Annonimania
Semprot Kecil
- Daftar
- 8 Dec 2019
- Post
- 89
- Like diterima
- 1.303
Mohon Ijin Momod dan Suhu-suhu Ganteng.
Setelah setelah Sekian Lama hanya memposisikan diri sebagai silent reader, ane pengen nyoba share pengalaman pribadi Ane, yang pasti dengan bumbu-bumbu pemanis sebagai tambahan, tanpa menguragi esensi cerita.
++++++++++
INDEKS
BAB I - The Story Begin
BAB II - Someone From The Past
PART 2.1
PART 2.2
PART 2.3
BAB III - Universal Language
BAB IV - Let it Flow
PART 4.1
PART 4.2
PART 4.3
PART 4.4
PART 4.5
PART 4.6
BAB V - DOSA TERMANIS
PART 5.1
PART 5.2
PART 5.3
BAB VI - Que Sera Sera
BAB VII - Kepingan Masa Lalu
PART 7.1
PART 7.2
PART 7.3
PART 7.4 =====> UPDATE SOON
++++++++++
++++++++++
BAB I - The Story Begin
"Ffffuuuufffhhhh"
Kepulan asap berbentuk melingkar keluar dari mulutku, setelah sejenak kuendapkan dalam paru paruku yang semakin hancur karena racun kuning dari candu bernama rokok, yang sudah menghipnotisku sejak pertengahan sekolah dasar.
Meresapi kenikmatan yang mulai merambat kearah otak, sudut mataku terasa semakin tajam, memandangi laju kendaraan roda 4 yang lalu lalang dijalan mulus tanpa hambatan dibawahku, sambil mencorat-coret grafik dan angka angka di lembaran kertas diatas papan jalan yang ada dipangkuanku, yang sudah sebagian besar terisi, sambil membayangkan beberapa lembar rupiah yang akan aku terima setelah aku menyerahkan kertas ini kepada kakak seniorku besok dikampus.
Sebelum melanjutkan, ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Tama. Lengkapnya Wijaya Adhitama Prayoga. Mahasiswa semester 2 fakultas Teknik sebuah Universitas Negeri yang terletak di dataran tinggi sebuah ibukota Propinsi yang terkenal dengan bangunan putih ex-Djawatan Perkeretaapian dengan ciri khas ratusan pintu nya. Sudah hampir 8 bulan aku tinggal di kota ini, meninggalkan kota kelahiranku, sebuah kota di kawasan pantura yang khas dengan bahasa ngapaknya, dan juga terkenal dengan banyaknya pabrik teh, bahkan bisa dibilang kota tempat pioneer teh dalam kemasan botol.
Masa Kanak-kanak ku, SD, SMP, sampai dengan Sekolah Menegah Atas aku selesaikan di kota yang berada di kaki salah satu gunung tinggi di pulau ini. Hingga beberapa bulan lalu aku merantau ke Kota tempatku meneruskan pendidikan ini.
Kembali ke waktu sekarang, dimana aku terdampar di atas batu di pinggiran jembatan yang melintas lebar diatas jalan bebas hambatan, memperhatikan lalu lalang kendaraan dibawah sambil mencatat pergerakannya dalam sebuah tabel dan grafik, tugas dari Kakak Tingkatku yang sedang menyelesaikan Tugas Akhir-nya (kalau dibeberapa jurusan dan fakultas lain disebut skripsi, karena biasanya Tugas Akhir itu untuk Jenjang Diploma, tapi di fakultasku walaupun jenjang strata tetap disebut Tugas Akhir), tentunya dengan bayaran yang menurut mahasiswa perantauan yang hanya mengandalkan kiriman yang pas-pasan dari orang tua dikampung, sangatlah berarti. Yah setidaknya bisa untuk menutupi kebutuhan batangan racun yang sudah menghipnotisku dengan parah ini.
Sudut mataku melirik jam yang kukenakan, dan melihat angka 16:22 disana, yang berarti sudah 3 jam lebih aku melakukan tugas ini. Sejenak kulihat semua tabel dalam kertas dipangkuanku sudah hampir terisi sepenuhnya. Hanya menyisakan beberapa kotak kosong.
"Ah, gampang dah, di smokel aja nanti" pikirku.
Toh hanya beberapa kotak saja.
smokel adalah istilah dikampusku untuk mengarang bebas, tapi dengan tetap memperhatikan kewajaran dan keterikatan dengan data yang ada (apasih, sok iye, haha).
Dan akhirnya akupun memutuskan untuk menyelesaikan kegiatanku hari imi sebelum gelap.
Setelah merapikan semua peralatan perang kedalam tasku, akupun segera menuruni gundukan beton tempatku duduk selama 3 jam tadi -yang aku yakin sudah sangat hangat karena campuran angin pantat dan keringatku selama 3 jam- dan berjalan kearah warung tempat aku menitipkan kendaraanku.
"Nyuwun Sewu, piro kabeh yu" ujarku
(Maaf, berapa semua mbak)
"Eh, wes rampung mas?
(Eh, sudah selesai mas?) Balas seorang wanita setengah baya penjaga warung yang cukup semok. Dengan baju khas anak ABG tanpa lengan, yang seakan tidak mampu menyembunyikan gumpalan daging di dadanya yang kutaksir memiliki cup ukuran C. Masih terlihat kencang di umur pertengahan 30. Wajahnya sendiri cukup manis, dengan kulit sawo matang dan tahi lalat di bibir kanan bawah, menambah aura kesensualan nya.
"Garpit 2 bungkus sama mineral botol 2 ya mas? Kabeh seket enem ewu mas" (semua limapuluh enam ribu mas), timpalnya lagi membuyarkan lamunanku tentang ukuran payudaranya sekaligus membuatku melepaskan tatapanku daru busungan menggairahkan itu.
"Heleh, bujangan.. bujangan, matane kui lho, ra iso ndelok daging sithik"
(dasar, bujangan, mata nya itu lho, ga bisa liat daging), sindir nya lagi.
"Oh nggeh, niki arthone, mboten sah susuk"
(Oiya ini uangnya, ga usah kembali) tukasku cepat dengan wajah agak memerah sambil memberikan selembar uang kertas berwarna merah. Pikirku biarlah sisanya untuk uang lelah jaga motorku selama beberapa jam.
"Walah akeh tenan, sering2 ae mas, hehe"
(Aduh, banyak banget mas, sering sering aja) ujarnya sambil menerima uang yang kuulurkan.
Akupun cuma tertawa garing mendengar perkataan si mbak.
"Yu!!! Kopi ireng loro karo samsu separo"
(Mbak, kopo hitam dua sama samsu setengah)
Teriak seseorang dari samping menghentikan percakapan kami.
"Yo, lek di, tak nggodok banyu sek, entek banyu panas e"
(Iya om di, ngerebus air dulu, habis air panasnya)
Jawabnya cepat sambil lewat disebelahku menuju kompor yang ada disamping warung.
Pada saat lewat itu, karena sempitnya tempat, teteknya yang mengkal itu menyenggol lengan kananku perlahan, seakan membuktikan taksiranku tentang ukuran cup nya tadi.
"Damn"... pikirku, sengaja banget kayaknya karena setelah melewatiku dia melirikku dengan sudut matanya sambil tersenyum, membuat juniorku cenut cenut.
"Untung rame, kalo sepi udah tak SSI itu si mbak" pikirku nakal, sambil bergegas menuju tempat motorku diparkir. Setalah menstater motor kesayangan yang sudah menemaniku dari jaman SMA ini, akupun beranjak meninggalkan warung tersebut dan memacu kendaraanku ke arah atas, menuju tempat kosku, yang terletak tidak jauh dari kampus tempatku kuliah. Jarak dari tempat ini ke kosanku sekitar 30 menit perjalanan.
Baru setengah perjalanan, tiba-tiba aku teringat kalau fakultas sastra sedang mengadakan inaugurasi, Semacam penyambutan mahasiswa baru yang biasanya diisi dengan pentas musik dari beberapa angkatan, yang ditutup dengan penampilan bintang tamu.
Kebetulan bintang tamu kali ini adalah grup RnB kesukaan ku, sebuah grup lokal dengan jumlah penggemar lumayan banyak dikotaku, karena aliran dan permainannya yang bagus, serta 1 personilnya yang cantik, yang selalu ditunggu setiap mereka tampil.
Akupun segera memutar kendaraanku, keaeah berlawanan, (fakultas sastra terletak di kawasan kampus bawah, bersebelahan dengan fakultas2 sosial seperti Ekonomi, hukum, perikanan dan lainnya, Kalau fakultas teknik, kemudian beberapa fakultas lain seperti MIPA, psikologi, peternakan, dan beberapa fakultas eksak lain berada di daerah atas, istilahnya kampus atas). Dan memacu dengan kecepatan sedang, sambil menikmati udara sore yang mulai dingin.
Setengah jam kemudian, gerbang universitasku dengan ciri khasnya mulai terlihat. Sebuah patung pria bersorban mengendarai kuda yang tepat berada ditengah gerbang seilah menyambut "selamat datang" kepadaku.
Aku melirik jam tangan yang melilit di pergelangan tanganku. Masih menunjukkan jam 6 sore, sementara acara iaugurasi baru mulai jam setengah delapan malam. Masih ada waktu setengah jam lah, pikirku. Masih sempat untuk ibadah dan mampir ke toko buku, daripada nungguin ga jelas didalam fakultas orang.
Akupun membelokkan kendaraanku ke sebuah toko buku besar yang terletak di pusat kota, dekat simpang paling terkenal di propinsiku, simbol ibukota propinsi.
Setalah memarkirkan kendaraanku, melepas jaket dan memasukannya kedalam tas ranselu, akupun masuk ke dalam toko buku. Bergegas menuju basement tempat musholla berada.
Setelah menyelesaikan ibadahku, akupun segera menaiki tangga, dengan agak tergesa-gesa sampai sampai aku tidak melihat seorang gadis menuruni tangga sambil matanya terpaku pada HP ditangannya, dan
DUK...
Kami bertabrakan agak keras sampai hape wanita itu terpelanting di lantai bordes.
"Aduh, maaf mbak" ujarku agak cemas, sambil berpegangan pada railing tangga, sehingga tidak terjatuh pasca tabrakan.
"Aduh hapeku" teriaknya sambil menatapku dengan marah, namun tiba tiba mata itu membesar...
"Lho.. Tama"....
Bersambung Ke Bab II - Someone From The Past
Setelah setelah Sekian Lama hanya memposisikan diri sebagai silent reader, ane pengen nyoba share pengalaman pribadi Ane, yang pasti dengan bumbu-bumbu pemanis sebagai tambahan, tanpa menguragi esensi cerita.
++++++++++
INDEKS
BAB I - The Story Begin
BAB II - Someone From The Past
PART 2.1
PART 2.2
PART 2.3
BAB III - Universal Language
BAB IV - Let it Flow
PART 4.1
PART 4.2
PART 4.3
PART 4.4
PART 4.5
PART 4.6
BAB V - DOSA TERMANIS
PART 5.1
PART 5.2
PART 5.3
BAB VI - Que Sera Sera
BAB VII - Kepingan Masa Lalu
PART 7.1
PART 7.2
PART 7.3
PART 7.4 =====> UPDATE SOON
++++++++++
++++++++++
BAB I - The Story Begin
"Ffffuuuufffhhhh"
Kepulan asap berbentuk melingkar keluar dari mulutku, setelah sejenak kuendapkan dalam paru paruku yang semakin hancur karena racun kuning dari candu bernama rokok, yang sudah menghipnotisku sejak pertengahan sekolah dasar.
Meresapi kenikmatan yang mulai merambat kearah otak, sudut mataku terasa semakin tajam, memandangi laju kendaraan roda 4 yang lalu lalang dijalan mulus tanpa hambatan dibawahku, sambil mencorat-coret grafik dan angka angka di lembaran kertas diatas papan jalan yang ada dipangkuanku, yang sudah sebagian besar terisi, sambil membayangkan beberapa lembar rupiah yang akan aku terima setelah aku menyerahkan kertas ini kepada kakak seniorku besok dikampus.
Sebelum melanjutkan, ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Tama. Lengkapnya Wijaya Adhitama Prayoga. Mahasiswa semester 2 fakultas Teknik sebuah Universitas Negeri yang terletak di dataran tinggi sebuah ibukota Propinsi yang terkenal dengan bangunan putih ex-Djawatan Perkeretaapian dengan ciri khas ratusan pintu nya. Sudah hampir 8 bulan aku tinggal di kota ini, meninggalkan kota kelahiranku, sebuah kota di kawasan pantura yang khas dengan bahasa ngapaknya, dan juga terkenal dengan banyaknya pabrik teh, bahkan bisa dibilang kota tempat pioneer teh dalam kemasan botol.
Masa Kanak-kanak ku, SD, SMP, sampai dengan Sekolah Menegah Atas aku selesaikan di kota yang berada di kaki salah satu gunung tinggi di pulau ini. Hingga beberapa bulan lalu aku merantau ke Kota tempatku meneruskan pendidikan ini.
Kembali ke waktu sekarang, dimana aku terdampar di atas batu di pinggiran jembatan yang melintas lebar diatas jalan bebas hambatan, memperhatikan lalu lalang kendaraan dibawah sambil mencatat pergerakannya dalam sebuah tabel dan grafik, tugas dari Kakak Tingkatku yang sedang menyelesaikan Tugas Akhir-nya (kalau dibeberapa jurusan dan fakultas lain disebut skripsi, karena biasanya Tugas Akhir itu untuk Jenjang Diploma, tapi di fakultasku walaupun jenjang strata tetap disebut Tugas Akhir), tentunya dengan bayaran yang menurut mahasiswa perantauan yang hanya mengandalkan kiriman yang pas-pasan dari orang tua dikampung, sangatlah berarti. Yah setidaknya bisa untuk menutupi kebutuhan batangan racun yang sudah menghipnotisku dengan parah ini.
Sudut mataku melirik jam yang kukenakan, dan melihat angka 16:22 disana, yang berarti sudah 3 jam lebih aku melakukan tugas ini. Sejenak kulihat semua tabel dalam kertas dipangkuanku sudah hampir terisi sepenuhnya. Hanya menyisakan beberapa kotak kosong.
"Ah, gampang dah, di smokel aja nanti" pikirku.
Toh hanya beberapa kotak saja.
smokel adalah istilah dikampusku untuk mengarang bebas, tapi dengan tetap memperhatikan kewajaran dan keterikatan dengan data yang ada (apasih, sok iye, haha).
Dan akhirnya akupun memutuskan untuk menyelesaikan kegiatanku hari imi sebelum gelap.
Setelah merapikan semua peralatan perang kedalam tasku, akupun segera menuruni gundukan beton tempatku duduk selama 3 jam tadi -yang aku yakin sudah sangat hangat karena campuran angin pantat dan keringatku selama 3 jam- dan berjalan kearah warung tempat aku menitipkan kendaraanku.
"Nyuwun Sewu, piro kabeh yu" ujarku
(Maaf, berapa semua mbak)
"Eh, wes rampung mas?
(Eh, sudah selesai mas?) Balas seorang wanita setengah baya penjaga warung yang cukup semok. Dengan baju khas anak ABG tanpa lengan, yang seakan tidak mampu menyembunyikan gumpalan daging di dadanya yang kutaksir memiliki cup ukuran C. Masih terlihat kencang di umur pertengahan 30. Wajahnya sendiri cukup manis, dengan kulit sawo matang dan tahi lalat di bibir kanan bawah, menambah aura kesensualan nya.
"Garpit 2 bungkus sama mineral botol 2 ya mas? Kabeh seket enem ewu mas" (semua limapuluh enam ribu mas), timpalnya lagi membuyarkan lamunanku tentang ukuran payudaranya sekaligus membuatku melepaskan tatapanku daru busungan menggairahkan itu.
"Heleh, bujangan.. bujangan, matane kui lho, ra iso ndelok daging sithik"
(dasar, bujangan, mata nya itu lho, ga bisa liat daging), sindir nya lagi.
"Oh nggeh, niki arthone, mboten sah susuk"
(Oiya ini uangnya, ga usah kembali) tukasku cepat dengan wajah agak memerah sambil memberikan selembar uang kertas berwarna merah. Pikirku biarlah sisanya untuk uang lelah jaga motorku selama beberapa jam.
"Walah akeh tenan, sering2 ae mas, hehe"
(Aduh, banyak banget mas, sering sering aja) ujarnya sambil menerima uang yang kuulurkan.
Akupun cuma tertawa garing mendengar perkataan si mbak.
"Yu!!! Kopi ireng loro karo samsu separo"
(Mbak, kopo hitam dua sama samsu setengah)
Teriak seseorang dari samping menghentikan percakapan kami.
"Yo, lek di, tak nggodok banyu sek, entek banyu panas e"
(Iya om di, ngerebus air dulu, habis air panasnya)
Jawabnya cepat sambil lewat disebelahku menuju kompor yang ada disamping warung.
Pada saat lewat itu, karena sempitnya tempat, teteknya yang mengkal itu menyenggol lengan kananku perlahan, seakan membuktikan taksiranku tentang ukuran cup nya tadi.
"Damn"... pikirku, sengaja banget kayaknya karena setelah melewatiku dia melirikku dengan sudut matanya sambil tersenyum, membuat juniorku cenut cenut.
"Untung rame, kalo sepi udah tak SSI itu si mbak" pikirku nakal, sambil bergegas menuju tempat motorku diparkir. Setalah menstater motor kesayangan yang sudah menemaniku dari jaman SMA ini, akupun beranjak meninggalkan warung tersebut dan memacu kendaraanku ke arah atas, menuju tempat kosku, yang terletak tidak jauh dari kampus tempatku kuliah. Jarak dari tempat ini ke kosanku sekitar 30 menit perjalanan.
Baru setengah perjalanan, tiba-tiba aku teringat kalau fakultas sastra sedang mengadakan inaugurasi, Semacam penyambutan mahasiswa baru yang biasanya diisi dengan pentas musik dari beberapa angkatan, yang ditutup dengan penampilan bintang tamu.
Kebetulan bintang tamu kali ini adalah grup RnB kesukaan ku, sebuah grup lokal dengan jumlah penggemar lumayan banyak dikotaku, karena aliran dan permainannya yang bagus, serta 1 personilnya yang cantik, yang selalu ditunggu setiap mereka tampil.
Akupun segera memutar kendaraanku, keaeah berlawanan, (fakultas sastra terletak di kawasan kampus bawah, bersebelahan dengan fakultas2 sosial seperti Ekonomi, hukum, perikanan dan lainnya, Kalau fakultas teknik, kemudian beberapa fakultas lain seperti MIPA, psikologi, peternakan, dan beberapa fakultas eksak lain berada di daerah atas, istilahnya kampus atas). Dan memacu dengan kecepatan sedang, sambil menikmati udara sore yang mulai dingin.
Setengah jam kemudian, gerbang universitasku dengan ciri khasnya mulai terlihat. Sebuah patung pria bersorban mengendarai kuda yang tepat berada ditengah gerbang seilah menyambut "selamat datang" kepadaku.
Aku melirik jam tangan yang melilit di pergelangan tanganku. Masih menunjukkan jam 6 sore, sementara acara iaugurasi baru mulai jam setengah delapan malam. Masih ada waktu setengah jam lah, pikirku. Masih sempat untuk ibadah dan mampir ke toko buku, daripada nungguin ga jelas didalam fakultas orang.
Akupun membelokkan kendaraanku ke sebuah toko buku besar yang terletak di pusat kota, dekat simpang paling terkenal di propinsiku, simbol ibukota propinsi.
Setalah memarkirkan kendaraanku, melepas jaket dan memasukannya kedalam tas ranselu, akupun masuk ke dalam toko buku. Bergegas menuju basement tempat musholla berada.
Setelah menyelesaikan ibadahku, akupun segera menaiki tangga, dengan agak tergesa-gesa sampai sampai aku tidak melihat seorang gadis menuruni tangga sambil matanya terpaku pada HP ditangannya, dan
DUK...
Kami bertabrakan agak keras sampai hape wanita itu terpelanting di lantai bordes.
"Aduh, maaf mbak" ujarku agak cemas, sambil berpegangan pada railing tangga, sehingga tidak terjatuh pasca tabrakan.
"Aduh hapeku" teriaknya sambil menatapku dengan marah, namun tiba tiba mata itu membesar...
"Lho.. Tama"....
Bersambung Ke Bab II - Someone From The Past
Terakhir diubah: