal itu membuat Umi tertunduk masih dalam posisi duduk bersimpuh di atas sajadah.

Sebentar terlihat bahunya bergetar disusul isak tangisannya terdengar pilu.

"Abi…Abi…maafkan Umi…hikhik.."

"Umi sadar telah berbuat salah dengan membayangkan laki-laki lain hingga umi jadi seperti ini…"

"Umi menyadari tak pantas umi melakukannya…tapi…"

"Tapi umi juga masih wanita normal…yang membutuhkan belaian mesra seorang laki-laki…cumbuan hangat seorang pria…"

"Duh, Gusti Alloh…. ampunilah aku…ampunilah Ana Latifah, Gusti…"

"....hik..hik..hik…berikanlah kekuatan dalam diri hambaMu ini agar bisa sabar dan tabah menjalani kondisi ini apa adanya…"

"Ikhlas menerima kekurangan suaminya…dan tetap berbakti dengan menyayangi dirinya dengan sepenuh hati…hik..hik.."


Isak tangisnya masih terdengar sekian menit kemudian sebelum Umi Latifah terlihat tersandar tertelungkup di atas sajadah dalam tidurnya.

Waktu sudah menunjukan satu setengah jam lagi adzan subuh akan segera tiba.

Umi Latifah membuka matanya saat merasakan pundaknya disentuh tangan yang kokoh.

Ia pun menoleh dan terkejutlah dia manakala melihat sosok pria yang sudah berada di dekatnya ini tersenyum kepadanya dengan begitu ramah.

Wajah tampan pemuda itu yang tanpa cela seolah memancarkan sinar kasih dengan aura seksualitas yang menggoda kewanitaannya menohok relung batinnya yang terdalam.

Birahinya sontak melonjak drastis membuatnya tak mampu berpikir jernih.

"Kau…kau siapa…cah bagusss…? Ucapnya dengan suara bergetar.

Diusapnya wajah tampan anak muda yang ternyata begitu licin bak pualam.

Begitu mulus, putih bersih dan lembut seperti kulit bayi.

Anak muda ini hanya diam tak menjawab. Lagi-lagi hanya seutas senyuman indah tersungging di bibir manisnya.

Selarik bulu kumis yang samar menaungi bibir tipis itu justru menambah pesona kewibawaan pada dirinya. Terlihat begitu menawan dan menambah kegantengannya kian berlipat-lipat.

Anak muda itu masih menatapnya dengan sorot matanya yang lembut.

Matanya yang jernih berwarna kebiruan nampak begitu indah dan mempesona bak bintang di malam cerah.

Sepasang mata Umi Latifah tak berdaya saat beradu pandang dengan pemuda ini. Dia hanya memandang takjub, pasrah, hampa, tak berkedip takluk di bawah pengaruh kuasa pesona dari sang pemuda tampan itu.

Anak muda ini lantas bangkit sambil meraih siku Umi Latifah. Pelan-pelan mengangkatnya berdiri bersama-sama.

Ternyata pemuda ini berbadan jangkung dan nampak begitu tegap gagah perkasa.

Ustazah Umi yang berbadan cukup semampai dengan tinggi 163 cm hanya sebahu dirinya yang berdada bidang berotot.

Tubuh bagian atasnya yang tak berbaju hanya dihiasi manik-manik keemasan serta gelang bak pangeran di masa lampau.

Ustadzah Umi pun tersentak setelah menyadari bahwa pria inilah yang dilihatnya tadi sore di dalam masjid.

Ya, tidak salah lagi…pasti dia.

Beberapa saat keduanya berdiri saling bertatapan. Sang pemuda lantas mengangkat tangannya.

Sebuah cangkir kristal berkilauan telah berada di tangan kanannya. Di dalamnya nampak terlihat dua buah butir mirip kapsul obat yang berwarna kemilau kehijauan.

Si pemuda tersenyum kembali lalu mengangkat sebelah tangan Umi Latifah dan meletakkan cangkir kristal itu ke atas telapak tangannya.

Umi Latifah yang diam mematung hanya mengiyakan dengan menganggukan kepalanya saat si pemuda memberi kode memasukkan jempol kanannya di antara telunjuk dan jari tengah lalu menjepitnya.

Disusul telapak tangan kirinya menangkup di atasnya hingga saling melekat antara tangan kanan dan kirinya.



Kode rahasia yang lazim dianggap sebagai tanda persetubuhan atau hubungan intim ini segera disadari oleh Ustazah Umi Latifah yang membuat tubuhnya menggigil kuat. Birahinya seketika meletup tak terkendali.

Lebih-lebih saat jemari lembut anak muda ini menyentuh lembut bibirnya sambil mengarahkannya untuk menelan sebutir kapsul berkilauan itu setelah sebutir lain telah ditelannya.

Umi Latifah memejamkan mata begitu kapsul cemerlang itu masuk ke dalam lambungnya.

Tubuhnya terasa hangat dan menimbulkan gairah birahi luar biasa yang kian mendesaknya kini.

Umi seolah berusaha bertahan dari birahinya sendiri. Namun berbeda dari sebelumnya, bertemunya mereka dalam jarak begitu dekat membuat Umi Latifah tak mampu menahan diri.

Dengan mendengus keras ditubruknya pemuda tampan ini hingga terjatuh keduanya di atas kasur saling bertindihan.

Nafas Umi Latifah nampak memburu dengan dengus hidungnya kembang kempis tak teratur.

Mata indah itu memandang nanar tak berkedip menikmati indahnya paras sang pemuda yang kini ditindihnya dengan tubuh semoknya yang masih berbalut mukena.

"Aku..aku takkan melepaskan engkau cah bagus…"
....
"Hehh.. hekhhh….malam ini…sekarang juga aku harus bisa merasakan batang kejantananmu cah bagus…"
....
"...aku …aku ingin penismu menusuk dan mengoyak-oyak lubang rahasiakuu…bocah ganteng…hohhh…hahhh…"


Ucapan vulgar yang sama sekali tak dinyana bisa keluar dari bibir wanita alim dan solehah itu jelas memperlihatkan birahinya yang begitu hebat tak tertahankan.

Sementara pemuda tampan itu hanya diam malahan tersenyum saja dan membiarkan dirinya telentang ditindih Ustazah muda nan cantik itu.

Dengan liar Umi Latifah menciumi sekujur wajah dan dada bidang pemuda ini.

Dijilatinya dengan penuh nafsu menggelegak dalam dadanya.

"Ganteng…ookhhh…gantengnya kamuu cah bagusssy….sshhh…ehhmmm…ehhhmmmmm…."

Erang Umi Latifah kian keras saat beradu bibir dengan si pemuda. Diciumnya bibir tipis si pemuda dengan bibir tebalnya lalu dilumatnya penuh nafsu

Ustadzah Umi Latifah yang berinisiatif nampak begitu bergairah dengan lidahnya membelit lidah si pemuda berusaha menyeret si pemuda untuk larut dalam kebinalannya.

"Hahhh…."lenguh Latifah saat ia melepas mukenanya dengan terburu-buru..

Nafasnya memburu begitu cepat dengan detak jantung menguat begitu dahsyat saat jemari lentiknya melemparkan sisa mukena berikut daster yang ia kenakan di baliknya begitu saja ke lantai.

"Ooohhhh….ooohhh…NGENTOOOT…NGENTTOOTT….aku…tak tahan pengin dientot kamu cah bagus….ooohhh…."
erang vulgar Umi Latifah begitu luar biasa menggairahkan.

Sungguh pemandangan yang sulit diterima nalar. Seumur-umur baru kali ini Umi Latifah berlaku sebinal ini tidak pula kepada suaminya sendiri. Menelanjangi dirinya sendiri atas keinginannya untuk memuaskan hasrat seksualnya bersetubuh dengan seorang pria.

Sementara rambutnya yang panjang menjela punggung kian menambah kecantikan parasnya yang matang.

Bra yang dikenakannya menyusul lepas terlempar begitu saja di atas ubin yang dingin memperlihatkan payudaranya yang menggantung cukup besar dan kencang.

Puting susunya yang telah mengacung tegak menandakan birahinya telah sampai di titik puncak.

Kesemuanya itu jelas menunjukkan kematangan seksualnya sebagai seorang wanita dewasa yang subur siap untuk berketurunan.

Sementara sosok jantan di bawahnya masih diam tak merespon kebinalan Umi Latifah yang tengah menelanjangi dirinya sendiri di atas tubuh kekarnya.

"Oaaahhhh….lepassss…lepassss….!!

Bibir tipis Umi mengerang panjang saat cawet yang ia kenakan sebagai penghalang terakhir penutup auratnya tanggal dari tubuhnya.

Kini nampaklah sosok bugil Ustazah Umi Latifah yang biasanya tertutup rapat oleh hijab dan gamis kini terpampang telanjang bulat tanpa sehelai benangpun.

Menawarkan keindahan seksualitas dari sebentuk payudara yang menonjol besar dan bulat dengan putingnya yang kaku kecoklatan.

Pinggang yang ramping dengan pinggulnya yang mekar berpadu serasi dengan bongkahan pantat yang membulat montok, putih mulus dengan silitnya yang bersih sungguh menggoda birahi para lelaki.

Paha mulusnya yang padat mengangkang menampakkan pesona belahan alat vitalnya yang indah memukau.

Segenggam belukar jembut yang lebat menghitam nampak cantik bertengger di atas celah liang kewanitaannya yang masih terlihat rapat

Bibir vaginanya perlahan terbuka dan tampak mengeluarkan lendir cintanya siap untuk melakukan perkawinan.

Dengus nafas Ustazah Umi kian memburu dan panas dengan erangannya begitu merdu tak terperi.

"Ooohhh…ohhhh…lepasin…lepasin…cawet kamu cah bagusss…"

"Umi..umi pengin lihat penis…pengin lihat KONTOL kamuuuhhh…sayangku..hoohhh…"


"Umi…umii…oookhhh…Umi tak tahan pengen ngeliat MANUK kamu ngaceng, cah gantengggg…hoohhh…"

Ustazah Umi mendesah tak mampu menahan gejolak birahinya sendiri.

Tak sabar menunggu si pemuda yang masih diam saja malah hanya melempar senyum, Umi Latifah langsung saja memasukkan jemari lentiknya ke balik kain kain mungil si pemuda yang masih melilit di area sensitifnya.

"Aaauuuwhhhh….besaarrrr sekaliiiihhhh…sssshhh…hahhhh…"

"Oooohh...KONTOOOOL…!

"...besarrrrrr dan kerassss sekaliiiihhhh KONTOL kamuuu, cah bagusss….hoohhh…."


Umi Latifah menggereng keras lalu menarik turun cawet si pemuda menyusul jeritan terkejutnya manakala alat kelamin si pemuda terekspos nyata di depan mata indahnya yang melotot.

Batang penis anak muda ini….akkhhh…sungguh luar biasa. Di mata Umi Latifah, keindahan batang kejantanan si pemuda tampan ini jauh sekali laiknya bumi langit dibanding kepunyaan suaminya.

Bukan semata karena ukurannya yang memang istimewa, besar dan panjangnya melainkan lekak lekuk dan bentuk yang memang begitu indah serta artistik.

Bonggol kepala penisnya yang tersunat nampak bulat, besar dan penuh. Sementara daging batangnya nampak kokoh, gemuk dan begitu keras dengan lingkar urat di sekelilingnya menambah kegagahannya.

Penisnya terlihat begitu bersih berwarna coklat terang kemerah-merahan menjulang tegak kaku sebesar mentimun. Tegak kaku tak tergoyahkan meski kesepuluh jari lentik dan bibir lembut Ustazah Umi Latifah bergantian mengocok dan mengulumnya dengan buas sekian waktu lamanya.

Anak muda tampan itu masih diam sambil memandang lembut Ustazah Umi seolah tak terpengaruh dengan apa yang diperbuat wanita solehah itu terhadap batang kejantanannya.

Justru Ustazah Umi yang makin menjadi tak kuasa menahan nafsu untuk bersetubuh memasukkan lubang cintanya ke penis kekar si pemuda.

"Ssshhhh…. aaarrgghhh..aaakhhhh…nikmatnya…nikmattttnyaaaa di gesek KONTOL…."

"...aaughhh…KONTOL…kontolmuuhh, cah bagusss…"


"Enaakkkkkk bangeeett…."

Erang keras Umi Latifah pada akhirnya saat mulai menggesekan ujung tumpul penis kaku pemuda itu menggencet ketat celah bibir kemaluannya yang basah dan telah terbuka sedikit demi sedikit.

Gesekan itu makin keras seiring lendir cintanya yang berwarna bening perlahan keluar dari celah kemaluan Ustazah Umi yang indah berjembut. Keluar semakin banyak hingga melumuri batang kontol besar dan kaku sang pemuda tampan hingga nampak berkilau basah

"Ooohhh…oohhh…tak tahan..aakkuhhh tak tahann lagiii…penginnnn KENTHU…ooohhh…KENTHUUU…."

"Oouuwww...aku pengin ngenthuuu...umi pengin dikenthuuuu....pengin dimasuki KONTOOOOL.... aaaaahhhh...."


Bibirnya yang biasa melantunkan ayat-ayat suci terus saja mengerang manja begitu merdu. Terus mengeluarkan kata-kata "jorok" seiring desakan syahwat yang begitu luar biasa di dalam dirinya.

Umi Latifah langsung memposisikan dirinya tepat di atas selangkangan si pemuda dengan batangnya yang mencuat gagah perkasa.

Di goyangnya sedikit pinggul besarnya ke kiri ke kanan memastikan ujung penis kekar itu tepat di bawah lubang kemaluannya.

Dan…

Blesss…

"AHAGGHHH….AAAKHHHHH…!!!!

Jerit tertahan yang begitu merdu pecah seketika dari bibir manis Ustazah Umi saat kepala penis si pemuda berhasil menembus celah sempit liang senggamanya yang masih terlihat ketat dan rapat untuk wanita yang sudah bersuami.

(Hal ini bisa dimaklumi karena di sela-sela kesibukannya berdakwah Umi menyempatkan diri berlatih kegel selain juga tidak pernah lagi berhubungan intim sekian lama karena "kelemahan" suaminya)

"Oookkhhh…oookkhh…."
Erang merdu Umi Latifah bersamaan gerak pinggul besarnya menari lincah mengulek-ulek batang penis kaku si pemuda yang telah memasuki lubangnya.

"MANUKKK….manukkkk…manukmuuuuh cah bagusss…ssshhhh aaaahhhh…!!!
......
"...MANUKMU enakkkk….manukmu NIKMAAAAT….!!
....
"Manukmuuuu....DAHSYAAAATTTT...!! Oouuugghhh...!!!!


Pekik jerit Ustazah cantik ini begitu menggelora merasakan nikmatnya batang kejantanan sang pemuda yang tengah terjepit di antara liatnya rongga daging vaginanya yang mengempot-empot begitu kuat.

Terlihat saat ini sebuah pemandangan memukau dari tubuh bugil seksi Ustazah Umi Latifah yang tengah menggagahi tubuh kekar si pemuda.

Rambutnya yang lebat sebahu tersibak kian kemari seiring ayunan pinggul besar dan pantat semoknya bergerak begitu indah, maju mundur…naik turun serta sesekali berputar ringan mencoba menghaluskan penis kaku si pemuda yang menyumpal liang kawinnya.

"Ooouugghhh…."

Umi melenguh merdu dengan bibir menganga saat ujung gundul penis besar si pemuda yang tengah disetubuhinya ini berhasil menyentuh sisi terdalam rongga kelaminnya yang tak pernah bisa dicapai penis suaminya di kala sehat dahulu.

Genjotan pinggul besar Umi Latifah begitu serasi dengan batang penis kekar si pemuda amblas timbul tenggelam di celah kemaluannya yang dipaksa meregang penuh.

Cairan cinta Umi Latifah yang nampak berbusa putih kental semakin melimpah. Terlihat mengalir dari sela-sela daging kontol kaku si pemuda yang terjepit ketat bibir vagina rapat berjembut dari sang Ustazah alim nan ayu ini. Meluber hingga membasahi kantong telur si pemuda yang menggembung besar.

Selang sekian menit berlalu Umi Latifah masih terus menggenjot selangkangan si pemuda disertai pekik merdu dan rintihan nikmatnya.

Sampai akhirnya…

"Gantenggggg….Ummii DAPEEET….!
"....Aaauughhh....!!!!!

Pekik merdu Ustazah Umi tiba-tiba.

Mata indahnya membelalak..mulut terbuka lebar…tangan mencengkram erat dada bidang berotot itu…pantat besarnya bergetar keras mengejat-ngejat.

Disusul punggungnya melengkung indah ke belakang...kedua telapak tangannya beralih ke belakang meremas lutut si pemuda...buah dadanya yang besar membusung dengan putingnya menegak kaku
lalu pinggulnya menyodok-yodok menekan kuat kantong telur besar sang pemuda tampan saat ia mencapai klimaksnya.

Tubuh bugil Ustazah Umi kejang-kejang di atas tubuh bugil si pemuda yang ditindihnya dengan segenap berat badan semoknya.

Klimaks demi klimaks secara beruntun menghunjam relung kewanitaannya. Dinding liat daging vaginanya yang begitu basah menjepit keras lalu menghisap -hisap penis besar si pemuda berusaha menyerap saripati kenikmatan dari kerasnya batang jantan itu.

Terus…dan terus menerus seolah tanpa henti.

Hingga akhirnya tubuh Umi Latifah merosot jatuh dengan sendirinya tak mampu menahan ledakan multi orgasme yang baru kali ini dirasakannya.

Hanya erangan lirih bersamaan tubuh bugil dan indah merangsang Ustazah Umi Latifah terkulai dalam ketidakberdayaannya.

Kelopak matanya yang mulai terpejam karena lelah teramat sangat berusaha melihat sosok pemuda jantan yang telah memberinya kepuasan seks yang tiada terkira.

Namun sungguh mengejutkannya…

Tepat sedetik sebelum matanya terpejam ia melihat sosok pria lain di sisinya. Pria "lemah" yang telah menemaninya dalam suka duka selama bertahun-tahun.

Sosok pria tersebut nampak tersenyum sambil membelai lembut wajah istrinya.

"Kau puas, Umi…? Tanyanya.

Umi Latifah hanya menjawab lirih sebelum terpejam.

"Abi, Umi…Umi puassss….katanya balas tersenyum.

----------

Pagi harinya Umi Latifah yang sudah mandi dan membersihkan diri bersiap menyiapkan sarapan untuknya dan suaminya.

Di sela-sela kesibukannya, Umi Latifah tersenyum-senyum sendiri saat mengingat apa yang telah terjadi.

Ia hanya mampu mengingat mimpi berjumpa dengan pemuda tampan itu namun tak bisa mengingat jelas adegan selanjutnya.

Satu yang ia sadari bahwa ia terbangun dengan mukena yang acak-acakan dan lengket basah terutama di bagian bawah. Pun demikian sampai mengenai sajadahnya.

Ia tak tahu persis sebabnya. Namun yang pasti begitu ia terbangun Umi merasakan badannya begitu segar dan prima.

Pikirannya seolah terbuka gamblang dengan perasaan penuh sukacita.

Kedua, ia menemukan dua buah butir kapsul berwarna hijau cemerlang di dekatnya berbaring.

Yah, ia ingat betul. Kedua butir kapsul yang sama persis dengan yang diberikan oleh pemuda gagah dalam mimpinya itu.

"E..eemmm…"terdengar deheman seorang pria mengagetkannya.

"Abi…Abi sudah bangun.."sapanya dengan mesra.

Ia terdiam lalu spontan memasukkan satu buah kapsul itu ke dalam cangkir teh suaminya yang anehnya langsung larut begitu saja tak berbekas.

"Umi..begitu cantik pagi ini…"

"Wajah umi nampak berseri…sepertinya ada yang bikin Umi bahagia hari ini…"

"...boleh Abi tahu apa itu..? Tanya suaminya melempar senyum lalu mengambil posisi duduk di meja makan.

Umi Latifah hanya balas tersenyum sambil menaruh nasi serta lauk lauk di atas piring suaminya.

"Umi bahagia pagi ini karena…karena umi ditemani oleh seorang pria yang begitu menyayangi Umi…yaitu Abi…"ucapnya.

Pria paruh baya itu hanya tersenyum tipis.

Ia tahu ucapan itu sesungguhnya hanya untuk menghibur dirinya sebagai seorang suami.

Ia sadar apalah artinya harta berlimpah namun terasa hampa di dalam. Sekejap hatinya terasa perih begitu ingat satu kekurangan fatal sebagai seorang suami.

Matanya sempat berkaca-kaca sebelum akhirnya ia meneguk teh manis yang telah disediakan istrinya tercinta.

Umi yang menatapnya penuh haru sontak berdoa dalam hati berharap adanya sebuah keajaiban kepada suaminya ini.

"Gusti, mohon berikanlah kesembuhan kepada suamiku…"

"Berikanlah dia keperkasaan yang sangat ia damba-dambakan untuk membahagiakan istrinya, yaitu hamba, Gusti…'

"Kabulkan permohonan hamba…
"ucapnya dalam hati dengan penuh haru.

Setelah selesai berkemas sang Abi segera menyalakan mobilnya lalu melaju pelan meninggalkan sang istri tercinta dalam kesendiriannya.

Umi Latifah pun sudah kembali ke dalam rumah.

Namun hanya sesaat ia terkejut manakala mobil sang Abi mendadak kembali.

"Abi…?? Ucapnya lirih dengan rasa heran.

Namun barusan saja ia hendak menyambut sang suami.

Sang Abi sudah berada di depan pintu dengan nafas memburu dan mata menatap nanar Umi Latifah.

"Umi…umii…" ucapnya dengan terbata sambil meremas lengan istrinya.

Sorot matanya begitu nanar seolah menahan birahi nafsu luar biasa.

Tiba-tiba…

Brett…Brett…

"Aaauuuwhhhh…abiii…!!!!"

Jerit tertahan Umi Latifah terdengar begitu merdu di telinga sang Abi yang langsung merobek gamis ketat istrinya.

Dengan suara bergetar dan nafas "tersengal" Abi Sobri Amin menelanjangi tubuh istrinya sampai akhirnya menyingkap celana dalam sang istri yang hanya memakai g string…luar biasa.

Sang istri yang kaget namun langsung menyadari perubahan itu hanya tersenyum genit lalu melebarkan paha mulusnya memperlihatkan liang kewanitaannya yang telah basah.

Abi Sobri menatap nanar keindahan celah sempit kemaluan Umi Latifah sambil memelorotkan celana dalamnya sendiri.

Batang penisnya yang sekian tahun mati suri mendadak tampil perkasa tegak mengacung kaku mengangguk-angguk berwarna merah gelap karena dipenuhi darah syahwat yang terbelenggu.

"Abi…Abi…bisa teganggg…??!!! Ucapnya genit setengah menggoda.

Abi Sobri yang tak tahan hanya mendengus keras dan langsung tanpa pikir panjang melesakkan ujung kontolnya yang kaku menembus ketatnya liang kenikmatan istrinya tercinta.

"Aaakhhh….!!!

"Oookkkhhh….!!!

"Umiii…!!"

"Abiiiii….!!!"


Pekik keduanya pecah seketika saat kedua kemaluan itu saling bertaut memercikkan pijar kenikmatan luar biasa terutama bagi sang suami tercinta.

Kenikmatan yang begitu lama telah lenyap dalam dirinya kini telah kembali. Menyatu bersama cinta tulus perempuannya dalam kesatuan rasa dan jiwa...selamanya.

____________


Bersambung...
https://www.semprot.com/threads/joko-sembrani.1441724/page-17
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd