Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurnal Kelam Seorang Istri

Jurnal Kelam Seorang Istri
Bagian Ke Delapan


Sore itu Bang Andi pulang seperti biasanya, suamiku memang selalu pulang tepat waktu, sepuluh tahun kami menikah dia tak pernah keluyuran setelah pulang kerja, andai dia pulang terlambat, dia pasti memberitahukan sebelumnya.

Aku menyambut kedatangan suamiku seperti biasa, saat pulang tadi aku memperhatikan tingkah suamiku agak aneh, dia seolah ingin mengatakan sesuatu yang mendesak, namun berkali-kali dia gagal menyampaikan apa yang ingin dia katakan, Bang Andi kemudian mandi, kusiapkan makan malam untuk suamiku, setelah selesai mandi, bang Andi melahap santapannya, dia tak bicara apa-apa, aku melihat Bang Andi seolah sedang memikirkan sesuatu, aku pun hanya diam menunggu apa yang ingin dia katakan, walau aku sudah bisa menduga apa yang sebenarnya dia ingin katakan.

Setelah Makan, Bang Andi mengambil laptop dari tasnya, dia membawa laptop itu ke teras, aku menghampirinya yang tengah sibuk di Laptop, “Mau bunda buatkan kopi yah?” Tanyaku, Bang Andi hanya mengangguk tanpa menoleh, aku segera ke dapur untuk membuatkan Kopi.

“Kok gak kerjain di dalam saja Yah? Diluar banyak nyamuk..” Ujarku sambil meletakkan secangkir kopi di meja di dekatnya duduk.

“Ayah mau sambil merokok Bun, nanti di dalam penuh asap rokok.” Jawab Bang Andi tanpa menoleh padaku, aku sedikit merasa kesal dengannya, sejak tadi dia hanya menjawab seolah aku bukan siapa-siapa disini, tiba-tiba hatiku berdesir, “Apakah bang Andi marah setelah membaca chat semalam?” Batinku.

Aku memperhatikan suamiku terus, pandangan matanya tertuju penuh ke layar Laptop, sedikit ku melirik, ada gambar semacam diagram dan beberapa Tabel terpampang di layar laptopnya, aku tak tahu apa yang sedang di kerjakannya, namun sepertinya ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya, jarang sekali Bang Andi membawa pekerjaan kantor ke rumah, “Lagi ngerjain apaan sih yah? Kok kayaknya Bunda dicuekin gini..” Ucapku bercanda. Walau sebenarnya aku berkata begitu dengan maksud bercanda, namun reaksi Bang Andi terlihat kaget dengan ucapanku, dia menoleh padaku, “Lho kok gitu Bun, maaf ayah bukannya cuekin Bunda, tapi ini loh deadline yang harus selesai bulan ini, maaf ya bun…” Mata teduhnya membuatku sedikit iba.

“Bunda cuman becanda kok Yah, kok serius amat nanggepinnya, ya udah bunda buatkan cemilan ya, biar semakin semangat selesaikan kerjaannya.” Ujarku mengusap pipinya.

“Makasih ya Bun.” Ucap suamiku lembut, Aku mengangguk dan masuk kembali ke dalam, aku membuka kulkas, kulihat masih ada adonan buah cempedak yang pernah kubuat, aku segera mengeluarkan buah itu untuk membuat gorengan cempedak yang disukai oleh suamiku. Saat mengaduk adonan cempedak, hpku berbunyi, chat dari Pak Frans!!

“Hai seksi…lagi apa nih..” Pak Frans semakin berani memanggilku dengan sebutan yang tak layak bagi seorang pria terhadap wanita yang bersuami, namun sayangnya aku malah menyukai kekurang ajarannya itu.

“Gak ngapa-ngapain, lagi bikin cemilan aja buat bang Andi.” Jawabku apa adanya, aku bercerita kalau sedang membuatkan cempedak goreng kesukaan bang Andi, setelah kubalas chatnya, agak lama pak Frans tak membalas chatku.

Aku berulang kali melihat ke arah Hpku, namun belum tampak tanda-tanda dia membalas chatku tadi. Baru saja hendak ku letakkan hpku, kulihat di layar Hp, Pak Frans sedang mengetik.

“Duh enaknya dibuatkan cemilan hangat di malam dingin gini, aku jadi cemburu deh sama pak Andi.”

“Dihhh, kok bisa??” Balasku cepat.

“Ya, udah digorengin yang hangat-hangat, nanti malam pas tidur bisa memeluk tubuh mulus dan indah dek Rina ahhh, aku benar-benar iri..” Ucapnya semakin vulgar.

Entah kenapa hatiku terus berdesir saat pak Frans mengucapkan kata-kata yang sebenarnya kurang ajar seperti itu. “Hmmm, masa Cuma meluk doang aja iri sih pak..” Balasku semakin berani.

“Tuh kan..bapak lagi…mas aja ya sayang…” Ucapnya protes.

Äku tersenyum-senyum dikulum membaca chatnya, “Ya mas…maaf.”

“apa perlu pak Andi saya tugaskan ke Papua aja ya, biar dek Rina bisa mas temeni tiap malam..”

“Dihhh…kok gitu, terus mau ngapain nemeni tiap malam, meluk aku gitu tiap malam?” Balasku seolah memancing.

“Hmmm mas jamin, bukan hanya meluk aja, tapi……….” Balas Pak Frans.

“Tapi apa…..” Balasku.

“hmmmmmm…..” Pak Frans sengaja memancing penasaranku, aku sebenarnya sudah tau apa yang ingin di ketik, namun aku benar-benar sangat ingin membaca apa yang dia ingin ketik itu..

Saat kulihat Asap mulai mengepul dari wajan yang kusiapkan untuk menggoreng, aku langsung kaget, “Mas udah dulu ya..nih wajanku hangus..” segera kuletakkan hpku di atas kulkas, bergegas aku mematikan kompor dan kunyalakan kembali, kukecilkan api kompor hingga asapnya menghilang, “Duhh gara-gara chat ama pak Frans ampir saja hangus..”



***



“Sudah beres kerjaannya yah?” tanyaku saat melihat suamiku masuk sambil membawa laptopnya, dia juga membawa piring tempat cemilan dan gelas kopi kosong.

“Udah bun..” setelah memasukkan laptop kembali ke dalam tas, suamiku merebahkan diri di sofa bed depan tv, aku menghampirinya, kulihat wajah suamiku sedikit letih, ku pijat keoala suamiku dengan lembut, dia mendehem merasa keenakan. “Ayah kelihatan lelah, sedang banyak kerjaan ya di kantor.” Tanyaku, dia mendehem mengiyakan, matanya terpejam menikmati remasan lembut jari lentikku di rambutnya.

Sekitar 10 menit kupijat kepalanya, tiba-tiba tangannya memegang tanganku, “Bun, ayah kemarin udah baca chat bunda sama pak Frans, maaf bukan ayah bermaksud apa-apa..tapi..”

“Gak apa kok yah, kan Bunda yang nyuruh, ayah pasti penasaran kan.” Tiba-tiba perasaanku menjadi aneh, desiran hatiku semakin kencang meremas dadaku, aku teringat kembali dengan chatku tadi, aku merasa sedikit horni.

“Terus bagaimana menurut ayah?” jujur saja aku sedikit tercekat menyakan hal itu pada suamiku.

“Hmmm ayah gak tahu kalau pak Frans datang ke rumah pas ayah pergi ke Semarang.” Ucapannya terasa datar, entah itu pertanyaan atau hanya ucapan.

“Maaf ya yah, tadinya bunda mau kabarin ke Ayah, waktu itu pas pulang kerja ayah sudah tidur cepat, lalu pagi-lagi langsung berangkat, jadi bunda gak sempet kabarin ke Ayah soal pak Frans yang mau datang makan siang.” Ucapku dengan nada kubuat seolah menyesal.

“Hmmmm, ya gak apa bun, ayah paham.” Balasnya. Aku kembali memperhatikan wajah suamiku yang masih saja terpejam, aku merasa ini saatnya, aku ingin tahu apa yang sebenarnya suamiku inginkan, dan sejauh mana dia menginginkan godaan ini berjalan.

“Ayah mau tahu? Apa yang terjadi saat pak Frans datang ke rumah siang itu?” tanyaku sedikit terbata-bata, kulihat reaksi suamiku mengejutkanku, dia membuka matanya dan melihat ke arahku, segera dia duduk dan memandangku lekat-lekat.

Aku merasa gugup melihat wajah suamiku saat itu, aku tak melihat kemarahan disana, yang aku lihat adalah seorang yang tengah mupeng berat, aku bisa merasakan dengus napasnya yang cepat, dan bagiku ini adalah penentuan langkahku selanjutnya, segera ku tarik suamiku ke dalam kamar, bang Andi sedikit terkejut melihatku, namun dia mengikuti saja tarikan tanganku.

Sampai di kamar, kudorong tubuh Bang Andi hingga terlentang di tempat tidur, “Ahh bun..” reaksinya kaget melihatku seperti itu, Aku segera bersimpuh sambil mengikat rambutku, aku tersenyum menggodanya, “Bunda mau cerita semuanya ke Ayah tentang apa yang terjadi siang itu, dan caranya pasti beda dengan yang lain..ayah bebraring saja santai, dan dengarkan setiap kata yang bunda ucapkan.”

Bang Andi terkesima melihat gayaku mengikat rambut, pandangannya nanar melihat ketiak mulusku, “Bunnn…” ucapnya pelan hampir tak terdengar, Aku tak mempedulikan ucapannya, segera ku tarik celana pendek berserta celana dalamnya, mataku terbelalak melihat penis suamiku telah tegak sempurna, “Kok bang Andi sudah ngaceng berat kaya gini.” Batinku, sepertinya dugaanku tak salah, apa yang dia inginkan dalam projek godaan ini sesuai dengan apa yang aku bayangkan, “Gak salah ini mah!” Ujarku dalam hati.

Perlahan ku sentuh penis yang mulai mengeras ini, penis Bang Andi memang tak sebesar Penis Pak Frans yang pernah ku pegang, “Ayah belum diapa-apain udah tegang gini.” Ujarku menggoda sambil terus ku kocok perlahan penisnya.

“Bun kamu ngapain…ahhh..” rintihnya.

Aku menghentikan kocokanku, “Loh kok nanya ngapain, katanya ayah mau denger cerita, ya ini bunda mau cerita sambil ngocokin punya ayah, soalnya pasti ayah bakalan tegang denger cerita bunda nanti, daripada tegang sendiri, mending sekalian bunda bantuin, jadi gimana lanjut gak ceritanya?” Tanyaku menggodanya.

“Terusin bun…terussin…” Ucapnya terdengar parau.

“Janji ayah gak marah kan, karena bunda cuma ikutin skenario ayah aja, apapun yang bunda ceritakan, ayah janji gak boleh marah.” Tanyaku tegas.

“Iyaa,,,ayah gak bakalan marah…ayo bun terusinn…plissss..” rintihnya, suaranya benar-benar telah dikuasai hasrat birahi.



***



“Pak Frans wenda datang kerumah siang itu, bunda ama dia janjian makan siang, daripada makan diluar, ya mendingan kan bunda yang masak aja, trus pak Frans punya permintaan, Bunda harus pakai daster yang sama waktu dia datang sore itu, trus ya udah sekalian aja, bunda jalanin projek godaan ini, Bunda sengaja gak pakai Bra saat itu. Singkat kata, abis makan siang kita duduk-duduk di sofa sambil ngobrol, bunda duduk di samping pak Frans, selama ngobrol, bunda ngeliat Mata Pak Frans memandang terus bahu Bunda yang terbuka, jari telunjuknya juga ikut-ikutan membelai pundak Bunda sambil ngobrol. Tiba-tiba bibir Pak Frans nyosor ke lengan atas Bunda, trus bunda juga ngerasa lidahnya jilatin lengan atas bunda itu, aduh bunda kaget banget, tapi gak tau kenapa Bunda gak berusaha menghindar. Pak Frans juga semakin berani, dia semakin mendekat kearah Bunda, dia mulai nyelusup ke leher Bunda, ahhh bunda malah membiarkan Pak Frans menciumi batang leher Bunda, saat dia hendak menghisap leher bunda, refleks bunda mendorongnya, Bunda gak ingin ciumannya meninggalkan bekas. Pak Frans semakin tajam menatap Bunda, tau-tau dia mendekap Bunda dan mencium bibir Bunda, ahhh benar-benar gila, Bunda malah terlena dengan ciumannya yang ganas sampai Bunda gak sadar udah berbaring di atas sofa, bahkan saat dia minta Bunda buka mulut Bunda, seolah bunda terhipnotis yah, dia ludahin mulut Bunda, dan Bunda nerima saja perlakuannya, Bunda benar-benar sudah dirasuki birahi jadi Bunda tak sadar.” Aku melihat penis Suamiku semakin keras, rupanya dia menyukai ceritaku ini, aku terus menambah-nambahi ceritaku, adegan yang tak pernah terjadi, aku ceritakan seolah-olah telah terjadi siang itu.

“Lalu Pak Frans menggamit jemari Bunda, dia jilatin jari Bunda satu persatu ya, diangkatnya tangan Bunda ke atas, dia menjilati ketiak Bunda Yah, ahhhhh, dia benar-benar histeris dengan ketiak Bunda, dengus napasnya, perih gigitannya, semakin membuat Bunda terangsang, Trus dia berbisik lucu, dia bilang mau menetek kayak bayi, tentu saja Bunda jadi tertawa.” Aku terus mengocok lembut penis Bang Andi, kulihat matanya terpejam seolah sedang membayangkan ceritaku ini.



***



Bersambung
 
cerita Rina - Andi dari sisi Rina yg ternyata punya sisi liar jika tentang kepuasan seks....lanjut master
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd