Mbak Fara
Selly
Chapter 1.
Siang ini begitu terik. Ku susuri jalanan menuju rumah dengan langkah gontai. Rasanya sangat melelahkan berjalan di cuaca terik seperti ini. Pemanasan global rupanya sudah separah ini. Hari ini aku pulang sekolah berjalan kaki karena motor kesayanganku dibawa mbakku entah kemana. Soalnya mobil mbakku masuk bengkel. Sebel banget aku sama mbakku,katanya siang ini mau jemput tapi dia tadi telpon katanya ada urusan penting dan nggak bisa jemput aku. Sabar aja deh.
Oh iya perkenalkan,namaku Deni Rahardian. Biasa dipanggil Deni. Aku siswa kelas 2 sebuah SMA dikota ini. Tinggiku 174 cm dan berat badanku 62 kg. Aku mempunyai seorang kambak perempuan,namanya Faradina Maheswari. Aku memanggilnya mbak Fara. Tinggi mbak Fara sekitar 165 cm dan berat badannya 57 kg (itu yang mbak Fara katakan pas aku tanya tempo hari) dan itupun katanya masih kelebihan, mau diet lagi katanya. Dan yang paling wah ukuran dadanya 36D. Ini nih biang keladi mbakku kelebihan berat badan. Begitu pikirku. Kesehariannya mbakku selalu memakai jilbab kalau ke kempus. Kami berdua awalnya tidak terlalu akrab sebagai kakak adik dikarenakan kami tidak pernah besar dan tumbuh bersama. Orang tua kami bercerai ketika ibu mengandungku karena ayah ketahuan selingkuh dengan banyak wanita diluar sana. Awalnya ibu tak setuju mbak Fara diasuh oleh ayahku,tapi ayahku menjamin masa depan mbakku yang membuat ibu akhirnya setuju. Kondisi ibu yang tidak punya apa apa waktu itu membuatnya terpaksa memberikan hak asuh mbakku pada ayahku. Dan aku dititipkan pada kakek dan nenekku dari ibu ketika ibu nekat jadi TKW ke luar negeri setelah melahirkanku. Cukup lama ibuku bekerja diluar negeri sampai ada kabar ibuku meninggal disana. Saat itu aku masih terlalu kecil untuk paham semua itu.
Kini kami bisa bertemu setelah sekian lama berpisah. Ayahku menawarkanku pendidikan dikota bersama mbakku. Ayahku beralasan itu dilakukan semata-mata untuk menebus semua dosanya pada ibu dan aku setelah sekian lama diterlantarkan. Aku dijanjikan akan dibiayai sekolah sampai ke perguruan tinggi. Rupanya ayahku sudah menjadi pengusaha yang cukup berhasil. Aku disuruhnya tinggal satu kontrakan sama mbakku dan bersekolah di salah satu SMA favorit dikota ini. Awalnya mbakku seperti menolak kehadiranku. Namun setelah ayah memberikan penjelasan,mbakku akhirnya menerimaku dengan lapang dada karena bagaimanapun aku tetap adiknya. Aku kembali tersadar dari lamunanku. Aneh aja berjalan sambil melamun.
Setelah menempuh perjalanan yang panas dan panjang akhirnya aku sampai dikontrakan mbakku. Kontrakannya cukup mewah menurut standarku. Kata ayah rumah ini milik kenalannya yang disewakan pada ayah. Lalu aku melepas semua bajuku kecuali CD setelah sampai dikamar dan segera menyalakan AC untuk mengusir gerah. Tak lama setelah itu aku terlelap. Aku terbangun ketika seseorang membangunkanku. Ah,ternyata itu mbak Fara.
"Dek bangun, jangan tidur terus." mbakku membangunkanku.
"Habis capek sih mbak. Ketiduran deh aku." ucapku sambil menggeliat di kasur menutup kembali selimut untuk melanjutkan tidurku.
"Eh kamu ya. Mau bobog lagi? Dasar malas. Belum maem kan? Tuh mbak beliin ayam goreng kesukaanmu." mbakku berkata sambil menarik selimutku.
"Ah maemnya nanti aja habis maghrib mbak,aku ngantuk banget." jawabku malas.
"Habis maghrib kapan? Ini udah mau isya' dek. Yaudah kalau ndak mau bangun besok pagi ndak ada sarapan buat kamu. " mbak Fara mulai mengancam. Kebiasaan mbakku suka mengancamku kalau keinginannya tak dituruti olehku.
"Eh iya deh mbak. Aku maem sekarang. Tapi mbak keluar dulu. Aku mau pakai baju dulu." ucapku sambil mengusir mbakku keluar.
"Eh... Kamu ndak pakai baju?" tanya mbakku.
"Makanya itu keluar dulu mbak. Alu malu kalau ganti ada mbak disini. Aku beneran gak pakai baju nih." jawabku.
"Iya iya mbak keluar dulu. Jangan bobog lagi lho." mbakku mengingatkanku.
"Iya mbakku, jangan ngintipin aku lho mbak,hehehe." ujarku cengengesan.
"Yaelah,kayak bagus aja badanmu itu. Huhh." ucap mbakku sewot.