- Daftar
- 11 Apr 2012
- Post
- 455
- Like diterima
- 719
Sebuah rumah mewah seperti istana berdiri kokoh di tengah-tengah permukiman yang terbilang biasa. Sejak rumah itu masih dalam pembangunan, orang-orang telah membicarakan siapa sang pemilik. Bahkan orang yang menjadi instruktur bangunan. Pun tidak tahu siapa sang pemilik istana itu.
Mendengar dari beberapa cerita orang-orang yang pernah melihat sebentar isi di dalam pagar besi berwarna hitam setinggi 6 kaki yang berjejer bersama tembok-tembok kokoh mengelilingi istana itu. Rumah seluas 1,5 hektar itu terdapat sebuah kolam air mancur dengan sebuah patung yang menampilkan pose seorang wanita. Sangat indah.
Belum lagi struktur bangunan yang memang mewah namun terkesan old school. Ada 3 pohon besar di sisi kanan bangunan inti dengan 3 bangunan kayu berbentuk rumah kecil diatas pohon. Disudut belakang bangunan inti, terdapat sebuah kolam renang berbentuk lingkaran. Entah apa lagi kemewahan yang berada di dalam bangunan inti, tapi yang jelas, tak ada seorang pun yang tahu siapa orang kaya tersebut. Si pemilik benar-benar seorang yang misterius, tak ada gosip atau berita apapun yang dapat mengetahui siapa sosoknya.
Aku adalah salah satu pemuda di perumahan, yang juga ikut terkagum-kagum dengan istana mewah tersebut. Beberapa teman-temanku juga ikut mengagumi kemewahan yang ada berdiri megah di perumahan kami. Jika kalian melihatnya disaat senja, sinar merah matahari yang hampir redup akan bersinar tepat diatas bangunan, menambah sisi indah rumah mewah itu. Aku penasaran melihat isi di dalam rumahnya.
Aku dan beberapa temanku tak pernah bosan bertanya-tanya siapa pemilik dari rumah itu, kami berpikir jika si pemilik adalah seorang pengusaha yang sukses, berkepala plontos dengan perut buncit. Jika memang benar perawakannya seperti itu, dan dia seorang orang tua, semoga saja dia punya seorang anak perempuan yang tak kalah cantik dari rumahnya.
Di suatu sore hari, disaat senja menampilkan cahaya redupnya yang paling indah, aku dan teman-temanku yang sedang nongkrong di warung kopi tempat kami biasa bercerita, dikejutkan oleh kedatangan dua orang berpenampilan rapi, dengan jas hitam, dasi, celana kain yang berwarna hitam juga, dan sepatu pantopel. Dua orang itu datang dengan sebuah mobil berwarna hitam. Mungkin mereka ingin bertanya dimana tempat pengobatan alternatif yang memang terkenal di perumahan kami, karena biasanya seperti itu, tapi dugaanku salah. Ia bertanya siapa orang yang bernama Aris.
"Permisi, Mas. Apa diantara kalian ada yang bernama Aris?" tanya salah satu orang berjas yang tampak seperti seorang bodyguard.
"Iya, saya Aris," jawabku.
"Apa anda bisa ikut dengan kami sebentar?"
"Saya salah apa, Pak?" aku bingung, dan teman-temanku juga merasakan hal yang sama.
Mereka pun menjelaskan sesuatu yang teramat janggal olehku, tapi memang dibalik omongannya, aku bisa menangkap kalau tidak ada sesuatu yang jahat dari mereka. Aku pun memutuskan untuk mengikuti mereka dengan memasuki mobil itu. Teman-temanku menyuruhku agar berhati-hati, aku menjelaskan kepada mereka kalau semuanya akan baik-baik saja.
Suara mesin mobil yang baru dinyalakan pun akhirnya membawaku pergi bersama dua orang yang belum aku kenal. Mereka menjelaskan kalau ada seseorang yang ingin berbicara denganku. Entahlah siapa orang itu.
Ternyata perjalanan begitu singkat, karena tak begitu jauh kami pergi, mobil itu membawaku masuk ke dalam rumah mewah bak istana yang berada di perumahan kami. Sungguh saat pagar rumah terbuka, aku terkejut melihat istana itu. Seperti yang tadi aku bilang, benar apa yang dibicarakan orang-orang kalau di depan rumah tersebut ada kolam air mancur dengan patung wanita berbusana biasa saja, tidak telanjang, tapi patung itu terlihat luar biasa indah.
Aku dipersilahkan masuk oleh kedua orang yang memecahkan kekagumanku. Saat kedua orang tersebut membukakan pintu rumah, seseorang dengan berjas putih berdiri di atas lantai maple. Ia tampak sedang memperhatikan sebuah lukisan seorang wanita yang sedang menari diatas altar pernikahan.
Punggungnya terlihat seperti seorang pemuda, apakah dia sosok si pemilik rumah mewah ini, beda dengan apa yang aku dan orang-orang gambarkan.
"Lo tahu, Ris, betapa indahnya sebuah pernikahan dengan nafas cinta yang tak akan pernah habis?" ia berkata sesuatu yang tak aku mengerti, tapi aku seperti mengenal suaranya.
"Apa kabar?" ucapnya lagi sambil membalikkan badannya dengan sebuah senyum yang mengalahkan senja.
"Lo?" aku begitu terkejut setelah melihatnya, ia adalah salah satu sahabatku yang menghilang lima tahun lalu. Jika saja ia bukan sahabatku, mungkin aku tak akan mengenalinya. Ia tampak berbeda dengan sosoknya dulu, kini bulu-bulu diwajahnya tumbuh, menghiasi pipi tirusnya. Dia semakin terlihat tampan, dulu ia memang selalu menginginkan bulu-bulu di wajahnya.
"Yuk, ikut gue," kali ini ia mengajakku. "Kita keliling rumah ini," lanjutnya.
"Jangan bilang lo mau pamer?" kataku becanda.
Dia tertawa membalas ucapanku, sambil mengangkat kedua bahunya.
Akhirnya dia mengajakku berkeliling rumahnya, ia juga menceritakan semua yang ia lakukan selama lima tahun ia menghilang. Perjalanan panjang yang membuatnya sukses seperti sekarang. Tahun pertama ia menghilang, ia belum bisa menghasilkan apa-apa, ia hanya menulis berbagai macam tulisan, seperti menulis novel, cerpen, puisi hingga naskah untuk sebuah film. Ia selalu berharap kata-kata dalam tulisannya membuahkan hasil, dan harapannya itu terwujud. Salah satu naskah film yang ia buat tembus dan berhasil menjadi sebuah film, yang lebih mewahnya adalah naskah yang ia buat itu menjadi sebuah film international yang di produksi di Amerika, dan berhasil masuk dalam jajaran film Box Office ternama.
Tahun keduanya pun membawa kesuksesan untuk dirinya, ia tinggal di Amerika dan menjadi seorang Writer ternama di tanah Paman Sam. Bahkan akupun tak mengetahuinya karena memang ia benar-benar menghilang seperti debu yang terbawa badai. Tahun-tahun berikutnya ia menjalani berbagai kesibukan yang mewujudkan mimpi-mimpinya menghasilkan banyak uang. Ia benar-benar berbeda dengan lima tahun yang lalu saat ia bahkan tak bisa menghasilkan apa-apa, tapi kini, ia berubah menjadi seperti bintang yang paling bersinar diantara jutaan bintang yang lain.
Jutaan dolar yang ia hasilkan menjadi triliunan rupiah saat ia bawa ke indonesia, ia membangun rumah mewah itu selama ia masih disana, dan kini ia kembali dengan sejuta keistimewaan yang berada di pundaknya, dan aku turut bahagia melihat sosoknya sekarang, karena ia bukanlah seorang orang tua berkepala plontos dengan perut buncit seperti yang ku kira. Ia adalah sahabat yang kembali pulang kerumahnya dengan membalikkan semua ocehan yang dulu pernah membebaninya.
Sudah hampir setengah jam kami berkeliling sambil bercerita, sampai akhirnya kami tiba di kolam air mancur dengan patung wanita berwarna putih yang berada di tengah-tengah kolam dengan keindahannya. Langit mulai gelap, dan dari kedua bola mata di patung wanita itu terdapat sinar berwarna hijau.
"Perhatiin, Ris," katanya seraya menunjuk kearah sinar di kedua mata patung itu.
"Kenapa emangnya?" jawabku polos.
"Itu adalah cahaya mata dari seseorang yang tak pernah bisa gue lupain," balasnya menjelaskan.
"Siapa?"
"Perhatiin lagi bentuk patung itu."
Akhirnya aku benar-benar memasang mataku memandang tajam kearah patung itu, tapi aku tak kunjung mengetahui siapa sosok dibalik patung tersebut.
"Selvi," ucapnya.
Aku terkejut dan balik melihatnya dengan mata yang melotot. Selvi adalah seorang wanita yang dulu pernah ia cinta, dan ia tak berusaha untuk memperjuangkannya karena suatu konflik yang ada. Ia harus bersaing dengan temannya yang juga temanku, dan ia memilih pergi memendam asa yang ternyata sampai sekarang tak pernah pupus. Bahkan ia mengabadikan senyum cantik yang selalu membuatnya tersenyum dulu.
"Jangan bilang, lo---"
"Kembali untuk memperjuangkan yang dulu belum sempat gue perjuangin, Ris."
"Lo gila!"
"Sepertinya."
"Kenapa masih dia?"
"Karena cinta."
"Oke, cinta, tapi apa dia masih ingat sama lo?"
Mendengar dari beberapa cerita orang-orang yang pernah melihat sebentar isi di dalam pagar besi berwarna hitam setinggi 6 kaki yang berjejer bersama tembok-tembok kokoh mengelilingi istana itu. Rumah seluas 1,5 hektar itu terdapat sebuah kolam air mancur dengan sebuah patung yang menampilkan pose seorang wanita. Sangat indah.
Belum lagi struktur bangunan yang memang mewah namun terkesan old school. Ada 3 pohon besar di sisi kanan bangunan inti dengan 3 bangunan kayu berbentuk rumah kecil diatas pohon. Disudut belakang bangunan inti, terdapat sebuah kolam renang berbentuk lingkaran. Entah apa lagi kemewahan yang berada di dalam bangunan inti, tapi yang jelas, tak ada seorang pun yang tahu siapa orang kaya tersebut. Si pemilik benar-benar seorang yang misterius, tak ada gosip atau berita apapun yang dapat mengetahui siapa sosoknya.
Aku adalah salah satu pemuda di perumahan, yang juga ikut terkagum-kagum dengan istana mewah tersebut. Beberapa teman-temanku juga ikut mengagumi kemewahan yang ada berdiri megah di perumahan kami. Jika kalian melihatnya disaat senja, sinar merah matahari yang hampir redup akan bersinar tepat diatas bangunan, menambah sisi indah rumah mewah itu. Aku penasaran melihat isi di dalam rumahnya.
Aku dan beberapa temanku tak pernah bosan bertanya-tanya siapa pemilik dari rumah itu, kami berpikir jika si pemilik adalah seorang pengusaha yang sukses, berkepala plontos dengan perut buncit. Jika memang benar perawakannya seperti itu, dan dia seorang orang tua, semoga saja dia punya seorang anak perempuan yang tak kalah cantik dari rumahnya.
*****
Di suatu sore hari, disaat senja menampilkan cahaya redupnya yang paling indah, aku dan teman-temanku yang sedang nongkrong di warung kopi tempat kami biasa bercerita, dikejutkan oleh kedatangan dua orang berpenampilan rapi, dengan jas hitam, dasi, celana kain yang berwarna hitam juga, dan sepatu pantopel. Dua orang itu datang dengan sebuah mobil berwarna hitam. Mungkin mereka ingin bertanya dimana tempat pengobatan alternatif yang memang terkenal di perumahan kami, karena biasanya seperti itu, tapi dugaanku salah. Ia bertanya siapa orang yang bernama Aris.
"Permisi, Mas. Apa diantara kalian ada yang bernama Aris?" tanya salah satu orang berjas yang tampak seperti seorang bodyguard.
"Iya, saya Aris," jawabku.
"Apa anda bisa ikut dengan kami sebentar?"
"Saya salah apa, Pak?" aku bingung, dan teman-temanku juga merasakan hal yang sama.
Mereka pun menjelaskan sesuatu yang teramat janggal olehku, tapi memang dibalik omongannya, aku bisa menangkap kalau tidak ada sesuatu yang jahat dari mereka. Aku pun memutuskan untuk mengikuti mereka dengan memasuki mobil itu. Teman-temanku menyuruhku agar berhati-hati, aku menjelaskan kepada mereka kalau semuanya akan baik-baik saja.
Suara mesin mobil yang baru dinyalakan pun akhirnya membawaku pergi bersama dua orang yang belum aku kenal. Mereka menjelaskan kalau ada seseorang yang ingin berbicara denganku. Entahlah siapa orang itu.
Ternyata perjalanan begitu singkat, karena tak begitu jauh kami pergi, mobil itu membawaku masuk ke dalam rumah mewah bak istana yang berada di perumahan kami. Sungguh saat pagar rumah terbuka, aku terkejut melihat istana itu. Seperti yang tadi aku bilang, benar apa yang dibicarakan orang-orang kalau di depan rumah tersebut ada kolam air mancur dengan patung wanita berbusana biasa saja, tidak telanjang, tapi patung itu terlihat luar biasa indah.
Aku dipersilahkan masuk oleh kedua orang yang memecahkan kekagumanku. Saat kedua orang tersebut membukakan pintu rumah, seseorang dengan berjas putih berdiri di atas lantai maple. Ia tampak sedang memperhatikan sebuah lukisan seorang wanita yang sedang menari diatas altar pernikahan.
Punggungnya terlihat seperti seorang pemuda, apakah dia sosok si pemilik rumah mewah ini, beda dengan apa yang aku dan orang-orang gambarkan.
"Lo tahu, Ris, betapa indahnya sebuah pernikahan dengan nafas cinta yang tak akan pernah habis?" ia berkata sesuatu yang tak aku mengerti, tapi aku seperti mengenal suaranya.
"Apa kabar?" ucapnya lagi sambil membalikkan badannya dengan sebuah senyum yang mengalahkan senja.
"Lo?" aku begitu terkejut setelah melihatnya, ia adalah salah satu sahabatku yang menghilang lima tahun lalu. Jika saja ia bukan sahabatku, mungkin aku tak akan mengenalinya. Ia tampak berbeda dengan sosoknya dulu, kini bulu-bulu diwajahnya tumbuh, menghiasi pipi tirusnya. Dia semakin terlihat tampan, dulu ia memang selalu menginginkan bulu-bulu di wajahnya.
"Yuk, ikut gue," kali ini ia mengajakku. "Kita keliling rumah ini," lanjutnya.
"Jangan bilang lo mau pamer?" kataku becanda.
Dia tertawa membalas ucapanku, sambil mengangkat kedua bahunya.
Akhirnya dia mengajakku berkeliling rumahnya, ia juga menceritakan semua yang ia lakukan selama lima tahun ia menghilang. Perjalanan panjang yang membuatnya sukses seperti sekarang. Tahun pertama ia menghilang, ia belum bisa menghasilkan apa-apa, ia hanya menulis berbagai macam tulisan, seperti menulis novel, cerpen, puisi hingga naskah untuk sebuah film. Ia selalu berharap kata-kata dalam tulisannya membuahkan hasil, dan harapannya itu terwujud. Salah satu naskah film yang ia buat tembus dan berhasil menjadi sebuah film, yang lebih mewahnya adalah naskah yang ia buat itu menjadi sebuah film international yang di produksi di Amerika, dan berhasil masuk dalam jajaran film Box Office ternama.
Tahun keduanya pun membawa kesuksesan untuk dirinya, ia tinggal di Amerika dan menjadi seorang Writer ternama di tanah Paman Sam. Bahkan akupun tak mengetahuinya karena memang ia benar-benar menghilang seperti debu yang terbawa badai. Tahun-tahun berikutnya ia menjalani berbagai kesibukan yang mewujudkan mimpi-mimpinya menghasilkan banyak uang. Ia benar-benar berbeda dengan lima tahun yang lalu saat ia bahkan tak bisa menghasilkan apa-apa, tapi kini, ia berubah menjadi seperti bintang yang paling bersinar diantara jutaan bintang yang lain.
Jutaan dolar yang ia hasilkan menjadi triliunan rupiah saat ia bawa ke indonesia, ia membangun rumah mewah itu selama ia masih disana, dan kini ia kembali dengan sejuta keistimewaan yang berada di pundaknya, dan aku turut bahagia melihat sosoknya sekarang, karena ia bukanlah seorang orang tua berkepala plontos dengan perut buncit seperti yang ku kira. Ia adalah sahabat yang kembali pulang kerumahnya dengan membalikkan semua ocehan yang dulu pernah membebaninya.
Sudah hampir setengah jam kami berkeliling sambil bercerita, sampai akhirnya kami tiba di kolam air mancur dengan patung wanita berwarna putih yang berada di tengah-tengah kolam dengan keindahannya. Langit mulai gelap, dan dari kedua bola mata di patung wanita itu terdapat sinar berwarna hijau.
"Perhatiin, Ris," katanya seraya menunjuk kearah sinar di kedua mata patung itu.
"Kenapa emangnya?" jawabku polos.
"Itu adalah cahaya mata dari seseorang yang tak pernah bisa gue lupain," balasnya menjelaskan.
"Siapa?"
"Perhatiin lagi bentuk patung itu."
Akhirnya aku benar-benar memasang mataku memandang tajam kearah patung itu, tapi aku tak kunjung mengetahui siapa sosok dibalik patung tersebut.
"Selvi," ucapnya.
Aku terkejut dan balik melihatnya dengan mata yang melotot. Selvi adalah seorang wanita yang dulu pernah ia cinta, dan ia tak berusaha untuk memperjuangkannya karena suatu konflik yang ada. Ia harus bersaing dengan temannya yang juga temanku, dan ia memilih pergi memendam asa yang ternyata sampai sekarang tak pernah pupus. Bahkan ia mengabadikan senyum cantik yang selalu membuatnya tersenyum dulu.
"Jangan bilang, lo---"
"Kembali untuk memperjuangkan yang dulu belum sempat gue perjuangin, Ris."
"Lo gila!"
"Sepertinya."
"Kenapa masih dia?"
"Karena cinta."
"Oke, cinta, tapi apa dia masih ingat sama lo?"