4. Joni Kroco
The Storm is Coming
“Babe bėrȧngkat dulu, ya...”
ke manah?
“Tugas negara...”
ugas negaya?
“Iya...”
pet puyang, yah...
|XII|
Ada tiga hal yang elu nggak bisa milih di dunia, kelahiran, jodoh, dan kematian.
Bokap Kandung gw, Sahal, adalah Assasin Paling Mematikan di seluruh dunia. Awalnya bergabung dalam Pasukan Khusus ABRI, doi kagak pernah gagal ngematiin target buruannya. Anggota Fretilin di Timor Leste, aktivis buruh dan mahasiswa yang membahayakan kedudukan Orba, sampai pasukan khusus Israel berhasil dibikinnya menghadap malaikat kubur.
Dari sekian ratus kemungkinan kematian heroik di medan perang, siapa yang mengira riwayat Sahal Sang Penjagal, Assasin Paling Mematikan di Seluruh dunia berakhir hanya karena keselek coki-coki kadaluarsa?
Hari itu juga, gw dan keluarga gw terbang ke Jerman.
Macan a.k.a Wagimin, mertua gw sekaligus sahabat babe adalah orang yang paling sedih atas kepergian besannya.
"SAHAAAAAL... KENAPA ELU NINGGALIN GUA, HAAAAAAL...." Lubang Hidungnya Wagimin kembang kempis keluar ingus, bulu idungnya yang gondrong goyang-goyang. Kembarannya Mad Dog itu nangis sambil meluk peti mati yang sudah ditutupi bendera merah putih. " GUA BAKALAN KANGEN SAMA TEBAK-TEBAKAN GARING LU HAL.... HIKS.... HIKS...."
Upacara pemakaman Militer diiringi mendung kelabu ketika perlahan-lahan peti mati itu diturunkan.
Babe gw bukan babe kandung yang baik. Kenyataannya, dia nggak pernah ada buat gw. Kadang gw pengen seperti anak lain yang dianter bapaknya latihan bola. Atau main PS berdua. Banyak hal yang gw ingin lakukan sama dia. Kenangan yang selamanya cuma ada dalam angan-angan.
Tembakan Salvo.
Hujan turun pelan.
Gw bahkan nggak sempet nyanyi lagu 'Father and Son'
Sungguh terlalu kau, be...
|XII|
Gw sedang mengurus surat-surat bersama notaris dan pengacara ketika seorang pria bule muncul dari balik punggung gw.
"Jon. Ada yang perlu kita bicarakan, penting," dia berbicara dalam bahasa Jerman. Tapi cakra Ajna gw yang bangkit membuat gw bisa ngelihat sub-title di bawah layar.
Regen
Anggota Arcana Major
Regen, Wakil Babe gw di Arcana Mayor, PMC
(Private Military Company / Perusahaan Tentara Bayaran) yang berpusat di Stuttgart, Jerman. Oom-oom berambut coklat berumur 40 tahunan yang mengenakan coat warna cokelat. Gw nggak tahu ada apa yang mau diomongin, tapi ngelihat mukanya, gw yakin penting.
Begitu urusan gw kelar. Diajaknya gw ke sebuah kafe di pinggiran kota.
Sepi.
Mata gw melirik waspada.
Gw yakin pengunjung dan
barista-nya adalah orang-orang Arcana Major.
"Saya ikut berduka atas kepergian Sahal.
He was a good man," Regen berkata basa-basi.
"
Thank's, tapi gua yakin Oom Regen nggak bakal repot-repot narik gua ke tempat sesepi ini cuma untuk menyampaikan rasa belasungkawa."
Regen tersenyum kecil.
Seorang petugas menutup pintu kafe. Benar. Tempat ini diisi antek-antek Arcana Major.
"Babe lu dibunuh."
"Hah? Gimana bisa? Babe gua kan
hardcore gitu orangnya?"
Regen mengangsurkan sebuah amplop cokelat besar berisi sampel coki-coki dalam kantung plastik dan berlembar-lembar hasil pemeriksaan laboratorium ke atas meja.
"Racun yang tak berasa, tak berwarna, dan tak berbau. Sebenarnya ahli forensik kami hampir saja melewatkannya. Sebelum kami menyadari bahwa cuma satu orang yang bisa meracik racun tanpa penawar seperti ini."
Gw nggak terlalu terkejut.
Gw kira ini cuma hukum karma. Setelah mendapat tugas rahasia menghabisi seorang aktivis pro-demokrasi dengan racun Arsenik dalam penerbangan Jakarta-Amsterdam. Si Babe akhirnya menemui ajal meninggal dengan cara yang sama, dalam pesawat dengan bungkus Coki-coki di dalam mulutnya.
"Sanca," desis gw pelan.
Regen mengangguk dalam.
"Balas dendam..?"
“
I don’t want to make this personal, tapi intelejen kami mendapat info kalau Sanca dan Los Illuminados membangun basis baru di pedalaman hutan Bolivia. Arcana Major dan The Patriot akan mengirimkan pasukan untuk menumpas sisa-sisa teroris. Kami menunggu Zodiarc untuk bergerak.
After all, you’re the boss.”
"
Joint Operation?"
"
Black ops. Unsanctioned."
Gw mengangguk paham. “
We’re in.”
|XII|
Gw tahu lambat laun ini bakal terjadi. Hidup dalam dunia hitam adalah perkara kapan elu bakalan mati di tangan orang yang keluarganya pernah lu bunuh di masa lalu.
Dua tahun lalu, keluarga kami terlibat konflik dengan
Klan Hayabusha, Keluarga Yakuza yang mengendalikan perekonomian Jepang dari balik layar. Waktu itu kami membunuh banyak anggota dari kelompok mereka. Dilindungi oleh
Klan Naga Hitam,
kelompok Ninja Pembunuh dari Hokkaido keluarga mereka menjadi duri dalam daging setelah sekian lama. Dan
Sanca, adalah
salah satu dari mereka.
Masalahnya tapi bagaimana kalau lebih dalam dari itu? Bagaimana jika pelakunya adalah orang yang dekat dan dipercaya babe gw? Itu artinya nyawa Astuti, Aika, dan nyawa anak-anak gw berada dalam bahaya.
Gemuruh besar ketika gw tiba di kastil Bavaria peninggalan Adolf Hitler yang baru aja gw beli bulan lalu dari Angela Merkel. Keluarga besar gw beserta ratusan pengawal menginap di sana. Tetes-tetes hujan masih jatuh dari coat gw ketika gw dan Beatrix memasuki hall utama yang dihiasi baju zirah abad pertengahan, dan anggota utama Klan Dasaatmadja menyambut gw dengan wajah tegang.
Aika dan Astuti langsung meluk gw sambil nangis waktu gw muncul di hadapannya. Gw cuma senyum dan balas memeluk mereka berdua, gw nggak mau bikin mereka kepikiran.
Sheila yang bisa membaca pikiran langsung memotong, “….
cut this shit out, won’t you, Jon? Kita di sini semua sudah tahu kalau Oom Sahal dibunuh. Tara baru melarikan diri dari penjara, dan
Sanca nowhere to be found, dan nggak mungkin kalau ini cuma kebetulan.
You’re the boss, Jon. Sekarang elu kepala keluarga ini, dan keluarga kita sedang diserang.”
Gw mengangguk tegas. “
Assemble The Zodiarc.”
Berkumpul di balairung utama kastil, para petinggi Klan Dasaatmadja melakukan rapat darurat. Gw kasih daftar absennya,
in case elu belum baca dua buku sebelumnya.
___________________________________
Elang
Kakak angkatnya Sheila.
Wakilnya Joni di Zodiarc.
___________________________________
Macan alias
Wagimin
Mantan anggota pasukan khusus
Sahabatnya Sahal
Bokapnya Astuti
Mertuanya Joni
Manusia paling greget di dunia
___________________________________
Gori
Mantan Anggota Klan Naga Hitam
Pengguna Elemen Kayu Terkuat.
___________________________________
Aika
Mantan Anggota Klan Naga Hitam
Sekarang jadi Istrinya Joni
___________________________________
|XII|
“Ini adalah info A1 yang didapat dari The Patriot,” berkata seorang pemuda Arab berambut kribo.
Namanya
Elang, kakak angkatnya Sheila, wakil gw di Perusahaan.
Pria tampan mirip Reza Rahadian itu menampilkan gambar di proyektor. Gw langsung mengenali foto seorang gadis berambut bob sedagu yang diambil dari kejauhan di sebuah pasar di Mumbai, India.
Tara a.k.a Theresia Dasaatmadja
Anak dari
Julian Dasaatmadja, kakak sepupunya Joni
(Villain Utama di Season 2. Melarikan diri dari Penjara)
Theresia Dasaatmadja, alias Tara kakak sepupu gw. Satu tahun yang lalu, Tara mengkhianati nyokap gw untuk membalaskan dendam keluarganya yang terbunuh dalam perebutan tampuk tertinggi keluarga Dasaatmadja. Darah dibayar darah. Nyawa dibayar nyawa. Rantai kebencian yang nggak pernah habis-habis.
Tara, batin gw. Sekarang dia berhasil melarikan diri dari Penjara. Kalau benar Tara terlibat di balik kematian babe gw, berarti benar, ini balas dendam....
Lalu Elang menggeser lagi layar berikutnya.
─ada foto bugilnya dia lagi ngewe sama tante girang.
Sheila mendengus sebal.
"Sori Jon, salah pencet."
Cepet-cepet Elang geser foto lagi.
Sampai akhirnya ada foto ada foto Sanca di sebuah hutan belantara. Ada beberapa anggota sekte yang gw tenggarai sebagai anggota Los Iluminados. Ngapain Sanca di Bolivia? Batin gw. Perasaan dia menghilang setelah
Battle of Ice Fortress di akhir Season 2.
|XII|
Sanca
Pengguna Elemen Racun Terkuat
Yang belakangan disebut ini namanya Sanca. Kompatriotnya Tara dalam pemberontakan satu tahun lalu. Sanca disebut-sebut sebagai pengguna elemen racun terkuat, akibat kemampuannya dalam meracik segala macam racun yang tak memiliki penawar.
“Seperti yang kita ketahui bersama
, Sanca adalah mantan anggota
Klan Naga Hitam, sama seperti beberapa orang yang ada di ruangan ini.
Aika dan Sheila lirik-lirikan.
"Gua nggak mau berburuk sangka," Elang kembali buka suara. Dan Klan Naga Hitam, teman-teman, adalah kelompok pembunuh bayaran paling berbahaya di dunia. Racun hanyalah sebagian kecil dari metode assasinasi milik mereka.”
"Kalau Naga dan Klan Naga Hitam yang berada di belakang semua ini. Gua sendiri yang akan membawa kepalanya untuk dijadikan sesaji agar arwah Babe Sahal tenang. Tapi gua yakin Naga bukan orang pengecut yang melakukan sėrȧngan diam-diam seperti itu."
"Gua sependapat sama Aika, kak," Sheila mengimbuhi. "Suami gua bukan pengecut seperti itu."
"─mantan suami," Aika meralat sinis.
Cring. Dua orang yang dulu pernah menjadi saingan cinta itu saling tatap dengan nȧfsü membunuh.
"Sorry, Shel. Gua juga nggak mau menuduh Naga. Tapi
Klan Naga Hitam tidak bisa disingkirkan begitu saja dari daftar tersangka," sambung Elang, "Kita bakal mengirim tim investigasi kecil ke Jepang malam ini juga."
"Tsk.
Fine. Gua sendiri yang bakal ke Jepang," decih Aika dingin. "Lagi pula ada banyak yang harus gua selesaikan sama Klan Naga hitam."
"Sebenernya gua mau minta Gori yang pergi, tapi...─"
Elang melirik ke gw meminta persetujuan.
“Gua bakal tetap berangkat, dengan atau, tanpa restu Mas Joni.”
“
Fine, at least ajak Gori sama elu.”
“Tsk,” decih Aika geram.
"Sekarang tinggal Tara dan Sanca. Keberadaan Tara saat ini tidak diketahui. Tapi kita punya intel terpercaya yang mengatakan Sanca bersembunyi di markas Los Illuminados di Bolivia. Arcana Major dan The Patriot telah membentuk sebuah Tim Pemburu,─"
Gw baru bilang gw yang cabs, waktu seorang yang diam dari tadi memotong pembicaraan.
"─Izinkan saya yang bertugas."
Suara Beatrix terdengar tegas.
Elang mengangguk setuju. “
Anyone else?”
“GUA BAKAL BIKIN PERHITUNGAN SAMA SANCA,” Macan menggebrak meja, matanya berkaca-kaca.
"
Excellent Choice. We're done with offensive. Sampai Tara dan Sanca tertangkap, untuk sementara Sheila, Jeannie, dan Joni Jr harus disembunyikan di tempat aman."
Elang menutup rapat.
Gw memimpin doa.
"Berdoa selesai."
|XII|
Di luar hujan turun semakin deras. Sungai Rheine terlihat meliuk hitam di kejauhan. Cahaya muram. Yang tedengar hanyalah titik-titik air hujan dan suara Yasin yang dibaca Astuti. Gw lihat pintu kamarnya macan terbuka dan dia lagi ngepak baju-bajunya ke dalam koper. Di antara semua orang gw kira dia yang paling sedih atas kepergian babe Sahal, karena bagaimanapun juga, dua orang ini adalah sahabat kentel semenjak masih di kesatuan dulu.
Pukul dua belas malam, helikopter Black Hawk milik Arcana Major mendarat di halaman kastil, bersama Quinjet milik Zodiarck, dan becak sakti lintas dimensi milik Sekte Jade Lotus.
Sheila bakal nyusulin nyokapnya, berlindung di Markas Sekte Jade Lotus sekaligus kampung halaman keluarga kami di Tiongkok. Astuti, Joni Jr, dan Jeannie diungsikan ke rumah mertua gw di
Alamut, benteng rahasia
Sekte Al-Hasashin di
Mesopotamia. Aika cabs ke Jepang buat bikin perhitungan sama Naga. Sementara Beatrix memburu Sanca di Bolivia.
Beatrix, Macan, semua berjuang dengan caranya masing-masing, dan gw? apa yang bisa gw lakukan selain memandangi orang-orang yang gw sayangi meninggalkan gw satu persatu… Babe Sahal, dan gw tahu siapa lagi yang akan direnggut setelah ini, dan yang paling menyakitkan dari semua itu adalah, gw sama sekali nggak akan bisa berbuat apa-apa untuk menghalangi ‘masa depan yang satunya’ terjadi.
─terdengar suara ketukan di pintu. Beatrix. Sudah berganti pakaian dengan
tactical suit warna hitam.
Tersenyum kaku. Mantan anggota pasukan khusus itu berusaha bersikap formal.
“Boss,” Beatrix mengangguk hormat kepada gw, tanpa mengatakan apapun, meski gw tahu sebenarnya banyak yang dikatakannya ke gw.
Helikopter Black Hawk milik Arcana Major yang sudah membunyikan klakson telolet dan Macan yang sudah bersiap tak bisa menunggu lebih lama.
Hujan turun deras. Sepasang matanya yang menatap sedih dari balik pintu palka adalah yang terakhir gw lihat sebelum bayang-bayangnya menghilang ditelan malam.
|XII|
“
You are going, aren’t you, Jon? nggak perlu membaca pikiran buat tahu itu,” dengus Sheila.
Gw tersenyum kecut.
“─benarkah itu ya akhie?” tanya Astuti dengan mata berkaca.
“
Great. Biar Elang yang akan mengurus perusahaan di Indonesia. Lagipula elu kagak pinter-pinter amat bisnis, mbek,” imbuh Sheila.
“Tsk.
How troublesome,” decih Aika. “Tapi aku tahu kau pun tak akan bisa dilarang,” matanya menatap dingin ke arah pedang katana putih,
Shiro no Masamune, senjata pusaka yang dua tahun nyaris tak disentuhnya. “
At least, jangan ikut campur, ini adalah urusanku dengan Klan Naga Hitam.”
“Yeah… yeah… yeah… macam elu doang yang punya urusan dengan Klan Naga Hitam,” decih Sheila sinis.
Aika menoleh sinis ke arah Sheila. “Gua melakukan ini bukan buat elu, atau buat diri gua sendiri. Dua tahun yang lalu Klan Naga Hitam ngebunuh bokap lu, dan sebagai balasannya kita membantai banyak orang di markas mereka. Sekarang? Babe Sahal yang jadi korban. Sampai kapan elu mau ini berakhir, Shel?
If it is not me, someone has to do it. Cepat atau lambat seseorang harus mengakhiri rantai kebencian ini selamanya.”
Pandangannya beralih kepada Jeannie kecil, sesaat, lalu cepat beralih ke arah gw sebelum kekaca di matanya terlihat Sheila.
“Kalau memang kangmas memang bersikeras, pergilah bersama Macan dan Beatrix. Jepang adalah kampung halamanku, ada banyak hal di masa laluku yang harus aku selesaikan dengan Klan Naga Hitam.”
“Kalau begitu, izinkanlah ana ikut berjihad, ukhti Aika!” desak Astuti.
“Setiap orang memiliki perannya sendiri. Termasuk kau dik Tuti.” Aika memeluk madunya erat-erat. “Alamut adalah kota Benteng terkuat di dunia, mereka akan aman di bawah perlindunganmu dan Sekte Al Hashasin. Kalau aku tidak kembali, besarkanlah Jeannie seperti anakmu sendiri.”
Astuti hanya bisa berkca-kaca memandangi gw dan Aika yang mengecupi kening anak-anak kami satu persatu.
Gw tersenyum lembut mengecup kekasih hati gw itu pada kening. “Ana titip anak-anak ana wahai bidadari surga ana… dan kau tahu, ya ukhti? semua yang kita miliki hanyalah titipan…”
Tangis Astuti yang memecah membuat dua anak gw terbangun, gw beringsut mendekat, menyambut dua orang anak gw yang baru belajar berjalan yang menggapai ke pelukan gw. Cahaya mata. Kebahagiaan kecil gw.
Gw kehilangan masa kecil gw karena dunia yang penuh dengan kebencian, dan gw nggak mau anak-anak gw mengalami hal yang sama dengan bapaknya dulu.
Gw kecup kening mereka sekali.
Gw akan melakukan apapun demi mereka.
Menciptakan dunia tanpa kebencian….
“Papa bėrȧngkat dulu, ya...” bisik gw.
Ke manah?
“Tugas negara...”
Ugas negaya?
“Iya...”
Pet puyang, yah...
Diiringi lantunan gitar mafioso, gw berangkat.
‘
Una mattina, misono alzato (one morning I awakened)
E ho trovato I’lvasor (and I found the invader)
O parrtigiani, portami via, (Oh, partisan, carry me away)
Che mi sento di morir (Because I feel death approaching)
E se io moiio da partigiano (If I died as a partisan)
Oh, bella ciao, bella ciao, bella ciao… ciao… ciao… (oh darling goodbye… bye… bye…)
|XII|
Hujan turun deras ketika gw sampai naik baling-baling bambu di pangkalan rahasia milik The Patriot, sebuah jet angkut bersiap dengan mesin. Macan nyengir begitu melihat kedatangan gw dengan
tactical suit lengkap dengan gir motor beragam ukuran yang tersemat macam tukang beling. Beatrix yang sedang menyiapkan zirah tempur agak bersemu tidak menduga gw bakalan ikutan berangkat.
Pasukan koalisi berbaur dalam pangkalan, The Patriot Agensi Intelejen, Arcana Major pasukan tentara bayaran, dan Zodiarc kumpulan rang orang binal kelebihan hormonal. The Patriot yang anggotanya kebanyakan berasal dari Amerika, Delta Force, Green Barret, dan Navy Seal sedang di briefing oleh seorang perwira yang gw kenali sebagai
Commander Falcon.
“Atten hut!” ia menginspeksi.
Satu kompi pasukan khusus The Patriot memasang sikap sempurna dibawah hujan lebat.
“Patriot!”
“Aye-aye, captain!”
“I can’t hear you!”
“AYE-AYE, CAPTAIN!”
“WHO LIVES IN A PINEAPPLE UNDER THE SEA?!”
“SPONGEBOB SQUAREPANTS!!!!”
“ABSORBENT AND YELLOW AND POROUS IS HE!”
“SPONGEBOB SQUARE PANTS!!!!”
─dah lah garing.
Deru pesawat yang bersiap lepas landas terdengar bersama derap langkap pasukan yang memasuki ruang palka.
“Kami tak menyangka anda akan ikut serta,” Reagen mengangguk hormat. “Sahal akan bangga.”
Gw tersenyum kecil, menyelipkan coki-coki di bibir.
“
If you want peace, always ready for war.”
To Be Contijon!!!