Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Joni Kroco™ | Chapter III: Parabellum

Dalam remake kali ini, Joni tetap cowok apa dikasih plot terjebak dalam tubuh cewek?

  • A. JONI TETAP COWOK, (biar macho, cyin)

    Votes: 191 84,1%
  • B. JONI TERJEBAK DALAM TUBUH CEWEK , (macam film Kimi no Nawa)

    Votes: 36 15,9%

  • Total voters
    227
Kuat suhu update.nya.cuma pas baca joni kroco gw harus buka halaman khusus buat cari kosakata biar makin paham.
 
makasih updatenya Jon

kerasa ya di chapter 3 ini, semua mantan Zodiarc ini menunjukan semua kemampuannya. bukan kaleng-kaleng emang, mungkin sebenarnya Zodiarc ini setara dengan Arcana Major sama Satu lagi kelompok yang anggotanya Animus user S rank.

rencana Sanca gagal neh dalam memancing amarah mandala kegelapan, sekarang apa nih rencana TS nantinya buat ngimbangin Joni Kuproy melawan mandala.

ditunggu updatenya
Di Epilog Season 1 ada kok sob, adegan Zodiarc vs Arcana Major, dijelasin klo Zodiarc membuat Arcana Major kerepotanl..... Btw, thx berath sob buat apresiasinya, tar gw lanjotin dulu
 
GLOSARIUM
daftar istilah dalam cerita ini sob




PRANA

Energi Kosmos yang mengaliri alam semesta, seluruh kehidupan dan benda mati dialiri oleh Prana. Kita mengenalnya dengan istilah Chi atau Ki. Dalam cerita Joni Kroco, Prana digunakan untuk mengeluarkan kemampuan khusus.

________________________________________________


ANIMUS

Makhluk Dewa yang mendiami Dimensi Keempat. Ada beberapa manusia yang mampu mengakses kekuatan Animus dan membuat mereka bisa menggunakan kekuatan spesial, seperti membaca pikiran, pyrokinesis, dan melambatkan waktu, disebut Animus User

Terdapat 108 Animus yang terbagi ke dalam 9 Gugus Dodekahedral yang beranggotakan 12 Animus User.

Pada tahap lebih lanjut Animus dapat dipanggil dan dimaterialisasikan ke dunia nyata dan digunakan untuk pertempuran.

Kekuatan Animus diklasifikasikan oleh seorang Ilmuwan Soviet ke dalam empat level.

Level-C: membaca pikiran, melihat masa depan, retrokognisi

Level-B: meringankan tubuh, memperkuat serangan, dll

Level-A: manipulasi elemen es, api, dll

Level-S: Animus Tingkat Dewa, memiliki kekuatan yang bisa melanggar hukum-hukum alam

_______________________________________________


MANDALA 12 RASI BINTANG

Pengguna Animus ke-109. Sang Terpilih yang terlahir terus menerus dan bertugas agar kekuatan Animus tidak digunakan untuk tujuan salah dan menjaga keseimbangan dunia.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
27. Joni Kroco
Tarian Dewa Maut

Kobaran api itu menghanguskan sarkofagus dan jasad yang di dalamnya menjadi serpihan debu yang tak lagi berarti. Kehancuran melekat pada semua materi tanpa terkecuali. Karena jasad, sejatinya hanyalah cangkang kasar tempat jiwa berdiam. Setelah itu yang ada hanyalah kekekalan. Yang abadi adalah Jiwa. Sedang jasad, ─sama seperti kematian, kau tak akan pernah bisa melarikan diri dari kehancuran.

Tara berlutut di situ dalam balutan jubah tak berjahit warna putih. Tangannya mengatup. Bibirnya bergerak membaca Kitab Sutra, mengiringi perjalanan abadi para pahlawan di kehidupan berikutnya.

Gw melihatnya walau sayup, cahaya-cahaya keunguan yang berterbangan dari ratusan sarkofagus yang kini tingal arang membara. Seperti kunang-kunang, melayang di antara samudera bintang dan aurora yang tiba menampakkan diri di langit malam. Suara mantram. Perputaran jiwa. Samsara.

Sheila ada di situ dalam balutan baju berkabung putih-putih. Diam. Tanpa sepatahpun suara. Hanya tangannya yang membakar lembar-lembar lingzhi dalam sunyi.

Rasanya gw pernah mengalami hal ini. Di masa depan yang satunya. Di garis waktu lama yang sudah direset ulang. Tapi kali ini, gw melihat wajah-wajah lain yang kini ikut disemayamkan; Koh Patkay, Elin, Madame Epona, Lord Baphomet a.k.a Akhmat Zainal. Orang-orang yang tak seharusnya mati dalam garis waktu sakral.

What have i done?

Dunia berjalan dalam satu aturan baku. Takdir. Karma. Atau dengan sebutan apapun dari agama manapun menyebutnya. Rahasia Agung yang disimpan dalam bilik-bilik langit yang dilindungi panas bintang bersuhu jutaan Angstorm sehingga Para Iblis tidak bisa mendekatinya. Satu. Ketetapan. Tunggal. Dan setiap usaha untuk mengingkari takdir hanya akan membawa gw pada nasib buruk lain. Cepat atau lambat. The bills comes due.

Seharusnya elu bisa menyelamatkan mereka, Jon. Seandainya elu mau menerima kekuatan gua,” suara itu terdengar dari sisi yang satunya. Gw bisa melihat sosoknya yang berdiri di depan kayu bakar yang memperabukan jasad ibu kandung gw.

Matanya menatap sedih, berlutut di hadapan jasad ibundanya; ibunda kami.

"Umat manusia sudah tidak bisa ditolong, Jon. Seberapapun keras elu mencoba. Seberapapun keras elu mencoba menjadi Juru Selamat. Manusia selalu memilih jalan kehancuran. It is on our blood. Elu sendiri tahu itu. Naluri pembunuh yang dikutukkan The Maker semenjak keterusiran kita yang pertama dari Paradiso. Sudah berada dalam darah manusia naluri untuk membunuh sesamanya. Tugas kita adalah mewujudkan dunia tanpa kebencian. Dunia tanpa Animus."

Bayangan itu perlahan mewujud di antara puing-puing kota dan jejak kehancuran. Berdiri di atas sisa-sisa radiasi dari peradaban yang telah lama mati. Jenggotnya memburam kusam, dan di sekelilingnya hanya ada debu yang berterbangan...

"The world doesn't need another hero.... Sometimes, what it needs is a monster...."

|XII|


Beatrix
Di episode 26 bertugas mengawal benteng

I failed you, M’Lord.” Beatrix berlutut di hadapan gw. “Anda mempercayakan keselamatan ibunda anda dan nyawa para pendekar kepada saya. But what i have done! Saya bahkan tidak bisa berbuat apa-apa ketika kuasa gelap itu menebar malapetaka.”

“Tidak ada yang bisa menghalangi datangnya maut, tidak kau, Dewa-dewa sekalipun.”

Beatrix mengangkat muka.

You’re strong, always. Adalah keputusanku untuk menempatkanmu pada posisi bertahan. Kesalahanmu adalah juga tanggunganku. Kalau kau merasa gagal, sudah sepantasnya aku ikut gagal sebagai pimpinan.”

Semalam, Beatrix melindungi balairung dan bangsal pengobatan seorang diri. Mantan Ksatria Templar itu menggunakan kekuatan Malaikatnya untuk membentuk kubah cahaya berukuran masif yang melindungi para korban luka dan non kombatan dari serbuan hantu lapar. Meski itu artinya ia harus meninggalkan pos-nya di tembok benteng sehingga anak buahnya menjadi korban santet.

“Nona Pendekar,” Seorang Bikkuni menjura hormat. Tangannya mengulurkan semangkok kecil berisi bakpau hangat. Lalu Raja Pengemis ketua Partai Kaifang, diikuti seorang anak kecil yang menyodorkan semangkuk telur rebus. Untuk Nona Pendekar, ia berkata.

Untuk apa? Beatrix bertanya keheranan.

“Karena anda telah menyelamatkan nyawa kami semua.”

Mata Beatrix mendadak berkaca ketika satu persatu orang yang ada di tempat itu berlutut menghaturkan sembah tabik. Nyawa-nyawa yang seharusnya tumpas dalam garis waktu sakral, tapi kini berhasil ia selamatkan.

Tak ada satupun yang tidak signifikan...

Satu partikel membentur partikel lainnya...mengalirkan potensi demi potensi... riak demi riak... gelombang demi gelombang... tak ada satupun partikel yang tidak signifikan... bahkan kepakan sayap kupu-kupu di satu tempat bisa menimbukan tornado di tempat lain... satu kepakan kecil yang perlahan mengubah masa depan....

|XII|


Tikus
Di episode 25 goler pas lawan Elin

Gw melihat Tikus di kejauhan. Kekuatan jantung yang terletak di dekat lubang pantat membuat tubuhnya beregenerasi lebih cepat dari rata-rata mamalia. Baru dua episode dia udah bisa ngeronda sama Macan.

Tikus yang gw tugasin mengawal gerbang berdiri nggak bergerak. Mungkin meratapi patah hatinya yang pertama. Bayangin aja baru sekalinya dapet cewek eh, ceweknya berkhianat, terus di timeline ini Elin mati pula. Jancuk emang authornya.

“Kus.” Gw menepuk pundaknya pelan.

“Eh. Belom tidur, Mbek? Kalau mau tidur, tidur duluan aja. Biar gua sama Macan yang ngeronda.”

“Ini mau bobok. Gua cuma ngecekin situasi… eng… Elu… nggak apa-apa, kan?”

Tikus senyum kecil. “Tenang aja kalau masalah aing, mah.”

“Tapi elu jangan nekad bunuh diri nelen meja karambol ya, Kus.”

“Kagak lah. Apa sih derita aing ketimbang elu dan Sheil…? Malah aing sedih banget… ngerasa bersalah banget sama elu… sama Sheila… gara-gara Elin… mama lu jadi….”

Gw terenyuh. Tikus ternyata mikirin gw….

“Kus…”

“Mbek…”

“Tikuuuus… hik-hiks-hik.…”

“Mbeeeeeek… hiks-hiks-hiks….”

Akhirnya gw dan Tikus peluk-pelukan sambil nangis bagaikan sepasang kekasih beda dunia dalam drama korea. Tapi lega banget emang habis menumpahkan tangis di atas dȧdȧnya Tikus, karena dari tadi gw nahan tangis nggak mau bikin anak büȧh gw hancur mȯrȧlnya. Serius habis nangis lega banget rasanya….

|XII|


Sheila
Masih terpukul karena kematian ibunya

Macan datang bawa golok, kopi, dan gorengan, rencana nemenin Tikus ngeronda. Takut dicabuli, gw langsung cabs ke kamar. Tara belum bobok, masih membaca Kitab Sutra di altar pedupaan. Beatrix juga masih ibadah malam. Ya udah gw ikutan baca Yasin di kamar.

Habis baca Yasin, tiba-tiba pintu gw diketuk.

Mbek…? Belum bobok…?

Suara Sheila.

“Shel?”

Gw membuka pintu.

“Lagi apa?”

“Ni baru aja selesai Yasinan.”

“Gua… boleh masuk, nggak…?”

“Masuk aja, boleh….”

Sheila masuk dalam balutan mantel bulu tebal. Duduk di atas bangku kayu.

“Sini Mbek… duduk samping gua….”

Gw beringsut duduk di sebelahnya.

“Mama udah nggak ada, Mbek…”

“Iya….”

“Dan kau tahu kata-kata yang aku bilang sama dia….?”

Gw diam.

“Waktu itu aku sumpahin Mama mati, Mbek….,” Sheila berkata pelan. “kamu tahu… aku… sumpahin… mama mati….” suaranya semakin bergetar.

Gw usap kepalanya pelan.

Sheila menempelkan wajahnya di pundak gw. Gw merasakan bȧsȧh di atasnya.

“Aku gagal sebagai pemimpin…. gara-gara keputusanku…. mereka jadi….” isakan pelan terdengar, pilu.

“Gua apalagi, Shel… baru satu setengah tahun jadi CEO, gua dibunuh, gua masuk neraka, badan gua dicolong. Gua kehilangan perusahaan dan keluarga gua…. jadi jamet kuproy…. pembaca pada jijik sama gua…”

“Idih. Jangan samain gua sama elu! Kehidupan lu kan emang sudah gagal dari lahir!”

“Ahahahaha....” gw ketawa kecut. “Mau gimana lagi? Life is shit. Kalau sejak awal hidup aku emang ditakdirkan untuk jadi taik. Terus aku bisa apa selain ketawa?"

Sheila tersenyum. “Kok kamu bisa tegar gitu, sih Mbek….?”

“Terus aku harus gimana, Shel? Protes sama Tuhan? Marah-marah karena dunia nggak adil? Itu sama aja kaya bocil yang ngamuk-ngamuk karena ending novel yang nggak sesuai sama keinginan mereka.”

Sheila tersenyum ke arah gua. “Kasih tahu aku, Mbek… gimana caranya bisa sekuat kamu….”

Gw membelai rambutnya. Lembut.

“Kalau kamu mau nangis. Nangis aja, nggak papa…,” bisik gw.

“Hiks…”

“Kamu nggak harus menanggung semuanya sendiri….”

“Hueeeeee…….”

Tangisan Sheila pecah dalam pelukan gw.

Lalu di antara tangisannya, ingatan Sheila mulai bergabung dalam ingatan gw. Gw bisa melihat Mama Liliana yang tertawa melihat Sheila yang baru belajar berjalan. Dekapan hangat yang membungkus tubuh mungil Sheila yang terhuyung ke pelukannya. Sheila tertawa bahagia, karena ia tahu wajah itu akan selalu ada, wajah ibu yang selalu sabar dan tersenyum itu… yang selalu ada untuk menangkap tubuh mungilnya ke dalam rengkuhan itu…

Kehangatan itu….

|XII|

Setiap ranting pasti bermula akar,
dan sebelum itu adalah benih.

Aku harus berkata pada diri sendiri,
betapa sejauh apapun kita terpaut,
senantiasa kita akan tertaut
oleh tali pusar di mana kita pernah berbagi udara.

Rasanya aku ingin pulang ke rumah
dan menghambur ke dalam dekap hangatmu.
Tapi separuh bumi
tak bisa diarungi dengan tergesa, Bunda.

Aku tahu, setelah sekian lama
perjalanan ini tak akan lagi banyak berarti,
bahwa kemungkinan besar aku tidak bisa lagi
menemuimu yang ingin sekali kupanggil ibu…

Tapi setidaknya aku ingin tetap memelihara harapan itu,
bahwa kelak aku bisa bertemu lagi denganmu...


|XII|

Matahari beranjak senja ketika gw, Tara, dan Sheila berdiri di atas püncȧk tertinggi gunung Zhong Jian. Biara Shangri-La tampak bagaikan titik kecil di bawah. Cahaya jingga membias di atas lapisan salju, menimbulkan ilusi keemasan seolah-olah kami sedang berada di dunia para Dewa.

And here we are, anak-anak Klan Dasaatmadja yang terkutuk,” Tara tersenyum sinis.

“Tiga orang terakhir yang tersisa. Dan gua harap kita akur,” Sheila menyambut tak kalah sinis.

Tara tertawa kecil menggenggam tangan Sheila. “Sure we’ll get along….”

Sheila membuka guci kecil di tangannya, angin dingin segera menghamburkan partikel abu itu ke udara… disusul Tara yang menghamburkan abu yang sama yang berkelip di antara butiran salju…. eksistensi terakhir dari manusia yang tak lagi berarti….

Keduanya mengatupkan tangan.

─selamat jalan.

|XII|

“Jafar… he will pay for it…,” desis Tara sambil menuruni lereng.

“Meskipun… itu artinya… gua harus masuk ke sisi gelap… seperti Joni dari Masa Depan?” kata gw ragu.

“Bahkan Joni dari Masa Depan bisa mengalahkan sisi gelapnya…. Dia kehilangan semua orang yang dicintainya, lalu jatuh ke dalam sisi gelap…. tapi kamu tahu… di akhir cerita dia merengkuh semuanya tanpa sedikit keraguan… This – Is – Your - destiny…. Sama seperti kata-kata yang sudah dipahatkan jauh sebelum kelahiranmu.…”

Lengan Tara melingkar di leher gw.

“Joni dari Masa Depan sudah menjalani bagiannya… Sekarang… giliran kita….” Tara berkata pelan, mengecup gw pada bibir.

Embrace your darkness.…

|XII|


Tara
Terikat perjanjian pernikahan politik dengan Joni

eesokan harinya helikopter-helikopter dan kendaraan lapis baja tentara revolusi terlihat memasuki Tibetan Plateau. Meski dipukul ketika hendak menyerang Jepang dan Korsel, Pasukan Rusia dan Tentara Revolusi RRC berhasil menguasai kembali pantai timur Tiongkok bahkan mendesak hingga menduduki semenanjung Malaya, Sabah dan Serawak, juga pulau Mindanao di Filipina selatan.

“Tapi Rusia tidak memiliki sumberdaya untuk melakukan invasi ke Asia Tenggara. Mereka akan mengadakan perundingan damai dengan Mandala 12 Rasi Bintang. Kalau kita mau membunuhnya, itu adalah satu-satunya kesempatan terbaik,” Sheila membuka suara.

“Tidak semudah itu, Markonah,” potong Tara. “Kita kehilangan pendekar-pendekar inti Jade Lotus. Kita kehilangan anggota Zodiarc; Koh Patkay, Elin, Madame Epona, Baphomet. Bahkan si pengkhianat Sanca pernah menjadi ancaman yang berbahaya bagi musuh ketika masih memihak kita.”

“Tapi sekarang kita punya Beatrix. Kita punya The Warior of Pulu dan Suku Ming Jiao yang perkasa. Tambahkan anggota Zodiarc yang duduk di bangku cadangan, Gori, Elang, Aika, dan Naga. Kelompok orkes dangdut kita tidak bisa diremehkan!”

Sheila memalingkan muka ketika nama mantan suaminya disebut. “Ada kabar dari Sekte Al-Hassashin dan Ordo Templar?”

Beatrix mengangsurkan gulungan surat yang diantar oleh burung puyuh tadi pagi. “Kabar Buruk. Ordo Templar menarik diri dari koalisi dan memilih sikap netral begitu mengetahui resiko Joni menjadi Mandala Kegelapan. Sekte Al-Hashasin dan pasukan Suriah plus Iran masih menghadapi kepungan koalisi Amerika Serikat+Negara-negara Arab. Mereka akan mengirimkan bantuan, pasti, tapi jangan harap yang datang adalah resimen lapis baja.”

“Operasi senyap, then. Kita akan bergerak dengan pasukan komando,” desis Macan dengan mata berbinar-binar. Bulu idungnya goyang-goyang. Darah mantan anggota pasukan khusus itu kembali bergejolak membayangkan pertempuran terakhir.

"Gori dan Elang sudah bersiap mempersiapkan segala keperluan kita termasuk kapal selam untuk menyelundupkan kita kembali ke Jakarta," Sheila berkata. “Setelah itu kita akan rendevouz dengan anggota Zodiarc yang lain.”

“Kenapa gak naik bus Akas?” potong gw.

“Sedang ada penyekatan, Jon. PPKM level 4 diperpanjang ampe 2 Agustus,” jawab Sheila ngeden. Bhaaaaa....

“Sekarang, permasalahannya adalah Hades. Pemilik kekuatan salah satu dari 6 Primordial Gods yang setara dengan Naraka punya gua, dan Manusya punya Sheila. Kalian sendiri tahu kekuatannya, begitu dia melepas jurus Night Parade of 1000 Ghosts, tak akan ada satupun makhluk di semesta yang bisa mengalahkannya.” Tara memandang cemas. “She must be neutralized with all cost.

“Gua yang bakal mengurusnya,” gw berkata tegas. “Lagipula cuma gua yang tahu cara melenyapkan Hades.”

Pandangan semua orang tertuju ke arah gw.

“Hades kecil harus dilenyapkan dengan wudhu atau tayamum, Hades besar dengan mandi junub.”

Nggak ada yang ketawa.

|XII|

"Selain setok joke yang lebih berkualitas, elu juga butuh Power Up," kata Sheila.

Mantap. Ini yang gw tunggu-tunggu. Gw dapat apa nih kira-kira? Semoga bukan sendal swallow emas lagi, wakakakag....

Gw disambut pendeta-pendeta dari Sekte Bhairava yang mengenakan jubah tak berjahit. Lapangan bekas penguburan itu dipenuhi sisa-sisa kayu bakar dan serpihan rangka dari jasad-jasad yang diperabukan malam sebelumnya.

Di padang salju di depan Biara Shangri-La itu menunggu tetua-tetua keluarga Xiang yang berlutut membawa sebuah kotak kayu yang dipenuhi ukuran teratai. Sheila menyembah takzim sebelum membuka penutupnya.

Sebuah senjata pusaka berbentuk cakram, tulisan Sansekerta dan rerajahan bergambar Dewi Durga, Kali, dan Parvati terlihat menghiasi bilah-bilahnya yang membentuk lidah api neraka. Mustika Cakrabhairava. Senjata yang ditempa dengan inti bintang yang telah mati. Senjata yang dipersembahkan kepada Dewi Durga, sebelum dianugerahkan kembali kepada Nyi Calonarang untuk membalaskan dendam kepada tirani yang berkuasa.

“Mama bilang cuma elu yang bisa menyandang Pusaka ini. Lagipula... huft...udahlah, buru!”

Gw mengangguk paham. Berlutut. Sheila selaku Red Queen yang baru membacakan titah, menganugerahkan pusaka keluarga Dasaatmadja kepada pewaris selanjutnya.

“Joni Laksama Samudra, putera Sahal Mahessa Angkara, Siapkah kau menjadi juru selamat bagi orang-orang yang tersesat? Pelindung bagi orang-orang yang tertindas dan terbuang?”

“Iyut,” gw menjawab manja.

“Wahai Mandala 12 Rasi Bintang, bangkit, dan pimpinlah kami dalam peperangan terakhir melawan tirani!!!”

Diiringi kebarokahan lagu Black Parade dari MCR, Sheila menganugerahkan senjata yang dulunya milik Ratu Merah kepada gw.

Seperti yang gw duga, sama seperti Celurit of Chaos, Mustika Cakra Bhairava seketika menyedot Prana gw, bahkan lebih parah! Khodam yang bersemayam di dalamnya berusaha meracuni gw dengan Prana Kegelapan, mengubah urat nadi gw menjadi kehitaman. Kebencian. Dendam. Sakit hati. Gw merasakan emosi-emosi negatif yang mencoba mengambil alih kesadaran.

Sheila menatap khawatir.

“Gua kagak tahu siapa yang bersemayam dalam pusaka ini, tapi gua mohon, selama gua yang menjadi penyandang Mustika, gua harap kita bisa bekerja sama,” desis gw, tegas. “GUA JONI KROCO , THE DARKLORD! ORANG YANG DITAKDIRKAN UNTUK MENGAKHIRI SEMUA KEBENCIAN DI MUKA BUMI!!! DAN GUA BAKAL MENGHANCURKAN TIRANI DENGAN KEKUATAN ELU!!!!”

Cakram itu seketika membara kemerahan, bahkan lebih bercahaya ketimbang saat mendiang Red Queen menyandangnya, seolah-olah khodam yang bersemayam di dalam menyambut gembira kedatangan pewaris selanjutanya.

Gw tersenyum dingin menikmati sensasi kelahiran kembali Sang Dewa Maut.

Sheila ikut tersenyum, dingin.

Enjoy your hunt, Death.”

|XII|

Gemuruh besar terdengar. Angin siklon membawa serta awan badai yang bergulung-gulung di atas kepala, mengubah lereng-lereng curam pegunungan Himalaya menjadi neraka dunia ketika titik-titik air dimuntahkan dalam intensitas yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Hades belum jauh, menggunakan jurus masif Domain Expansion: Parade 0f 1000 Ghosts, Hades pasti kehabisan Prana. Beberapa tempat untuk memulihkan Prana secara instan di sekitar tempat ini hanyalah, taman Bunga Plum Shangri-La, Sumur Keramat Tanah Anarki yang sudah hancur, dan satu tempat lagi di mana mengalir Prana murni dari nadi bumi berada. Kami melakukan triangulasi terhadap kemungkinan-kemungkinan Hades berada, tapi satu-satunya kemungkinan adalah koordinat di mana gw menuju saat ini.

Gw mengikuti pancaran reiatsu Hades dalam kesadaran semesta, menghantarkan gw pada ujung satunya dari Xing Zongse Migong (行 棕色 迷宫 ) Labirin Sawo Jajar, yakni makam Kaisar Qin Shi Huang yang selama ini tersembunyi dari sejarah. Tara berkata, para alkemis Dinasti Qin menggunakan sumber Prana murni dari perut bumi untuk mengawetkan jasad kaisar pertama Tiongkok dan ribuan pengikut yang dikuburkan bersama tokoh yang telah membangun Tembok Besar itu.

Kalau Hades ingin memulihkan diri, di sanalah tempatnya.

Gw disambut hujan deras, dan di sekeliling gw adalah lereng-lereng curam kaki gunung Himalaya dengan jurang dalam yang berujung pada sebuah komplek makam kuno. Gw bisa melihat pahatan istana kaisar pada tebing granit, juga batu-batu nisan yang dipahat pada gua-gua di sepanjang tebing bersama ribuan patung prajurit Terakota yang ditugasi mengawal peristirahatan terakhir junjungan mereka.

Gw bergerak dalam senyap, berlindung di balik kegelapan malam. Jubah Wadimoor yang mampu menyamarkan reiatsu (pancaran tenaga) membungkus tubuh gw, dan kaki-kaki gw melangkah tanpa gaya berat pula, membolehkan gw melayang di antara nisan-nisan berukuran gigantis.

Gw menajamkan ketujuh panca indera, mengikuti pancaran tenaga buruan gw, Hades, dia tidak sedang mencoba menyembunyikan diri.



Codename: Hades
God of Underworld

Wanita itu duduk di atas sebuah makam raksasa. Tubuhnya sudah beregenerasi. Gw langsung mengenali raut wajah dingin, hidung mancung, dan rambut pirang ikal itu. Sabit raksasa tersandang di pundak. Tubuhnya yang telanjang dibalut oleh jubah hitam yang kuyup oleh hujan. Matanya menatap sedih ke arah gw. Menunggu.

“Anda datang untuk menjemput saya, Son of Death?

Gw menjawab dengan hunusan Mustika Cakrabhairava

“Tara, The Crimson Priestess membunuh anak-anak saya. Saya membunuh ibunda anda. It is normal that you came to me.” Hades tersenyum sendu, rintik-rintik hujan jatuh di atas matanya yang membasah. “but the path you walk… vengeance. You’ll find no peace… i know...,

“Kau mengatakan itu setelah membantai orang-orang di benteng Shangri-La...? Jangan pura-pura, kau begitu menikmati saat-saat hantu-hantu lapar itu menodai kehormatan ibu kandung gua!”

“Seorang yang berjalan di jalan Pedang akan mati di ujung pedang pula. Ibu anda adalah Ratu Kejahatan. Takdir tragis adalah kepastian yang menunggu di ujung jalan. Saya hanyalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menghukum orang-orang yang berdosa.”

Lagi, ia berkata, dalam paragraf selanjutnya.

“I have watch the brutality… the stupidity of war… dan manusia-manusia yang menutup mata dengan segala kekejian dunia… This is grim reality of our world… dunia memerlukan juru selamat… ‘pahlawan’ untuk menyelamatkan umat manusia lingkaran kebencian yang tak berkesudahan…. dan saya adalah Dewa Maut yang memimpin tentara Sang Ratu Adil dalam satu perang terakhir untuk mengakhiri segala peperangan di dunia!!!”

“Hanya gara-gara kehilangan anak lu jadi taklid buta?!! Gua kasih tahu elu, dia adalah juru selamat palsu! Yang asli yang ada badaknya!!!”

A bold claim, Sire. Then prove it, you must!!!

Gemuruh besar terdengar ketika akhirnya sabit Hades terangkat.

“Dengan menyebut nama Dewa Cahaya Ahura Mazda, dan Dewa Kegelapan Angra Mainyu. Saya menantang anda dalam duel suci Agni Kai!!!”

The honor is mine,” gw tersenyum dan menaikkan Mustika Cakra Bhairava .

|XII|

Gemuruh hujan membasuh tubuh kami berdua, angin siklon yang berhembus dari utara membentuk pusaran mata badai yang bergulung di atas kepala. Langit menggelegak, bergejolak menghempas dinding-dinding batu nisan, diikuti kilatan-kilatan petir ketika akhirnya masing-masing pihak melesatkan jurus maut.

Gw mengingat kembali setiap jurus yang gw kuasai, termasuk jurus-jurus yang dicomot dengan sangat barbar dari anime Jametsu no Yaiba tanpa royalti.

Jurus pertama meluncurkan tubuh gw dalam iringan citra serangan berupa gelombang samudera yang bergolak ganas.

Cakram di tangan gw berputar membentuk pusaran air yang meliuk mengincar kepala, dan telapak kaki gw bergerak mengikuti diagram spiral aliran Baqua, memojokkan Hades dalam jurus pertama dari Jamet Breathing Technique, First Kata: Sampang Banjir Pole.

“Tsk,” Hades mengelak dengan jurus meringankan tubuh. Satu hentakan di ujung kaki yang telanjang, dan Dewi Kematian itu sudah melayang di atas gelombang laut yang bergulung datang.

Jubah hitamnya berkibar dan menampakkan tubuhnya yang tak berhalang. Sabit raksasa di tangannya terangkat dan diliputi kilatan-kilatan petir hitam ketika wanita bertubuh molek itu melepaskan kekuatan sebenarnya dari Animus God of Underworld.

‘CRASSSSSS!!!’ Citra serangan gw yang berbentuk gelombang seketika terbelah bak Maut Merah.

Sabit raksasa Hades berkelebat cepat, berpusar membentuk ratusan bilah-bilah cahaya yang mencoba menyudutkan gw pada batu-batuan tajam. “Hemeh,” gw tersenyum greget, nyelipin coki-coki, karena jurus meringankan tubuh gw beberapa tingkat lebih tinggi....

Bagai menghantam kabut, jurus maut itu terbuang sia-sia. Jurus meringankan tubuh gw yang penuh karomah membawa gw keluar dari jarak serang dalam satu kejapan.

Adalah Jamet Breathing Technique, Second Kata: Tarian Pelangkah Awan, di mana partikel-partikel metafisis bermanifestasi menjadi gumpalan-gumpalan awan yang membuat tubuh gw meliuk lembut menghindari serangan Sang Dewi Kematian. Citra jurus berbentuk gulungan awan itu membolehkan gw memijak udara, melambungkan tubuh cungkring gw di antara ujung-ujung tajam sabit yang berkelebatan membentuk ratusan bilah sekaligus.

Mata gw memejam, tangan gw mengatup pasrah, seolah maut tak mampu menyentuh gw adalah sama sekali.

Kemudian adalah Jamet Breathing Technique, Third Kata: Tarian Walet Emas. Prana keemasan seketika memusat di sepasang sendal swallow yang penuh karomah, membentuk citra berupa petir walet emas yang membawa gw melesat dalam kecepatan yang tak terbayangkan bak kuase petir Boboiboi. Hades hanya bisa menangkap jejak-jejak cahayanya menyisa di udara, ketika gw muncul di belakangnya dengan cakram yang membara.

Bibir gw berbisik. “Hantam dia,─”

|XII|

“Brajamusti!!!”

|XII|

Mata Hades yang membeliak horor, benar-benar tak mengira bahwa serangan akan datang dari arah yang disangka-sangka. Sabetan Sabit Raksasa yang dilakukan dengan putus asa adalah satu-satu cara agar kepalanya tak terlepas dari badan.

“Tsk, sama seperti ibunya, kecepatan dan kekuatan penghancur yang sangat merepotkan!!!” Hades menahan serangan gw dengan sabitnya yang memancarkan cahaya kehitaman. Otot-otot tubuhnya membesar, dan kulitnya yang telanjang dipenuhi dengan urat-urat hitam, pertanda ia pun mengerahkan kekuatan maksimal dari Animus-nya.

Crassss!!! Dua kekuatan sihir sama besar saling berkolisi dan membagi langit dalam dua kroma, yang satu kobaran api berwarna merah darah, yang satu awan hitam gelap, mementalkan tubuh kami berdua duapuluh tombak ke belakang, sebelum masing-masing pihak kembali menerjang.

Hades menyerang dengan kemarahan meluap. Mengimbangi rangkaian jurus tarian Jamet Al-Kuproy gw dengan gerakan balet yang sama. Jurus demi jurus dimainkan orang itu untuk menangkis dan balas menyerang. Kilatan-kilatan petir berwarna merah dan hitam terlihat bersambaran ketika kami mempertukarkan belasan jurus di antara tebing-tebing curam. Menghamburkan bebatuan dan hujan setiap kali kekuatan kami beradu.

Ada getaran yang beresonansi setiap kali ujung senjata kami saling bersentuhan. Kesedihan. Kemarahan. Rindu. Emosi-emosi yang susul-menyusul berkelebat masuk ke dalam kesadaran gw.

Ingatan Hades. Gw bisa merasakannya walau samar.

Gw melihat kobaran api...

Gw melihat reruntuhan kota...

Lalu air mata seorang ibunda yang menggendong jasad sang buah hati di antara puing-puing rumahnya....


|XII|

Rasa bersalah membuat gw meragu sesaat, sehingga Hades berhasil mendaratkan tendangan lutut yang mendarat tepat di ulu hati. Kaki kirinya yang jenjang dan telanjang menyusul berkelebat dalam citra serangan yang diikuti kilatan petir hitam dan memaksa gw menangkis dengan siku.

Hades menjerit dahsyat. Kemarahan yang mendadak hadir membuat otot-ototnya dipenuhi dengan energi penghancur yang mengempas gw sejauh puluhan meter hingga menghantam hancur sebuah batu nisan

Serpihan debu dan batu.

Mata gw cuma bisa menangkap warna merah, dan aroma logam pada lidah. Rasa darah. Suara berdenging. Pandangan gw mengabur. Tapi gw bisa melihat musuh yang melayang di depan gw. Sabit raksasanya terhunus dan di belakangnya mulai mewujud sosok The God of Underworld yang berwujud tengkorak raksasa.

“Kau terlalu lembut untuk menjadi Dewa Maut!” decih Hades. “Kematian tak pernah mengenal melankoli! Death destroys everything and takes pity on no one! Takdir akan mempertemukanmu dengan berbagai macam musuh, wahai Putera Sang Penjagal!!! Close your heart to their desperation… Close your heart to their suffering… Do not allow yourself to feel for them… they will not feel for you!!!

“Tsk,” gw meludahkan darah yang meleleh dari bibir gw, memasang kembali kuda-kuda.

“Hanya seginikah kemampuan anda, Putera Sang Penjagal?!!” ia berkata dalam senyum yang merendahkan marwah. “Kalau anda tidak bisa mengalahkan saya. Anda bahkan memiliki secuil pun kesempatan ketika berhadap-hadapan dengan Mandala 12 Rasi Bintang!!!”

“Elu belum tahu kekuatan gua kalau habis dengar Mars Perindo!” decih gw. Mustika Cakrabhariava terangkat di depan mata, membara dan diliputi kilatan-kilatan petir hitam oleh konsentrasi Prana yang gw pusatkan pada ujung-ujungnya.

Hades menyeringai, merasakan aura pembunuh yang menguar dari dalam tubuh gw, “yes... that’s more like it. Come... tuntaskan nubuatmu, wahai Putera Sang Penjagal!!!!”

Sang Dewi Kematian menerjang dalam citra serangan yang mewujud dalam rupa tengkorak raksasa yang meraung murka. Jubah hitamnya yang dirajut dari jutaan arwah berkibar ketika sabit yang juga dipenuhi oleh energi penghancur itu mengayun, mengubah apapun yang berada di dalam jangkauannya menjadi abu, tapi anehnya, gw justru merasa sangat tenang, tenang seolah gw berada di atas permukaan danau yang tak beriak.

Why should I fear death? Gw teringat kata-kata Epicurus. If I am, then death is not… If death is, then I am not... Why should I fear that which can only exist when I do not?

Satu embusan napas, dan ketenangan itu seketika berubah menjadi kobaran hitam api neraka yang bergejolak di sekeliling gw, membungkus gw dengan jelaga dan bara, lalu cahaya, dan raungan Mustika Cakra Bhairava yang menuntut tumbal nyawa....

Bisakah kau mendengarnya?

|XII|

"Tarian Dewa Kegelapan...."

|XII|

Dinding-dinding makam di belakang Hades seketika berubah menjadi cairan lava pijar, tunduk oleh kekuatan yang bahkan bisa melelehkan atom-atom. Mustika Cakra Bhairava di tangan gw membara puas mendapati lubang besar di dada Hades, mengangga dan melelehkan darah segar.

Lesatan kekuatan penghancur itu menghamburkan organ dalam Hades di ujung tarian maut.

Bagai memiliki nyawa, Mustika Cakra Bhairava kembali ke tangan gw.

Hap, lalu ditangkap.

Hades menyeringai kesakitan. Tubuhnya seharusnya sudah kehilangan nyawa, tapi kekuatan tak tampak seolah mengambil alih jasadnya, dan membuat wanita itu masih bisa berdiri meski dengan punggung yang berlubang.

Persenyawaan antara amarah dan kebencian membuat sudut-sudut bibirnya tertarik ke atas dalam ekspresi dingin yang mengingatkanmu pada pahatan beku di atas pusara.

Hades termegap sekarat, suaranya mendesau parau, “impresive... as The Death should be...,” tiba-tiba matanya berubah putih, “now... this is a final test... you have to prove yourself... worthy....

Sama seperti malam itu, tubuh Hades tiba-tiba diselimuti urat-urat nadi kehitaman, dan tubuh telanjangnya dijadikan tumbal ketika ia menggunakan rohnya sendiri untuk merapal mantera terakhir.

Night Parade of 1000 Demon hadir dalam manisfestasi ribuan tangan hantu yang keluar dari dalam lubang hitam tak berdasar. Menampakkan sesosok bola mata gigantis yang mengintip dari dalam celah transdimensional. Tentakel-tentakelnya yang berukuran masif menjulur keluar bersama lendir jenazah yang meleleh-leleh kental. Preta, penguasa Realm of Hungry Ghost.


Preta
6 Primordial Gods penguasa Realm of Hungry Ghost

Tanah kuburan di sekeliling gw menggelegak berubah menjadi lautan nanah yang begejolak.

Sementara partikel-partikel hitam yang terbuat dari dendam dan kebencian berkumpul di depan bola mata raksasa Preta, membentuk orb hitam berukuran masif yang memancarkan kilatan-kilatan petir yang siap diledakkan, antimatter yang bisa melenyapkan segala, dengan kata lain Touch of Death dalam skala katastrofik!

Dinding-dinding tebing di sekeliling gw runtuh menjadi serpihan abu. Anehnya, gw justru menyeringai girang. Sepasang Celurit of Chaos yang dari tadi duduk di bangku cadangan seketika mewujud dari dalam Dark Dimension, bilah-bilahnya membara, gagangnya bergetar hebat, meneteskan air liur seolah tidak sabar ingin memangsa.

Hantu Lapar adalah arwah para manusia yang dikuasai dendam dan kebencian; sumber Prana Kegelapan yang merupakan makanan lezat bagi sepasang celurit di tangan gw, tapi memangsa kebencian hanya akan membuat gw terkontaminasi oleh kebencian yang sama, dan kali ini, gw tidak memiliki banyak pilihan.

Bibir gw berbisik, “Mangsa mereka....”

|XII|

“KRONOS!!!”

|XII|

Kekuatan penghancur membelah langit dalam kroma yang berwarna hitam kemerahan, memangsa jutaan hantu lapar menjadi butiran abu dan jelaga, lalu cahaya, membakar bola mata raksasa Preta dengan kekuatan yang bahkan melampaui Dewa-dewa. Kau hanya bisa melihat awan hitam yang ikut terbelah, dan tubuh Preta yang berubah menjadi bola api yang membara ketika langit akhirnya terbelah oleh kekuatan yang mampu menyapulenyapkan segala.

Jelaga dan partikel bara api memandikan tubuh gw yang melayang keluar dari dalam Realm of Hungry Ghost. Zirah hitam, topeng tengkorak dengan tanduk kambing yang melingkar. Jubah merah darah gw berkibar, dan di tangan gw tersandang senjata roh yang telah berevolusi.

Gw merasakan kebencian. Gw merasakan kesedihan arwah-arwah yang kini telah menyatu dalam wujud sempurna Celurit of Chaos, Kalacakra, yang berwujud sebuah sabit hitam raksasa dengan gagang tulang belakang manusia. Bilah-bilahnya meliuk ganjil ditempa dengan amarah jutaan arwah, menyala dalam ukiran bergambar akhir alam semesta.

Di atas gw, bola mata gigantis Preta terbakar hebat, runtuh menjadi butiran-butiran abu yang membara... tumpas oleh kekuatan Sang Penguasa Waktu yang mampu memangsa segala... Betara Kala... atau kau bisa menyebutnya dengan nama....

...Kronos.

|XII|

Deru hujan menyambut gw ketika jurus Domain Expansion Hades berakhir. Napas gw tersengal, dan tubuh gw gemetar oleh kebencian. Menggunakan kekuatan Joni Demon membuat tubuh gw kehabisan tenaga dan gw ambruk di atas kedua lutut gw.

Hades terbaring di bawah gw, dadanya yang berlubang mengalirkan darah segar yang terbawa oleh air hujan, menggenang merah di sekeliling gw. Lawan gw yang termegap dalam sakaratul maut…

Tapi tak sedikitpun ia merasa takut...

Bibirnya tersenyum.

Matanya yang menatap nanar seperti melihat anak-anaknya yang berlari menghambur…

Menyambut sang ibunda…

Pulang…

Ibu…’

|XII|

Gw selimuti jasadnya sebagai penghormatan terakhir, dan sekarang giliran Jafar si juru selamat palsu. Gemuruh petir, dan dengan jelas gw melihat wujud ‘diri gw yang satunya’ yang kini semakin mampu menampakkan diri di hadapan gw.

Lagi, gw tiba di dalam alam bawah sadar sendiri. Joni Demon menyeringai girang di atas singgasana yang terbuat dari jiwa orang-orang yang gw bunuh selama ini. “See? Gua selalu di sini. Kekuatan sejati lu. Yang elu perlu hanyalah... mengakui keberadaan gua...

Gw bisa melihat di dalam dirinya, segala sisi gw yang buruk, gw yang suka nonton bokep, gw yang suka ngelem, gw yang suka nyolong sendal di Masjid. Joni Preman. Sisi gelap gw yang selalu gw berusaha buang selama ini. Joni Demon yang dikutuk Eyang Bi Hun ke dalam Neraka. (baca bab 3. Two Worlds, Two Tomorrows)

"Elu tidak akan pernah bisa membuang gua, Jon. Elu akan selalu memerlukan ketidaksempurnaan untuk bisa memahami kesempurnaan. Dan Elu senantiasa memerlukan kegelapan untuk mengerti cahaya.”

"DENGARKAN INI, NAMA GUA JONI KROCO, FREMAN FALING VAROKAH, DAN GUA KAGAK MAU JADI SEPERTI ELU!!!!”

Ia menyeringai. “Can you?

"Elu nggak bisa menyangkal eksistensi diri lu sendiri, Jon... ketakutan-ketakutan lu... kemelekatan lu terhadap dunia... elu kagak sadar... elu hanya akan....─"

Joni Demon menyeringai seram, sesaat sebelum tubuhnya memendar menjadi debu.

"You create... your own... demon...." desaunya pelan,

|XII|


Commander Falcon
Commanding Officer The Patriot

Di suatu tempat di teluk Jakarta, di atas pulau reklamasi yang kini diubah menjadi benteng militer, seorang pria berjas mahal mengetuk-ngetuk ujung jarinya, resah.

Di hadapannya berdiri seorang pemuda kauskasia dengan setelan militer berdiri dalam sikap sempurna. Air muka bersalah membayang di hadapan sang perwira. Kita mengenalnya dengan nama Commander Falcon, petinggi The Patriot yang bertugas sebagai Commanding Officer peyerbuan ke benteng Shangri-La.

“Boss. Kita kehilangan kontak dengan Codename Hades.”

Laporan Comander Falcon terdengar seperti nada sumbang di telinga.

Jafar menelan ludah, berdehem sekali. Petinggi Elit Global itu berusaha menghilangkan getaran dari nada suara sebelum berbicara. “Oh, ya...?”

Commander Falcon mengangguk. “Kami sudah mengirimkan tim untuk melakukan penyisiran, tapi yang ditemukan hanyalah ini,” ia menyodorkan sebuah sendal swallow butut dengan inisial J.K di atasnya.

Jafar tiba-tiba ambruk terduduk. Bibirnya gemetar. “Ini semua gara-gara elu!”

Commander Falcon menelan ludah.

You killed Joni Kroco’s Mother....”

I-it can’t be helped. A-anda t-tahu sendiri, Sanca... o-orang itu tidak bisa dikendalikan....”

Jafar mencengkeram kerah baju Commander Falcon.

“Sanca telah mati, dan elu tahu siapa orang berikutnya yang berada di daftar buruan?”

Gemetar, wajah Commander Falcon berubah horor ketika melihat ekspresi atasannya.

“Elu… sama sekali nggak ngerti…. Liliana adalah satu-satunya yang bisa melindungi gua dari orang itu… dan elu… elu sudah ngebunuh Sahal… elu mengkhianati Joni di Bolivia, memperkosa calon istrinya... dan sekarang… anak buah lu bahkan sudah melecehkan dan membunuh ibu kandung Joni!!!! APA YANG ELU PIKIRKAN, BANGSAT?!!!”

Pukulan tiba-tiba bersarang di perut. Membuat Mamang Palkon tersungkur kesakitan.

Jafar berdiri gemetar, memperbaiki kerah jas mahalnya yang sedikit berubah posisi.

Pria perlente itu mengeluarkan sebatang cerutu Kuba dari kotak beludru.

“Elu kagak tahu sedang berurusan sama siapa….,” menggigil, Jafar menyelipkan cerutu di bibir. “Joni Kroco… is a man of focus… commitment… and sheer… ─fuckin will...” tangannya yang tremor membuat orang itu berkali-kali gagal menyalakan Zippo. “Gua... pernah dengar Joni ngebunuh tiga orang di warteg menggunakan sandal Swallow…. bayangkan, a Foookin Sendal Swallow!!!

Commander Falcon mencoba tersenyum, tapi otot wajahnya seperti mati rasa. Keringat dingin yang menetes deras dan darah yang berhenti dipompa ke wajah seperti bisa mengendus datangnya kematian.

“Biar gua kasih tahu elu…,” Jafar menepuk wajah Commander Falcon yang berubah pucat. “Joni Kroco… Son of Death... and every story you heard about that man…,” Jafar menelan ludah. “if nothing else... have been watered… down.

To Be Contijon....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd