Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurnal Kelam Seorang Istri

Alur ceritanya sama kyk iml yak hu... Cuma dari POV Rina aja
betul, cerita dikit, IML adalah cerita panas pertama yang saya buat, dari pertama rilis hingga tamat kalau gak salah hanya 1 bulan lebih, itu saat roh penulis melekat di jiwa saya, lalu di lanjut ke IML sesi 2 juga sama hanya dalam waktu singkat dapat selesai.

untuk saya pribadi mengerjakan sebuah bab dalam satu cerita itu seperti saya menjadi orang berbeda, roh penulis itu, saya termasuk perfeksionis, saya gak mau membuat bab yang hanya sekedar bab saja, perlu kesinambungan dalam bab per bab, dan setiap bab harus bisa membuat orang ingin membaca bab selanjutnya, mohon maaf kalau ada yng mengeluh ahh lama updatenya, namun mau gimana kalau mood atau roh itu gak merasuk ke jiwa saya, sulit saya mengetik, tapi setelah jadi satu bab, maka itu adalah yang terbaik yang saya bisa rilis.

balik lagi ke cerita ini, JKSI adalah cerita yang benar-benar baru yang saya tulis, tidak ada stok bab di cerita ini, semua mengalir saja, cerita ini adalah penyempurna cerita induknya, ada imajinasi yang luput di IML, saya tumpahkan di cerita ini, dan menurut saya, sudut pandang tokoh wanita adalah alur terbaik dalam genre cukold/selingkuh.

jujur aja saya ingin membuat sebuah cerita erotis yang elegan, bukan hanya sekedar tomplokan ah uh, tapi harus bisa menjadi inspirasi atau hikmah dalam setiap cerita, cerita yang saya buat adalah cerita yang mungkin bisa terjadi di dunia nyata, seperti karya enny arrow yang saya tumbuh bersamanya, karya nick carter yang sebagian saya baca di masa abg, dan setiap karya yang saya buat entah kenapa selalu ada bumbu misteri dan detektif mungkin karena pengaruh novel AGatha Christie yang sudah saya khatamkan.

yuk kita lanjut
 
Jurnal Kelam Seorang Istri
Bagian Enam


Ya ampun, ahhh ini benar-benar gila aku berpakaian seperti ini di depan lelaki lain, tapi aku sungguh menyukai tatapan pak Frans, dia terlihat begitu terpesona dengan apa yang dilihatnya, “sebentar ya pak, saya buatkan kopi dulu.” Pak Frans hanya diam sambil terus memperhatikanku, tubuhku terasa hangat karena pompaan darahku yang begitu cepat.

Hatiku benar-benar mau melompat keluar, tegang banget rasanya, tapi bukan tegang yang takut, ini seperti tegang menunggu sesuatu yang kita idamkan, duh..lihat saja tanganku gemetaran saat membawa kopi ini ke depan, semakin dekat ruang tamu, semakin kencang desiran-desiran di hatiku, bahkan dulu saat bertemu pertama dengan bang Andi aku tak pernah seperti ini..aku berhenti sejenak, bukan karena ragu, tapi aku ahh entahlah, aku mengambil napas panjang lalu kehela perlahan melalui mulut, berulang kali kulakukan untuk menenangkan gejolak di dadaku ini.

Pak Frans rupanya telah pindah ke sisi sofa yang panjang, aku mendekatinya dan sedikit membungkuk saat meletakkan gelas kopinya, “terima kasih..duduk disini Bu.” Pak Frans menepuk sofa di sebelahnya, aku tersenyum dan duduk di sampingnya, hatiku mulai sedikit tenang, kusilangkan kakiku sehingga dasterku semakin menyingkapkan kulit putih mulus pahaku.

“Silahkan diminum pak, maaf loh kalau kemanisan atau kurang manis.” Ujarku, kini aku mulai bisa menguasai diriku.

Pak Frans mengambil cangkir kopi, memang kopi yang kusuguhkan tidak terlalu panas, sehingga bisa segera diminum, “Hmmm luar biasa…” Gumam Pak Frans sambil meletakkan cangkirnya kembali.

“Gak kemanisan kan pak.” Tanyaku.

“Memang beda kopi bikinan istri, eh maksud saya ya Bu Rina kan seorang istri, hehehe, sangat nikmat dan hommy, beruntung sekali pak Andi memiliki istri seperti Bu Rina, sudah cantik, pintar masak.” Ujar Pak Frans memuji.

Aku hanya tersenyum tersipu, entah kenapa aku merasa berbunga-bunga dipuji oleh seorang pria, tingkahku mirip dengan Abg saja.

Kurasakan hembusan napas menerpa kulit leher belakangku, entah sejak kapan Pak Frans telah bergeser semakin dekat denganku, Pak Frans duduk sangat dekat denganku, dan aku mulai merasa jantungku berdebar kembali, canggung dan juga bingung, tiba-tiba sebuah hembusan hangat menerpa leherku, pori-poriku membesar karena merinding.

“Kok Bu Rina keringatan, apa saya merepotkan ya..” Ujarnya lirih, tepatnya seperti berbisik di telingaku, aku semakin merinding dan juga berdebar tak karuan, aku secara refleks menggerakan leherku karena merasa geli. Saat aku bertatapan dengannya, Ya Tuhan, mata itu begitu tajam mengintimidasi segenap perasaanku, aku tak sanggup menatapnya berlama-lama, aku menunduk sambil menggeleng.

Pak Frans rupanya pria berpengalaman, dia mengetahui kalau aku sudah pasrah, dan aku semakin berdebar saat tangannya meraih jemari lentikku, Pak Frans mengelus lembut jari-jari tanganku, dan tiba-tiba jemariku diangkat dan diciumnya, “Pak….” Ujarku lirih, namun aku seolah kehilangan tenaga bahkan untuk menarik tanganku yang sedang diciuminya. Dan mataku terpejam saat kurasakan jari-jari lentikku di hisapnya, “Ohhhh…” lirihku, tubuhku terasa ringan, kesadaranku tiba-tiba muncul, dengan refleks aku menarik jari-jariku. Aku tertunduk sambil menggigit bibirku.

“Dek Rina sangat cantik sekali.” Ujarnya pelan, jemarinya mulai nakal mengelus pahaku yang tersingkap, sentuhan Pak Frans membuatku semakin berdebar tak karuan, elusan jemarinya di pahaku terasa geli, namun aku tak sedikitpun berusaha menghindar, dan sedetik kemudian Pak Frans membalikkan tubuhku hingga wajahku berhadapan dengannya, kami saling menatap tanpa bicara, jari telunjuk pak Frans yang besar menjalar lembut di pipiku, lalu menyusuri bibirku, aku malah terpejam menikmati suasana yang semakin menghanyutkan ini.

Aku terkesiap dan sungguh rasanya jantungku seolah berhenti saat kurasakan benda kenyal yang basah menumbuk bibirku, aku membuka mata, kulihat Pak Frans tengah menciumku, di kecupnya pelan bibir atasku, lidahnya yang basah kurasakan membelai lembut bibir bagian bawahku, pak Frans dengan sabar berusaha membuka bibirku yang masih tertutup rapat.

Kuluman lembutnya di bibirku membuatku terbius, aroma buah kurasakan begitu segar dari hembusan napasnya, tanpa sadar bibirku mulai terbuka, segera kurasakan lidah pak Frans menyeruak masuk kemulutku, rasa dingin kurasakan diujung lidahku saat kedua lidah kami saling bertemu, kini diriku mulai dikuasai hasrat gairahku, aku mulai terlena dan melupakan jati diriku sebagai seorang istri.

Sesaat kemudian kami mulai saling melumat dengan penuh napsu, aku melingkarkan tanganku ke lehernya, lidah kami saling membelit, aku membuka mulutku lebar-lebar, begitu juga pak Frans, terlihat seolah kami sedang saling memakan mulut kami masing-masing, tangan pak Frans mulai nakal membelai pahaku, kini dasterku semakin tersingkap, sebagain besar batang pahaku tak luput dari jamahan tangan besarnya.

Aku terus membalas lumatannya, aku semakin tenggelam dalam syahwat yang menderaku, ku merasakan tangan besar itu mulai meraba dadaku, dan ahhhhh…aku terlonjak antara kaget dan terangsang saat tangan besar dan hitam itu menyentuh putting payudaraku, begitu juga Pak Frans dia melepaskan kulumannya dan menatapku dengan tatapan tajam.

“Wow dek Rina gak pakai Bra?” Lirihnya, ahhh ini sungguh gila, suaranya terdengar begitu seksi saat itu, gairahku seperti diremas-remas, aku menggeleng sambil tertunduk, antara malu dan bergairah melebur menjadi satu.

Tangan Pak Frans memegang daguku, diangkatnya kembali wajahku, kembali bibirnya menyerbu bibirku, kali ini aku membalasnya tanpa ragu, aku tak ingin lagi menahan gairahku ini, suara kecipak ludah kami terdengar erotis, aku semakin erat memeluk lehernya saat lidahnya menyapu langit-langit mulutku, ahhhh sungguh hebat ciuman pria ini, seumur hidupku tak pernah berciuman sepanas ini.liur kami saling bercampur dan membasahi pinggir bibir kami berdua, dan ahhhh kurasakan liur pak Frans sengaja dilepaskan begitu banyak di dalam mulutku, aku tak bisa berbuat apap-selain menelan liurnya, duhhh kenapa semua yang terasa menjijikkan terasa sangat luar biasa jika kita tengah di kuasai syahwat.

Pak Frans melepaskan kulumannya, kami saling menatap dalam napas yang memburu, kening kami saling bertumpu, pak Frans mengelap liur dari pinggir bibirku, ”Bu..boleh saya nenen?” Ucapannya terdengar lirih namun membuatku terkejut dan sekaligus merasa lucu, tanpa sadar aku tertawa cekikikan mendengar ucapannya.

“Loh kok ketawa..” Tanyanya sambil tersenyum, aku menatapnya dengan pandangan manja, tak lama aku kembali cekikikan, Pak Frans kulihat ikut tersenyum, aku tanpa sadar mencubit pipinya, “Kayak anak kecil deh, mau nenen..” Ucapku tersenyum manja.

“Boleh gak sayang..” Ujarnya, ahhh kenapa gairahku ini semakin menggebu-gebu dengan ucapannya itu..

Aku menatapnya, lalu aku mengangguk, “Asyikkk..” Pak Frans terlonjak senang sambil tertawa, aku memandangnya dengan kening berkerut saat dia merubah posisinya, aku terkejut saat pak Frans merebahkan kepalanya di pangkuanku, aku memandangnya dengan pandangan bertanya, “Nenen..” Ujarnya sambil memonyongkan mulutnya, aku kembali tertawa sambil mencubit pelan hidungnya.

Aku mulai membuka kancing daster ku satu persatu, kuambil bongkahan payudaraku hingga keluar sempurna di atas wajah pak Frans, kulihat mata Pak Frans begitu nanar menatap payudara montokku dengan putting yang mulai meruncing, jemari pak Frans mencubit kecil putingku, aku mengaduh pelan…”Jangan dicubit sayang…geli..” Ujarku yang mulai terbawa suasana.

Pak Frans dengan lembut meremas payudaraku, aku mendesah merasakan geli sekaligus gatal yang semakin kuat di sekitar putingku…”Katanya mau nenen….” Aku kemudian mengarahkan bongkahan montok payudarku ke arah mulutnya, persis seperti seorang ibu yang sedang menyusui bayinya, Pak Frans segera melahap putting susuku dengan bernapsu, kurasakan hisapannya begitu dalam, aku terpejam sambil menggigit bibirku, “Ohhh, ssssshh..” rasa geli itu seolah tergaruk oleh lumatan dan hisapan pak Frans di seluruh putingku, aku dengan refleks meremas dan membelai rambut tipisnya.

Sesuatu kemudian membuat mataku melotot, sesuatu yang menggelembung di balik celana pak Frans yang tengah berbaring menyusu pada payudaraku, sepertinya pak Frans menyadari apa yang tengah kutatap, hisapannya mulai mengendur dan kemudian dia bangun dari pangkuanku, dia duduk sambil membuka resleting celananya, aku hanya menatapnya tanpa bicara, bahkan aku belum memasukkan kembali bongkahan payudaraku ke dalam daster. Mataku tak berkedip saat sesuatu mencuat dari celananya, tubuhku terasa menghangat, pak Frans memandangku sambil tersenyum penuh arti, tangannya membelai batang kemaluannya yang hitam, batang itu sungguh seperti pisang ambon, aku bahkan tak bisa mengalihkan pandanganku, hanya terpaku menatap batang kemaluannya yang dilingkari urat-urat tebal, Batang itu terlihat begitu jantan dan mengintimidasi syahwatku.

“Dek Rina suka ini kan? Pegang saja sayang..” Diambilnya tanganku dan diletakkannya di batang kemaluannya, tanganku terasa kelu dan gemetar, aku hanya diam, sungguh bentuknya mirip dengan video yang kutonton itu, video milik Susan temanku yang tengah bersetubuh dengan bosnya, bentuk kemaluan pak Frans sepertinya jauh lebih besar dari milik bos Susan, duh aku membayangkan bagaimana kalau batang itu mengoyak vaginaku, ahhhh..aku menelan ludah membayangkan wajah Susan yang begitu menikmati persetubuhan dengan Bosnya, aku malah membayangkan….ahhhh.

Pak Frans kembali menuntun tanganku meraba kemaluannya, “Ayo dek, jangan malu-malu…ini baru pria sejati sayang…pasti kamu kepingin merasakannya ya sayang..” Ucap Pak Frans yang mulai berani terang-terangan, “Pasti punya suamimu gak sebanding dengan ini kan…kamu suka sayang..” aku hanya terdiam mendengar provokasi syahwatnya, tanpa sadar tanganku mulai meremas batang kenyal besar itu.

Rasanya aku ingin menghisap batang itu saat ini juga, namun aku sama sekali belum pernah melakukan seks Oral, aku hanya membayangkan saat Susan menhisap batang bosnya di Video, ahhhhh….aku terus mengusap dan mengocok lembut batang hitam besar itu.

“Mau hisap sayang…” ujar Pak Frans lembut sambil mengelus putingku yang sensitif, aku menggeleng namun pandanganku terpaku pada batang kemaluan yang tengah kugenggam.

“Ssss tangan kamu lembut dek….,” saat aku mulai ingin menghisap, suara bel rumah membuat kami berdua terkejut, aku segera melepaskan kemaluan pak Frans, dan lelaki disebalahku ini juga buru-buru memasukkan kemaluannya kembali ke celana, kami bertatapan sebentar, aku memasukkan bongkahan payudaraku kembali dan mengancingi bajuku, aku berjalan perlahan dan mengintip dari gorden, kulihat dua orang bapak-bapak yang sepertinya tetangga komplek berdiri didepan rumah, aku hanya mengintip dan segan untuk keluar karena pakaianku ini, bel sekali lagi berbunyi, aku tetap mengintip saja, akhirnya kedua orang itu pergi.

Aku menghela napas, tadinya kukira bang Andi yang tiba-tiba pulang, “Siapa dek…” Aku kaget saat tiba-tiba pak Frans telah ada di belakangku. Tangannya melingkar di pinggangku, “Gak tau, mungkin pak RT.” aku tak berusaha melepaskan diriku, malahan aku merebahkan diri di dadanya. Pak Frans mendekatkan wajahnya di samping leherku, di jilatinya leherku membuat aku mendesah geli, bibirnya mengelus pundakku yang terbuka, terus menyusuri hingga belahan ketiakku, Aku hanya mengikuti apa maunya, diangkatnya tanganku, tiba-tiba wajahnya masuk kedalam ketiakku, Aku cekikikan karena geli, namun segera kututup mulutku karena takut terdengar tetangga, namun anehnya rasa geli itu berubah menjadi rasa yang aku tak bisa gambarkan, saat rambut jenggotnya menyusur permukaan ketiakku, ada rasa seperti gatal yang sangat menyiksa kurasakan, apalagi saat lidahnya menyusuri setiap jengkal ketiakku, rasanya sangat geli, gatal, ahh aku bingung, seumur-umur belum ada lelaki lain yang melakukan seperti itu padaku, wajahku tengadah sambil kugigit bibirku, tiba-tiba pak Frans menggendongku dan membawaku ke kamar, Duhh…apa dia ingin…

Diletakkannya tubuhku perlahan di atas ranjang, tempat tidur yang biasa kutiduri bersama suamiku, kamar yang harusnya hanya boleh dimasuki suamiku, namun kini pria besar ini, pria berkulit gelap ini berada tepat diatasku, harusnya aku menyuruhnya keluar, tapi aku..aku saat ini tahu kalau diriku sudah menyerah padanya, aku telah takluk dengan kelelakiannya yang begitu kuat mendominasiku.

Aku dengan sadar membalas setiap lumatannya, aku dengan sukarela menelan liur yang tercurah saat lidahnya kuhisap, aku telah takluk dengan pesonanya, dengan ciumannya yang hebat, dengan jemarinya yang seolah memiliki kepintaran untuk menyentuh setiap lekuk tubuhku yang peka, kubiarkan saja lidahnya menjilati leherku yang putih mulus, dengus napasnya begitu memburu sama sepertiku, aku merasa nyaman dan aman dalam rengkuhan lengan besarnya, ciumannya trus menuju payudaraku, tak bosannya dia mencucup dan menghisap kuat bulatan berwarna pucat di ujung payudaraku, bulatan itu semakin menegang dan basah oleh liurnya, dan aku semakin terlena oleh setiap sentuhan tangannya yang merambat pelan mengelus paha putihku, dan aku tersentak saat tangannya telah sampai pada penutup mahkotaku, aku menehan tangannya, tatapan kami bertemu, aku menggeleng, “Jangan pak…kita gak boleh melakukan ini…” Bisikku lirih, aku tahu aku telah membohongi suara syahwatku, kulihat Pak Frans menatapku tajam, lalu dia tersenyum, tangannya telah meninggalkan tempat yang terlarang tadi, aku bahkan tak memberitahunya kalau aku sedang datang bulan.

Pak Frans mengelus keningku, lalu mengecupnya dengan penuh perasaan, sungguh hatiku bergetar dengan perlakuannya, dia kemudian menggeser tubuhnya dan berbaring disampingku, aku tanpa sadar memeluknya, kami hanya diam saling memeluk, air mataku menetes perlahan, aku yakin itu bukan air mata penyesalan, aku tak tahu kenapa air mataku mengalir begitu saja, Pak Frans tak mengetahui apa yang terjadi, dia hanya mengelus rambutku dengan lembut, dia kemudian merengkuhku dalam pelukannya, kami kemudian terlelap sambil berpelukan.

Suara Hpku yang nyaring kembali membangunkanku, aku membuka mataku, dan untuk sesaat aku bingung kenapa aku memeluk lelaki ini, tak lama memoriku mulai loading, perlahan aku mengangkat kepalaku dari bantal lengannya. Aku kemudian mengambil hpku dan duduk di kursi meja rias, rupanya telepon dari Bang Andi yang mengabarkan kalau dia sedang perjalanan pulang, bang Andi juga memberitahu kalau dia membeli bandeng presto dan lumpia, sambil mendengarkan cerita suamiku, aku menatap diriku yang terlihat kusut, pakaian yang kupakai terlihat kusut juga, aku sedikit merasa bersalah pada Bang Andi saat itu.

Setelah pembicaraanku dengan Bang Andi selesai, aku meletakkan hpku kembali, kulihat Pak Frans telah bangun dan mengancingi kemejanya, “Dari Pak Andi ya..” Tanyanya, Aku mengangguk dan menopang tangan di dagu memperhatikan pak Frans merapihkan dirinya.

Dia mendekatiku yang tersenyum melihatnya, entah kenapa aku merasa pria ini sangat tampan dan begitu jantan, Pak Frans mengecup bibirku, lalu keningku, “Aku pulang dulu ya dek..” Ucapnya, aku mengangguk namun hatiku merasa teriris-iris, aku dengan manja memeluk lengannya dan mengikutinya keluar kamar.

“Gak usah antar keluar ya, nanti gak enak ada yang liat, itu Pujo sudah di depan, aku pulang ya dek…terima kasih atas jamuannya, aku minta maaf kalau aku melampaui batas tadi..” Ucapnya, aku hanya tersenyum menanggapinya, dia kembali mengecup keningku, entah setan mana yang lewat, aku malah merangkulkan tanganku ke lehernya, kami kembali saling melumat, pak Frans setengah mendorongku, aku cemberut…”Kalau kaya gini nanti aku gak pulang-pulang, kan gak enak sama pak Andi nanti..”

“Aku pulang dulu ya.” Pak Frans mengusap lembut rambutku, aku spontan menangkap tangannya dan menciumnya bagaikan seorang istri yang mencium tangan suaminya, “Hati-hati ya mas..”

Pak Frans tersenyum kembali, dan kemudian membuka pintu, dia berjalan tanpa menoleh, aku memperhatikannya terus, hingga kulihat pujo menyambut bosnya itu, sebelum pak Frans masuk ke mobil dia menoleh kearahku, dia mengangguk sambil tersenyum, aku juga tersenyum membalas senyumannya. Pujo menutup gerbang sambil menunduk padaku, tubuhku sebagian tersembunyi, jadi pujo hanya bisa melihat wajahku, aku mengangguk juga kepada pria tua itu.

Setelah Pak Frans pergi, aku menutup pintu rapat-rapat, hatiku berdesir tak karuan seolah ada sesuatu yang tiba-tiba hilang, aku kemudian menuju kamar mandi, aku ingin membersihkan jejak percumbuan tadi….


***

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd