Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurnal Kelam Seorang Istri

Jurnal Kelam Seorang Istri
Bagian Kelima



Setelah Subuh, sekitar jam setengah lima pagi, Bang Andi telah berangkat menuju semarang, aku membawa tas suamiku hingga ke mobil, aku berpesan padanya agar hati-hati dalam perjalanan, setelah berpamitan, mobil bang Andi melaju meninggalkan rumah.

Aku kemudian masuk dan mengunci pintu rumah, mataku masih sangat mengantuk, maklum saja semalaman aku gak bisa tidur, karena hatiku terus berdebar memikirkan apa yang terjadi hari ini, aku merasa gelisah, namun bukan gelisah karena hal buruk, justru sebaliknya, aku melemparkan tubuhku ke atas kasur, kutarik selimut dan selebihnya aku tak ingat apa-apa lagi.

Suara hpku yang nyaring membuatku terjaga, aku mengucek mata dan melihat jam di dinding kamar, jam tujuh pagi, aku mengambil hp yang tergeletak di dekatku, kulihat Bang Andi memanggil, aku menjawab panggilan itu, rupanya Bang Andi memberitahu kalau dia sudah sampai di semarang, Bang Andi juga berkata kalau jadwal seminar sangat padat dan mungkin sementara dia tak bisa dihubungi, aku hanya berpesan agar dia tak lupa makan dan minum vitamin.

Aku merasa seminar ini sangat penting untuk bang Andi, sejak pulang sore kemarin, bang Andi langsung mandi dan makan, kemudian tidur, padahal baru jam tujuh malam, dia bilang sengaja tidur lebih awal karena dia harus berangkat pagi-pagi sekali dan tak ingin mengantuk di seminar nanti, suamiku itu memang sangat disiplin dalam tugasnya, apalagi seperti kata Pak Frans ada orang pusat dan menteri yang hadir disana, bahkan aku lupa untuk memberitahukan rencana Pak Frans untuk makan siang di rumah, entahlah mungkin juga aku gak berniat memberitahukannya.

Bicara soal pak Frans, aku kembali ingat janji kita berdua, duh kembali hatiku berdebar kencang, aku teringat dengan requestnya, aku segera melompat dan mencari daster yang dimaksud, tak lama aku teringat kalau aku lupa mencuci daster itu, duh..kalau aku cuci sekarang kayaknya gak bakalan kering, cuaca di luar juga terlihat mendung, aku melihat-lihat lipatan pakaian rumahku, tiba-tiba aku teringat kalau aku juga membeli sebuah daster lain saat itu, bukan daster baik, tapi daster kaos tanpa lengan yang panjangnya sedikit diatas lutut, aku segera mencari pakaian itu, dan aku segera mengambilnya saat kutemukan di lipatan pakaian rumahku.

“Ya ampunnn…masa pakai kaya gini sih..duhhhh..” Aku terpana melihat diriku sendiri di cermin, daster yang kupakai ini sungguh seksi di tubuhku, paha putihku terpampang sebagian, dan payudaraku membentuk sempurna di balik daster ini…aku sedikit ragu apa aku pantas mengenakan ini didepan laki-laki lain, duh akal sehatku seolah lenyap, yang tinggal hanya hasrat untuk menggoda pak Frans, aku terbayang kembali gundukan pisang Ambon di balik celananya tempo hari, ahhhh, hatiku berdesir karena gairah yang semakin memuncak, sambil menggigit bibirku aku memutar tubuhku di cermin, ughhhh penampilanku terlihat menggiurkan, aku tersenyum nakal membayangkan pak Frans yang bakalan mupeng melihatku nanti…

Pagi itu aku sungguh gelisah, aku hanya termangu di ranjang, aku benar-benar tak sabar menunggu datangnya siang, kuperiksa Hpku, tak ada juga chat dari pak Frans, sesaat aku merasa khawatir kalau apa yang diutarakannya kemarin hanya sekedar bercanda saja, aku mencoba mengirim chat, namun setiap selesai mengetik aku segera menghapusnya lagi, aku mencoba untuk tak terkesan murahan bertanya duluan, aku melihat jam dinding sudah hampir jam delapan pagi, “Kok pak Frans gak chat juga ya, apa jangan-jangan dia lupa, atau kemarin dia Cuma bercanda aja..” aku merengut kesal dan meninggalkan kamar.

Di luar kamar aku duduk di depan Tv, aku seperti bingung hendak ngapain, terdengar perlahan hujan mulai turun, aku mengintip di balik gorden, hujan semakin lebat, terdengar petir bersahutan, tiba-tiba listrik rumahku padam, duhh lengkap banget kekesalanku, aku kembali masuk kamar, udara kamar terasa gerah karena aku terbiasa dengan AC, aku berbaring di tempat tidur dengan gelisah, bolak-balik kiri dan kanan tetap saja kegelisahanku tak hilang, apalagi lampu juga padam, membuatku bertambah bete, aku benar-benar seperti gadis remaja yang gelisah menunggu kencan dan telepon dari kekasih pujaan hati.

Suara hpku berbunyi, bergegas aku mengambil hape yang kuletakan di meja rias, senyumku mengembang saat membaca chat yang masuk, chat yang kutunggu-tunggu sejak tadi.

“Selamat pagi Bu Rina.”

“Selamat pagi pak Frans.”

“Lagi apa nih, apa saya ganggu?”

“Gak kok, lagi gelap-gelapan hehehe.”

“Loh kok gelap-gelapan.”

“ya mati lampu pak di rumah, disana mati lampu gak?”

“Gak kok, wah gelap-gelapan dong..”

“Ya, jadi atut…” balasku

“Apa perlu saya kesana?”

“Boleh hehehe..”

“Hahahah…sekarang sedang siap-siap meeting nih, oh ya Pak Andi pasti udah sampai di Semarang.”

“Ya pak, tadi dia nelpon, sampai di semarang jam tujuh kayaknya.”

“Hmmm, nanti siang jam 12 saya otewe ke rumah bu..”

“Siap pak, mau dimasakin apa nih..”

“Apa aja, saya yakin pasti enak kalau Ibu yang masak..”

“Saya serius nih pak, kan bingung saya gak tau pak Frans seleranya apa..”

“Selera saya ya kaya ibu eh maksudnya apa aja..hehehe.”

“Ihh pak Frans kok jadi genit sih sekarang..”

“Hmmm masa sih…eh ya, soal request gimana bu, bisa kan..”

“Hmmmm gimana ya…” Balasku sengaja ku gantung kata kataku.

“Bisa dong…bisa ya sayang…”

“Ihh tuh kan genit panggil sayang…”

“Eh ya maksudnya cinta eh hahahaha..”

“Ihhh gemes deh ama pak Frans.” Aku mulai ikut berani menggodanya.

“Saya lebih gemes ama ibu…” balasnya semakin berani.

“Pak, kok requestnya aneh-aneh aja sih..” Balasku.

“Ehhm saya kangen masakan istri, masakan rumah, ya anggep aja nanti makan siang dimasakin istri..” Balasnya, sungguh aku semakin berdebar dengan adegan saling goda ini, entah darimana keberanianku muncul.

“Hihihi…ada-ada aja deh..” Balasku.

“Tadi soal request belum dijawab loh, bisa kan ya…” Balasnya mengungkit requestnya lagi.

“Ya…bisa…nanti aku pakai kostum sesuai request pak Frans.” Balasku tanpa sadar telah ber aku padanya.

“Mantappp..jadi gak sabar deh..” balasnya.

“Katanya mau meeting pak..” Balasku.

“Eh ya, jadi lupa kalau ada meeting, begitulah kalau udah ngobrol sama bidadari jadi lupa segalanya..”

Aku tersenyum membaca chatnya itu, hatiku berbunga-bunga, kukirimkan emoticon hati, dibalasnya dengan emoji cium.

Aku meletakkan hpku kembali didekatku, tak lama listrik kembali menyala, aku tersenyum-senyum bagai gadis yang sedang mabuk cinta, kugigit bibirku saat membayangkan apa yang akan terjadi siang nanti, hatiku berdebar-debar tak karuan, aku lalu melompat turun dari ranjang untuk mulai mempersiapkan makanan untuk pak Frans.

***​

Tepat jam setengah sebelas, masakanku telah tersaji rapih di meja makan, aku tersenyum memandangnya, ya aku masak gak khusus, apa yang ada aja aku masak, paling tambahannya tadi aku beli sayur bayam, serta sesisir pisang ambon sebagai cuci mulut, kenapa kesannya lama, ya karena setelah selesai masak, aku kemudian membersihkan rumah, setiap sudut lantai aku pel dengan bersih, alhasil ruangan tamu dan meja makan harum semerbak buah apel dari aroma sabun pel itu.

Aku kemudian mengambil handuk dan mandi, aku menghabiskan waktu cukup lama di kamar mandi, setiap jengkal kulit tubuhku tak luput dari sabun mandi, aku benar-benar mempersiapkan diriku dengan baik menyambut tamu istimewa yang akan datang nanti.

Setelah mandi aku duduk di meja rias sambil menatap diriku di cermin, aku mengeringkan rambut basahku dengan hairdryer, sesaat aku mengagumi bayangan diriku sendiri di cermin, walau sudah kepala tiga, tubuhku masih terlihat sempurna, aku membalur lotion perawatan kulitku ke seluruh permukaan kulit mulusku, dari leher turun ke kulit bahuku yang putih bersih dengan rona kemerahan, lalu menuju lenganku yang mulus dengan bulu halus yang panjang, aku juga membalurkan lotion tersebut ke sepasang kaki jenjang milikku, setelah itu aku menyibakkan handukku hingga tubuhku telanjang bulat.

Saat membalurkan lotion ke bongkahan payudaraku yang montok, aku merasa sedikit horny, aku meremas pelan payudaraku, sambil sesekali mencubit putting payudaraku yang sebesar kacang hijau, putingku mulai menegang, bulu kuduk ku meremang pertanda gairahku mulai naik, duhh aku juga bingung kenapa aku menjadi gampang horny seperti ini.

Aku melirik jam dinding di kamarku, duh kenapa jam itu seolah menjadi dirigen bagi debaran hatiku yang semakin keras, mendekati jam 12 siang, desiran-desiran di hatiku semakin kencang menerpa relung sukmaku…aku segera mengambil daster yang sejak tadi kugantung, tanpa mengenakan Bra dan hanya celana dalam saja aku memakai daster tersebut.

Ahhh..kenapa daster ini membuat hatiku deg-degan gak karuan seperti ini, aku menyisir rambutku, lalu kupoles wajahku dengan bedak tipis, aku menatap wajahku sendiri, kugigit bibirku, ahhh…detak jantungku semakin cepat, aku menyemprotkan sedikit cologne ke leher serta lenganku, aku benar-benar ingin tampil secantik dan seharum mungkin di depan Pak Frans, duhh….kenapa aku seperti ini, aku tahu aku benar-benar excited menunggu kedatangannya, kedatangan seorang pria yang bukan siapa-siapa bagiku, dan gilanya aku sadar kalau aku tak ubahnya bagai wanita binal yang membiarkan tamu lelaki berkunjung ke rumahku, padahal suamiku tak ada saat ini..ohhh Tuhan…

Aku mencoba membenarkan sikapku ini karena suamiku yang meminta untuk menggoda bosnya, dan aku hanya melaksanakan tugasku sebagai istri, ahhhhh, benarkah??? Aku tahu kalau semua ini bukan karena suamiku, tapi karena aku sendiri, dan aku sungguh tak bisa menahan perasaanku ini. Dan permintaan suamiku itu hanyalah satu-satunya alasan yang masuk akal untuk pembelaan dari hasrat liarku sebagai wanita.

Tiba-tiba suara Hpku terdengar kembali, kulihat chat dari pak Frans.

“Sebentar lagi saya otw bu, mau titip apa?” Tanyanya.

Aku bingung hendak balas apa, “Hmmm, cemilan aja deh pak.., apa aja terserah.” Balasku kemudian.

“Ohh gitu, ya sudah saya berangkat ya..”

Aku tak membalas, hp itu masih kupegang erat, debaran hatiku semakin kencang, aku kembali melihat wajahku di cermin, hmmm “perfect!” Gumamku.

***​

Aku mengenakan kimono tidurku saat kudengar mobil Pak Frans terdengar di depan, kuintip dari hordeng, aku yakin jantungku bakalan meledak karena denyutnya yang semakin cepat, Pak Frans sedang berdiri didepan pagar, aku menggigit bibirku, terdengar suara bel berbunyi, mengejutkan lamunanku.

Untung saja lingkungan rumahku sepi, dan tetangga juga tak usil, aku tergopoh-gopoh keluar membukakan pagar, kulihat pak Frans tersenyum padaku, aku hanya senyum dikulum dengan tersipu, Pak Frans kemudian masuk sambil membawa sesuatu di tangannya, “ini pesanan ibu..” Ujarnya sambil menyerahkan bungkusan plastik mini market, Pak Frans kemudian memebrikan kode pada supirnya, mobil kemudian beranjak pergi meninggalkan rumahku.

“Loh kok supirnya pergi pak.” Tanyaku.

“Gak enak dong bu ama tetangga, apalagi pak Andi juga gak ada dirumah.” Jawabnya.

Aku tersenyum merasa geli dengan jawabannya, “Udah tau gak ada suaminya, kok malah datang ke rumah hihihi..” Batinku.

Aku hanya termangu untuk beberapa saat, aku merasa canggung berada berduaan seperti ini, “apa kita akan berdiri di teras saja bu?” Ucapnya mengejutkanku.

“Eh ya maaf pak, mari masuk..” Ujarku terbata-bata karena gugup.

Pak Frans mengikutiku dari belakang, aku mempersilahkannya duduk di ruang tamu, “Mau saya buatkan kopi pak?” Tawarku.

“Hmmm nanti aja bu, saya gak biasa minum kopi sebelum makan bu, lambung suka perih..” Jawabnya.

“Ohh gitu, apa kita langsung makan saja? Kelihatannya pak Frans sudah lapar heheh..” Ujarku mencoba mencairkan suasana yang canggung, sebenarnya sih aku sendiri yang canggung, sedangkan Pak Frans terlihat kalem, malah sejak tadi matanya yang tajam terus memperhatikanku, itu kayaknya yang membuatku tambah gugup.

Pak Frans sama sekali tak mengomentari pakaian yang sedang kupakai, ya aku masih memakai kimono tidurku, jadi pak Frans belum bisa melihat daster seksi yang kupakai, aku masih agak malu langsung begitu saja.

“Apa kita langsung makan Pak? Makanan sih sudah saya siapkan sejak tadi, yuk kita makan dulu, pasti Pak Frans sudah lapar ya..” Ujarku tersenyum.

“Ya bu saya sudah lapar…” Ucapnya, aku mendengar seperti ada maksud tertentu dari ucapannya itu, karena saat berkata itu, pak Frans terus menatap diriku dengan tajam. Aku sendiri tak sanggup membalas tatapannya.

“Sebentar saya siapkan dulu ya…” aku kemudian bergegas dengan gugup ke ruang makan, di depan meja makan aku berusaha mengatur napasku yang mulai memburu akibat detak jantungku yang begitu cepat, aku menghirup napas dalam-dalam dan kukeluarkan perlahan, begitu berulang-ulang, akhirnya aku kembali, di ujung ruangan makan, aku mempersilahkan Pak Frans.

Kami duduk di meja makan saling berhadapan, meja makanku tak terlalu besar, Cuma untuk empat orang, aku kemudian mengambilkan pring dan nasi untuknya, “Sudah bu, jangan terlalu banyak..” ujarnya.

“Dikit kok makannya pak, apa jangan-jangan takut masakan saya gak enak ya..” Ujarku menggoda, “Ahh bukan begitu, saya memang gak terlalu banyak makannya, nanti kalau kurang ya nambah hehehe.” Jawabnya.

Aku mengambilkan sepotong Ayam goreng dan sayur untuknya, sikapku itu bagaikan seorang istri yang sedang mengambilkan makanan untuk suaminya, Pak Frans hanya membiarkan aku mengambil lauk untuk teman makannya, setelah kuberikan semua lauk yang ada, aku serahkan piring itu pada pak Frans, “Terima kasih..” Ujarnya sambil tersenyum.

Kami mulai makan, kulihat Pak Frans sedikit melebarkan matanya saat makanan mulai masuk ke mulutnya, “hmm enak banget bu…mantap..” Ujarnya sambil tersenyum mengangguk padaku, aku hanya membalas dengan senyuman, entah kenapa hatiku berbunga-bunga mendapat pujian lelaki didepanku ini.

Pak Frans terus makan dengan lahap, sesekali dia berkata, hmmm ini enak banget, tak ada hal yang terlalu istimewa saat kami sedang makan, tak lama Pak Frans telah selesai menghabiskan makanannya, “Nambah pak…apa gak enak ya..” Tanyaku.

“Enak banget bu…udah cantik, baik, pinter masak, hmmm benar-benar istri idaman setiap lelaki..” Ujarnya dengan nada menggoda.

“Pak Frans bisa aja..” balasku malu-malu.

“Bener kok ibu ini istri idaman setiap lelaki termasuk saya heheheh..” Ujarnya yang membuatku tersedak dan terbatuk-batuk.

Pak Frans mengambilkan minum untukku, “Maaf becanda bu heheheh..” Aku meminum air pemberiannya kemudian cemberut padanya, “Becanda toh..” Gumamku lirih.

“Kenapa Bu?” Tanya Pak Frans, entah dia mendengar atau tidak, aku tiba-tiba menjadi malu.

“Gak kok pak..” Jawabku.

“Ohhh kirain ibu bertanya sesuatu..” Ujarnya kemudian, “Maaf bu, apakah gak panas pakai baju dobel seperti itu?” Tanyanya kemudian yang membuatku kaget, dia hanya tertawa melihat reaksiku..

“Kok pak Frans tahu?” Tanyaku polos.

“Hahahaha…” Lelaki itu hanya tertawa, “ihh kok malah ketawa sih pak..” Ujarku pura-pura merajuk.

“Maaf-maaf…saya tahu ibu pakai baju dobel, pasti di balik kimono itu kostum requesan saya kan?” Ujarnya kini tanpa malu-malu lagi langsung to the poin, justru aku yang malu mendengar ucapannya, wajahku pasti merona merah.

“Benar kan?” Tanyanya lagi, kini nada suaranya terdengar jantan seolah mengintimidasiku, namun aku justru semakin berdebar, dan tak sadar aku mengangguk.

“Soalnya saya malu pak, nanti keluar menyambut pak Frans pakai baju kaya gitu.” Ujarku lirih.

“Uhhhh baju kaya gitu? Pasti hot nih..” Ucapnya, tiba-tiba entah setan dari mana aku malah mulai ingin menggodanya.

“Hmmm…hot gak ya….” tatapku sambil menggigit bibirku, kulihat Pak Frans menatapku tajam, kulihat matanya bagaikan harimau yang sedang memperhatikan mangsa.

“Pak Frans mau saya buatkan kopi, kan sudah makan..” Tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan, yang kutanya hanya menatap sambil tersenyum penuh arti.

“Boleh, saya ke ruang tamu …tapi nanti kimononya dilepas aja ya..” ujarnya semakin berani, aku mengangguk, duh entah kemana hilangnya urat maluku.

Aku kemudian membawa kopi ke ruang tamu, dan kulihat kening Pak Frans berkerut, “Kok masih dipakai?” Tanyanya.

Aku hanya tersenyum, sambil kuletakkan gelas kopi dihadapannya, “Sabar dong…nih kopinya dulu, sabar ya, aku ke kamar dulu buka kimono ini.” Jawabku sambil menatapnya manja, aku kemudian berjalan melenggok masuk kekamarku yang terletak di depan ruang tamu ini.

Di dalam kamar, jantungku seolah ingin meledak rasanya, wajahku pasti merah padam saat ini, kulihat wajahku di cermin, duhhh….kenapa aku seberani ini, tapi jujur aja gairahku benar-benar naik dengan cepat, kubuka tali kimonoku, kutatap diriku di cermin, ya Ampunnn, rasanya di situasi normal, tak pantas bagi seorang perempuan yang telah memiliki suami mengenakan pakaian seperti ini didepan pria lain, tapi saat itu aku sedang tidak normal, aku terbius dengan gairahku sendiri.

Kupastikan penampilanku sempurna, ku perbaiki rambutku sebentar, lalu aku berbalik, dan membuka pintu kamar, kulihat pak Frans sepertinya tak mendengar pintu kamar ku buka, dia sdang sibuk mengetik di hpnya.

“Pak Frans..” Ucapku lirih sambil berdiri di depan kamar, Pak Frans menoleh, dan seketika pandangannya berubah, diletakkan hpnya di meja, ditatapnya diriku dengan tajam dan kuyakin tak berkedip juga, “wow…..” Sungguh aku mendengar liurnya ditelan, duh aku semakin berdebar, saat ini aku berdiri didepan lelaki lain, sambil memamerkan sebagian kulit mulusku, ahhhhh desiran gairah semakin menyiksaku..

[URL=https://imgbox.com/dGLGg6NH][/URL]



****

BERSAMBUNG​
 
Suhu satu ini kalo dalam pemenggalan episode selalu jago emang, bikin penasaran.
Anyway thanks updatenya suhuu
 
menarik nih,, ijin gelar tikar hu :beer:
 
Gass teruss... Cerita mulai menanjak perlu tenaga dan pikiran buat bacanya..hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd